1026 3553 1 PB
1026 3553 1 PB
1026 3553 1 PB
Abstrak.
Pentingnya mengetahui secara mendalam tasawuf falsafi agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam mempelajari atau bahkan mempraktekan ajaran
tersebut. Tasawuf falsafi di pandang oleh beberapa ahli tasawuf sunni
sebagai ajaran yang kurang baik bagi orang awam. Beberapa kasus seperti
Al-Hallaj yang menjadi korban pemerintah saat itu. Atau dalam konteks
indonesia seperti ajaran Siti Jenar dengan manunggaling kawulo gusti.
Ajaran tasawuf falsafi begitu mendalam hingga orang awam tidak bisa
untuk memahaminya. Tasawuf falsafi sendiri mempunyai implikasi yang
signifikan bagi pendidikan Islam. hal tersebut bisa dilihat dari tujuan
pendidikan Islam yaitu membentuk manusia yang kamil. kaffah dan
sempurna. Purpose-Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
implikasi tasawuf falsafi dengan pendidikan Islam.
Design/methodology/approach-Penelitian ini menggunakan penelitian
(akal) sebagai daya untuk menangkap Praktek semacam ini ternyata mampu
pengetahuan di alam materi dan untuk memberikan dampak bagi sosial
membedakan antara kebaikan dan bahkan dalam dunia pendidikan Islam
kejahatan juga memiliki kolerasi yang erat. Dari
Daya jiwa yang satu lagi yang permasalahan itulah bahwa pentingnya
disebut daya merasa (zauq), menjelaskan implikasi taawuf falsafi
dikembangkan oleh kaum sufi. Mereka dengan pendidikan Islam.
adalah segolongan umat Islam yang B. Metode
belum merasa puas dengan pendekatan Pendekatan penelitian yang
diri kepada Tuhan melalui ibadat- digunakan dalam penelitian ini adalah
ibadat salat, puasa, zakat, dan haji. kualitatif dengan jenis penelitian
Dengan kata lain, hidup spiritual yang kepustakaan (library research), yakni
diperoleh melalui ibadat biasa belum penelitian yang memanfaatkan sumber
memuaskan kebutuhan spiritual perpustakaan untuk memperoleh data
mereka. Maka mereka mencari jalan penelitiannya. Tegasnya riset pustaka
yang membawa mereka lebih dekat membatasi kegiatannya hanya pada
kepada Tuhan, sehingga mereka bahan-bahan koleksi perpustakaan saja
merasa dapat untuk menyempurnakan tanpa memerlukan riset lapangan (Zed,
budi pekerti luhur. Melihat tuhan 2008, hlm. 1–2). Atau sebuah study
dengan hati sanubari (basyirah), yang melalui investigasi dengan
bahkan bersatu dengan Tuhan kecermatan dan menyeluruh atas
(Nasution, 1986, hlm. 31). Jalan yang semua bukti yang dapat dipastikan
dimaksud tidak lain adalah jalan (Connaway & Powell, 2010, hlm. 1).
tasawuf atau oleh orang barat disebut Sumber data dalam penelitian ini
dengan mistisisme Islam, “Islam diambil dari buku-buku, jurnal dan
Mysticism”. publikasi ilmiah terkait tema tasawuf
Praktek kesufian menjadi tren dan falsafi dan pendidikan Islam.
primadona dalam akir akir karena sedangkan analisis yang digunakan
manusia merasakan kepejenuhan adalah menggunakan conten analisis
duniawi. Bahkan aliran tasawuf falsafi dengan pendekatan filsafat(Cohen,
banyak digemari walaupun tidak Manion, & Morrison, 2007, hlm. 475).
semua orang terutama orang awam
mampu memahami ajaran tersebut. C. Pembahasan
menitik berat pada amalan lahiriyah antara visi mistis dan visi rasional
yang didorong oleh qalb (hati). pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf
Dalam bentuk wirid, hizib, dan akhlaqi, tasawuf falsafi menggunakan
doa. Selanjutnya tasawuf ini dikenal terminologi filosofis dalam
dengan tariqat (Arab: tariqah), jalan pengungkapannya. Menurut at-
menuju Allah, yang selanjutnya Taftazani, tasawuf falsafi muncul
menjelma menjadi organisasi dengan jelas dalam khazanah Islam
ketasawufan yang diikat dalam sebuah sejak abad keenam hijriyah, meskipun
organisasi yang dilengkapi dengan tokohnya baru dikenal seabad
aturan-aturan yang ketat dengan kemudian (Rosihon, 2010). Mujammil
mengkaitkan diri kepada seorang Qomar menjelaskan dalam
guru (mursyid). Pengikut tariqat penelitianya bahwa tasawuf falsafi
harus berguru, sebab yang bertariqat yang dikembangkan oleh Hamzah
tanpa guru, maka gurunya adalah Fansuri yang dirangkum dalam hasil
syaitan. Organisasi ini dihimpun penelitian menunjukan bahwa
dalam suatu wadah yang namanya kefanaan yang sangat mendalam
disesuaikan dengan nama perintisnya, kepada Allah Swt (Qomar, 2014).
seperti tariqat qadiriyah Sebagian ahli tasawuf membagi
naqsabandiyah, alawiyah dan fana` menjadi tiga tahap yaitu: (1)
sebagainya(Rosidi, 2015). transformasi jiwa melalui kesirnaan
Selanjutnya ada lagi tasawuf dan menghilangkan hawa nafsu. (2)
Falsafi, yakni tasawuf yang abstraksi mental atau pelenyapan
dipadukan dengan filsafat. Dari cara pikiran dari semua objek persepsi,
memperoleh ilmu menggunakan rasa, pikiran dan tindakan melalui
sedang menguraikannya konsentrasi kepada Dzat Allah terkusus
menggunakan rasio, ia tidak bisa melalui aktifitas dzikir. (3) berhentinya
dikatakan tasawuf secara total dan semua pemikiran sadar dengan kata
tidak pula bisa disebut filsafat, tetapi lain lenyapnya kesadaran dan
perpaduan antara keduanya, mencapai fana (Rusli, 2013, hlm. 92)`.
selanjutnya dikenal tasawuf Tasawuf falsafi tidak bisa hanya
Falsafi.(Muhammad Fuadi, 2013) dipandang sebagai filsafat karena
Tasawuf falsafi adalah tasawuf ajaran dan metodenya didasarkan pada
yang ajaran-ajarannya memadukan rasa (dzauq), tetapi tidak dapat pula
jasmani, akal, dan ruhani sebagai suatu potensi dan kelengkapan seperti ilmu,
kesatuan tanpa mengesampingkan dan sekalian sifat baik lainnya (Nata,
salah satu aspek, dan melebihkan 2010).
aspek yang lain. Persiapan dan Insan kamil juga bisa disebut
pertumbuhan itu diarahkan agar ia manusia yang sehat sekaligus terbina
menjadi manusia yang berdaya guna potensi ruhaniyahnya sehingga dapat
dan berhasil guna bagi dirinya dan berfungsi secara optimal dan dapat
bagi umatnya, serta dapat memperoleh berhubungan dengan Allah dan mahluk
suatu kehidupan yang sempurna. lainya secara benar menurut ahlak
Pendidikan Islam dan tasawuf Islami. Tidak gampang untuk
falsafi tidaklah berseberangan akan membentuk insan kamil melalui proses
tetapi sejalan dengan ajaran-ajaran pendidikan, akan tetapi jika dikaitkan
yang ada pada tasawuf falsafi. Akan dengan tasawuf falsafi cara-cara
tetapi seharusnya dalam semua ajaran tersebut bisa dicapai dengan melalui
tasawuf falsafi penuh penalaran yang filsafat yang digagas oleh tokoh tasauf
sangat jelas sehingga untuk falsafi seperti Abu Yazid dengan falsafi
mengimplikasikan dengan pendidikan Ittihadnya, al-Hallaj dengan hulullnya,
Islam yang umunya sangat universal Ibnu Arabi dengan wahdatul wujudnya
dari pada dimensi tasawuf filsafat (Sad, dan Imam al-Ghazali dengan falsafi
2015). kema`rifatanya(Sad, 2015).
Meminjam istilah pendidikan yang Adapaun ciri-ciri menjadi Insan
di gagas oleh Achmadi bahwa kamil adalah sebgai berikut:
pendidikan Islam adalah upaya untuk 1. Berfungsi akalnya secara optimal
memelihara anak sehingga terbentuk 2. Berfungsinya Intuinsi
Insan kamil (Roqib, 2009). Insan kamil 3. Mampu menciptakan budaya
adalah manusia yang sempurna baik 4. Menghiasi diri dengan sifat-sifat
berupa amal perbuatan atau cara ketuhanan
berpikirnya. Jika di tinjau dari 5. Berahlak mulia
pengertian tasawuf falsafi insan kamil 6. Berjiwa seimbang.
dapat pula berarti suatu keadaan yang Sebagai pendidik langkah
sempurna dan digunakan untuk indahnya bisa menyatukan diri dengan
sempurnanya dzat dan sifat, dan hal itu peserta didiknya (baik secara
terjadi melalui terkumpulnya sejumlah emosional, spiritual atau secara