Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUTORIAL

“MODUL INTEGRATIF”

SKENARIO 4

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

TUTOR :

Meidyta Sinantryana W, dr. Sp. KK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tutorial “MODUL INTEGRATIF SKENARIO 4” telah melalui


konsultasi dan disetujui oleh tutor pembimbing.

Surabaya, 6 Juli 2020


Tutor Pembimbing,

MeidytaSinantryanaW,dr.Sp.KK
NAMA KELOMPOK

Ketua : Rima Isna Rahmawati (6130017034)

Sekretaris 1 : Vena Saskia Prima Saffanah (6130017035)

Sekretaris 2 : Risnu Nur Mohammad Septiana (6130017039)

Anggota : Muhammad Irfan Irwanto (6130017032)

Vera Saskia Prima Salsabila (6130017033)

Zahrifal Suhma (6130017036)

Amri Pradipta Alfirdausi (6130017037)

Muhammad Taufiqurrahman (6130017038)

Mas Ayu Kumala Puspitasari (6130017040)

Firdaus Arafany Ady (6130017041)

Noor Aulia Hatikhah (6130017042)

3
SKENARIO 4
Laki-laki 18 tahun datang ke IGD diantar keluarganya dengan keluhan
mengantuk seharian

LANGKAH 1:
KATA SULIT
• -
KATA KUNCI
• Laki-laki 18 tahun
• Keluhan mengantuk seharian

LANGKAH 2
DATA TAMBAHAN
Anamneis:
• Onset: mengantuk seharian
• Keluhan lain: disertai tangan dan kaki dingin, dan demam sejak 4 hari
yang lalu
• 1 hari yang lalu pasien terdapat mimisan dan muncul bintik merah pada
tangan
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum: kesadaran somnolen
• Vital Sign: TD: 90/70 mmHg; HR: teraba cepat halus; RR: 28x/menit;
T: 39°C
• Kepala Leher: dbn
• Thoraxs: dbn
• Abdomen: dbn
• Ekstremitas: dbn
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaandarah lengkap: Hb: 14; HCT: 48%; trombosit: 65.000;
leukosit: 2.000
• IgM dan IgG anti dengue positif

4
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa timbul bintik merah pada kulit pasien?
2. Mengapa pasien demam?
3. Apa yang menyebabkan trombosit rendah?
4. Mengapa terjadi mimisan?
5. Mengapa pasien mengantuk?
6. Apa diagnosis banding dari skenario?

LANGKAH 3
JAWABAN RUMUSAN MASALAH
1. Timbul bintik merah pada kulit, biasanya disebabkan oleh kelainan
trombosit, baik jumlah trombosit yang terlalu sedikit, atau menurun
ataupun trombosit yang berfungsi abnormal.
2. Demam pada pasien merupakan suatu respon tubuhatau reaksi dari sistem
imun dalam melawan infeksi virus, bakteri, jamur, atau parasit
3. Kondisi trombosit turun dalam bahasa medis dikenal sebagai
trombositopenia. Secara umum, yang menjadi penyebab trombosit turun
yaitu:
• Trombosit tidak dihasilkan dalam jumlah yang cukup oleh sumsum
tulang.
• Sumsum tulang memproduksi trombosit dengan jumlah yang sesuai,
namun akibat suatu kondisi trombosit dihancurkan oleh tubuh.
• Trombosit tertahan di dalam limpa yang membengkak, menyebabkan
darah kekurangan trombosit.
4. Mimisan terjadi karena adanya demam yang dapat memperburuk
pembuluh darah dan juga trombosit yang menurun sehingga tidak dapat
melakukan pembekuan darah
5. Kemungkinan karena kekurangan suplai oksigen di dalam jaringan tubuh
sehingga menyebabkan hipoksia dan timbul mengantuk
6. DBD, Idiopatik Trombositopenia Purpura, Dengue Shock Sindrome

5
LANGKAH 4 DAN 5:

TPL, PPL DAN POMR


Problem List Planing
Assesment
TPL PPL Diagnosis Terapi Monitoring Edukasi

Anamnesis: • Akral dingin • Dengue • Tes Darah Pasien Syok: • Monitor Perlunya edukasi
• Demam sejak 4 Shock Lengkap : 1. Berikan jumlah urin mengenai
• Onset: mengantuk
hari Syndrome hematocrit, oksigen 2-4 pada pasien pengendalian
seharian
• Mimisan dan (DSS) trombosit L/menit • Pantau tanda vektor dan
• Keluhan lain:
timbul bintik • Tes serologi secarra nasal. vital dan kebersihan
disertai tangan dan
merah IgG/IgM 2. Berikan 20 diuresis setiap lingkungannya
kaki dingin, dan
• IgG dan IgM • Tes NS1 : ml/kg larutan jam kepada
demam sejak 4
anti dengue Antigen Virus kristaloid • Periksa masyarakat, antara
hari yang lalu
positif Dengue seperti laboratorium lain:
• 1 hari yang lalu
• Pasien • PCR Ringer (hematokrit,
pasien terdapat • Menjaga
mengantuk laktat/asetat trombosit,
mimisan dan kebersihan
sepanjang hari secepatnya. leukosit dan
muncul bintik lingkungan rumah
• Trombosit: 3. Jika tidak hemoglobin)
merah pada tangan secara rutin,
65.000; menunjukkan tiap 6 jam
terutama tempat

6
Pemeriksaan Fisik leukosit: 2.000 perbaikan penampungan air.
• Vital Sign: TD: klinis, ulangi • Menggunakan
• Keadaan Umum:
90/70 mmHg, pemberian obat nyamuk, baik
kesadaran
HR: teraba kristaloid 20 itu obat nyamuk
somnolen
cepat halus, ml/kgBB semprot, bakar,
• Vital Sign: TD:
RR: 28x/menit, secepatnya atau elektrik, pada
90/70 mmHg; HR:
T:39°C (maksimal 30 pagi dan sore hari.
teraba cepat halus;
• Keadaan menit) atau • Mengoleskan
RR: 28x/menit; T:
Umum: pertimbangka losion anti
39°C
kesadaran n pemberian nyamuk.
Pemeriksaan
somnolen koloid 10- • Memasang kasa
Penunjang
20ml/kgBB/j nyamuk di setiap
• Pemeriksaan darah am maksimal jendela atau
lengkap: Hb: 14; 30 ventilasi udara,
HCT: 48%; ml/kgBB/24 agar nyamuk tidak
trombosit: 65.000; jam. masuk ke dalam
leukosit: 2.000 4. Jika tidak ada rumah.
• IgM dan IgG anti perbaikan • Mengenakan baju
dengue positif klinis tetapi lengan panjang
hematokrit dan celana

7
dan panjang ketika
hemoglobin beraktivitas di luar
menurun : rumah.
berikan • Tidak
transfuse menggantung
darah/kompo pakaian di dalam
nen. kamar, karena bisa
5. Jika terdapat menjadi tempat
perbaikan bagi nyamuk
klinis untuk
(pengisian bersembunyi.
kapiler dan • Mendapatkan
perfusi vaksin demam
perifer mulai berdarah.
membaik, • Penyuluhan
tekanan nadi kepada keluarga
melebar), tentang perjalanan
jumlah cairan penyakit DSS
dikurangi serta komplikasi
hingga 10 yang bisa terjadi.

8
ml/kgBB/jam
dalam 2-4
jam dan
secara
bertahap
diturunkan
tiap 4-6 jam
sesuai
kondisi klinis
dan
laboratorium
6. Berikan
pasien
banyak
minum
larutan oralit
atau jus buah,
air tajin, air
sirup, susu,
untuk

9
mengganti
cairan yang
hilang akibat
kebocoran
plasma,
demam,
muntah/diare.
7. Berikan
parasetamol
bila demam.
• Akral dingin • Demam • Tes Darah • Berikan • Pantau tanda Perlunya edukasi
• Mimisan dan Berdarah Lengkap : pasien banyak vital dan mengenai
timbul bintik Dengue hematocrit, minum larutan diuresis setiap pengendalian
merah (DBD) trombosit oralit atau jus jam. vektor dan
• Pasien • Tes serologi buah, air tajin, • Periksa kebersihan
mengantuk IgG/IgM air sirup, susu, laboratorium lingkungannya
sepanjang hari • Tes NS1: untuk (hematokrit, kepada

• Trombosit: Antigen Virus mengganti trombosit, masyarakat, antara

65.000; Dengue cairan yang leukosit dan lain:

leukosit: 2.000 • PCR hilang akibat hemoglobin)

10
• Vital Sign: kebocoran tiap 6 jam. • Menjaga
T:39°C plasma, kebersihan
demam, lingkungan rumah
muntah/diare. secara rutin,
• Berikan terutama tempat
parasetamol penampungan air.
bila demam. • Menggunakan
• Berikan obat nyamuk, baik
larutan itu obat nyamuk
isotonik semprot, bakar,
seperti Ringer atau elektrik, pada
laktat/asetat. pagi dan sore hari.
• Kebutuhan • Mengoleskan
cairan losion anti
parenteral : nyamuk.
➢ Berat • Memasang kasa
badan < nyamuk di setiap
15 kg : 7 jendela atau
ml/kgBB/j ventilasi udara,
am agar nyamuk tidak

11
➢ Berat masuk ke dalam
badan 15- rumah.
40 kg : 5 • Mengenakan baju
ml/kgBB/j lengan panjang
am dan celana
➢ Berat panjang ketika
badan > beraktivitas di luar
40 kg : 3 rumah.
ml/kgBB/j • Tidak
am menggantung
• Apabila pakaian di dalam
terjadi kamar, karena bisa
penurunan menjadi tempat
hematokrit bagi nyamuk
dan klinis untuk
membaik, bersembunyi.
turunkan • Mendapatkan
jumlah cairan vaksin demam
secara berdarah.
bertahap • Penyuluhan

12
sampai kepada keluarga
keadaan tentang perjalanan
stabil. penyakit DBD
serta komplikasi
yang bisa terjadi.

• Mimisan dan • ITP • Skrining • Deksametason • Bila • Lindungi diri dari


timbul bintik penyakit 28 mg/m2/hari kegawatan hal-hal yang dapat
merah autoimun : akan telah di atasi, menyebabkan
• Trombosit: ANA, anti ds- memberikan lakukan cedera.
65.000 DNA, respons hingga observasi • Konsultasikan
• Rheumatoid 80%. keadaan kepada dokter
arthritis, C3, C4 • Metil umum. tentang obat-
• Skrining tiroid : prednisolon • Tindak lanjut obatan yang aman
TSH, free T4, dosis tinggi 30 dilakukan 2 untuk dikonsumsi.
antibodi tiroid mg/kg/hari minggu • Dokter akan
• Pengukuran selama 3 hari pengobatan: melarang
kadar yang apabila tidak penggunaan obat
imunoglobulin : dilanjutkan ada yang dapat
IgG, IgA dan dosis 20 perbaikan memengaruhi

13
• IgM mg/kg/hari atau kadar trombosit
• Fungsi hati selama 4 hari. keadaanklinis dan meningkatkan
• Tes PCR • Rituximab 100 memburuk, risiko perdarahan,
adanya virus mg atau 375 perlu seperti aspirin atau
seperti EBV, mg/m2/minggu dievaluasi ibuprofen.
CMV, selama 4 apakah perlu • Segera hubungi
• parvovirus, minggu. dilakukan dokter jika
Hepatitis C, dan • Terapi obat atau perubahan mengalami gejala
HIV kombinasi obat, terapi infeksi, Tindakan

• H. Pylori siklosporin A, sepertidengan ini penting

• Pemeriksaan azatioprin, metil pilihan terapi dilakukan jika

sumsum tulang prednisolon, lain sesuai menderita ITP


IVIG, anti-D, protokol. atau telah
• Antibodi
antifosfolipid vinkristin, dan menjalani
danazol. pengangkatan
• Splenektomi. organ limpa.
Dalam waktu • Penyuluhan
24 jam pasca kepada keluarga
splenektomi, tentang perjalanan
jumlah penyakit Immune

14
trombosit akan trombocytopeniap
meningkat. urpura serta
komplikasi yang
bisa terjadi.

15
LANGKAH 6

LEARNING OBJECTIVES

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding dan


diagnosis dari skenario
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi dari
Demam Berdarah
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi dari Dengue
Shock Sindrome
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskanklasifikasi dari Dengue
Shock Sindrome
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
dari Dengue Shock Sindrome
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tatalaksana dari Dengue
Shock Sindrome
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskanfaktor risiko dari Dengue
Shock Sindrome
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskankomplikasi dari Dengue
Shock Sindrome
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskanprognosis dari Dengue
Shock Sindrome

LANGKAH 7:
HASIL BELAJARA MANDIRI
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding
dan diagnosis dari skenario

Diagnosis Banding Definisi Etiologi Manifestasi Klinis

Demam Berdarah Disebabkan Demam atau riwayat


Adalah suatu
Dengue (DBD) oleh virus demam akut, antara 2-
penyakit yang
dengue. Virus 7 hari dan biasanya
disebabkan oleh

16
infeksi virus dengue bifasik Ada minimal
dengue. DBD merupakan satu manifestasi
adalah penyakit RNA virus perdarahan seperti
akut dengan dengan (Bintik merah/
manifestasi nukleokapsid petekie, perdarahan
klinis ikosahedral dan gusi, perdarahan
perdarahan dibungkus oleh hidung, menstruasi
yang dapat lapisan kapsul pada wanita, muntah
menimbulkan lipid. Virus ini darah, BAB berwarna
syok termasuk hitam). Gejala
(Hadinegoro, kedalam penyerta seperti: Nyeri
2011). kelompok kepala, nyeri retro
arbovirus B, orbital, nyeri sendi
famili atau otot, dan ruam
Flaviviridae, kulit. Disertai
genus pemeriksaan
Flavivirus. laboratorium
Flavivirus menunjukkan
merupakan trombositopenia
virus yang (trombosit kurang dari
berbentuk 100.000) dan
sferis, peningkatan
berdiameter 45- hematokrit 20% atau
60 nm, lebih dari nilai normal
mempunyai (Hadinegoro, 2004).
RNA positif
sense yang
terselubung,
bersifat
termolabil,
sensitif terhadap
inaktivasi oleh

17
dietil eter dan
natrium
dioksikolat,
stabil pada suhu
70oC. Virus
dengue
mempunyai 4
serotipe, yaitu
DEN 1, DEN 2,
DEN 3, DEN 4
(Soedarto,
2012)
Dengue Shock Merupakan Disebabkan terjadi antara hari ke-3
Sindrom (DSS) Syok pada oleh virus dan ke-7, dimana
penyakit DBD, dengue. Virus penderita mengalami
yaitu syok dengue penurunan suhu tubuh,
hipovolemik merupakan letargi dan gelisah.
yang dapat RNA virus Menunjukkan gejala-
mengakibatkan dengan gejala syok seperti:
gangguan nukleokapsid kulit dingin dan
sirkulasi dan ikosahedral dan lembab, terjadi
membuat dibungkus oleh sianosis disekitar
penderita tidak lapisan kapsul mulut, nadi cepat,
sadar kerena lipid. Virus ini lemah dengan tekanan
hilangnya termasuk kurang dari 20 mmHg,
cairan plasma kedalam penderita mengalami
(Guzman, kelompok penurunan tekanan
2007). arbovirus B, darah, gelisah dan
famili penurunan kesadaran
Flaviviridae, (Guzman, 2007).
genus
Flavivirus.

18
Flavivirus
merupakan
virus yang
berbentuk
sferis,
berdiameter 45-
60 nm,
mempunyai
RNA positif
sense yang
terselubung,
bersifat
termolabil,
sensitif terhadap
inaktivasi oleh
dietil eter dan
natrium
dioksikolat,
stabil pada suhu
70oC. Virus
dengue
mempunyai 4
serotipe, yaitu
DEN 1, DEN 2,
DEN 3, DEN 4
(Soedarto,
2012)
Idiopatik Trombosit Merupakan Penyebab ITP Manifestasi utama dari
openia Purpura suatu penyakit yang pasti ITP dengan trombosit
perdarahan belum kurang dari
yang didapat diketahui, tetapi 30.000/mm3 adalah
sebagai akibat dikemukakan tumbuhnya petechiae.

19
dari berbagai ditandai dengan
penghancuran kemungkinan mudahnya timbul
trombosit yang diantaranya memar serta
berlebihan. ITP ialah: perdarahan
adalah suatu • Trombositope subkutaneus yang
keadaan nia (Jumlah multiple, perdarahan
perdarahan trombosit haid banyak dan
yang disifatkan dapat sedikit tempo lama,
oleh timbulnya atau sangat perdarahan dalam
peteki atau menurun, bila lubang hidung dan
ekimosis kurang dari gusi, karena jumlah
di kulit ataupun 20.000 trombosit sangat
pada selaput bahkan rendah, maka
lendir dan mencapai 0) pembentukan bekuan
adakalanya • Infeksi virus tidak memadai dan
terjadi pada (demam konstriksi pembuluh
berbagai berdarah, yang terlukan
jaringan dengan morbili, tidak adekuat
penurunan juml varisela, (Blanchette, 2002).
ah trombosit rubela, dll)
karena sebab • Bahan kimia
yang tidak • Pengaruh
diketahui fisis (radiasi,
(Blanchette, panas)
2002). • Kekurangan
faktor
pematangan
(misalnya
malnutrisi)
• Mekanisme
imun yang
menghancurk

20
an trombosit
(Stasi, 2008)

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi dari


Demam Berdarah
Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita
DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229orang di antaranya meninggal
dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni
sebanyak 100.347penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal
duniapada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim dan
rendahnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan
(KEMENKES, 2015).

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi dari


Dengue Shock Sindrome

Patofisiologi primer pada dengue shock syndrome ialah reaksi


antigen-antibodi dalam sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system
komplemen C3 dan C5 yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida
tersebut sebagai histamine tubuh yang merupakan mediator kuat terjadinya
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak
sebagai akibat terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel
dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga
menyebabkan hipotensi,peningkatan hemokonsentrasi,hipoproteinemia
dan efusi cairan pada rongga serosa (Budiarta, 2016).

Pada penderita dengan renjatan/syok berat maka volume plasma


dapat berkurang sampai kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 – 48
jam. Renjatan hipovolemia ini bila tidak ditangani segera akan berakibat
anoksia jaringan, asidosis metabolik sehingga terjadi pergeseran ion
kalsium dari intraseluler ke ekstraseluler. Mekanisme ini diikuti oleh
penurunan kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih

21
memperberat kondisi renjatan/syok.Selain itu kematian penderita DSS
ialah perdarahan hebat saluran pencernaan yang biasanya timbul setelah
renjatan berlangsung lama dan tidak diatasi secara adekuat.

Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh:

• Trombositopenia hebat,dimana trombosit mulai menurun pada masa


demam dna mencapai nilai terendah pada masa renjatan.
• Gangguan fungsi trombosit
• Kelainan system koagulasi, masa tromboplastin partial, masa
protrombin memanjang sedangkan sebagian besar penderita
didapatkan masa thrombin normal, beberapa faktor pembekuan
menurun termasuk factor, V, VII, IX, X, dan fibrinogen.
• DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi. Pada masa dini DBD
peranan DIC tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan kebocoran
plasma, namun apabila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan
dan asidosis metabolic maka renjatan akan mempercepat kejadian
DIC sehingga peranannya akan menonjol. Renjatan dan DIC salig
mempengaruhi sehingga kejadian renjatan yang irreversible yang
disertai perdarahan hebat disemua organ vital dan berakhir dengan
kematian (Budiarta, 2016).

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi dari


Dengue Shock Sindrome

Klasifikasi penyakit Dengue Shock Syndrome (DSS) menurut


Nadesul (2007) adalah sebagai berikut :

• Derajat I (ringan)
Bila demam disertai gejala konstitusional non-spesifik.Satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah hasil uji tourniquet positif atau mudah
memar.
• Derajat II (sedang)

22
Bila perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat I,
biasanya disertai dengan manifestasi perdarahan kulit, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis atau melena.
• Derajat III (berat)
Apabila terjadi kegagalan peredaran darah perifer dimanifestasikan
dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau
hipotensi, kulit dingin, lembab, dan gelisah.
• Derajat IV (berat sekali)
Bila terjadi syok berat dengan tekanan darah tidak terukur, dan nadi
tidak dapat terdeteksi.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan


penunjang dari Dengue Shock Sindrome

• Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk


menunjang diagnosis adalah pemeriksaan darah lengkap, urine,
serologi dan isolasi virus. Secara signifikan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap, dan secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi
virus dan serologis.

a. Darah lengkap:

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar


hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai
hematokrit pada DBD merupakan indikator terjadinya perembesan
plasma, Selain hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia,
dan leukopenia.

b. Isolasi virus:

Beberapa cara isolasi yang dikembangkan, yaitu:

− Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari

23
− Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCKMK2) dan
nyamuk A. albopictus

− Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik/intraserebri


pada larva

c. Identifikasi virus:

Adanya pertumbuhan virus dengue dapat diketahui dengan


melakukan fluorescence antibody technique test secara langsung
atau tidak langsung menggunakan cunjugate. Untuk identifikasi
virus dengan flourensecence antibody technique test secara indirek
menggunakan antibodi monoklonal.

d. Uji serologi:

− Uji hemaglutinasi inhibasi (Haemagglutination Inhibition


Test/HI test)

Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang paling


sering dipakai dan digunakan sebagai baku emas pada pemeriksaan
serologis. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:

o Uji ini sensitif tetapi tidak spesifik, tidak dapat menunjukan


tipe virus yang menginfeksi

o Antibodi HI bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama


(48 tahun), maka uji ini baik digunakan pada studi
seroepidemiologi

o Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen empat kali


lipat dari titer serum akut atau konvalesen dianggap sebagai
presumtive positif, atau diduga keras positif infeksi dengue
yang baru terjadi (Recent dengue infection )

− Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation test/CF test)

24
Uji serologi yang jarang digunakan sebagai uji diagnostik
secara rutin karena selain cara pemeriksaan sedikit rumit,
prosedurnya juga memerluikan tenaga periksa yang sudah
berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI, antibodi
komplemen fiksasi hanya bertahan hingga beberapa tahun saja
(2–3 tahun).

− Uji neutralisasi (Neutralisasi Test/NT test)

Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif


untuk virus dengue. Biasanya uji neutralisasi memakai cara
yang disebut Plaque Reduction Neutralization Test (PRNT)
yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Saat
antibodi neutralisasi dideteksi dalam serum hampir bersamaan
dengan HI antibodi komplemen tetapi lebih cepat dari antibodi
fiksasi dan bertahan lama (48 tahun). Uji neutralisasi juga rumit
dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak
dipakai secara rutin.

− IgM Elisa (IgM Captured Elisa/Mac Elisa)

Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi


yang banyak sekali dipakai. Sesuai namanya test ini akan
mengetahui kandungan IgM dalam serum pasien. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam uji mac elisa adalah:

o Pada perjalanan penyakit hari ke 4–5 virus dengue, akan timbul


IgM yang diikuti oleh IgG

o Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, secara cepat dapat


ditentukan diagnosis yang tepat

o Ada kalanya hasil uji negatif, dalam hal ini perlu diulang

o Apabila hari ke 6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai


negatif

25
o IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2–3 bulan setelah
adanya infeksi. Untuk memperjelas hasil uji IgM dapat juga
dilakukan uji terhadap IgG. Untuk itu uji IgM tidak boleh
dipakai sebagai satu–satunya uji diagnostik untuk pengelolaan
kasus.

o Uji mac elisa mempunyai sensitifitas sedikit di bawah uji HI,


dengan kelebihan uji mac elisa hanya memerlukan satu serum
akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI

− IgG Elisa

Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang
sebanding dengan uji HI, hanya sedikit lebih spesifik. Hasil uji
serologi dibaca dengan melihat kenaikan titer antibodi fase
konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik empat kali
kelipatan atau lebih).

e. Metode Diagnosis Baru (RTPCR):

Akhir-akhir ini dengan berkembangnya ilmu biologi molekular,


diagnosis infeksi virus dengue dapat dilakukan dengan suatu uji
yang disebut Reverse Transcriptase Polymerase Chai Reaction
(RTPCR). Cara ini merupakan cara diagnosis yang sangat sensitif
dan spesifik terhadap serotipe tertentu, hasil cepat didapat dan
dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA
dari spesimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan
nyamuk. Meskipun sensitivitas PCR sama dengan isolasi virus,
PCR tidak begitu dipengaruhi oleh penanganan spesimen yang
kurang baik (misalnya dalam penyimpanan dan handling), bahkan
adanya antibodi dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari
PCR.

• Pemeriksaan Radiologi

Kelainan yang bisa didapatkan antara lain:

26
− Dilatasi pembuluh darah paru

− Efusi pleura

− Kardiomegali atau efusi perikard

− Hepatomegali

− Cairan dalam rongga peritoneum

− Penebalan dinding vesika felea (Yusoff, N., 2018).

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tatalaksana dari


Dengue Shock Sindrome
➢ Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan


nyamuk di waktu pagi hingga sore hari , karena nyamuk aedes aktif di
siang hari (bukan malam hari). Hindari pula lokasi yang terdapat banyak
nyamuk di siang hari, terutama di daerah yang terdapat penderita DBD .
Berikut beberapa cara paling efektif dalam mencegah penyakit DBD :

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pengelolaan


sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil
samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) di
tempat air kolam
3. Pengasapan (fogging) dengan menggunakan malathion dan
fenthion.
4. Memberikan bubuk abate (themophos) pada tempat-tempat
penampungan air, seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-
lain (Prasetyono, 2013).

➢ Penatalaksanaan

Tatalaksana DHF yaitu :

27
a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Pasien dirawat di rumah sakit
Berikan pasien banyak minum larutan oralit atau jus buah,
air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang
akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare. Berikan
parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau
ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya
perdarahan (WHO,2009).
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
• Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
• Kebutuhan cairan parenteral
o Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
o Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
o Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
• Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin) tiap 6 jam
• Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan
stabil.

Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48


jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan. Apabila terjadi perburukan klinis berikan
tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi
(compensated shock) (WHO,2009).

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok (DSS)

Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat.Berikan oksigen


2-4 L/menit secarra nasal.Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid
seperti Ringer laktat/asetat secepatnya. Jika tidak menunjukkan
perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan

28
pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30
ml/kgBB/24 jam. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi
hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya
perdarahan tersembunyi; berikan transfuse darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi
perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan
dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara
bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat
dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak kematian terjadi
karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit (WHO,2009)..

c. Tatalaksana komplikasi perdarahan

Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila


mungkin. Bila tidak, beri koloid dan segera rujuk (WHO,2009).

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor risiko dari


Dengue Shock Sindrome
1. Sistem Rujukan
Penderita DBD (demam berdarah dengue)yang berasal dari rujukan
Puskesmas berpeluang 4,5 kali mengalami DSS (dengue shock
syndrome) dibandingkan penderita DBD yang berobat langsung ke
rumah sakit. Hal ini terjadi karena kurangnya kualitas maupun
kuantitas sumber daya yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan baik itu
sumber daya manusia maupun penunjangnya(Lestari, dkk., 2018).
2. Tempat pelayanan kesehatan
Tempat pelayanan kesehatan pada daerah di luar kota besar atau
ibukotasuatu wilayah yang jumlahnya tidak memadai dan lokasinya
jauh menyebabkan masyarakat yang sakit terlebih dahulu berusaha
sendiri menangani keadaan sakitnya nyadan menunda untuk berobat ke
tempat pelayanan kesehatan(Lestari, dkk., 2018).

29
3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di luar kota besar secara umum lebih
rendah yang berpengaruh terhadap persepsi dan perilaku masyarakat
waktu menderita sakit. Hal tersebut menyebabkan masyarakat baru
mau mencari pengobatan atau pelayanan kesehatan setelah benar-benar
tidak dapat berbuat apa-apa(Lestari, dkk., 2018).
4. Onset demam empat hari atau lebih
Penderita DBD yang mengalami demam empat hari atau lebih saat
datang berobat berpeluang mengalami kejadian DSS.Hal ini sesuai
dengan teori dimana perembesan plasma dan penurunan angka
trombosit biasanya terjadi pada masa peralihan dari fase demam ke
fase penurunan suhu yang biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai
kelima. Perembesan plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia dan
kematian(Lestari, dkk., 2018).
5. Peningkatan hematokrit
Peningkatan hematokrit sampai 20% atau lebih dianggap sebagai bukti
objektif adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan
kebocoran plasma (Lestari, dkk., 2018).
6. Trombositopenia
Kadar trombosit rendah akan meningkatkan risiko terjadinya DSS.
Kadar trombosit yang rendah itu karena adanya gangguan kontinuitas
vaskuler yang dapat menyebabkan perdarahan spontan dan
memperbesar kemungkinan terjadinya syok hipovolemik (Raihan et al,
2010).

8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi dari


Dengue Shock Sindrome
Komplikasi yang dapat terjadi berupa syok berulang, kegagalan
pernafasan akibat edema paru atau kolaps paru, efusi pleura, acssites,
ensefalopati dengue, kegagalan jantung dan sepsis (Raveendran, 2017).

30
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prognosis dari
Dengue Shock Sindrome
Secara umum,prognosis dengue syok sindrom adalah buruk. Tetapi
tergantung dari beberapa faktor seperti lama dan beratnya renjatan,
adekuat tidaknya penanganan,ada tidaknya syok yang terjadi terutama
dalam 6 jam pertama pemberian infus dimulai, panas selama renjatan dan
tanda-tanda serebral (Raveendran, 2017).

31
LANGKAH 8:
PETA KONSEP (MIND MAP)

32
LANGKAH 9:
KESIMPULAN
Adanya demam, mimisan, dan anti IgG dan IgM positif mengindikasikan
adanya diagnosis DBD, dengan diikuti tanda akral dingin, adanya penurunan
kesadaran menjadi indikasi adanya syok pada DBD, sehingga pasien didiagnosis
mengalami Dengue Syok Sindrom (DSS), dan diikuti pula onset demam lebih dari
4 hari menjadikan indikasi faktor risiko terjadinya DSS pada pasien DBD.

Pada pemeriksaan nadi pasien teraba cepat halus, sehingga


mengindikasikan DSS pada derajat III (berat). Pada pasien dilakukan tatalaksana
gawat darurat dengan pemberian oksigen dan cairan kristaloid, dan jika terdapat
pertimbangan adanya perdarahan tersembunyi maka perlu dilakukan tranfusi
darah/komponen dengan tetap melakukan pemantauan tanda klinis dan
laboratorium pada pasien.

33
DAFTAR PUSTAKA

Blanchette V, Cines DB. 2002. Idiopathic thrombocytopenic purpura. N


Engl J Med; 364(1):995-1008.

Budiarta, I Gede, Raveendran, shobana. 2016. Dengue Shock Syndrome.


Denpasar: BAGIAN/SMF ILMU ANESTESI DAN REANIMASI FK
UNUD/RSUP SANGLAH

Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls. 2004. Diagnosis dan Tata
Laksana Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics
Problem. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72

Hadinegoro, S.Sri Rezeki. 2011. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue


di Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta

Guzman MG, Kouri G. 2007. Dengue diagnosis, advances and challenges.


Int J Infect Dis; 8:69-80

Kementrian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi


Kementrian Kesehatan RI Situasi DBD. 2016.

Lestari, Kadek Dian. dkk. 2018. Faktor risiko kejadian dengueshock


syndrome pada pasien demam berdarah dengue di RSUP Sanglah Denpasar tahun
2015. MEDICINA Vol. 49, number 3: 320-324

Nadesul, H. 2007. Cara mudah mengalahkan demam berdarah.Jakarta :


Penerbit Buku Kompas.

Prasetyono, D.S. 2013. Daftar Tanda & Gejala Ragam Penyakit.


Jogjakarta: FlashBooks.

Raihan., S.R.S Hadinegoro., A.R Tumberlaka. 2010. Faktor Terjadinya


Syok pada Demam Berdarah Dengue.Jurnal Sari Pediatri. 12(1): 47-52

Raveendran, S., Budiarta, I.G. 2017.Dengue Syok Sindrom. Denpasar:


Universitas Udayana.

34
Soedarto, 2012. Demam Berdarah Dengue.Jakarta: Sagung Seto.

Stasi R, dkk. 2008. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura: Current


Concepts in Pathophysiology and Management. Schattauer GmbH; 231(4):66-75

World Health Organization.2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah


Sakit : Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.

Yusoff, Nur Syafiqah B. M. 2018. Demam Berdarah Dengue. Denpasar:


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

35

Anda mungkin juga menyukai