Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN SISTEM RESPIRASI DENGAN KELELAHAN

Faituqe/ kelelahan adalah suatu fenomena fisiologis, suatu proses terjadinya keadaan
penurunan toleransi terhadap kerja fisik. Terjadinya fatique dapat disebabkan oleh
berbagaimacam hal, baik secara fisiologi maupun pathofisiologi. Fatique juga bisa karena
kita tidak mencukupi gizi untuk pemenuhan sehari- hari, kurang tidur, stress, hormone, dan
aktivitas kita yang telah kita lakukan.

Dalam presentasi kali ini kami akan coba menjelaksan keleahan secara system respirasi baik
secara fisiologis maupun pathologis. Tetapi pada kejadian fetique pada system respirasi juga
tidak dapat di hilangkan dari pengaruh system lain, seperti kardio, neuro, renal dll. Karena
semua saling mempengaruhi.

Pada system respirasi, fatique sering terjadi akibat karena terjadinya penurunan suplai
oksigen dalam darah yang akan mengganggu terjadinya produski ATP. Tetapi perlu kita
ketahui ternyata banyak factor selain itu terjadi. Dalam presentasi sebelumnya kita sudah
mengenal dan mempelajari terjadinya dyspnea, nyeri dan penurunan kesadaran, hal itu
dapat memanisfestaikan terjadinya kelelahan terhadap diri seseorang.

Berikut prosesnya;

Secara fisiologi system pernafasan diatur oleh medulaoblogata yang ada pada otak/cerebral
dimana medulla obloata akan mengatur system ritmis penafasan sesorang dan dibantu juga
oleh pneumotaxic dan apneustic sebagai control pernafasan saat kita melakukan aktivitas.

Sehingga saat kita melakukan aktivitas yang berlebih (type of activity), dan type muckle
fiber, seperti lari, atau olah raga, akan mengaktifkan area CCR, dimana CCR akan
mengaktivasi Pneumotaxic dan apneustix agar dapat melakukan inspirasi dan ekspirasi lebih
cepat agar dapat mencukupi kebutuhan oksigen dalam darah untuk proses terjadinya
metabolisme. Dan kita dapat melihat terjadinya peningkatan pergerakan otot-otot
pernafasan, apa bila otot-otot pernafasan tidak dapat mengimbangin kebutuhan oksigen
yang diperlukan oleh sel, maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan dari kontraktilitas
otot* pernafasan hal itu disebut dengan kelelahan otot* pernafasan. Yang dapat
mengakibatkan terjadinya syncope dan gagal nafas, dan cardiac death pada pasien
tersebut.

Tipe aktivitas ini perlu dikaji dari berbagai bidang baik secara fisiologi atau patofisiologi,
terutama pada atlet, karena orang itu tidak mengalami kelelahan tetapi dapat tiba*terjadi
cardiac death saat dia beraktivitas akibat metabolisme anaerob dan chonotopic
incompetence pada system cardio.

Terjadinya kenaikan suhu, kenaikan suhu pada tubuh seseorang yang dapat mengakibatkan
terjadinya kelelahan tidak dapat di prediksi karena tergantung setiap individu itu sendiri
sama halnya seperti kejang pada anak. Pada proses terjadinya kenaikan suhu akibat suhu
ekstrim/ panas ekstrim dari luar akan memberikan dampak pada tubh untuk melakukan
proses metabolisme sehingga tubuh lebih banyak membutuhkan okesigen sehingga akan
merangsang CCR untuk dapat mengaktifasi VRG dan DRG untuk dapat mencukupi
kebutuhan oksigen dalam tubuh. Tidak hanya itu pada suhu tinggi maka hypothalamus akan
merangsan proses pengeluaran keringat sehingga suhu tubuh akan terjaga, jika keringat
yang dikelurkan akan terus menrus akan mengakibatkan terjadinya eksresi ionic tubuh dan
mengakibatkan hipovolum (dehidrasi) yang akan mengakibatkan terjadinya gangguan difusi,
hal ini akan mengakibatkan kelelahan. Dan suhu yang meningkat diluar juga akan dapat
mengakibatkan vaso kontriksi pembuluh darah serebral yang akan mengakibatkan heat
stroke. Tidak hanya itu kenaiikan suhu dari dalam akibat terjadinya infeksi juga dapat
mengakibatkan terjadinya kelehan yang diakibatkan karena CCR dan proses gangguan difusi,
dan gangguan ventilasi.

Stimulasi nyeri, hal ini sudah kita pelajari dalam pertemuan minggu kemarin, dan skrang
kenapa nyeri dapat menyebabkan terjadinya kelelahan, maka disini akan kami coba jelaskan
stimulasi nyeri baik akibat dilihat dari berbagai macam proses antara inflamasi, blodd
cloting, bradykinin, serotonin, dan iskemia akan merespon medulla oblongata dan CCR
sehingga akan mengaktifasi VRG dan DRG yang mengakibatkan terjadinya kebutuhna
oksigen meningkat sehingga tubuh akan menunjukan peningkatan pergerakan otot-otot
penafasan, yang dimana reseptor nyeri itu akan mengakibatkan seseorang akan malas
bergerak karena gangguan muskoloskeletal sehingga mengalami kelelahan atau mobilisasi
fisik. Tetapi kelelahan system pernafasan di spesifikasi karena injuri/ trauma yang
mengakibatkan stimulasi nyeri atau mengakibatkan kerusakan regulasi pernafasan, yang
akan mengakibatkan terjadinya hipoventilasi dan terlihat kepasiennya mengalami
pernafasan lambat & dangkal (syspnea) sehingga karena terjadinya dyespnea maka CO2
akan sulit dikeluarkan sehingga terjadi hiperkapniea dimana CO2 > 50 mmHg. Saat Co2
dalam darah meningkat, maka sumsum tulang akan merespon melalui cairan cerebro spinal
dan merangsang CCR dan hal yang sama akan terjadi seperti tipe aktivitas dan temperature.

Fatique dalam system pernafasan juga dapat diakibatkan karena gangguan difusi dimana
gangguan difusi ini bisa terjadi karena berbagai banyak hal antara lain karena emboli. Emboli
atau udarayang ada dalam system pernafasan bisa disebabkan karena DIC, tindakan
pembedahan, partus/SC, trauma atau siskulasi sitemik. Misalnya sirkulasi sitemik, adanya
emboli pada bagian pembuluh darah lain, contohnya vena maka udara bebas tadi akan
masuk kedalam sirkulasi sistemik dan dari IVC/SVC akan masuk kedalam RA lalu udara akan
masuk ke RV setelah ke RV akan masuk Ke AP udara(emboli) menyumbat AP maka
seseorang tidak akan mengakibatkan terjadinya kelehan begitu saja, tetapi akan mincul
terjadinya proses yang perlahan/ yang disebut dengan hipertensi pulmonal, karena
terjadinya emboli di arteri pulmonalis, maka RV akan membutuhkan tekanan berlebih untuk
memasukan darah ke AP, sehingga tekanan paru disana akan meningkat > 25 mmhg, maka
saat RV tidak mampu memompakan darah ke AP atau darah tidak dapat dialirkan dari RV ke
pulmonalis melalui AP karena kontraktilitas RV menurun/ adanya emboli tadi
mengakibatkan volume darah sedikit masuk keparu untuk di difusi maka disini akan terjadi
gangguan difusi. Begitu juga saat terjadinya blood cloting/ thrombus yang lepas dan masuk
kedalam sirkulasi sitemik dan masuk keparu. Proses gangguan difusi tidak hanya akibat
emboli tetapi juga dapat dikarenakan terjadinya anemia atau ARDS, dimana eritrosit yang
membawa HB dan mengikat oksigen karena magnesium. Jika HB/ magnesium/eritrositnya
mengamali masalah maka akan mengalami gangguan difusi.

Dimana jika terjadi gangguan difusi maka O2 tidak dapat didifusikan secar baik,dan
mengakibatkan O2 gagal disirkulasi yang ditandai dengan O2 dalam darah turun < 50 mmHg
(hipoksemia). Dimana akanmengakibatkan terjadinya hipoksiajaringan dan terjadi gangguan
pada metabolisme dari sirklus krab, yang hasilnya ATP (adenosine Triposopat) turun karena
metabolisme anaerob, dimana ATP itu adalah hasil metabolisme yang digunakan sebagai
energy, saat energy turun maka seseorang akan mengakibatkan kelelahan. Tidak hanya itu
gangguan ventilasi juga dapat mengakibatkan terjadinya metabolisme anaerob yang
diakibatkan karena terjadinya ganggua perfudi yang mengakibatkan terjadinya hipoksemia
sehingga mengakibatkan metabolisme anaerob yang menjadikan produksi ATP dalm sel
Turun. Akibat dari gangguan difusi dan gangguan ventilasi yang mengakibatkan terjadinya
hipoksemia dapat dilihat pada pasien dengan adanyatanda-tanda keringat dingin, sop2
turun, dan sesak nafas. terjadinya metabolisme anaerob tidak hanyamengakibatkan
peroduksi ATP menurun tetapi juga dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan asam
laktat dalam sel, yang mengakibatkan terjadinya ion hydrogen meningkat sehingga
membuat PH turun, dan mengakibatkan penurunan kemampuan pengikat ion Ca++.
Terjadilah sarcoplasmic reticulum melepaskan Ca++ shingga akan mengganggu terjadinya
axis potensial cell membrane menjadi menurun sehingga terjadi gagal kontraktilitas pada
membrane sel/ otot yang menjadikan seseorang terjadinya kelelahan.

Metabolisme anaerob juga dapat menyebabkan terjadinya iskemic karena adanya hipoksia
jaringan dimana terjadi pelepaan ion K+ meningkat, H+ menigkat, Na+ turun dimana hal ini
dapat mengakibatkat sebagai stimulus nyeri juga dapat mengakibatkan penurunan axis
potensia membrane cell yang dpat mengakibatkan kelelahan karena terjadi gagal
kontraktilitas sel otot.

Terjadinya proses metabolisme anaerob selain diparu juga dapat meggangyu system organ
lain seperti jantung yang akan mengakibatkan terjadinya aritmia,dan kelaian sel otot
jantung yang akan berdampak pada kontraktilitas (EF) jika EF turun maka terjadinya
penurunan Cardiac output, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan.

Emboli/ clooting pada system pernafasan, juga dapat mengakibatkan terjadinya masalah
yang dapat mengakibatkan karena emboli/ kloting dlm sirkulasi pernafasan lepas, dan
terdawa dalam sirkulasi sitemik dan menyumbat dada bagian pembuluh darah lain seperti
arteri akan mengakibatkanterjadinya Periperal atrial disesase atau acute limb iskemi yang
akan mengakibatkan gangguan difusi dan terjadinya kelahan anggota gerak disana, jika
terjadi pada vena akan mengakibatkan Deep vain thrombus dan akan mengakbatkan
ganguan difusi dan mengakibatkan kelelahan.

Anda mungkin juga menyukai