Anda di halaman 1dari 29

PERAWATAN MENJELANG

AKHIR HAYAT
MONICA SAPTININGSIH
TUJUAN PEMBELAJARAN

 MEMAHAMI MANFAAT MENGINFORMASIKAN KONDISI MENJELANG


KEMATIAN/AKHIR HAYAT
 MEMAHAMI PATOFISIOLOGI KEMATIAN
 MEMAHAMI TANDA GEJALA KEMATIAN
 MEREFLEKSIKAN MAKNA KEMATIAN
 MEMAHAMI PERAN PERAWAT DALAM PROSES KEMATIAN DAN
SESUDAH KEMATIAN
MENGENAL KONDISI MENJELANG
AKHIR HAYAT
Manfaat menginformasikan tanda dan gejala seseorang yang menjelang kematian
pada pasien dan keluarganya
 Membantu pasien mengatasi stress yang dialami
 Mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan spiritual
 Membantu keluarga mengetahui harapan pasien
 Memfasilitasi orang atau sesuatu hal yang dinantikan
Saat terlihat kematian pasien semakin dekat, menyiapkan keluarga untuk
mendengarkan harapan pasien selama menghadapi waktu terakhirnya.
Diskusikan perasaan keluarga pasien mengenai kondisi pasien dan kesediaan
mereka akan kehilangan anggota keluarga mereka
PATOFISIOLOGI KEMATIAN
 KEMATIAN SEL
 Apoptosis
o Bagian dari proses kehidupan
o Berfungsi menjaga keseimbangan populasi sel dalam jaringan dan organ yang sehat secara
normal, fungsi protektif terkait sistem imun dan inflamasi serta proses penuaan
o Manifestasi: perubahan sruktur dan fungsi sel diinisiasi berbagai senyawa kimiawi/enzim yang
merubah struktur inti sel
 Kematian sel akibat efek bahan berbahaya atau stressor lingkungan
o Injuri sekelompok sel  nekrosis  irreversible  bagian proses/mekanisme kematian
o Penyebab: hipoksia, faktor fisik, zat kimia, agen biologis (virus, bakteri) gizi buruk, kerusakan
kromosom sel, deviasi mekanisme imun
o Kematian secara klinis: kumpulan berbagai proses nekrosis yang dimulai di tingkat sel – jaringan
– organ – sistem organ  mempengaruhi sistem pernapasan, sirkulasi dan akhirnya fungsi otak
APOPTOSIS
Kematian sel = apoptosis = kematian yang terprogram

Apoptosis merupakan sebuah Fungsi apoptosis: untuk menjaga keseimbangan


fenomena dimana sel terprogram populasi sel dalam jaringan dan organ yang sehat
secara genetik untuk melakukan secara normal; fungsi protektif terkait sistem imun
bunuh diri → kejadian yang dan inflamasi serta proses penuaan
menjadi bagian dari proses
kehidupan
Apoptosis pada sel terjadi secara individual
Proses apoptosis juga berfungsi tanpa menyebabkan atau mempengaruhi sel
memungkinkannya tersedia ruang untuk yang berada disekitarnya
sel-sel normal dan sehat, dan hal tersebut
sangat penting untuk sel-sel baru untuk Hal ini terjadi dalam kondisi tanpa penyakit
digantikan oleh sel yang lebih sehat dan kejadian tersebut berlangsung secara
periodik pada setiap orang bahkan terjadi
Manifestasi: perubahan sruktur dan fungsi setiap hari
sel diinisiasi berbagai senyawa kimiawi/
enzim yang merubah struktur inti sel
NEKROSIS
Nekrosis = kematian sel akibat pengaruh stressor lingkungan → merusak
sel
Stressor yang menyebabkan nekrosis Nekrosis merupakan injuri sel
diakibatkan injury sel yaitu hipoksia yang bersifat irreversible
akibat kekurangan oksigen, faktor fisik,
agen bioogis (bakteri /virus), respon
imunologis dll Nekrosis yang berkelanjutan
akan mengakibatkan kematian

Kematian klinis mengindikasikan adanya kumpulan dari berbagai


kejadian proses nekrosis yang mana dimulai pada tingkat sel lalu
berkembang pada tingkat jaringan, organ dan sistem organ

Kerusakan-kerusakan tersebut akhirnya mempengaruhi fungsi sistem


pernapasan dan sirkulasi hingga akhirnya fungsi otak
NEKROSIS
Mekanisme Proses Nekrosis

Diawali terjadinya injury keluarnya cairan dan elektrolit sel (natrium


pada membran plasma sel dan kalium melalui membrane sel)

Disusul kerusakan mitokondria Kerusakan Retikuloendoplasma

ATP ↓ Gangguan sintesis protein

P↑ Asidosis sel Gangguan memperbaiki sel

Ggn Elektrolit Sel

Ggn Pompa Na K Pengeluaran enzim Autodigesti

Ggn Permeabilitas cairan Edema Sel


PATOFISIOLOGI KEMATIAN

 KEMATIAN SOMATIK
 Rangkaian proses kematian yang mana semua proses kehidupan seseorang berakhir ditandai
berakhirnya pernapasan dan sirkulasi
 Makna kematian klinis: suatu kondisi pasien ymengalami kematian otak yang mana fungsi
pernapasan dan kematian berlangsung atas bantuan alat-alat pendukung hidup.
 Proses kematian berlangsung lama, tanda gejala fisik akibat penyakit kronis berubah menjadi
bagian proses kematian hingga kematian itu terjadi
o Impending death: kondisi mampu bertahan hidup diperkirakan < 4 minggu
o Imminent death; kondisi mampu bertahan hidup diperkirakan < 1 minggu
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BEBERAPA
SISTEM ORGAN TUBUH SELAMA PROSES
KEMATIAN BERLANGSUNG

Perubahan Sistem Perubahan Sistem


Kardiovaskuler Respirasi

Perubahan Sistem Perubahan Sistem


Saraf Pencernaan

Perubahan Sistem
Muskuloskeletal
Manifestasi proses kematian somatik
 Perubahan sistem kardiovaskuler
 Akibat menurunnya CO secara bertahap
 Perubahan sistem pernapasan
 Penurunan efektivitas proses pernapasan akibat penurunan CO
 Perubahan sistem persarafan
 Berkaitan dengan memburuknya sistem pernapasan dan sirkulasi – suplai darah ke otak
menurun
o Perubahan fungsi kognitif: menghindar dan menarik diri dari interaksi sosial
o Kemampuan komunikasi verbal dan non verbal menurun
o Periode konfusi bahkan halusinasi dan delusi

 Kehilangan fungsi saraf dan penurunan fungsi indra


 Kondisi imminent death: agitasi, mengerang seperti kesakitan, delirium berlanjut pada
koma (fungsi dan reflek batang otak hilang)
 Tahap akhir kegagalan fungsi saraf: inkontinensia urin dan alvi
Manifestasi proses kematian somatik
 Perubahan sistem pencernaan
 Awal: anoreksia  penurunan BB
 Penurunan kemampuan menelan makanan dan minuman
 Perubahan sistem muskuloskeletal
 Penurunan dan kegagalan fungsi organ2 vital  kekuatan otot menurun-hilang  sendi kaku
 pergerakan tubuh secara umum menurun
 Tanda-tanda fisik lain:
 Dehidrasi
 Daun telinga menjadi datar dan sejajar dengan kepala
 Kehilangan kontrol suhu
 Leher semakin hiperekstensi
 Kelopak mata terbuka setengah
 Apnea dan henti jantung
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada masa impending maupun imminent death maka akan terjadi perubahan fungsi
system kardiovaskuler yang cukup signifikan

Sebagian besar diakibatkan karena menurunnya kemampuan pompa


jantung secara bertahap (P↓ Cardiac Output) diakibatkan karena miokard
fungsinya menurun

Nadi ↓ → suplay O2 ↓ → Suhu perifer ↓

Reaksi kompensasi: HR ↑ dengan irama distritmia, dilanjutkan


nadi menjadi turun kembali

Perfusi ↓ → Sianosis, kulit pucat, kulit menjadi seperti dilumuri lilin, dan tampak
bitnik-bitnik merah kebiruan pada lutut, tungkai kaki bagian bawah dan tungkai
tangan bagian bawah

Terkadang timbul adanya udem terutama bagian tungkai kaki bawah akibat perubahan
permeabilitas pembuluh darah (Vasodilatasi)
Perubahan Sistem Respirasi
Kondisi gangguan system respirasi akan mengakibatkan kerusakan ataupun gangguan
pernapasan yang selanjutnya mengakibatkan cardiac output ↓ serta akan meningkatkan
kerja otot – otot pernapasan

Kondisi ketika CO ↓ yang P↓ otot pernapasan juga akan


diakibatkan gangguan mempengaruhi terjadinya
jantung, maka akan terjadi penumpukan secret yang diakibatkan
peningkatan tekanan paru, gangguan reflek batuk
yang akhirnya
mengakibatkan perubahan O2 ↓
permeabilitas kapiler di
paru, yang akhirnya terjadi
perpindahan cairan → Perfusi miokard ↓
edema paru

Kegagalan memompa darah


Perubahan Sistem Saraf
Ketika terjadi penurunan perfusi di serebral, maka akan mengakibatkan terjadinya
gangguan fungsi otak

Pada proses impending maupun imminent death: fungsi dasar otak akan
semakin mengalami gangguan

Gangguan meliputi:
1. Gangguan fungsi indera
2. Gangguan respon terhadap nyeri dan suhu
3. Gangguan fungsi kesadaran

Pada kondisi imminent death maka pasien mengalami kegelisahan yang membuat tidak rileks,
mengerang seperti kesakitan, agitasi dan kemungkinan terjadi delirium sampai ke koma

Kondisi selanjutnya akan mempengaruhi batang otak, yang mana akan mempengaruhi kondisi
fungsi control system kardiovaskuler dan system respirasi
Perubahan Sistem Saraf

Kehilangan reflek batuk dan menelan disertai kelemahan pada otot faring maka secret atau
cairan akan terakumulasi pada tenggorakan yang mengakibatkan timbulnya suara bising
seperti berkumur yang mana kondisi ini disebut dengan “Death rattle”

Tanda dan gejala fisik tahap akhir dan kegagalan fungsi neurogis adalah kehilangan
kemampuan kontrol buang air besar dan buang air kecil, kondisi ini bisa terjadi pada
seseorang dengan manifestasi seperti diare atau inkontinensia urin
Perubahan Sistem Pencernaan

Pada tahap awal perubahan terjadi berupa kehilangan nafsu makan atau kurang nafsu
makan (anoreksia), hal ini dapat terjadi akibat penurunan dan kegagalan fungsi
neurologis

Anoreksia diawali dengan tidak ada selera makan atau seiring nafsu makan
semakin memburuk hingga mengalami kehilangan nafsu makan

Intake tidak adekuat (karbohidrat, protein) → P↓ berat badan, P↓


sintesis protein pada tingkat sel

Otot kehilangan kemampuannya melakukan kontraksi, yang hal ini mengakibatkan


gangguan fungsi kerja jantung, respirasi dan musculoskeletal serta otot-otot pencernaan
juga (gerakan persitaltik usus) → konstipasi
Perubahan Sistem Pencernaan

Kondisi intake cairan yang menurun akan mengakibatkan tubuh mengalami dehidrasi

Dehidrasi juga mempengaruhi volume cairan intravaskuler sehingga terjadi


penurunan TD dan gangguan perfusi jaringan tubuh

Dehidrasi akan mempengaruhi penurunan output urin secara bertahap


dan akan mempengaruhi fungsi ginjal

Kondisi tersebut membuat ginjal mengalami kesulitan untuk mengeliminasi zat-zat


metabolic yang berada dalam sirkulasi darah (zat toksik terhadap sel otak), lebih
lanjutnya bias merusak sel tubuh lain dan memperburuk system neurologis dan
gastrointestinal
PROSES KEMATIAN
 Umumnya beberapa tanda dan gejala sifatnya menunjukan kondisi irreversible
(Emanuel & Libarch)

 Bila memungkinkan menghentikan setiap intervensi yang dinilai dapat


memperburuk kondisi pasien sehingga tujuan perawatannya yang sesuai dengan
diharapkan oleh pasien dapat tercapai

 Beberapa intervensi dapat tetap dilanjut yang mana tujuan dari intervensi tersebut
untuk mengatasi rasa nyeri dan kesulitan bernapas, delirium type hyperactive
tahap terminal, mengurangi secret dan untuk mencegah terjadinya kejang.
PERAWATAN AKHIR HAYAT
PADA 48 JAM TERAKHIR
 MANAJEMEN NYERI
 Identifikasi stimulus yang sifatnya merusak dan reversible
 Identifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan intensitasnyeri
 Memberikan opioid saat faktor pencetus ditemukan
 Jika sesuai dan memungkinkan, beri adjuvant analgesic
 MANAJEMEN AGITASI
 Identifikasi penyebab agitasi/delirium dan mengatasinya (bila memungkinkan): keracunan obat
(opioid neurotoxic), gangguan metabolisme, ketidaknyamanan fisik dan kecemasan
 3 jenis agitasi: hiperaktif, hipoaktif dan campuran/gabungan
 MANAJEMEN MUAL MUNTAH -- terapi
 MANAJEMEN SEKRET DI JALAN NAPAS
 Death rattle  perubahan posisi, pemberian obat farmakologi untuk mengontrol sekresi, tindakan
suction
 MANAJEMEN DYSPNEA
 Intervensi farmakologis dan non farmakologis
 ORAL CARE
 Mulut kering umum terjadi, disebabkan kurang minum, efek samping obat, bernapas melalui mulut
 Mempertahankan kelembaban dan kebersihan mulut
 Melibatkan keluarga pasien atau caregiver
 MASALAH MIKTURISI
 Retensi urin, inkontinensia urin  pemeriksaan fisik  penanganan & perawatan
 PERAWATAN PENCERNAAN
 Konstipasi  laxative, suppositoria, manual tinja
 Diare  memelihara kondisi bersih dan nyaman
 PERAWATAN KULIT
 Mencegah dekubitus, pengkajian dengan Braden skala
PERAWATAN AKHIR HAYAT DI RUMAH

HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN


 Pihak keluarga bersedia mendampingi dan membantu memberikan layanan pada pasien
 Perawat akan mengunjungi pasien setiap hari atau lebih sering tergantung kondisi pasien
 Ada tenaga dokter yang bersedia melakukan kunjungan jika diperlukan
 Memiliki kemampuan memberikan perawatan secara tim untuk merespon cepat masalah
baru yang muncul
 Memastikan bahwa ada sarana untuk merujuk pasien ke rumah sakit bila kondisi tidak
dapat diatasi di rumah
TINDAKAN PADA PASIEN YANG TELAH
DINYATAKAN MENINGGAL
 Lakukan pengkajian secara teliti untuk memastikan:
 Suara jantung tidak terdengar
 Nadi tidak teraba
 Bunyi napas tidak terdengar
 Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan usaha bernapas
 Pupil dilatasi dan tidak berespon terhadap cahaya
 Badan pucat seperti lilin
 Kulit teraba dingin
 Umumnya mata terbuka
 Dagu nampak terjatuh dan terkulai
 Dokumentasi hasil observasi dan riwayat proses kematian pasien di rekam medik
ISSUE atau MAKNA KEMATIAN

 PADA ANAK
 DEWASA MUDA
 DEWASA PERTENGAHAN
 DEWASA TUA

Pengalaman berduka seseorang berbeda-beda


Komunikasi terapeutik:
• dukung pasien untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka dan jujur termasuk terhadap anggota
keluarganya;
• bantu pasien mengenal emosi, ketakutan, dan harapannya;
• mengarahkan anggota keluarga untuk peduli terhadap persepsi dan perhatian pasien
ALUR PROGNOSIS PASIEN
MENJELANG AKHIR HAYAT
1. Kemampuan mempertahankan fungsi fisik dan mental dalam jangka waktu lama, kecuali
kondisi terminal
 perawatan suportif paliatif atau perawatan hospis pada pasien dan keluarga
2. Penurunan secara perlahan kemampuan fisik yang dapat diperburuk dengan kondisi serius,
sehingga kematian yang bersifat mendadak dapat terjadi bila kondisi memburuk tiba-tiba
 Perlu penanganan dokter dan perawat yang cepat tanpa mempengaruhi kemampuan fungsional
pasien; mencegah komplikasi serius dan mempertahankan kualitas hidup pasien
3. Kehilangan fungsi fisik dan mental yang berlangsung lama sehingga kondisi ini
membutuhkan perawatan secara individual akibat memburuknya kemampuan pasien
membutuhkan dukungan yang lama terutama ADL dan rasa nyaman
PERAN PERAWAT SETELAH KEMATIAN
Periode sesaat setelah pasien meninggal merupakan waktu yang sangat emosional bagi
semua yang terlibat dalam proses perawatan pasien seperti keluarga, sahabat, petugas
kesehatan, bahkan pasien lainnya
 Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
 Beri kesempatan waktu di samping jenasah, sediakan kondisi yang lebih privasi dan
nyaman (menutup tirai, menurunkan pagar tempat tidur/hek, ketinggian bed)
 Sampaikan pada keluarga untuk meninggalkan sejenak dan dapat kembali lagi 15 mt
kemudian (mengacu pada SOP terkait lama di ruangan)
 Libatkan keluarga untuk merapikan barang-barang pasien, memandikan pasien,
merawat jenasah
 Informasikan lisan dan tertulis hal-hal terkait surat kematian, administrasi, alur serah
terima jenasah pada anggota keluarga yang dapat diajak komunikasi
 Perawatan paliatif tetap berlanjut setelah pasien meninggal sebagai bentuk
penghargaan, menjaga martabat jenasah, dan masa berduka keluarga

Anda mungkin juga menyukai