Anda di halaman 1dari 2

Resume Kuliah Bersama, 04 November 2020

Rahadian Dandyaswara Hidayat 18/427989/PS/07688

Dalam kesempatan kuliah Psikologi PARBK pada hari ini diampu oleh dr. Purboyo
Solek, SpA(K) selaku dosen tamu. Beliau membahas tentang Autism Spectrum Disorder/
ASD atau singkatnya tentang autisme. ASD merupakan gangguan neurodevelopmental yang
umum dijumpai pada anak- anak dan remaja, masyarakat sering menyebutnya dengan istilah
anak autis bagi para penderitanya. Pada awalnya, orang tua dari anak yang menderita ASD
seringkali melewati fase kesedihan, kemarahan dan rasa tidak terima sampai akhirnya mereka
menerima kenyataan tersebut. Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan gangguan ini namun
hal itu dapat dikelola dengan baik dengan menemukan solusi yang kreatif dengan rasa cinta,
pengertian, harapan, dan pengetahuan yang cukup.

Dalam mendiagnosis ASD dapat diperhatikan beberapa aspek. ASD dapat memiliki
beberapa tanda di awal fase balita seperti dapat mengatakan beberapa patah kata namun
setelah itu tidak muncul lagi, atau sangat jarang. Banyak orang tua mengartikan hal ini
sebagai wajar namun sebenarnya belum tentu sebagai hal yang wajar. Oleh karena itu
diagnosis pada awal perkembangan sangatlah penting untuk mendapatkan penanganan yang
tepat sedini mungkin.

Dalam perkembangannya, istilah ASD juga dikenal sebagai PDD atau Pervasive
Developmental Disorder pada DSM IV. Pada DSM V Autistic Spectrum Disorder aspek
gangguan komunikasi digabung dengan interaksi dan tidak lagi mencantumkan Rett Disorder
dan Childhood Disintgrative Disorder. ASD dapat dibedakan berdasarkan angka IQ. Pada
angka dibawah 70 atau dibawah normal, terdapat mereka yang mengalami gangguan autistik.
Dan pada IQ di atas 120 atau di atas normal terdapat asperger syndrome.

Pada Autistic Disorder (IQ<70), perkembangan bahasa yang dialami oleh balita
tertunda. Dalam kurun waktu 6 bulan menunjukkan cooing dan babling namun tiba- tiba
hilang begitu saja. Inilah yang sulit dibedakan apakah anak mengalami autistik atau tidak,
karena banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa hal itu tidaklah wajar. Untuk berbicara
terjadi secara lambat atau bisa jadi tidak mampu sama sekali. Selain itu pada anak autistik
memiliki kemampuan mengingat yang luar biasa/ memory photography pada apapun itu
seperti pemandangan tertentu dan biasanya lebih cocok apabila diberikan pembelajaran
secara visual, akan tetapi memiliki kemampuan yang rendah dalam logika. Anak yang
mengalami autistik biasanya memiliki tingkat empati yang rendag dan cenderung menarik
diri secara sosial seperti duduk bersandar di pojok ruangan walaupun ada anak seusianya di
sekitarnya.

Selain Autistic Disorder, pada ASD juga terdapat autisme dimana penderianya
memiliki sindrom autistik yang berfungsi tinggi (IQ>120/ diatas normal). Jenis autisme ini
biasa disebut dengan autis savant/ asperger syndrome. Para penderita autis savant memiliki
kapasitas memecahkan persoalan yang tidak biasa seperti dapat mengitung dengan cepat
meskipun angka yang dihitung memiliki digit yang banyak, mengingat kalender, tempat, dan
lain- lain namun mereka tidak dapat menyelesaikan problem sehari- hari seperti merawat diri,
makan, mandi, dan lain- lain. Pada Asperger Syndrome anak memiliki kemampuan sosial
yang rendah dan memiliki kontak mata dan posisi tubuh yang abnormal.

Pada ASD, area perkembangan yang terganggu adalah interaksi sosial yang memiliki
hubungan dua arah dengan komunikasi/ bahasa, perilaku, kognisi, motorik, emosi, dan
persepsi sensoris. Pada tipe interaksi autis dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Aloof (kontak
yang minim, tidak mampu mempertahankan interaksi), pasif (mampu interaksi sesaat), dan
aktif/aneh (perilaku aneh dan bergerak kesana dan kemari). Sedangkan pada tingkat
intelegensia dibedakan menjadi tiga yaitu low (keterbelakangan mental berat), middle
(sedang) dan high (keterbelakangan ringan).

Dalam penanganan anak autis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Untuk
mencapai output perlu diperhatikan beberapa faktor seperti usia berapa anak mulai diberikan
terapi, intensitas terapi, metodologi terapi, keterlibatan orang tua, dan karakteristik anak
seperti level intelejensi, kapasitas bahasa, dan masalah bahasa. Pilihan untuk penanganan ada
berbagai macam seperti PECS, TEACHH, terapi perilaku dan berbicara, farmakologi, dan
edukasi. Untuk edukasi anak autis ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti
memahami setiap individu, menghargai perbedaan, mengenali kekuatan dan minat bakatnya,
dan mengenali kesulitan belajar yang muncul.

Anda mungkin juga menyukai