Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan Tenag
Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan Tenag
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Oleh:
1111101000037
JAKARTA
1436 H / 2015 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, September 2015
Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat Pelaksana Dengan Metode
Workload Indicator Staff Need (WISN) di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi Tahun 2015
xiii+109 halaman, 13 tabel, 2 bagan, 5 lampiran
ABSTRAK
RSUD Kota Bekasi merupakan rumah sakit tipe B non pendidikan milik
pemerintah Kota Bekasi. Menurut Permenkes 340/MENKES/PER/III/2010 bahwa rumah
sakit tipe B memiliki perbandingan tenaga perawat dan tempat tidur sebesar 1:1.
Berdasarkan data rumah sakit tahun 2015, rasio antara jumlah perawat dan tempat tidur
adalah 255: 307. Rasio jumlah perawat dan tempat tidur yang tidak seimbang ini
menunjukan jumlah tenaga yang tersedia baru hanya memenuhi 83% dari total tenaga
perawat yang ideal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis beban kerja perawat sebagai
dasar dalam penentuan jumlah kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip
RSUD Kota Bekasi.
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi
selama tujuh hari mulai tanggal 15 Juni sampai dengan 21 Juni 2015. Penelitian yang
dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengamatan work
sampling, observasi, pedoman wawancara dan telaah dokumen. Kemudian hasil dari beban
kerja yang didapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga perawat dengan metode
Workload Indicator Staff Need (WISN). Pemilihan sampel sebagai subjek personal yang
akan diamati sebanyak 21 orang perawat yang bertugas pada saat itu dengan menggunakan
teknik accidental sampling. Sampel yang diambil adalah seluruh aktivitas yang dilakukan
oleh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip seperti kegiatan keperawatan langsung,
kegiatan keperawatan tidak langsung, kegiatan pribadi, dan kegiatan produktif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kegiatan keperawatan langsung di RSUD
Kota Bekasi yaitu (38,1%) dan kegiatan keperawatan tidak langsung (48,3%). Proporsi
waktu yang diperoleh dari komponen beban kerja kegiatan langsung dan kegiatan tidak
langsung sudah mencapai batas maksimal yaitu (86,4%). Perhitungan kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan beban kerja diperoleh 44,76 tenaga perawat dengan rasio WISN 0,8.
Hasil penelitian menyarankan bagi manajemen RSUD Kota Bekasi untuk melakukan
pengelolaan tenaga keperawatan secara optimal untuk mencapai pelayanan keperawatan
yang berkualitas mempertimbangkan beban kerja perawat sebagai acuan dalam penentuan
kebutuhan tenaga perawat.
Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat Pelaksana Dengan Metode
Workload Indicator Staff Need (WISN) di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi Tahun 2015
xiii+109 pages, 13 tables, 2 charts, 5 attachment
ABSTRACT
ii
RIWAYAT PENULIS
RiwayatPendidikan :
2010 – sekarang : Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK), Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
2008 – 2011 : SMA Negeri 07 Bekasi
2005 – 2008 : SMP Negeri 15 Bekasi
2002 – 2005 : SDN Nagrak 01 Gn.Putri
1999 – 2002 : SDN Grogol 14 Pagi
1998 – 1999 : TK Tunas Muda II
Pengalaman Organisasi :
Pengalaman Kerja :
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan
Tenaga Perawat Pelaksana Dengan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) Di
Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi Tahun 2015”. Skripsi ini disusun untuk
melakukan penelitian dalam memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Strata
Satu (S1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku Dosen
Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan meluangkan waktu
sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari
bantua berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua saya yaitu Sutiadi dan Sri Murniah, saya mengucapkan terimakasih yang
tak terkira dan terdalam untuk abi dan umi saya yang setiap harinya memberikan doa
dan kasih sayang serta motivasi dalam setiap kondisi yang saya hadapi.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M,Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
4. Ibu Fase Badriah, SKM, M.Kes, PhD, Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM,
dan Ibu Ita Yuanita, S.Kp,M.Kep selaku penguji sidang skripsi terimakasih sudah
5. Dr. Dr. Hj. Titi Masrifahati, MKM selaku Direktur RSUD Kota Bekasi yang telah
vii
6. Ns.Suzana, S.Kep selaku Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi.
8. Sahabat-sahabat saya yaitu Ukhfiya Haigis, Betti Ronayan, Achmad Nurhamdi, Nur
Fitri, Hari Agus, Hasanah Putri, Ajrina Winasari, Safira, Anisa Putri, Lina, Sarah
Islamia, Ibnu Burhanuddin, Sri Wahyu Fitria. Saya ucapkan terimakasih banyak atas
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun dengan berbagai
keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
terimakasih.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................................................ i
D.Tujuan ................................................................................................................. 9
E.Manfaat ................................................................................................................ 9
ix
d.Strategi Perencanaan SDM ....................................................................... 21
A.Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di IRNA Tulip RSUD Kota Bekasi ... 71
x
B.Perhitungan Kebutuhan SDM Berdasarkan Metode WISN ................................ 79
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Tenaga Perawat dan Pasien di IRNA Tulip ........................... 71
Tabel 5.8 Unit Kerja, Sub Unit Kerja, Kategori Tenaga ..................................................... 84
Tabel 5.13 Kesenjangan Tenaga yang Ada dengan Kebutuhan Berdasarkan WISN .......... 91
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah sumber daya manusia kesehatan yang dihadapi dewasa ini antara
masih lemah dan belum didukung dengan tersedianya sistem informasi terkait
sumber daya manusia kesehatan yang memadai, masih kurang serasinya antara
kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis sumber daya manusia kesehatan, kualitas
hasil pendidikan sumber daya manusia kesehatan dan pelatihan kesehatan pada
umumnya masih belum merata, serta kurangnya pemerataan sumber daya manusia
sebanyak 877.088 orang yang terdiri atas 681.634 tenaga kesehatan dan 195.454
tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri atas 90.444 tenaga medis (dokter
spesialis, dokter umum dan dokter gigi), 288.405 perawat, 137.110 bidan, 40.181
distribusi tenaga kesehatan masih merupakan isu yang sampai saat ini masih ada
Rumah Sakit merupakan salah satu sektor kesehatan yang mempunyai misi
Oleh karena itu rumah sakit di daerah dituntut untuk memperbaiki manajemen,
1
meningkatkan mutu pelayanan dan melakukan pemberdayaan terhadap semua
potensi yang ada termasuk sumber daya manusia karena mutu pelayanan sangat
Salah satu upaya penting lainnya untuk mengatasi masalah tersebut adalah
tepat sesuai dengan kebutuhan, fungsi pelayanan setiap unit, bagian dan instalasi
rumah sakit merupakan kompetensi yang harus dimiliki setiap pimpinan disetiap
dan kemajuan organisasi termasuk rumah sakit. Karena makin tinggi tingkat
pemanfaatan SDM makin tinggi hasil guna sumber daya lainnya. Tidak ada
artinya sumber daya lainnya tanpa SDM yang berkualitas. Dimasa depan,
manajemen SDM menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para
pengembangan SDM menjadi kunci sukses rumah sakit untuk dapat berkembang
(Nuryanto, 2005).
RSUD Kota Bekasi merupakan salah satu rumah sakit tipe B non
kesehatan bagi masyarakat telah dilakukan lebih dari 76 tahun. RSUD Kota
rumah sakit yang bertipe sama di Jawa yaitu sebanyak 293.213 pasien per tahun.
Kapasitas tempat tidur yang dimiliki rumah sakit sebanyak 307 dengan jumlah
2
Permenkes Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 bahwa rumah sakit tipe B
memiliki perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur sebesar 1:1. Jika
dilihat dari jumlah yang ada di RSUD Kota Bekasi, rasio antara jumlah perawat
dan tempat tidur adalah 255:307. Artinya jika dibandingkan dengan Peraturan
tenaga perawat.
menunjukkan bahwa beban kerja di instalasi rawat inap Kelas II dan Kelas III di
RSU Kota Tangerang Selatan tergolong berat karena beban kerja produktif
berada diatas 80% dan dari hasil perhitungan didapatkan adanya kekurangan
tenaga perawat di instalasi rawat inap kelas II dan kelas III sebanyak 9 orang.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Irnalita (2008) pada Instalasi Gawat
Darurat BPK-RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan gambaran bahwa
kegiatan produktif perawat sebesar 71,43% belum mencapai standar waktu kerja
dan beban kerja masih tergolong rendah sehingga dinilai belum optimal kegiatan
RSUD Kota Bekasi memiliki fasilitas rawat inap sebanyak 10 unit dimana
masing-masing area tersebut memiliki jenis kelasnya tersendiri mulai dari kelas
utama, kelas I, kelas II, dan kelas III. Berdasarkan rasio data rumah sakit antara
jumlah perawat dan jumlah tempat tidur, dari 12 unit area rawat inap di RSUD
Kota Bekasi ini hampir seluruhnya kekurangan tenaga perawat. Namun dari data
unit rawat inap yang ada, Ruang Rawat Inap Tulip memiliki tingkat kekurangan
3
tenaga perawat kedua terbanyak setelah Ruang Rawat Inap Melati yaitu dengan
dibandingkan dengan ruang rawat inap lain yaitu sebanyak 2205 pasien.
dengan jumlah tempat tidur tersedia sebanyak 64 unit dan jumlah rata-rata
kunjungan untuk Kelas I, II dan III adalah 49 pasien perhari. Jika dibandingkan
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip dari rasio antara jumlah perawat
dan tempat tidur yaitu 35:64. Hal ini dapat mengakibatkan pelayanan asuhan
Salah satu data yang ada di RSUD Kota Bekasi menyebutkan bahwa
jumlah pasien rawat inap di RSUD Kota Bekasi pada tahun 2013 hanya 98.088
orang, kemudian tahun 2014 lalu sudah mencapai 101.069 orang. Meningkatnya
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada rumah sakit tersebut dalam
hal pelayanan kesehatan semakin tinggi. RSUD Kota Bekasi dari tahun ketahun
terlihat dari adanya pembangunan gedung baru RSUD Kota Bekasi yang lebih
modern dan megah, selain itu juga penambahan sarana medis yang dibutuhkan
tenaga harus dikaji atau di analisis agar kegiatan dari masing-masing bagian/
4
instalasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien, serta dapat memenuhi tuntutan
dan jumlah tenaga di rumah sakit dengan beban kerja yang harus mereka kerjakan
Tappen (1995), outcome dari pelayanan kesehatan berkaitan dengan hasil dari
aktivitas yang diberikan oleh petugas kesehatan. Dimana hasil dari pelayanan
Kedua indikator tersebut yang dijadikan indikator dalam menilai mutu pelayanan
keperawatan.
Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit. Dalam pedoman ini yang paling menarik dan
WISN ini adalah mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah
dapat mengetahui unit kerja dan kategori SDM nya, waktu kerja tersedia tiap
kategori SDM, standar beban kerja, standar kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok
dan akhirnya dapat mengetahui kebutuhan SDM pada unit kerja tersebut
(Nuryanto, 2005).
5
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Kepala Ruangan Rawat
Inap RSUD Kota Bekasi didapatkan informasi bahwa pada tahun 2013 RSUD
Kota Bekasi telah melakukan perhitungan beban kerja tenaga perawat dengan
kebutuhan perawat yang ideal per shift adalah 8 perawat, namun pada
kenyataannya di ruang rawat inap tulip hanya terdapat 6 sampai 7 tenaga perawat.
metode perhitungan beban kerja yang tepat dan dianjurkan untuk rumah sakit
beban kerja berlebih pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Ruang Tulip
untuk menentukan jumlah perawat yang tepat sebagai masukan bagi RSUD Kota
Bekasi.
B. Rumusan Masalah
Jenis tenaga kesehatan, mayoritas didominasi oleh tenaga keperawatan
yaitu sebesar 69%. Tenaga keperawatan di sini meliputi perawat, bidan, dan
perawat gigi. Diikuti dengan tenaga kedokteran (12%) yang meliputi dokter
spesialis, dokter umum, dan dokter gigi. Proporsi terkecil dari tenaga kesehatan
(1%) adalah tenaga fisioterapi. Begitupun dengan jumlah karyawan yang ada di
RSUD Kota Bekasi berjumlah 881 orang, dan hampir 40% diantaranya adalah
6
perawat yang berjumlah 326 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah perawat
Salah satu indikator tingginya beban kerja perawat di RSUD Kota Bekasi
adalah rasio jumlah perawat dan jumlah tempat tidur yang tidak seimbang. Rasio
jumlah perawat dan tempat tidur yang tidak seimbang ini menunjukan jumlah
tenaga yang tersedia baru hanya memenuhI 83% dari total tenaga perawat yang
ideal. Dengan demikian, peneliti ingin melakukan perhitungan beban kerja dan
Penelitian ini dibutuhkan untuk analisis kebutuhan tenaga yang tepat berdasarkan
beban kerja nyata perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
C. Pertanyaan Penelitian
1. Berapa waktu kerja yang tersedia di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD
Rawat Inap RSUD Kota Bekasi tahun 2015 dengan menggunakan teknik
work sampling?
7
3. Berdasarkan beban kerja yang ada berapa jumlah tenaga yang dibutuhkan
pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Bekasi tahun 2015
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi tahun 2015 dengan menggunakan
yang ada di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi tahun 2015
E. Manfaat Penelitian
8
2. Bagi Bidang Keperawatan
Rawat Inap.
3. Bagi Peneliti
analisis kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja dan perencanaan tenaga SDM.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Instalasi Rawat
Inap Tulip RSUD Kota Bekasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
analisis data kualitatif. Data kualitatif primer dikumpulkan dengan cara observasi
Selanjutnya data ini digunakan untuk mengetahui berapa besar beban kerja yang
ada di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi. Data besar beban kerja
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
organisasi. Tanpa SDM yang profesional, sasaran kerja tidak dapat dicapai
salah satu departemen yang memiliki tugas paling rumit dan menantang. Manajer
SDM harus mampu menyediakan angkatan tenaga kerja yang efektif bagi
perusahaan sekaligus memberikan harapan serta perhatian yang besar kepada para
unik dan mempunyai karakteristik yang multi kompleks, dan hal ini dapat dilihat
kita memanfaatkan SDM. Makin tinggi tingkat pemanfaatan SDM makin tinggi
hasil guna sumber daya lainnya. Hal ini berarti , tidak ada artinya capital
resources atau sumber daya lain, tanpa SDM yang berkualitas. SDM yang
Kebutuhan akan SDM yang handal dan berkualitas tidak bisa diperoleh
dengan seketika. Kita perlu melakukan perencanaan dengan seksama agar bisa
10
Dengan demikian, SDM harus dipersiapkan dan direncanakan jauh hari
dilakukan untuk jangka panjang. Disamping itu, SDM yang ada perlu diberikan
kesempatan pelatihan dan pendidikan sesuai dengan kebutuhan kerja dan minat
mereka. Semua itu membutuhkan waktu yang panjang dan biaya investasi yang
tidak sedikit
sekarang untuk kebutuhan dimasa depan. Dengan demikian kita tidak dapat
membuat stock SDM sebagaimana dapat kita lakukan pada barang atau suplai.
merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi
11
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat
(Rivai, 2009).
sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas dan memuaskan bagi
umumnya yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Perhatian ini
(Cardoso, 1999).
oleh Russel & Barnadian bahwa “... all decisions which affect the workforce
aktivitas yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia ini secara
umum mencakup:
12
1. Rancangan organisasi
2. Staffing
4. Manajemen performansi
1. Perencanaan (Planning)
tercapainya sasaran yang telah disusun untuk perusahaan. Dalam hal ini
2. Pengorganisasian (Organizing)
13
menyusun suatu organisasi dengan merancang suatu struktur hubungan
3. Pengarahan (Directing)
dan efisien kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang
4. Pengendalian (Controlling)
Suatu fungsi dalam upaya untuk memperoleh jenis dan jumlah yang
Hal-hal yang terkait dalam fungsi ini adalah penentuan sumber daya
6. Pengembangan (Development)
14
7. Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layanan
8. Integrasi (Integration)
bahwa adanya tumpang tindih kepentingan yang cukup berarti. Hal ini
9. Pemeliharaan (Maintanace)
15
jawab untuk melaksanakan proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan
(Suhendra, 2006).
Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang
kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang
Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga penunjang medis, dan staf administrasi.
Pekerjaan di Rumah Sakit juga ada beberapa jenis yaitu pekerjaan yang berisiko
dilaksanakan selama 24 jam yaitu IGD, Unit Perawatan dan sebagainya. Jenis
tenaga dan sifat pekerjaan ini merupakan variabel penting untuk merencanakan
16
C. Perencanaan SDM Kesehatan
kesehatan menurut (Depkes, 2004) adalah upaya penetapan jenis, jumlah, dan
empat faktor yaitu kebutuhan tenaga baru, tenaga yang sudah tersedia, tenaga
yang sudah berhenti (pensiun), tenaga yang akan pensiun. (Muninjaya, 2004).
Tenaga Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan antara lain bahwa
dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan jumlah yang sesuai. Perencanaan
17
2. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
2009).
18
b. Determinan Dalam Perencaaan Kebutuhan SDM
adalah:
dan lain-lainnya.
19
(Propinsi/Kabupaten/Kota) yang merupakan gabungan antara
pada ketiga kelompok tersebut di atas perlu memahami secara lebih rinci teknis
seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik
2010.
20
4. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan di dasarkan pada
(Depkes, 2004).
D. Rumah Sakit
dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik,
dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk
mereka yang mau melahirkan. Bisa juga di samping itu menyediakan atau tidak
menyediakan pelayanan atas dasar berobat jalan kepada pasien-pasien yang bisa
Dalam (Azwar, 1996), Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui
tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang pelayanannya diselenggarakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli lainnya.
berkaitan. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi bagian dari tugas serta fungsi RS,
yaitu:
21
1. Memberi pelayanan medis,
9. Memberi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, rawat intensif,
11. Memberi fasilitas untuk penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan, dan
adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
22
b. Klasifikasi Rumah Sakit
terbatas;
disebutkan bahwa rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga
menjelaskan:
23
6. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis
wicara
24
2. Average Length of Stay (ALOS)
indikator ini juga dapat dipakai untuk mengukur mutu pelayanan apabila
lebih lanjut).
Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu (biasanya per
tahun) tempat tidur RS. Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat
Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi
25
e. Pelayanan Rawat Inap
menyatakan bahwa rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana
Ruang pasien rawat inap adalah ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan
jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama
sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh
E. Tenaga Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin, yaitu kata Nutrix yang
seorang perawat, yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,
membantu, dan melindungi seseorang dari sakit, injuri, serta proses penuaan.
dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 2002)
26
individu, keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat mencakup
yakni “enchancing the quality of life and the health status of all people”.
secara keseluruhan.
baik sehat maupun sakit, di mana segala aktivitas yang dilakukan berguna
secepat mungkin; yaitu dalam bentuk proses Keperawatan yang terdiri dari
menyangkut bidang yang sangat luas, yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat dari sejak
27
kemauan, serta kemampuan yang dimiliki. Jadi, orang tersebut dapat secara
2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya;
4. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
undangan;
28
2. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
3. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
c. Pelayanan Keperawatan di RS
rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan
29
kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan mentalnya, (2) memberikan
calon perawat.
kelompok pasien yang relatif lebih berat dapat ditempatkan tidak jauh dari
dari :
lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem
30
tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien,
Program ini dapat dilakukan pada pasien dengan materi spesifik sesuai
sakit sekalipun.
31
Dalam hal manajemen keperawatan di rumah sakit, tugas yang harus
dilakukan adalah:
F. Manajemen Keperawatan
pada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target
maupun alat pengontrol pelayanan tersebut. Kemajuan bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan masa kini dan mendatang, telah memperluas peran dan fungsi
keperawatan.
32
Manajemen keperawatan semula ditekankan pada sentralisasi kewenangan
kegiatan penunjang. Selain itu, telah terjadi pula perubahan mendasar pada
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/ keluarga serta masyarakat. Manajemen
pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu, manajemen keperawatan terdiri atas
suatu sistem dicirikan oleh lima elemen, yaitu input, proses, output, control dan
keperawatan. Proses merupakan kegiatan yang cukup penting dalam suatu sistem
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme
umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
merupakan hal yang utama dan pertama dari serangkaian fungsi dan
34
perencanaan, pimpinan keperawatan menganalisa dan mengkaji sistem,
Jadwal individual perawat akan dinilai kembali pada setiap pertemuan dan
35
3. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai
lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari
a. Unit
b. Departemen
d. Tingkat Operasional
36
Prinsip pengorganisasian : 1) Division if work (pembagian tugas). 2)
dan kewenangan yang sesuai. 5) Hubungan staf dan lini. 6) Span of control
(rentang pengawasan).
khusus.
beberapa pasien atau satu pasien oleh perawat pada saat jaga.
pada pasien yang di bawah tanggung jawabnya dari masuk rumah sakit
sampai pulang.
37
termasuk proses delegasi, supervisi, koordinasi dan kontrol implementasi
dan rencana.
keperawatan.
pegawai.
38
membandingkan penampilan kerja dengan standar dan memperbaiki
Dalam hal ini termasuk evaluasi proses dan evaluasi pelaksana rencana.
adalah banyaknya satu satuan waktu (atau angka) yang diperlukan untuk
standar profesinya.
Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi
dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu. Beban kerja dapat dilihat dari
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan
langsung, kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan
buruk antar perawat dengan pasien, kegagalan kolaborasi antara perawat dan
39
dokter, keluarnya perawat dan ketidakpuasan kerja perawat. Untuk
mengumpulkan data tentang: jumlah pasien yang masuk pada unit itu setiap
hari/bulan/ tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien di unit tersebut, rata-
rata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan pasien, frekuensi masing-
sistem klasifikasi pasien ini menghasilkan perhitungan beban kerja yang lebih
40
dilakukan, mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan, melakukan
pasien.
minum, kebersihan diri, duduk di nurse station, ganti pakaian dan ke toilet.
Kegiatan non produktif adalah kegiatan yang tidak terkait dengan tugas
nonton televisi, baca koran, mengobrol, telepon urusan pribadi, pergi keluar
41
berdasarkan need, berdasarkan demand, rasio dengan standar dan dilaksanakan
dengan cara work sampling, time and motion study, daily log, self assesment.
Work Sampling
Berdasarkan need
Time and motion study
1. Work Sampling
pengamatann kegiatan dilakukan secara acak (Barnes, 1980). Pada metode ini
yang menjadi fokus pengamatan adalah apa yang dilakukan responden pada
waktu tertentu dan apa kegiatannya. Dalam (Barnes, 1980) menyebutkan tiga
42
Mengukur proporsi kegiatan aktifitas dan tidak melakukan aktifitas
seorang pegawai.
2) Performance Sampling
Mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang tidak
3) Work Measurement
Hal-hal yang dapat diamati dengan work sampling Ilyas (2011) dalam
Meidiawati (2012):
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan pegawai pada waktu jam kerja
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak
produktif
d. Pola beban kerja pegawai dikaitkan dengan waktu, jadwal jam kerja
2) Memilih sampel sebagai subjek yang akan diteliti jika jumlah pegawai
banyak
43
3) Membuat formulir daftar kegiatan pegawai yang diklasifikasikan,
pegawai.
Bila jenis tenaga yang akan diteliti berfungsi 24 jam maka pengamata
secara teknis mudah dikerjakan dan bagi pegawai yang menjadi objek
44
d. Pengamatan dapat dihentikan kapan saja tanpa berdampak buruk terhadap
hasil penelitian.
b. Data yang didapat bisa terjadi bias karena pegawai tahu akan diamati
mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh pegawai yang
sedang diamati. Pada teknik ini yang dihasilkan tidak hanya berupa beban kerja
tapi juga kualitas kerja pegawai Ilyas (2011) dalam Meidiawati (2012).
pekerjaan selesai dan sampai selesainya jam kerja pada hari itu. Pengamatan
dilakukan terhadap setiap jenis tugas dilakukan dan lamanya waktu yang
keesokan harinya. Time ad motion study sulit dilakukan, berat dan mahal
Bias dapat terjadi karena objek yang diamati akan berperilaku lebih
lama dan atau pengamatan dilakukan secara acak sehingga objek tidak merasa
diamati.
45
3. Daily Log
orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan
informasi mengenai pegawai tidak akan tercantum pada laporan peneliti (Ilyas,
2011).
motion study dan daily log. Hal tersebut dikarenakan teknik work sampling
sebagai berikut:
1. Cara Rasio
Untuk sebuah rumah sakit baru setara kelas C dengan 100 tempat tidur,
Dapat dilihat bahwa dengan cara rasio ini, jumlah tenaga dengan mudah
dapat ditetapkan. Namun kita tidak tahu apakah akan terjadi utilisasi yang
rendah atau berlebihan. Bila jumlah pasien sedikit, jumlah itu akan terlalu
bahwa cara rasio ini dihitung dengan beban standar. Jadi untuk rumah sakit
baru, atau pada periode permulaan, jumlah tenaga yang direkrut dapat lebih
rendah dari yang dihitung. Bila BOR sudah sekitar 60-70%, dan kunjungan
2. Cara Need
Cara need adalah cara menghitung kebutuhan menurut beban kerja yang
administrator rumah sakit atau para ahli (profesional). Sehingga beban kerja
seluruh tenaga, diperluka deskripsi tentang pelayanan apa saja yang akan
47
diberikan kepada pasien selama ada di rumah sakit. Misalnya untuk pasien
a. pembelian karcis
b. pendaftaran
c. pemeriksaan dokter
d. penyuluhan
e. pemeriksaan laboratorium
berikut :
3. Cara Demand
dalam 24 jam
rumah sakit dengan 100 tempat tidur dan BOR rata-rata 70%, kebutuhan
6 X 52 X 7 X 100 X 7 = 152880
5. Formula Gillies
berikut:
sebuah rumah sakit dengan 100 tempat tidur dan BOR rata-rata 70%,
6 X 70 X 365 = 153300
153300/1878 = 81,63
49
6. Formula Nina
Tahap I:
Tahap II:
satu hari
B= A X TT
Tahap III:
C= B X 365
Tahap IV:
setahun
D= C X BOR/80
Tahap V:
E= D/1878
50
I. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga dengan Metode WISN (Work
yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di
kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan SDM Kesehatan pada
daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga kesehatan
bekerja sudah sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat mengidentifikasi
seberapa besar beban kerja SDM Kesehatan (Depkes dan GTZ, 2009).
51
Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit,
puskesmas dan sarana kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk
kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu tahun.
sebagai berikut.
setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250
b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja
ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)
52
e. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama
kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/ijin. (E)
kerja/minggu). (F)
Keterangan :
perorangan pada pasien, keluarga dan masayarakat di dalam dan di luar RS.
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per
kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
53
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakannya (rata-rata
waktu) dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-
pokok.
kompetensi SDM.
data rata-rata waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan,
54
menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki
prosedur (SOP) dan memiliki etos kerja yang baik. Secara bertahap RS
kategori SDM.
tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok
(waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh masing-
55
Selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja,
yang tidak dapat dikelompokkan atau sulit dihitung beban kerjanya karena
kerja sesuai beban kerja selama 1tahun. Sumber data yang dibutuhkan
2. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu
tahuan.
data kegiatan tindakan medik yang dilaksanakan di tiap poli rawat jalan
56
perlu dilengkapi data dari Buku Register yang tersedia disetiap poli
rawat jalan.
Pada umumnya data kegiatan rawat jalan tersedia dan mudah diperoleh,
sebagai berikut :
jumlah kenyataan pegawai saat ini dengan jumlah SDM yang dibutuhkan dan
akan diketahui hasil adanya kekurangan atau lebih SDM. Rasio WISN bernilai 1
(satu) menunjukkan bahwa jumlah staf dan bebean kerja disuatu unit kerja berada
dalam keadaan seimbang. Semakin kecil Rasio WISN, semakin besar tekanan
beban kerja. Rasio WISN yang kecil menunjukkan bahwa jumlah staf saat ini
lebih kecil daripada yang dibutuhkan. Sebaliknya, rasio WISN yang besar (lebih
kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam
Untuk mengukur beban kerja, salah satu teknik yang digunakan adalah
dengan work sampling yaitu melihat dari beberapa kegiatan perawat pelaksana
dan kegiatan non produktif. Dari hasil perhitungan beban kerja yang sudah
kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan SDM Kesehatan pada
daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga kesehatan
bekerja sudah sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat mengidentifikasi
seberapa besar beban kerja SDM Kesehatan (Depkes dan GTZ, 2009).
58
Berdasarkan teori di atas, maka disusun kerangka teori sebagai berikut :
Bagan 2.1
Kerangka Teori
59
BAB III
A. Kerangka Konsep
perhitungan beban kerja yang di dapat melalui teknik work sampling, digunakan
Indicator Staff Need (WISN) yang kemudian dilakukan analisa terhadap hasil
beban kerja dan kebutuhan tenaga yang telah diperoleh tersebut untuk
dilakukan.
duduk di nurse station, ganti pakaian dan ke toilet. Selanjutnya adalah kegiatan
60
non produktif, yaitu kegiatan yang tidak terkait dengan tugas dan tanggung jawab
keperluan pribadi atau keluarga, datang terlambat dan pulang lebih awal dari
jadwal. Hasil pengukuran beban kerja yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
tenaga untuk diketahui jumlah tenaga perawat pelaksana yang tepat di instalasi
teori, maka kerangka konsep dalam menghitung beban kerja dan menentukan
jumlah kebutuhan tenaga perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD
61
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
62
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
1 Analisis Beban Kegiatan menghitung beban kerja -Observasi kegiatan Formulir work Rasio Berupa jumlah besaran
Kerja Perawat perawat dengan melakukan keperawatan sampling beban kerja perawat
pengamatan terhadap macam- pelaksana
macam kegiatan keperawatan di
Ruang Tulip RSUD Kota Bekasi
2 Kegiatan Aktivitas yang langsung berkaitan Dengan mengamati dan -Formulir Rasio Berupa data jumlah kegiatan
Keperawatan dengan kegiatan pokok atau fungsi mencatat aktivitas hasil pengamatan keperawatan langsung
Langsung utama unit yaitu seperti pengamatan aktivitas perawat perawat pelaksana dalam
berkomunikasi langsung dengan pelaksana menit
pasien (Formulir work
sampling)
3 Kegiatan Aktivitas yang tidak langsung Dengan mengamati dan -Formulir Rasio Berupa data jumlah kegiatan
Keperawatan berhubungan dengan kegiatan mencatat aktivitas hasil pengamatan keperawatan tidak langsung
Tidak Langsung pokok atau fungsi utama unit pengamatan aktivitas perawat perawat pelaksana dalam
seperti membuat diagnosa, pelaksana menit
mendokumentasikan kegiatan (Formulir work
perawat. sampling)
4 Kegiatan Pribadi Aktivitas yang berkaitan dengan Dengan mengamati dan -Formulir Rasio Berupa data jumlah kegiatan
kepentingan pribadi perawat mencatat aktivitas hasil pengamatan pribadi perawat pelaksana
pelaksana yang sama sekali tidak pengamatan aktivitas perawat dalam menit
berdampak terhadap unit produksi, pelaksana
seperti, sholat, makan, minum, ke (Formulir work
toilet. sampling)
63
5 Kegiatan Non Aktivitas yang sama sekali tidak Dengan mengamati dan -Formulir Rasio Berupa data jumlah kegiatan
Produktif terkait dengan kegiatan pokok dan mencatat aktivitas hasil pengamatan non produktif perawat
penunjang atau fungsi unit dan pengamatan aktivitas perawat pelaksana dalam menit
tidak bermanfaat bagi unit pelaksana
pelayanan, seperti : mengobrol, (Formulir work
menonton tv, bermain HP. sampling)
6 Waktu kerja Angka yang menunjukkan satuan Wawancara mendalam -Menggunakan Rasio Satuan waktu yang
tersedia waktu yang digunakan untuk dan rumus waktu digunakan untuk bekerja
bekerja setahun dalam menit Telaah dokumen : kerja tersedia bagi perawat dalam menit/
-Daftar Absen dalam metode Jumlah waktu yang
WISN digunakan untuk bekerja
- Pedoman selama setahun (satuan
wawancara menit)
7 Tenaga Perawat Responden yang akan diamati dan Wawancara mendalam -Data bagian Nominal Diperolehnya informasi
dihitung kebutuhan tenaganya Telaah dokumen keperawatan mengenai rincian tugas
berdasarkan analisis beban kerja -Data kepegawaian berdasarkan kegiatan pokok
perawat di Ruang Tulip RSUD -Data keperawatan -Pedoman dan jumlah produk yang
Kota Bekasi -Data kunjungan pasien wawancara dihasilkan
8 Standar Beban Aktivitas pokok yang disusun -Formulir pencatatan -Rumus WISN Rasio Berupa informasi tentang
Kerja berdasarkan waktu yang waktu -Pedoman angka rata-rata standar
dibutuhkan untuk menyelesaikan -Wawancara mendalam wawancara beban kerja
aktivitas pokok dan waktu tersedia
yang dimiliki oleh paerawat
64
pelaksana
9 Standar Waktu yang dibutuhkan untuk Telaah dokumen -Rumus WISN Rasio Berupa informasi tentang
Kelonggaran menyelesaikan aktivitas lainnya -Daftar absen -Pedoman angka standar kelonggaran
(selain aktivitas/ kegiatan pokok) wawancara
yang tidak dipengaruhi oleh Wawancara mendalam
kuantitas aktivitas pokok di
instalasi rawat inap Tulip RSUD
Kota Bekasi
10 Jumlah Data jumlah tenaga yang Menggunakan data Rumus WISN Rasio Berupa data atau informasi
Kebutuhan dibutuhkan berdasarkan beban waktu kerja tersedia, jumlah tenaga yang
Tenaga kerja yang ada menggunakan standar beban kerja, dibutuhkan oleh instalasi
metode WISN standar kelonggaran, rawat inap Tulip RSUD
dan jumlah aktivitas Kota Bekasi
selama satu tahun untuk
perhitungan ke dalam
rumus WISN
65
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
teknik observasi, pedoman wawancara dan telaah dokumen.Teknik yang digunakan dalam
pengamatan ini untuk mendapatkan jumlah penggunaan waktu setiap pola aktivitas perawat
pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi adalah dengan menggunakan
teknik work sampling, dimana aktivitas perawat pelaksana yang diamati akan diteliti setiap
waktu lima menit selama tujuh hari kerja. Selanjutnya penggunaan waktu produktif yang di
dapat, digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga dengan menggunakan metode WISN
yang kemudian dilakukan analisa terhadap hasil beban kerja dan kebutuhan tenaga yang telah
diperoleh tersebut untuk menentukan strategi untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat.
Kegiatan perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi
bervariasi dan karena yang diamati peneliti adalah kegiatan dari perawat dan bukan
kinerjanya, oleh karena itu peneliti menggunakan metode work sampling dalam melakukan
pengamatan kegiatan perawatan agar kegiatan yang dilakukan tersebut dapat terwakili dalam
penelitian ini. Formulir work sampling yang digunakan adalah formulir yang telah banyak
digunakan oleh peneliti sebelumnya, Meidiawati (2013), Warongan (2006), Irnalita (2008).
Lokasi penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi yang
berada di Jl. Pramuka No.55 Bekasi Selatan. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari sejak
66
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja pada
Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi. Tidak semua perawat yang bertugas pada saat
diamati, jadi dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personel yang akan diamati
sebanyak 21 orang perawat yang bertugas pada saat itu yaitu dengan menggunakan
accidental sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh aktivitas yang
dilakukan oleh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi.
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer dari penelitian ini adalah hasil observasi beban kerja perawat dan hasil
mendapatkan data primer. Teknik yang digunakan adalah teknik work sampling.
diobservasi adalah 1:2. Alat yang digunakan adalah formulir work sampling yang
berisi waktu pengamatan, kegiatan tenaga perawat yang terdiri dari kegiatan
kegiatan non produktif, jam serta alat tulis untuk membantu dalam pencatatan
kerja
2. Data Sekunder dari penelitian ini adalah daftar absen, daftar keperawatan, daftar
kunjungan pasien.
E. Pengolahan Data
1. Data Primer, proses pengolahan hasil observasi dihitung kemudian dikalikan lima
menit karena pengamatan terhadap kegiatan keperawatan dilakukan setiap lima menit
sekali. Untuk hasil dari wawancara mendalam yang sudah direkam, direkap untuk
kerja tersedia yang terdiri dari: 1) Lamanya hari kerja. 2) Banyaknya cuti tahunan
telah diolah. Selain itu, analisis data juga berguna untuk memperoleh kesimpulan secara
umum dari penelitian. Langkah-langkah dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Reduksi data berarti merangkum, mengambil data
yang penting, membersihkan data yang tidak cocok atau bias dan mencari tema dan pola yang
sama. Reduksi data dibantu dengan komputer, dengan mengelompokkan data sesuai aspek
a. Mengumpulkan semua data yang diperoleh setiap selesai pengamatan aktivitas setiap
shift pengamatan
pengamatan
menit, untuk mengubah pola kegiatan tersebut ke dalam menit. Sehingga diperoleh
68
f. Jumlah kegiatan perawat pelaksana selama penelitian dijumlahkan, sehingga
didapatkan jumlah waktu setiap jenis kegiatan perawat pelaksana selama satu hari
g. Menghitung standar beban kerja dan standar kelonggaran berdasarkan waktu yang telah
berdasarkan data waktu kerja tersedia, standar kelonggaran, standar beban kerja, dan
narasi
Menyajikan dalam bentuk uraian singkat dan tabel hasil pengamatan. Langkah selanjutnya
dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu bagaimana beban
kerja yang ada, jumlah tenaga yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan rumus WISN.
69
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD
Penelitian ini menggambarkan aktivitas dan waktu yang digunakan perawat pelaksana
selama dilakukan pengamatan dengan formulir work sampling. Aktivitas yang dilakukan
terbagi menjadi empat, yaitu jenis kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan
Tabel 5.1
Distribusi Jumlah Tenaga Perawat dan Jumlah Pasien di Instalasi Rawat Inap Tulip
RSUD Kota Bekasi Tahun 2015
No Shift
Hari/Tanggal Pagi Siang Malam
Perawat Pasien Perawat Pasien Perawat Pasien
1 Senin, 15 Juni 2015 7 36 7 36 7 36
2 Selasa, 16 Juni 2015 7 36 7 36 7 36
3 Rabu, 17 Juni 2015 7 40 7 40 7 40
4 Kamis, 18 Juni 2015 7 45 7 45 7 45
5 Jumat, 19 Juni 2015 7 49 7 49 7 49
6 Sabtu, 20 Juni 2015 7 43 7 43 7 43
7 Minggu, 21 Juni 2015 7 42 7 42 7 42
Rata-Rata 7 42 7 42 7 42
Pada tabel 5.1 terlihat bahwa rata-rata jumlah perawat masing-masing shift sama yaitu
sebanyak tujuh orang. Pada hari rabu, kamis dan jumat terjadi kenaikan pasien yaitu
sebanyak 40 orang, 45 orang dan 49 orang dan terjadi penurunan kembali terjadi pada hari
minggu sebanyak 42 orang. Rata-rata jumlah kunjungan pasien di Ruang Tulip adalah 42
orang.
70
a. Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan Langsung
Jumlah waktu kegiatan keperawatan dilakukan selama tujuh hari mulai tanggal 15
Juni 2015 sampai 21 Juni 2015 di instalasi rawat inap Tulip dan mendapatkan hasil jumlah
waktu kegiatan perawat pelaksana. Jumlah waktu tersebut dapat menggambarkan besar beban
kerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap Tulip selama tujuh hari kerja selama 24 jam.
Berikut tabel jumlah waktu kegiatan perawat pelaksana (Kegiatan Keperawatan Langsung,
Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung, Kegiatan Pribadi, dan Kegiatan Non Produktif) :
Tabel 5.2
Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam Kegiatan Keperawatan
Langsung Selama Tujuh Hari Kerja.
Shift
Pagi % Siang % Malam %
Kegiatan Keperawatan Langsung (Menit) (Menit) (Menit)
Mengukur suhu, nadi, dan tekanan darah 35 1,5 200 6,3 700 20,5
Melakukan perekaman EKG 160 6,9 20 0,6 10 0,3
Perawatan Luka 130 5,6 80 2,5 10 0,3
Mengganti cairan infus 190 8,2 240 7,5 680 19,9
Mengganti Balutan 180 7,7 90 2,8 15 0,4
Memasang Infus 70 3,0 125 3,9 0 0,0
Memeriksa gula darah 25 1,1 0 0,0 0 0,0
Memberikan obat oral dan injeksi 355 15,3 415 13,1 260 7,6
Pemasangan gelang identifikasi 30 1,3 0 0,0 0 0,0
Pengambilan darah 65 2,8 225 7,1 85 2,5
Perawat keliling ruangan observasi pasien 565 24,3 695 21,9 1245 36,5
Mengontrol infus 155 6,7 100 3,1 155 4,5
Mengganti baju/ pampers 20 0,9 50 1,6 50 1,5
Membersihkan tempat tidur 200 8,6 135 4,2 5 0,1
Mengantar/memindahan pasien ketempat lain 60 2,6 80 2,5 0 0,0
Menerima pasien dari ruangan lain 0 0,0 175 5,5 100 2,9
Pendidikan kesehatan 30 1,3 460 14,5 100 2,9
Memasang cateter urin, observasi 25 1,1 30 0,9 0 0,0
Memeriksa sleding scale 10 0,4 20 0,6 0 0,0
Fisioterapi dada 20 0,9 10 0,3 0 0,0
Menghitung ballance cairan 0 0,0 30 0,9 0 0,0
Jumlah 2325 100,0 3180 100,0 3415 100,0
71
Pada tabel 5.2 didapatkan penggunaan waktu untuk kegiatan keperawatan langsung
pada perawat pelaksana selama tujuh hari terbanyak ada pada shift malam dengan jumlah
waktu kegiatan sebesar 3415 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu perawat keliling
mengobservasi pasien sebesar 1245 menit atau 36,5%. Penggunaan waktu terbanyak kedua
ada pada shift siang yaitu sebesar 3180 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu perawat
keliling ruangan mengobservasi pasien sebesar 695 menit atau 21,9%. Penggunaan waktu
terbanyak ketiga ada pada shift pagi yaitu sebesar 2325 menit dengan kegiatan terbanyak
yaitu perawat keliling ruangan mengobservasi pasien sebesar 565 menit atau 24,3%.
Tabel 5.3
Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam Kegiatan
Keperawatan Tidak Langsung Selama Tujuh Hari Kerja
Shift
Pagi % Siang % Malam %
Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung
(Menit) (Menit) (Menit)
Mengisi dan melengkapi formulir pasien 110 3,1 320 8,0 200 5,3
Mengecek status pasien 1170 33,0 1160 28,8 1365 36,4
Membuat laporan tugas 920 25,9 1120 27,8 905 24,2
Membereskan administrasi pasien pulang 80 2,3 75 1,9 0 0,0
Menerima telepon kantor 125 3,5 150 3,7 40 1,1
Berkomunikasi dengan dokter 185 5,2 230 5,7 10 0,3
Menyiapkan & membersihkan alat tindakan 285 8,0 225 5,6 450 12,0
Menyiapkan obat oral dan injeksi 325 9,2 565 14,0 525 14,0
Membuat daftar permintaan makanan 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Menulis resep pasien 40 1,1 40 1,0 10 0,3
Laporan shift 105 3,0 115 2,9 210 5,6
Menulis instruksi dokter 35 1,0 25 0,6 30 0,8
Visit dokter 170 4,8 0 0,0 0 0,0
Jumlah 3550 100,0 4025 100,0 3745 100,0
72
Pada tabel 5.3 diperoleh bahwa penggunaan waktu untuk kegiatan keperawatan tidak
langsung pada perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi selama
tujuh hari terbanyak ada pada shift malam dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 3745 menit
dengan kegiatan terbanyak yaitu mengecek status pasien sebesar 1365 menit atau 36,4%.
Penggunaan waktu terbanyak kedua ada pada shift siang dengan jumlah waktu kegiatan
sebesar 4025 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu mengecek status pasien sebesar 1160
menit atau 28,8%. Penggunaan waktu terbanyak ketiga ada pada shift pagi dengan jumlah
waktu kegiatan sebesar 3550 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu mengecek status pasien
Dari hasil pengamatan beban kerja menggunakan teknik work sampling ini, sesuai
wawancara, didapatkan bahwa jumlah waktu kegiatan keperawatan langsung dan tidak
langusng terbanyak ada pada shift malam dikarenakan banyaknya pasien masuk untuk
persapan operasi sehingga perawat akan banyak kegiatan pada shift tersebut.
“... Karena SDM nya memang harusnya ditambah tadi kata saya kalo emang udah
delapan udah aman tenteram, jadi dia harus banyak mengerjakan apalagi di sore malam, itu
kan di sore malam itu tindakan kan banyak pasien baru, banyak pasien operasi baru selesai
dari kamar operasi itu banyak sekali yang akhirnya kadang-kadang ada yang terlambat”
(Informan 1).
73
Tabel 5.4
Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam Kegiatan Pribadi
Selama Tujuh Hari Kerja
Pada tabel 5.4 diketahui bahwa penggunaan waktu untuk kegiatan pribadi pada
perawat pelaksana selama tujuh hari terbanyak ada pada shift pagi dengan jumlah waktu
kegiatan sebesar 1230 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu duduk di nurse station sebesar
995 menit atau 80,9%. Penggunaan waktu terbanyak kedua ada pada shift siang dengan
jumlah waktu kegiatan sebesar 935 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu duduk di nurse
station sebesar 515 menit atau 55,1%. Penggunaan waktu terbanyak ketiga ada pada shift
malam dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 455 menit dengan kegiatan terbanyak yaitu
74
Tabel 5.5
Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Perawat Pelaksana dalam Kegiatan Non
Produktif Selama Tujuh Hari Kerja
Shift
Pagi % Siang % Malam %
Kegiatan Keperawatan Non Produktif (Menit) (Menit) (Menit)
Menonton TV 0 0 35 10,6 65 40,6
Mengobrol 75 83,3 130 39,4 50 31,3
Telepon Urusan Pribadi 0 0 45 13,6 45 28,1
Membaca koran 15 16,7 0 0,0 0 0,0
Pergi keluar ruang untuk keperluan pribadi 0 0 120 36,4 0 0,0
Datang terlambat 0 0 0 0,0 0 0,0
Pulang Lebih Awal 0 0 0 0,0 0 0,0
Jumlah 90 100 330 100,0 160 100,0
Pada tabel 5.5 diketahui bahwa penggunaan waktu untuk kegiatan non produktif pada
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi selama tujuh hari
terbanyak ada pada shift siang dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 330 menit dengan
kegiatan terbanyak yaitu mengobrol sebesar 130 menit atau 39,4%. Penggunaan waktu
terbanyak kedua ada pada shift malam dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 160 menit
dengan kegiatan terbanyak yaitu menonton tv sebesar 65 menit atau 40,6%. Penggunaan
waktu terbanyak ketiga ada pada shift pagi dengan kegiatan terbanyak yaitu mengobrol
sebesar 75 menit.
75
Tabel 5.6
Total Penggunaan Waktu Kerja Perawat Pelaksana Instalasi Rawat Inap Tulip
Menggunakan Metode Work Sampling di RSUD Kota Bekasi Tahun 2015
Kegiatan keperawatan Langsung 2325 32,3 3180 37,5 3415 43,9 8920 38,1
Kegiatan keperawatan Tidak Langsung 3550 49,3 4025 47,5 3745 48,2 11320 48,3
Kegiatan Pribadi 1230 17,1 935 11,0 455 5,9 2620 11,2
Kegiatan Non Produktif 90 1,3 330 3,9 160 2,1 580 2,5
76
Dari total penggunaan waktu oleh perawat selama dilakukan pengamatan,
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi yaitu sebesar
11,2%, serta kegiatan non produktif sebesar 2,5%. Hal ini menunjukan bahwa
kegiatan yang lebih banyak dilakukan oleh perawat adalah kegiatan keperawatan
tidak langsung. Hal ini disebabkan, karena kegiatan keperawatan tidak langsung
keperawatan tidak langsung adalah 38 menit per pasien per hari. Jika dilihat dari
rata-rata jumlah pasien di Instalasi Rawat Inap Tulip yaitu sebanyak 42 pasien,
sebanyak 38 menit dan dikalikan dengan banyaknya jumlah hari yaitu tujuh hari.
Didapatkan hasil bahwa jumlah keperawatan tidak langsung yang masih dalam
batas normal menurut Rowland dalam Purwanto (2011) adalah 11.172 menit.
Namun total kegiatan keperawatan tidak langsung yang ada di Instalasi Rawat
Inap Tulip ini sudah mencapai batas normal yaitu sebanyak 11.320 menit.
beban kerja perawat, maka proporsi waktu yang diperoleh adalah sebesar 86,4%.
membutuhkan tenaga baru. Berdasarkan teori diatas dan hasil waktu kegiatan
Waktu kerja tersedia adalah satuan waktu yang digunakan oleh perawat
waktu kerja tersedia bertujuan untuk memperoleh waktu kerja tersedia masing-
masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu
tahun. Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah
a. Hari kerja;
Jumlah hari kerja dalam satu tahun sesuai ketentuan yang berlaku
jam, maka hari kerja dihitung 7 hari. Perawat pelaksana di Ruang Tulip
78
menggunakan sistem shift, sehingga ketentuan yang berlaku untuk perawat
pelaksana adalah 6-2, yaitu enam hari kerja kemudian dua hari libur.
“Karena kita mengatur shift nya itu pagi dua, siang dua, malam dua,
liburnya dua. Jadi dalam sebulan itu liburnya antara enam sampai
Dari perolehan data tersebut, maka dapat dihitung jumlah hari kerja
efektif. Dalam setahun ada 365 hari, jika dilakukan perhitungan secara
manual dengan sistem masuk perawat yang 6 hari kerja kemudian 2 hari
libur, maka didapatkan bahwa dalam satu bulan ada 7 hari libur, sehingga
dalam satu tahun ada 84 hari libur. Dengan demikian, jumlah hari kerja
perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi adalah 281 hari
b. Cuti Tahunan;
“Cuti itu kita untuk setiap karyawan dalam satu tahun ber hak cuti
79
c. Pendidikan dan Pelatihan;
Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi dalam setahun adalah 6 hari. Jika
“Nah itu, kurang kita. Kita ruang perawatan bedah tapi belum ada
pelatihan yang khusus perawatan luka, perawatan luka cuma kita tidak
secara khusus dilatih seperti itu. Jadi kalo pas ada pelatihan kita
bergantian, satu tahun enggak sampai 10 kali, paling juga 6 kali 2 bulan
lain gak hanya khusus bedah jadinya, umum yang semua bagian dan
“... saya sudah lama disini dari tahun 1997, dulu-dulu mah saya sering.
Setahun ini gak dapet nih, gantian kita pelatihannya banyak banget dari
Jumlah hari libur dan cuti bersama dalam satu tahun. Karena yang
80
e. Ketidakhadiran Kerja;
“Kita kan disini ada yang mendadak sakit, anak sakit, berita biasanya
lewat telepon atau sekarang kan udah ada WA ada BBM nah kita atur
kalau dia masih punya cuti dan dia tidak bisa menunjukkan surat sakit
akan kita potong cuti atau potong ekstra. Ekstra itu kalau ada tanggal
merah kan harusnya libur tapi dia tetep dinas dia punya ekstra satu. Jadi
kalau tiba2 sakit bisa di potong ekstra atau cuti. Tapi kalau misalnya tidak
“... ada si, kalo sakit, kecelakaan pasti ada toleransi. Kalo misalnya
“... kita kan dalam sebulan toleransinya ya boleh boleh aja, nanti kan
kepala ruangan yang atur. Kita harus ada informasi, kalo mendadak ya
tergantung dia mendadaknya karena apa, kalo kita sakit ya harus ada
f. Waktu Kerja;
maka perhitungan jam kerjanya berdasarkan rata-rata jam kerja per shift
81
pelaksana di Ruang Rawat Inap Tulip adalah (7+7+10) 8 jam/hari.
“Untuk shift pagi itu dari habis apel 07.15 sampai jam 14.00, siang itu
jam 14.00 sampai jam 21.00, malem dari jam 21.00 sampai operan ke
pagi jam 07.00 sampai jam 08.00 sampai selesai operan” (Informan 1)
Tabel 5.7
Waktu Kerja Tersedia Perawat Pelaksana
114.096 Menit/tahun
Perawat = {281-(12+0,3+31)}
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa waktu kerja tersedia bagi
perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi sebesar 1901,6
jam/tahun.
Unit kerja dalam perhitungan beban kerja disini adalah Ruang Rawat Inap
RSUD Kota Bekasi dengan pemilihan sub unit kerja berdasarkan jumlah
jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur adalah 35:64 dengan jumlah pasien
Tabel 5.8
Unit Kerja, sub unit kerja dan kategori tenaga
per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori
83
tenaga. Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja RS adalah
meliputi :
kerja dengan rata-rata jumlah unit kegiatan yang dapat diselesaikan dalam satu
hari kerja dalam satuan menit. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
84
Tabel 5.9
Perhitungan Standar Beban Kerja
(menit)
Mengukur suhu, nadi, dan tekanan darah 5 22819
Melakukan perekaman EKG 10 11410
Perawatan Luka 10 11410
Mengganti cairan infus 2 57048
Mengganti Balutan 10 11410
Memasang Infus 4 28524
Memeriksa gula darah 3 38032
Memberikan obat oral dan injeksi 5 22819
Pemasangan gelang identifikasi 2 57048
Pengambilan darah 6 19016
Perawat keliling ruangan observasi pasien 10 11410
Mengontrol infus 3 38032
Mengganti baju/ pampers 10 11410
Membersihkan tempat tidur 10 11410
Mengantar/memindahan pasien ketempat lain 10 11410
Menerima pasien dari ruangan lain 10 11410
Pendidikan kesehatan 5 22819
Memasang cateter urin, observasi 5 22819
Memeriksa sleding scale 4 28524
Fisioterapi dada 10 11410
Menghitung ballance cairan 3 38032
kelonggaran dibagi menjadi dua yaitu standar kelonggaran kategori dan standar
kegiatan yang dilakukan oleh seluruh perawat di Ruang Tulip RSUD Kota
Bekasi untuk standar kelonggaran kategori adalah rapat ruangan yang dilakukan
85
“Yang lain ya kalau ada pertemuan, misalnya ada presentasi ya ada perwakilan
kita juga kita atur yang udah pernah pertemuan tentang cairan, pertemuan
tentang apa kita atur siapa yang belum. Terus juga kita memang dalam dua
“Kalo rapat baru diruangan aja, kalo yang diluar ruangan keseringan kepala
adalah dua jam atau 120 menit sebanyak empat kali dalam setahun, sehingga
jumlahnya dalam setahun adalah 8 jam atau 480 menit. Dalam perhitungan
standar kelonggaran, data yang diperlukan adalah waktu kerja tersedia dalam
Tulip RSUD Kota Bekasi ini adalah 0,0042 atas hasil perhitungan jumlah waktu
faktor kelonggaran dibagi dengan jumlah waktu kerja tersedia dalam setahun.
yang dilakukan selama enam kali dalam setahun dan cuti hamil. Berdasarkan
“Jadi kalo pas ada pelatihan kita bergantian, satu tahun enggak sampai 10 x,
Berdasarkan data sekunder per bulan Juli tahun 2015, jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk pelatihan adalah empat jam selama enam kali dalam setahun,
sehingga jumlahnya dalam setahun adalah 24 jam atau 1440 menit. Sedangkan
jumlah waktu yang dibutuhkan untuk cuti adalah sebanyak 88 hari atau 2112
86
jam/tahun. Dalam perhitungan standar kelonggaran, data yang diperlukan adalah
waktu kerja tersedia dalam setahun yang sebelumnya sudah dihitung yaitu
perawat pelaksana di Ruang Tulip RSUD Kota Bekasi ini adalah sebesar 0,0126
untuk pelatihan dan 1,11 untuk cuti yang berdasarkan hasil perhitungan jumlah
waktu faktor kelonggaran dibagi dengan jumlah waktu kerja tersedia dalam
setahun.
waktu kelonggaran bagi perawat pada Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi adalah:
Tabel 5.10
Perhitungan Waktu Kelonggaran Perawat
perawatan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RSUD Kota Bekasi selama
87
kurun waktu satu tahun. Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan
terkait kegiatan pokok dan tanggung jawab perawat didapatkan bahwa sistem
kerja di Ruang Tulip ini adalah per tim. Jumlah tim di Ruang Tulip adalah tiga
dengan masing-masing dua orang perawat dalam setiap timnya. Satu orang
perawat rata-rata bertanggung jawab atas enam orang pasien, atau bisa tujuh
“Rata-rata 7-8 pasien, tapi kalau pagi karena ada yang tidak ikut shift juga
dinas pagi dalam satu hari itu tambahan di pagi dua maka rata-rata 6 lah, kita
juga bikin targetnya dalam satu hari hanya megang 6, walaupun dia megang
delapan tapi kan yang dua ini bisa saja rencana pulang atau dia pasien baru
masuk. Tindakan itu setiap pasien berbeda, rata-rata tindakan kita itu satu
“... kita kan dibagi 3 tim ya satu tim itu terdiri dari 2 orang biasanya 1 orang itu
megang berapa kamar. Nanti perorang itu megangnya berapa kamar misal 2
kamar, tergantung sih tergantung jumlah pasien. Kalo jumlah pasien sedikit ya
Berdasarkan data sekunder per bulan Juli tahun 2015, jumlah kunjungan
pasien di Ruang Tulip RSUD Kota Bekasi mencapai 2.205 pasien. Jika dikalikan
dengan rata-rata tindakan satu pasien per satu kali dinas yaitu sebanyak empat
Tabel 5.11
Perhitungan Kuantitas Kegiatan Pokok
88
6. Perhitungan kebutuhan SDM Unit Kerja
Tabel 5.12
Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat
Nama Kegiatan
SBK KS
Mengukur suhu, nadi, dan tekanan darah 22819 1.97
Melakukan perekaman EKG 11410 2.51
Perawatan Luka 11410 2.51
Mengganti cairan infus 57048 1.65
Mengganti Balutan 11410 2.51
Memasang Infus 28524 1.86
Memeriksa gula darah 38032 1.75
Memberikan obat oral dan injeksi 22819 1.97
Pemasangan gelang identifikasi 57048 1.65
Pengambilan darah 19016 2.08
Perawat keliling ruangan observasi pasien 11410 2.51
Mengontrol infus 38032 1.75
Mengganti baju/ pampers 11410 2.51
Membersihkan tempat tidur 11410 2.51
Mengantar/memindahan pasien ketempat lain 11410 2.51
Menerima pasien dari ruangan lain 11410 2.51
Pendidikan kesehatan 22819 1.97
Memasang cateter urin, observasi 22819 1.97
Memeriksa sleding scale 28524 1.86
Fisioterapi dada 11410 2.51
Menghitung ballance cairan 38032 1.75
Jumlah 44.76
Ket : SBK = Standar Beban Kerja
KS = Kebutuhan Sumber Daya Manusia
dengan jumlah tenaga perawat yang tersedia saat ini dapat dilihat dari Ratio
WISN. Ratio WISN merupakan suatu ukuran “pengganti” (proxy) bagi tekanan
kerja yang dialami tenaga kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari mereka di suatu
fasilitas kesehatan. Sebuah ratio WISN bernilai satu (1) menunjukan bahwa
jumlah staf dan beban kerja di suatu fasilitas kesehatan berada dalam keadaan
seimbang. Semakin kecil ratio WISN, semakin besar tekanan beban kerja. Ratio
WISN yang kecil menunjukkan bahwa jumlah staf saat ini lebih kecil daripada
yang dibutuhkan untuk mengatasi beban kerja yang ada. Sebaliknya, ratio WISN
beban kerja. Berikut merupakan kesenjangan tenaga yang ada dengan kebutuhan
berdasarkan WISN:
Tabel 5.13
Kesenjangan Tenaga Yang Ada dengan Kebutuhan Berdasarkan WISN
WISN RATIO
90
Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan bahwa ratio WISN tenaga
perawat pelasana di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi sebesar 0,8
yang artinya adalah jumlah tenaga saat ini lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankan beban kerja yang ada. Hal ini
dari jumlah yang ada sebanyak 35 orang untuk mencapai keadaan yang seimbang.
91
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
kegiatan pribadi, dan kegiatan non produktif. Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah:
B. Analisis Beban Kerja Perawat Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi
Beban kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi
diperoleh dengan melakukan pengamatan selama 24 jam dalam tiga shift yaitu
shift pagi, siang dan malam dengan menggunakan teknik work sampling.
Kapasitas tempat tidur yang dimiliki instalasi rawat inap tulip sebanyak 64 buah
92
dengan jumlah perawat sebanyak 35 orang. Pengamatan kegiatan keperawatan ini
waktu kegiatan keperawatan langsung adalah 38,1% dan jumlah waktu kegiatan
pribadi sebesar 11,2% dan jumlah waktu kegiatan non produktif yang digunakan
oleh perawat sebesar 2,5%. Untuk selanjutnya, kegiatan produktif tidak langsung
oleh peneliti dimasukan sebagai komponen beban kerja perawat karena kegiatan
tidak langsung dan kegiatan pribadi sebagai beban kerja perawat, maka proporsi
tenaga kerja dianggap produktif bila mampu menyelesaikan 80% dari beban
tugasnya. Menurut Ilyas (2004) dalam Purwanto (2011) menyatakan waktu kerja
yang produktif berkisar 80% dan jika pekerja sudah bekerja di atas 80% waktu
tersebut benar-benar membutuhkan tenaga baru. Proporsi waktu beban kerja pada
Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi melebihi dari standar waktu kerja
produktif menurut ILO, maka dari itu perlu adanya penambahan tenaga kerja
perawat, namun masih bisa mengatur dan butuh penyesuaian dengan RS untuk
93
bisa mengadakan tambahan tenaga. Beberapa informan lain juga mengatakan
bahwa kurang tenaga perawat, karena tergantung pada kondisi dan jumlah pasien,
selain itu juga ada penambahan kamar oleh kepala ruangan namun tidak
mencapai angka 4337 pasien dan berdasarkan data rumah sakit per bulan Juli
2015 jumlah kunjungan Instalasi Rawat Inap Tulip sudah mencapai 2.472 pasien.
Angka ini merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan ruang rawat inap
Inap Tulip menyatakan bahwa beban kerja di Ruang Tulip berlebih karena masih
kurangnya tenaga perawat yang seharusnya setiap shift itu ada delapan orang
perawat, namun kenyataan yang sekarang adalah enam sampai tujuh perawat di
kegiatan ini merupakan kegiatan pelaporan rutinan perawat yang harus dilaporkan
kepada kepala ruang terkait jumlah pasien, kondisi pasien, dan tindakan
keperawatan. Kegiatan keperawatan tidak langsung ini terbanyak ada pada shift
siang dengan jumlah waktu kegiatan sebesar 4025 menit. Kemudian kegiatan
94
keperawatan yang banyak menyita waktu perawat adalah kegiatan mengecek
waktu perawat adalah menyiapkan obat oral dan injeksi (14%) dan mengisi
formulir pasien (8%). Tingginya waktu kegiatan keperawatan tidak langsung pada
pengecekan dan persiapan alat tindakan dan obat yang dilakukan pada siang hari
mendalam dengan salah satu informan menyatakan bahwa, kegiatan pada shift
siang ini banyak karena pada jam-jam tersebut banyak pasien masuk. Berdasarkan
terbanyak ada pada shift siang dan malam. Banyaknya pasien baru dan pasien
yang baru selesai dari kamar operasi. Sehingga kegiatan keperawatan pada shift
Distribusi beban kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip ini bervariasi
disetiap shift nya dimana kegiatan keperawatan langsung terbanyak ada pada shift
malam dan siang dengan persentase sebesar 43,9% untuk kegiatan keperawatan
kegiatan pribadi, dan 2,1% untuk kegiatan non produktif. Pada saat penelitian
berlangsung peneliti melihat adanya keaktifan dari keluarga pasien terkait kondisi
mengontrol cairan infus dan mengontrol keadaan luka pasien. Perawat di Instalasi
Rawat Inap Tulip juga menghibau kepada keluarga pasien agar membantu
tidak langsung, kegiatan pribadi dan kegiatan non produktif di Instalasi Rawat
kerja yang di alami di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi. Selanjutnya
jumlah beban kerja yang didapatkan selama tujuh hari pengamatan digunakan
metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Dalam menggunakan rumus ini,
Waktu kerja tersedia perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota
Bekasi dalam satu tahun adalah 238 hari atau 1902 jam atau 114.096 menit.
ini didapatkan dari total jumlah hari kerja dalam satu tahun dikurangi dengan
jumlah hari hari libur dan cuti tahunan, pendidikan dan pelatihan, rata-rata
96
ketidakhadiran kerja dalam setahun. Kemudian didapatlah jumlah waktu kerja
dengan menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang diteliti. Berdasarkan
analisis situasi, pada penelitian ini peneliti memilih unit kerja di Instalasi Rawat
Inap RSUD Kota Bekasi dengan kategori SDM yaitu perawat pelaksana pada
Kelas I, Kelas II dan Kelas III. Dimana adanya kesenjangan jumlah perawat
pelaksana dengan jumlah tempat tidur yang tersedia. Ruang Tulip RSUD Kota
Bekasi memiliki perbandingan antara jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur
adalah 35:64 dengan jumlah pasien terbanyak per bulan Juli 2015 adalah
sebanyak 2.205 pasien Oleh karena itu peneliti ingin memperoleh gambaran
jumlah kebutuhan SDM yang ideal dengan menganalisis beban kerja nyata dari
perawat pelaksana.
waktu kegiatan keperawatan langsung yang dimiliki oleh RSUD Kota Bekasi.
Kemudian dihitung dengan jumlah waktu kerja tersedia dibagi rata-rata waktu
kegiatan, maka didapatkanlah hasil standar beban kerja perawat setiap jenis
kegiatannya.
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan
97
langsung tapi bermanfaat bagi personil yang ada. Standar kelonggaran dibagi
menjadi dua kategori yaitu standar kelonggaran terkait kegiatan seperti rapat
kelonggaran individu seperti waktu untuk pendidikan dan pelatihan serta cuti
hamil.
keperawatan yang telah diberikan oleh perawat kepada pasien. Dari telaah
tenaga perawat untuk instalasi rawat inap tulip RSUD Kota Bekasi adalah
sebanyak 45 orang. Sedangkan jumlah perawat saat ini adalah sebanyak 35 orang,
hal ini menunjukan bahwa instalasi rawat inap tulip membutuhkan penambahan
tenaga perawat sebanyak 10 orang. Jika dilihat dari hasil perhitungan kebutuhan
jumlah tenaga yang tersedia baru hanya memenuhi 83% dari total tenaga perawat
ideal. Dan hal ini dapat mengakibatkan pengaruh buruk bagi pelayanan rumah
98
sakit karena dengan kurangnya tenaga dengan beban kerja yang banyak dapat
rawat inap Kelas II dan Kelas III di RSU Kota Tangerang Selatan tergolong berat
karena beban kerja produktif berada di atas 80%. Beban kerja produktif pada
perawat di instalasi rawat inap Kelas II dan Kelas III sebesar (80,36%) dan
inap kelas II dan III sebanyak sembilan orang. Berbeda dengan hasil penelitian
Instalasi rawat Inap Bagian Interna berjumlah 25 orang. Waktu kegiatan produktif
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pernyataan dari Direktur RSUD
Kota Bekasi dalam berita harian Megapolitan yang menyatakan bahwa pihaknya
masih kurang dalam memberikan pelayanan terhadap para pasien RSUD. Hal itu
disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia yang ada dengan jumlah tempat
tidur yang ada di RSUD Kota Bekasi mencapai 400 lebih. Seharusnya jumlah
perawat berbanding satu dengan tempat tidur rumah sakit. Adapun manfaat
yang berdasarkan beban kerja nyata perawat adalah perawat mampu memberikan
dengan stres kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat didapatkan bahwa adanya
99
potensi untuk terjadinya stres kerja pada perawat yang ditimbulkan oleh adanya
beban kerja. Diperoleh bahwa perawat dengan beban kerja tugas rendah dan
perawat dengan beban kerja tugas tinggi sama-sama mempunyai tingkat stres
yang tinggi, namun perawat dengan beban kerja tugas tinggi memiliki peluang
untuk stres tingkat tinggi 0,1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang
beban kerja tinggi. Tingginya beban kerja dapat berdampak pada penurunan
kualitas dan prestasi kerja. Hal ini dapat terjadi terutama bila naiknya beban kerja
kerja dan prestasi perawat yang akan berdampak pada rumah sakit adalah
penurunan citra rumah sakit karena hasil yang akan dicapai tidak akan maksimal
Apabila hal tersebut dibiarkan terjadi terus menerus, akan berdampak juga
kepada diri perawat seperti penurunan motivasi kerja yang selanjutnya berefek
Kota Bekasi ini dapat disebabkan oleh keadaan rumah sakit yang belum
100
mengajukan permohonan pengadaan tenaga baru namun belum ditindak lanjuti
karena untuk penambahan tenaga akan berhubungan dengan kesiapan rumah sakit
terkait anggaran. Menurut Ilyas (1997), tenaga adalah salah satu yang
pengadaannya tidak bisa seketika. Bila tersedia, perlu ada penyesuaian sebelum
bisa digunakan dengan optimal dan semua ini membutuhkan waktu. Sehingga
rumah sakit dapat mengetahui jumlah kebutuhan tenaga perawat dengan tepat
karena berdasarkan beban kerja nyata perawat. Oleh karena itu diharapkan RSUD
Kota Bekasi dapat mengadopsi metode ini dalam menentukan jumlah kebutuhan
aktivitas yangdiberikan oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat dinilai dari
ini yaitu pada hasil dari pelayanan keperawatan, dimana hasilnya adalah
peningkatan derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien. Sehingga kedua hal
Besaran proporsi beban kerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Bekasi
telah melewati titik batas maksimal 80% yang menggambarkan bahwa beban
101
kerja yang dialami oleh perawat sudah melebihi kapasitas diri perorangan
membutuhkan tenaga baru. Rumah Sakit merupakan wadah atau tempat yang
memberikan pelayanan mulai dari pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat
darurat dan intensif dimana yang menjadi target pasarnya adalah pasien dengan
kuantitas SDM yang ada di rumah sakit ini dapat menurunkan kualitas pelayanan
rumah sakit.
Tujuan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dari hasil penelitian ini adalah
untuk menyeimbangkan antara beban kerja yang ada dengan tenaga yang tersedia.
Namun untuk mencari perawat yang mempunyai kualifikasi mampu bekerja baik
di Instalasi Rawat Inap membutuh proses rekruitmen dan seleksi yang cukup
seleksi di RSUD Kota Bekasi ini terlihat kurangnya variasi data base calon tenaga
perawat dan masih banyaknya perawat dengan pendidikan terakhir hanya SPK.
Sedikitnya perguruan tinggi negeri yang ada dikota Bekasi juga menjadi alasan
sedikitnya calon tenaga perawat yang sesuai dengan kualifikasi RSUD Kota
Bekasi. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara pihak RSUD dengan
Perguruan Tinggi Negeri terkait lulusan perawat yang sesuai dengan kualifikasi
yang dibutuhkan. Hal ini dapat membantu untuk menambah variasi calon tenaga
perawat.
102
sesuai dengan karakteristik ruangan, meningkatkan kompetensi perawat dalam
dengan beban kerja yang tinggi, serta melimpahkan tugas administrasi dan
kegiatan yang bukan kegiatan keperawatan kepada POS atau tenaga administrasi
lainnya.
103
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan diantaranya :
lebih dari batas waktu kerja produktif 80% yaitu (86,4%), oleh
RSUD Kota Bekasi dalam 1 tahun adalah 238 hari atau 1902 jam
104
5. Total kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap Tulip
rasio WISN dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga saat ini lebih
B. Saran
kebutuhan tenaga
105
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
Saunders Company.
Haliman, Arif, Ari Wulandari. 2012. Cerdas Memilih Rumah Saki, Sebuah
Iskandar, Dalmy, 1998, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, Dan Pasien, SINAR
GRAFIKA, Jakarta.
106
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat Inap.
Medika, Yogyakarta.
Kesehatan Nasional
107
Dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Jember.
Rivai, Veithzal, Ella jauvani Sagala, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia
RSUD Kota Bekasi, diakses pada tanggal 15 Juli 2015 pukul 14.18 dari
http://rumah-sakit.findthebest.co.id/l/1950/RSUD-Bekasi#
Siregar, Charles J.P, 2003, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, Penerbit
Sunyoto, Danang, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, CAPS (Center for
Sakit
UI-Press, Jakarta
108
LAMPIRAN
109
Lampiran 1
110
Lampiran 2
URAIAN TUGAS
1. Kepala Ruangan
Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala Ruangan, yang
asuhan keperawatan
kepemimpina
keperawatan
2. Ketua Tim
c. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan
111
d. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
telah disusun
asuhan keperawatan
112
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
Tanggal wawancara
Jenis kelamin
Jabatan
Umur
Pendidikan terakhir
Masa Kerja
113
Daftar pertanyaan untuk Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Instalasi
Rawat Inap, Kepala Ruangan Tulip RSUD Kota Bekasi
114
Daftar pertanyaan untuk Perawat Pelaksana RSUD Kota Bekasi
1. Berapa hari kerja perawat yang bertugas di ruang rawat inap tulip?
2. Bagiamana pembagian kerja shift pagi, sore, dan malam?
3. Berapa hari waktu untuk cuti dan bagaimana pembagiannya?
4. Bagaimana dengan toleransi ketidakhadira kerja?
5. Bagaimaa para perawat selama ini menyelesaikan pekerjaannya dengan
ketepatan waktu?
6. Apakah pernah menghitung beban kerja perawat di ruang rawat inap tulip?
7. Apakah ada SOP mengenai alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
tiap uraian tugas kegiatan pokok?
8. Jika belum ada, bagaimana menentukan target waktu yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan waktu kegiatan pokok?
9. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana beban kerja perawat di RS ini khususnya ruang
tulip?
10. Apakah kepala perawat juga melakukan asuhan langsung kepada pasien?
11. Adakah kegiatan lainnya di luar kegiata pokok, seperti monitoring, rapat, dll?
12. Bagaimana dengan kegiatan diklat? Berapa kali diklat dilakukan dan berapa
lama dalam setahun?
13. Pada saat kapan waktu diklat diberikan kepada perawat, pada jam dinas atau di
luar jam dinas?
14. Bagaimana pendelegasian tugas jika perawat yang bersangkutan rapat, diklat,
atau mengikuti kegiatan lainnya?
15. Bagaimana perhitungan tenaga keperawatan yang dilakukan selama ini?
16. Menurut Bapak/Ibu, apakah jumlah tenaga yang ada pada saat ini sudah cukup?
17. Jika belum cukup, bagaimana pembagian tugas kepada masing-masing
perawat?
115
Lampiran 4
FORMULIR WORK SAMPLING DI INSTALASI RAWAT INAP
TULIP RSUD KOTA BEKASI
Pengamat :
Unit : Instalasi Rawat Inap Tulip
Jenis Tenaga : Perawat Pelaksana
Hari/Waktu Pengamatan :
Waktu/tiap Kegiatan
5 menit Produktif Langsung Produktif Tidak Langsung Pribadi Non Produktif
07.00-07.05 A
07.05-07.10 B
07.10-07.15 A
07.15-07.20 B
07.20-07.25 A
07.25-07.30 B
07.30-07.35 A
07.35-07.40 B
07.45-07.50 A
07.50-07.55 B
07.55-08.00 A
08.05-08.10 B
08.10-08.15 A
Dst
116
Lampiran 5
KEGIATAN
PRODUKTIF LANGSUNG PRODUKTIF TDK LANGSUNG PRIBADI NON PRODUKTIF
Komunikasi langsung pada pasien dan Persiapan pengadministrasian pasien Kegiatan pribadi yang berhubungan Kegiata yang sama sekali tidak
keluarga dengan kebutuhan pokok berkaitan dengan tugas
1.Mengisi dan melengkapi formulir yang 1.Makan 1.Menonton TV
berhubungan dengan pasien
Mengukur tanda-tanda vital 2.Mendokumentasikan setiap kegiatan rekam 2.Minum 2.Membaca kora
medis
1.Mengukur suhu, nadi, dan tekanan 3.Menulis instruksi dokter di catatan perawat 3.Ibadah 3.Mengobrol
darah
2.Menggunakan alat EKG 4.Membuat laporan tugas 4.Toilet 4.Telepon urusan pribadi
Tindakan dan prosedur 5.Membereskan administrasi pasien yang akan 5.Duduk di nurse station 5.Pergi keluar ruang untuk
pulang keperluan pribadi
3. Perawatan luka 6.Menerima telepon kantor - 6.Datang terlambat
4. Mengganti cairan infus 7.Berkomunikasi dengan dokter - 7.Pulang lebih awal
5.Memberikan kompres Menyiapkan alat, obat, dan makanan -
6.Memberikan Oksigen 8.Menyiapkan dan membersihkan alat untuk - -
tindakan
7.Mengganti balutan 9.Menyiapkan obat oral dan injeksi - -
8.Fisioterapi dada 10.Mengambil obat ke apotik - -
9.Memasang infus 11.Membuat daftar permintaan makanan - -
10.Memberikan terapi injeksi insulin 12.Berkomunikasi dengan pasien - -
11.Memberikan obat tetes mata 13.Menulis resep pasien - -
117
12.Memeriksa gula darah - - -
13.Memeriksa sleding scale - - -
14.Memberikan obat oral dan injeksi - - -
15.Tindakan transfusi darah - - -
16.Memberikan obat tetes telinga - - -
17.Pemasangan gelang identifikasi - - -
18.Pengambilan darah - - -
19.Perawat keliling ruangan - - -
mengobservasi pasien
20.Mengontrol infus - - -
21.Mengganti baju/ pampers - - -
Hygiene Pasien - - -
22.Membersihkan tempat tidur - - -
23.Memandikan pasien di tempat tidur - - -
24.Menggunting kuku pasien - - -
25.Mencuci rambut pasien - - -
- - -
Serah terima pasien - - -
26.Mengantar atau memindahkan - - -
pasien ketempt lain
27.Menerima pasien dari ruangan lain - - -
118
Lampiran 6
119