Anda di halaman 1dari 15

(pertemuan ke-10 & 11)

KEMAMPUAN BERBAHASA PRODUKTIF DAN RESEPTIF

A. Pengertian Kemampuan Berbahasa Produktif dan Reseptif


Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seorang individu untuk membuat
kata-kata atau suara-suara yang dikombinasikan menjadi suatu ucapan atau suatu
kesatuan kalimat utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan oleh individu lain.
Aspek-aspek kemampuan berbahasa antara lain:
1. Kemampuan berbahasa produktif (menghasilkan)
Kemampuan berbahasa produktif meliputi:
a. Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan ide atau
gagasan melalui lambing-lambang bunyi. Berbicara merupakan keterampilan
berbahasa lisan yang bersifat produktif. Kehidupan manusia dihadapi dengan
berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya percakapan
antara ayah dan ibu, orangtua dengan anak, anak dengan orangtua,dan sebagainya.
Berbicara berperan penting dalam pendidikan keluarga.Di luar lingkungan
keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga,antar teman
sepermainan,rekan kerja,teman kuliah,teman sekolah,dan sebagainya. Seluruh
situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara.
Jenis situasi dalam berbicara meliputi:
1) Sistuasi interaktif
Misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang
memungkinkan adanya aktivitas pergantian antara berbicara dan mendengarkan
2) Situasi semi-interaktif
Misalnya sitiuasi berpidato dihadapan umum secara slangsung. Audiens
memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicara, namun
pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh
mereka
3) Situasi non-interaktif
Misalnya berpidato lewat radio atau TV. Audiens sama sekali tidak bisa
melakukan komunikasi secara langsung dengan narasumber karena berada
dalam dua dimensi media yang berbeda.
Macam-macam kegiatan berbicara di depan umum berdasarkan lingkup situasinya
ada dua macam, antara lain:
1) Lingkungan resmi
Adalah lingkup dinas yang memiliki kelayakan dan formalitas tertentu. Dalam
lingkup ini terdapat aturan tertentu yang relatif lebih ketat. Misalnya: pakaian,
situasi, tema, dan gaya berbicara yang dikemas dalam lingkup resmi.
Contohnya adalag berpidato.
2) Lingkungan non resmi
Adalah lingkup dimana kegiatan berbicara lebih banyak kelonggaran. Bahasa
tang digunakan bebas, pakaian tidak diatur serta gaya pembicarannya bebas.
Contohnya adalah ceramah.
Cakupan berbicara berdasarkan kegiatan komunikasi lisan sangat luas,
yaitu berceramah, berdebat, bercakap-cakap, berkhotbah, bertelepon, bercerita,
bertukar pikiran, bertanya, berwawancara, berdiskusi, menyampaikan sambutan,
dan lain-lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara baik penceramah maupun
orator (ahli pidato) adalah sebagai berikut:
 Internal
1) Vokal
a. Tidak monoton
b. Jelas
c. Sesuai dengan karakter materi
2) Penampilan
a. Menarik simpati pendengar
b. Membina kontak mata dengan pendengar
c. Mimiek (ekspresi yang tidak berlebihan)
d. Gerakkan anggota tubuh yang sesuai
3) Materi
a. Menguasai materi
b. Sesuai dengan tingkat pendengar
c. Penyampaian materi harus sistematis
d. Disertai dengan contoh
 Eksternal
1) Menganalisa pendengar
a. Usia pendengar
b. Tingkat pendidikan pendengar
c. Gender (jika perlu)
d. Latar budaya
e. Jumlah pendengar
2) Situasi pembicaraan
a. Formal atau nonformal
b. Waktu
c. Tempat
b. Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga
oranglain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Bryne,1983). Lebih
lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar
menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata tersusun
menjadi kalimat menurut peraturan tertentu. Menulis dapat diartikan sebagai
kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk tulis.
Akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis
melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap,danjelas sehingga
buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca. Atau dapat juga
dibedakan bahwa menulis adalah mengekspresikan pikiran melalui media tulisan
dan bersifat ilmiah. Sedangkan mengarang adalah mengekspresikan pikiran
melalui media tulisan dan bersifat fiktif imanjinatif.
Menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang bersifat
produktif.Kemampuan ini biasanya hadir setelah seseorang diidentifikasi mampu
menguasai tiga kemampuan berbahasa lainnya.Kemampuan membaca seseorang
biasanya sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan menulis seseorang.
Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk
kegiatan produktif tulis. Keterampilan menulis juga memegang peranan penting
bagi keberhasilan belajar siswa. Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi
lulusan untuk keterampilan menulis adalah melakukan berbagai jenis kegiatan
menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk
karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato,
laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk
cerita, puisi, dan pantun.
Tujuan menulis itu bermacam-macam bergantung pada ragam tulisan.
Secara umum, tujuan menulis dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Memberitahukan atau menjelaskan
Tulisan yang bertujuan memberitahukan atau menjelaskan sesuatu biasa
disebut dengan karangan eksposisi. Karangan eksposisi adalah karangan yang
berusaha untuk menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan menunjukkan
berbagai bukti-bukti konkret dengan tujuan untuk menambah pengetahuan
pembaca. Pembaca yang belum mengenal pesawat tempur F 16 akan
memahami tentang jenis pesawat ini setelah membaca karangan dengan judul
Kecanggihan Pesawat F 16. Contoh lain karangan eksposisi adalah proses
pembuatan tempe.
2) Menyakinkan atau mendesak
Alasan yang diungkapkan oleh penulis yang berupa angka-angka, tabel,
grafik,dan contoh-contoh. Dengan demikian tujuan tulisan ini adalah
meyakinkan pembaca bahwa apa yang disampaikan penulis benar sehingga
penulis berharap pembaca mau mengikuti pendapat penulis.Contoh karangan
ini yang bisa siswa buat misalnya Jadilah Siswa Sukses, Beralihlah ke Quantum
Learning,dansebagainya.
3) Menceritakan sesuatu
Tulisan yang bertujuan untuk menceritakan suatu kejadian kepada pembaca
disebut dengan karangan narasi. Karangan narasi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu narasi ekspositoris (nyata) dan narasi sugestif (fiksi). Narasi ekspositoris
misalnya sejarah, biografi,danotobiografi, sedangkan narasi sugestif misalnya
cerpen, novel,dan legenda.Contoh karangan narasi ekspositoris misalnya
Peperangan Pangeran Diponegoro, Kisah Sukses Seorang Habibie, Sejarah
Berdirinya SMA X, sedangkan narasi sugestif misalnya Robohnya Surau Kami,
Legenda Suroboyo,dan Si Malin Kundang.
4) Mempengaruhi pembaca
Contohnya yaitu iklan-iklan serta janji-janji kampanye oleh juru kampanye
yang disampaikan pada surat kabar atau majalah.Kalimat tersebut bersifat
persuasif sehingga disebut dengan karangan persuasi.
5) Menggambarkan sesuatu
Penulis karangan deskripsi bertujuan agar pembaca seolah-olah ikut merasa,
melihat, meraba,dan menikmati objek yang dilukiskan penulis. Seseorang bisa
seolah-olah melihat dan merasakan yang ditulis penulis. Misalnya penulis
menulis karangan tentang ruang kuliah PGSD.
Ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa
tujuan, yaitu sebagai berikut.
a. Tujuan penugasan
Pada umumnya para pelajar menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk
memenuhi tugasyangdiberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan
ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas.
b. Tujuan estetis
Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan
sebuah keindahan dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Untuk itu,
penulis pada umumnya memperhatikan benar pilihan kata atau diksi serta
penggunaan gaya bahasa. Kemampuan penulis dalam mempermainkan kata
sangat dibutuhkan dalam tulisanyangmemiliki tujuan estetis.
c. Tujuan penerangan
Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu mediayangberisi tulisan
dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk
memberi informasi kepada pembaca.
d. Tujuan pernyataan diri
Anda mungkin pernah membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan
pelanggaran lagi, atau mungkin menulis surat perjanjian. Apabila itu benar,
berarti Anda menulis dengan tujuan untuk menegaskan tentang apayangtelah
diperbuat. Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat
pernyataan.
e. Tujuan kreatif
Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam
menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa. Anda harus
menggunakan daya imajinasi secara maksimal ketika mengembangkan tulisan,
mulai dalam mengembangkan penokohan, melukiskan setting,
maupunyanglain.
f. Tujuan Konsumtif
Ada kalanya sebuah tulisan diselesaikan untuk dijualdandikonsumsi oleh para
pembaca. Penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis
lebih berorientasi pada bisnis. Salah satu bentuk tulisan ini adalah novel-novel
populer karya Fredy atau Mira W., atau yang lainnya.
Adapun ciri-ciri tulisan yang baik adalah sebagai berikut.
a. Tulisan merupakan hasil rakitan dari berbagai bahan atau pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis.
b. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak
samar-samar.
c. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan,
menarik minat pembaca terhadap pokok pembicaraan, serta mendemontrasikan
suatu pengertian yang masuk akal.
d. Mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritisi masalah tulisannya yang
pertama serta memperbaikinya.
e. Mencerminkan kebanggaan penulis terhadap naskahyang dihasilkan.
2. Kemampuan Reseptif (menerima)
a. Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan kegiatanyangpaling awal dilakukan
oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Dalam kehidupan
sehari- hari, kegiatan menyimak ini menyita hampir 45% waktu berkomunikasi
kita. Hal ini pernah dikemukakan oleh Rankin (1929) dalam survey yang
dilakukan mengenai penggunaan waktu untuk ke empat keterampilan berbahasa
terhadap 68 orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan. Selama kira- kira 2
bulan, ke 68 orang tersebut diamati setiap 15 menit dari hari jaganya. Hasil
menunjukkan:
(1)Menulis 9%
(2)Membaca 16 %
(3)Berbicara 30%
(4)Menyimak 45%
Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada
umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan
menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa yang
disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut:
(1) Mendengarkan
(2) Mengidentifikasi
(3) Menginterpretasi atau menafsirkan
(4) Memahami
(5) Menilai
(6) Menanggapi apa yang disimak
Oleh karena itu menyimak dapat diartikan proses besar mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,dan
interpretasi untuk mendapatkan informasi, memahami isi pesandanmemahami
ujaran yang disampaikan oleh sang pembicara. Proses pembelajaran dalam
menyimak sendiri memerlukan perhatian yang serius, banyak orang
mendefinisikan jika menyimak hampir sama artinya dengan mendengar.
Kenyataannya, kegiatan tersebut sangatlah jauh berbeda. Tarigan ( 1994 : 27 )
berpendapat bahwa, “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak
memahami apa yang didengar”. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur
kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi
tujuan. Dari definisi Tarigan di atas saja, sudah terlihat bahwa tingkat konsentrasi
tinggi seseorang sangatlah dibutuhkan dalam proses menyimak.
Pengklarifikasian menyimak berdasarkan:
1) Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
a. Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi
b. Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi
2) Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan
sebagai berikut:
a. Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian,
ketentuan,dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh
secara garis besarnya saja. Menyimak ekstensif meliputi:
(1) Menyimak sosial
(2) Menyimak sekunder
(3) Menyimak estetik
b. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian,
ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Menyimak intensif meliputi:
(1) Menyimak kritis
(2) Menyimak introgatif
(3) Menyimak penyelidikan
(4) Menyimak kreatif
(5) Menyimak konsentratif
(6) Menyimak selektif

Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman dan butterfield


membedakan menyimak menjadi:
(1) Menyimak sederhana
(2) Menyimak diskriminatif
(3) Menyimak santai
(4) Menyimak informatif
(5) Menyimak literatur
(6) Menyimak kritis

3) Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:


Kegiatan menyimak bertaraf rendah
Kegiatan menyimak bertaraf tinggi

Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak, antara lain:


a. Unsur Pembicara
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara
sistematisdan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik atau
bervariasi.
b. Unsur Materi
Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang.
c. Unsur Penyimak atau Siswa
a) Kondisi siswa dalam keadaan baik
b) Siswa harus berkonsentrasi
c) Adanya minat siswa dalam menyimak
d) Penyimak harus berpengalaman luas
d. Unsur Situasi
a) Waktu penyimakan
b) Saran unsur pendukung
c) Suasana lingkungan

Gangguan-gangguan menyimak yaitu:


a. Dari dalam
Berupa pikiran-pikiran dari si penyimak sendiri, keegosentrisan,
Keengganan ikut terlibat, Ketakutan akan perubahan, Keinginan
menghindari pertanyaan, Puas terhadap penampilan eksternal, Pertimbangan
yang prematur, Kebingungan semantik.
b. Dari luar
Karena hujan, berisik, suara mobil, dll. Cara pencegahannya adalah
konsentrasi pada ujaran-ujaran sang pembicara agar butir-butir pesan dapat
ditangkap, dicerna, dan dipahami.
Tujuan atau fungsi menyimak:
1) Untuk belajar,contoh saat belajar di kelas, seminar, kuliah, dan lain-lain.
2) Untuk menikmati keindahan audial,contohmendengarkan lagu di aradio,
suara burung, suara qori, dan lain-lain.
3) Untuk mengevaluasi,contohdipersidangan, diskusi, dan lain-lain.
4) Untuk mengapresiasi, yaitu menyimak agar dia dapat menikmati serta
menghargai apa-apayangdisimaknya itu. Contoh setelah membaca novel
timbul rasa suka pada penulisnya, pembacaan puisi, cerita, music dan lagu.
5) Untuk mengkomunikasikan ide-ide, contohnya diskusi.
6) Untuk membedakan bunyi-bunyi dgn tepat, contoh saat mengajar membaca
Al-quran.
7) Untuk memecahkan masalah,contohnya berbicara dengan psikolog dan guru
agama.
8) Untuk meyakinkan, untuk meyakinkan diri sendiri.
Menyimak tidak hanya pada ujaran tetapi juga pada gerakan,
penglihatan,danperasaan juga termasuk menyimak. Menyimak ini yaitu dengan
mencari petunjuk-petunjuk non verbal seperti gaya, mimik, gerak-
gerik,dangerakan pembicara merupakan bagain yang vital dari pesannya. Bersiap-
siap pada tanda non verbal ini akan mambantu memahami bagaimana gagsan itu
terasa bagi pembicara. Akan membatu juga menilai ketulusan hari, kejujuran,
pendirian,dan integritas umum pembicara yang mungkin saja mempunyai
kepentingan khusus dalam menyimak kritis. Contohnya dalam debat atau
dipersidangan
b. Membaca
Membaca adalah proses pemahaman terhadap lambang-lambang tulisan
yang diungkapkan penulis melalui sebuah bacaan. Membaca merupakan salah satu
kegiatan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya membaca bertujuan untuk
memahami isi wacana atau bacaan. Pada awalnya membaca merupakan proses
sensoris. Isyarat dan rangsangan aktivitas membaca masuk melalui indra
penglihatan, atau rabaan tangan untuk tunanetra. Penglihatan adalah alat untuk
menyerap informasi tulis dan meneruskannya ke otak.
Kemudian otak mengolah informasi tersebut. Oleh karena itu, betapapun
cerdas dan siapnya seseorang, tatkala ada gangguan pada kedua inderanya itu, dia
akan kesulitan untuk mengenali tulisan dan memahami maknanya. Kemampuan
sensoris ini merupakan prasarat awal untuk dapat mendeteksi huruf atau rangkaian
huruf, tanda baca, dan berbagai lambang tulis lainnya. Membaca ada dua
tingkatan:
1. Membaca Tingkat Dasar
Kemampuan menyuarakan lambing-lambang tulisan yang disampaikan
penulisnya.
2. Membaca Tingkat Lanjut
Kemampuan memahami lambing-lambang tulisan yang diungkapkan
penulisnya melalui sebuah bacaan.
Jenis-jenis membaca ini antara lain:
Ditinjau dari terdengar atau tidaknya suara sewaktu membaca, makna
proses membaca dapat dibagi sebagai berikut:
1. Membaca nyaring
Membaca nyaring adalah cara membaca dengan bersuara atau cara membaca
yang dilakukan dengan lisan.
2. Membaca dalam hati
Membaca dalam hati adalah cara membacayangdilakukan dengan
tidak dikeraskan,yanghanya menggunakan kegiatan visual.
Pada saat membaca dalam hati, perlu diperhatikan:
a) Mata kita gunakan untuk melihat dan menyapu halaman-halaman bacaan
dengan cepat.
b) Ingatan berperan sebagai penyimpanandanpenyaring isi bacaan yang kita
tangkap lewat mata.
Berdasarkan tujuannya, membaca diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif merupakan cara membacayangdilakukan terhadap
sebanyak-banyaknya teks dalam waktuyangsesingkat-singkatnya. Tujuan
membaca ekstensif adalah untuk memperoleh pemahaman umum atau untuk
menemukan hal tertentu dari suatu teks. Secara umum membaca ekstensif
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
(1) Mensurvey halaman judul, kata pengantar, daftar isi,dan indeks.
(2) Men-skim halaman demi halaman teks dengan cepat untuk menemukan
gagasan pokok dari halaman-halaman teks itu atau
(3) Melirik setiap halaman teks hanya untuk menemukan kata atau keterangan
tertentuyangdiinginkan.
2. Membaca Intensif
3. Membaca intensif merupakan cara membaca yang dilakukan secara seksama
terhadap rincian-rincian suatu teks atau bacaan. Berdasarkan tingkat
kecepatannya, membaca terbagi ke dalam beberapa jenis.
(1) Membaca reguler
Membaca reguler adalah cara membaca dengan kecepatan relatif lambat.
Cara ini dilakukan dengan membaca baris demi baris.
(2) Membaca sekilas
Membaca sekilas dilakukan melihat secara sekilas bagian-bagian teks,
terutama judul, daftar isi, kata pengantar, atau hal-hal umum lainnya.
(3) Membaca cepat (skimming)
Membaca cepat dilakukan dengan lebih cepat. Pandangan mata langsung
meluncur, menyapu halaman-halaman teks. Teknik ini digunakan ketika
membaca surat kabar dengan tujuan:
a) Mencari angka-angka statistik
b) Melihat acara siaran televisi
c) Melihat daftar perjalanan kereta api
Di samping itu, cara membaca ini tepat juga digunakan ketika:
a) mencari nomor telepon,
b) mencari kata pada kamus,
c) mencari arti pada indeks.

B. Proses Berbahasa Produktif dan Reseptif


Proses berbahasa produktif adalah peristiwa atau proses pelahiran kode bahasa
bahasa. Proses berbahasa produktif itu sering juga disebut enkode. Proses produktif
dimulai dengan tahap idealisasi yakni tahap kemunculan ide-ide atau gaga besan dalam
pemikiran manusia, tahap kedua adalah tahap perancangan yaitu tahap pemilihan
bentuk-bentuk bahasa sebagai wadah ide yang muncul pada tahap idealisasi selain itu
tahap perancangan juga meliputi komponen bahasa yang lain.
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan, pada tahap ini lahir kode verbal linguistik
yang melahirkan ujaran. Jika lebih disederhanakan lagi maka proses berbahasa produktif
dimulai dengan enkode semantik yakni tahap penyusunan ide dan gagasan, tahap kedua
yaitu dekode gramatikal yakni tahap penyusunan konsep dalam satuan gramatikal dan
proses selanjutnya adalah dekode semantic yakni tahap pemahaman akan konsep-konsep
dari ide dan gagasan yang dibawah oleh kode tersebut. Proses ini berlangsung dalam
otak pendengar dan kemudian diproduksi oleh alat-alat bicara atu artikulasi.
Proses berbahasa Reseptif merupakan kegiatan penerimaan kode-kode bahasa
yang disampaikan untuk kemudian dipahami penerima, proses penerimaan ini disebut
juga dekode. Keterampilan berbahasa reseptif adalah membaca dan menyimak.. Proses
decode dimulai dengan penerimaan unsur bunyi pada penerima (decode fonologi),
kemudian proses pemahaman bunyi sebagai satuan gramatikal (decode gramatikal), dan
diakhiri dengan pemahaman atas konsep yang dibawa oleh kode tersebut (decode
semantik) diantara proses tersebut terdapat proses transmisi, yang bertugas mengubah
kode tersebut menjadi kode bahasa, selain itu ada juga proses penyampaian pesan dari
konsep tersebut yang sering disebut proses komunikasi. Proses tersebut terjadi pada otak
penerima yang kemudian dekeluarkan oleh alat ucap manusi dalam bentuk bahasa.
Dapat disimpulkan juga bahwa proses berbahasa reseptif diawali dari pemahaman untuk
dijadikan pemahaman juga (bahasa).
C. Manfaat dari Kemampuan Berbahasa
Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak
dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat
melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami
pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang kepada kita.
Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas,
kitapun akan mengalami apabila keterampilan berbahasa yang kita miliki tergolong
rendah. Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran
kepada para siswa bila keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau
dipihak lain para siswa akan mengalami kesulitan menangkat pelajaran yang kita
sampaikan secara lisan karena keterampilan berbicara yang kta miliki tidak memadai
atau karena kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan
dan kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan
dapat disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada
generasi berikutnya apabila kita tidak dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan
para pakar apabila kita tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai.
Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan
berbahasa dalam kehidupan. Bagi seorang menajer misalnya, keterampilan berbicara
memegang peran penting. Ia hanya bisa mengelola karyawan di departemen atau
organisasi yang dipimpinnya apabila ia memilki keterampilan berbicara.
Kepemimpinannya akan berhasil bila didukung pula oleh keterampilan mendengarkan,
membaca, dan juga menulis yang berkaitan dengan profesinya. Sebaliknya, jabatan
sebagai seorang manajer tidak akan pernah dapat diraih apabila yang bersangkutan tidak
dapat meyakinkan otoritas yang berkaitan melalui keterampilannya berbicara dan
menulis.
Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat, pemasaran atau penjualan,
politik, hokum (jaksa, hakim, pengacara) adalah contoh-contoh bidang pekerjaan yang
mensyaratkan dimilikinya keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, menulis,
dan membaca.

Anda mungkin juga menyukai