A. Pengertian Kemampuan Berbahasa Produktif dan Reseptif
Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seorang individu untuk membuat kata-kata atau suara-suara yang dikombinasikan menjadi suatu ucapan atau suatu kesatuan kalimat utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan oleh individu lain. Aspek-aspek kemampuan berbahasa antara lain: 1. Kemampuan berbahasa produktif (menghasilkan) Kemampuan berbahasa produktif meliputi: a. Berbicara Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan ide atau gagasan melalui lambing-lambang bunyi. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif. Kehidupan manusia dihadapi dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya percakapan antara ayah dan ibu, orangtua dengan anak, anak dengan orangtua,dan sebagainya. Berbicara berperan penting dalam pendidikan keluarga.Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga,antar teman sepermainan,rekan kerja,teman kuliah,teman sekolah,dan sebagainya. Seluruh situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara. Jenis situasi dalam berbicara meliputi: 1) Sistuasi interaktif Misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya aktivitas pergantian antara berbicara dan mendengarkan 2) Situasi semi-interaktif Misalnya sitiuasi berpidato dihadapan umum secara slangsung. Audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicara, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka 3) Situasi non-interaktif Misalnya berpidato lewat radio atau TV. Audiens sama sekali tidak bisa melakukan komunikasi secara langsung dengan narasumber karena berada dalam dua dimensi media yang berbeda. Macam-macam kegiatan berbicara di depan umum berdasarkan lingkup situasinya ada dua macam, antara lain: 1) Lingkungan resmi Adalah lingkup dinas yang memiliki kelayakan dan formalitas tertentu. Dalam lingkup ini terdapat aturan tertentu yang relatif lebih ketat. Misalnya: pakaian, situasi, tema, dan gaya berbicara yang dikemas dalam lingkup resmi. Contohnya adalag berpidato. 2) Lingkungan non resmi Adalah lingkup dimana kegiatan berbicara lebih banyak kelonggaran. Bahasa tang digunakan bebas, pakaian tidak diatur serta gaya pembicarannya bebas. Contohnya adalah ceramah. Cakupan berbicara berdasarkan kegiatan komunikasi lisan sangat luas, yaitu berceramah, berdebat, bercakap-cakap, berkhotbah, bertelepon, bercerita, bertukar pikiran, bertanya, berwawancara, berdiskusi, menyampaikan sambutan, dan lain-lain. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara baik penceramah maupun orator (ahli pidato) adalah sebagai berikut: Internal 1) Vokal a. Tidak monoton b. Jelas c. Sesuai dengan karakter materi 2) Penampilan a. Menarik simpati pendengar b. Membina kontak mata dengan pendengar c. Mimiek (ekspresi yang tidak berlebihan) d. Gerakkan anggota tubuh yang sesuai 3) Materi a. Menguasai materi b. Sesuai dengan tingkat pendengar c. Penyampaian materi harus sistematis d. Disertai dengan contoh Eksternal 1) Menganalisa pendengar a. Usia pendengar b. Tingkat pendidikan pendengar c. Gender (jika perlu) d. Latar budaya e. Jumlah pendengar 2) Situasi pembicaraan a. Formal atau nonformal b. Waktu c. Tempat b. Menulis Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga oranglain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Bryne,1983). Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu. Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk tulis. Akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap,danjelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca. Atau dapat juga dibedakan bahwa menulis adalah mengekspresikan pikiran melalui media tulisan dan bersifat ilmiah. Sedangkan mengarang adalah mengekspresikan pikiran melalui media tulisan dan bersifat fiktif imanjinatif. Menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang bersifat produktif.Kemampuan ini biasanya hadir setelah seseorang diidentifikasi mampu menguasai tiga kemampuan berbahasa lainnya.Kemampuan membaca seseorang biasanya sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan menulis seseorang. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk kegiatan produktif tulis. Keterampilan menulis juga memegang peranan penting bagi keberhasilan belajar siswa. Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan menulis adalah melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun. Tujuan menulis itu bermacam-macam bergantung pada ragam tulisan. Secara umum, tujuan menulis dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Memberitahukan atau menjelaskan Tulisan yang bertujuan memberitahukan atau menjelaskan sesuatu biasa disebut dengan karangan eksposisi. Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha untuk menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan menunjukkan berbagai bukti-bukti konkret dengan tujuan untuk menambah pengetahuan pembaca. Pembaca yang belum mengenal pesawat tempur F 16 akan memahami tentang jenis pesawat ini setelah membaca karangan dengan judul Kecanggihan Pesawat F 16. Contoh lain karangan eksposisi adalah proses pembuatan tempe. 2) Menyakinkan atau mendesak Alasan yang diungkapkan oleh penulis yang berupa angka-angka, tabel, grafik,dan contoh-contoh. Dengan demikian tujuan tulisan ini adalah meyakinkan pembaca bahwa apa yang disampaikan penulis benar sehingga penulis berharap pembaca mau mengikuti pendapat penulis.Contoh karangan ini yang bisa siswa buat misalnya Jadilah Siswa Sukses, Beralihlah ke Quantum Learning,dansebagainya. 3) Menceritakan sesuatu Tulisan yang bertujuan untuk menceritakan suatu kejadian kepada pembaca disebut dengan karangan narasi. Karangan narasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris (nyata) dan narasi sugestif (fiksi). Narasi ekspositoris misalnya sejarah, biografi,danotobiografi, sedangkan narasi sugestif misalnya cerpen, novel,dan legenda.Contoh karangan narasi ekspositoris misalnya Peperangan Pangeran Diponegoro, Kisah Sukses Seorang Habibie, Sejarah Berdirinya SMA X, sedangkan narasi sugestif misalnya Robohnya Surau Kami, Legenda Suroboyo,dan Si Malin Kundang. 4) Mempengaruhi pembaca Contohnya yaitu iklan-iklan serta janji-janji kampanye oleh juru kampanye yang disampaikan pada surat kabar atau majalah.Kalimat tersebut bersifat persuasif sehingga disebut dengan karangan persuasi. 5) Menggambarkan sesuatu Penulis karangan deskripsi bertujuan agar pembaca seolah-olah ikut merasa, melihat, meraba,dan menikmati objek yang dilukiskan penulis. Seseorang bisa seolah-olah melihat dan merasakan yang ditulis penulis. Misalnya penulis menulis karangan tentang ruang kuliah PGSD. Ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut. a. Tujuan penugasan Pada umumnya para pelajar menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugasyangdiberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas. b. Tujuan estetis Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Untuk itu, penulis pada umumnya memperhatikan benar pilihan kata atau diksi serta penggunaan gaya bahasa. Kemampuan penulis dalam mempermainkan kata sangat dibutuhkan dalam tulisanyangmemiliki tujuan estetis. c. Tujuan penerangan Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu mediayangberisi tulisan dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca. d. Tujuan pernyataan diri Anda mungkin pernah membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan pelanggaran lagi, atau mungkin menulis surat perjanjian. Apabila itu benar, berarti Anda menulis dengan tujuan untuk menegaskan tentang apayangtelah diperbuat. Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan. e. Tujuan kreatif Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa. Anda harus menggunakan daya imajinasi secara maksimal ketika mengembangkan tulisan, mulai dalam mengembangkan penokohan, melukiskan setting, maupunyanglain. f. Tujuan Konsumtif Ada kalanya sebuah tulisan diselesaikan untuk dijualdandikonsumsi oleh para pembaca. Penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis lebih berorientasi pada bisnis. Salah satu bentuk tulisan ini adalah novel-novel populer karya Fredy atau Mira W., atau yang lainnya. Adapun ciri-ciri tulisan yang baik adalah sebagai berikut. a. Tulisan merupakan hasil rakitan dari berbagai bahan atau pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. b. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar. c. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan, menarik minat pembaca terhadap pokok pembicaraan, serta mendemontrasikan suatu pengertian yang masuk akal. d. Mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritisi masalah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. e. Mencerminkan kebanggaan penulis terhadap naskahyang dihasilkan. 2. Kemampuan Reseptif (menerima) a. Menyimak Keterampilan menyimak merupakan kegiatanyangpaling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Dalam kehidupan sehari- hari, kegiatan menyimak ini menyita hampir 45% waktu berkomunikasi kita. Hal ini pernah dikemukakan oleh Rankin (1929) dalam survey yang dilakukan mengenai penggunaan waktu untuk ke empat keterampilan berbahasa terhadap 68 orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan. Selama kira- kira 2 bulan, ke 68 orang tersebut diamati setiap 15 menit dari hari jaganya. Hasil menunjukkan: (1)Menulis 9% (2)Membaca 16 % (3)Berbicara 30% (4)Menyimak 45% Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut: (1) Mendengarkan (2) Mengidentifikasi (3) Menginterpretasi atau menafsirkan (4) Memahami (5) Menilai (6) Menanggapi apa yang disimak Oleh karena itu menyimak dapat diartikan proses besar mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,dan interpretasi untuk mendapatkan informasi, memahami isi pesandanmemahami ujaran yang disampaikan oleh sang pembicara. Proses pembelajaran dalam menyimak sendiri memerlukan perhatian yang serius, banyak orang mendefinisikan jika menyimak hampir sama artinya dengan mendengar. Kenyataannya, kegiatan tersebut sangatlah jauh berbeda. Tarigan ( 1994 : 27 ) berpendapat bahwa, “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar”. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan. Dari definisi Tarigan di atas saja, sudah terlihat bahwa tingkat konsentrasi tinggi seseorang sangatlah dibutuhkan dalam proses menyimak. Pengklarifikasian menyimak berdasarkan: 1) Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi b. Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi 2) Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut: a. Menyimak ekstensif (extensive listening) Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan,dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. Menyimak ekstensif meliputi: (1) Menyimak sosial (2) Menyimak sekunder (3) Menyimak estetik b. Menyimak Intensif Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Menyimak intensif meliputi: (1) Menyimak kritis (2) Menyimak introgatif (3) Menyimak penyelidikan (4) Menyimak kreatif (5) Menyimak konsentratif (6) Menyimak selektif
Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman dan butterfield
3) Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:
Kegiatan menyimak bertaraf rendah Kegiatan menyimak bertaraf tinggi
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak, antara lain:
a. Unsur Pembicara Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematisdan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik atau bervariasi. b. Unsur Materi Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang. c. Unsur Penyimak atau Siswa a) Kondisi siswa dalam keadaan baik b) Siswa harus berkonsentrasi c) Adanya minat siswa dalam menyimak d) Penyimak harus berpengalaman luas d. Unsur Situasi a) Waktu penyimakan b) Saran unsur pendukung c) Suasana lingkungan
Gangguan-gangguan menyimak yaitu:
a. Dari dalam Berupa pikiran-pikiran dari si penyimak sendiri, keegosentrisan, Keengganan ikut terlibat, Ketakutan akan perubahan, Keinginan menghindari pertanyaan, Puas terhadap penampilan eksternal, Pertimbangan yang prematur, Kebingungan semantik. b. Dari luar Karena hujan, berisik, suara mobil, dll. Cara pencegahannya adalah konsentrasi pada ujaran-ujaran sang pembicara agar butir-butir pesan dapat ditangkap, dicerna, dan dipahami. Tujuan atau fungsi menyimak: 1) Untuk belajar,contoh saat belajar di kelas, seminar, kuliah, dan lain-lain. 2) Untuk menikmati keindahan audial,contohmendengarkan lagu di aradio, suara burung, suara qori, dan lain-lain. 3) Untuk mengevaluasi,contohdipersidangan, diskusi, dan lain-lain. 4) Untuk mengapresiasi, yaitu menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apayangdisimaknya itu. Contoh setelah membaca novel timbul rasa suka pada penulisnya, pembacaan puisi, cerita, music dan lagu. 5) Untuk mengkomunikasikan ide-ide, contohnya diskusi. 6) Untuk membedakan bunyi-bunyi dgn tepat, contoh saat mengajar membaca Al-quran. 7) Untuk memecahkan masalah,contohnya berbicara dengan psikolog dan guru agama. 8) Untuk meyakinkan, untuk meyakinkan diri sendiri. Menyimak tidak hanya pada ujaran tetapi juga pada gerakan, penglihatan,danperasaan juga termasuk menyimak. Menyimak ini yaitu dengan mencari petunjuk-petunjuk non verbal seperti gaya, mimik, gerak- gerik,dangerakan pembicara merupakan bagain yang vital dari pesannya. Bersiap- siap pada tanda non verbal ini akan mambantu memahami bagaimana gagsan itu terasa bagi pembicara. Akan membatu juga menilai ketulusan hari, kejujuran, pendirian,dan integritas umum pembicara yang mungkin saja mempunyai kepentingan khusus dalam menyimak kritis. Contohnya dalam debat atau dipersidangan b. Membaca Membaca adalah proses pemahaman terhadap lambang-lambang tulisan yang diungkapkan penulis melalui sebuah bacaan. Membaca merupakan salah satu kegiatan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya membaca bertujuan untuk memahami isi wacana atau bacaan. Pada awalnya membaca merupakan proses sensoris. Isyarat dan rangsangan aktivitas membaca masuk melalui indra penglihatan, atau rabaan tangan untuk tunanetra. Penglihatan adalah alat untuk menyerap informasi tulis dan meneruskannya ke otak. Kemudian otak mengolah informasi tersebut. Oleh karena itu, betapapun cerdas dan siapnya seseorang, tatkala ada gangguan pada kedua inderanya itu, dia akan kesulitan untuk mengenali tulisan dan memahami maknanya. Kemampuan sensoris ini merupakan prasarat awal untuk dapat mendeteksi huruf atau rangkaian huruf, tanda baca, dan berbagai lambang tulis lainnya. Membaca ada dua tingkatan: 1. Membaca Tingkat Dasar Kemampuan menyuarakan lambing-lambang tulisan yang disampaikan penulisnya. 2. Membaca Tingkat Lanjut Kemampuan memahami lambing-lambang tulisan yang diungkapkan penulisnya melalui sebuah bacaan. Jenis-jenis membaca ini antara lain: Ditinjau dari terdengar atau tidaknya suara sewaktu membaca, makna proses membaca dapat dibagi sebagai berikut: 1. Membaca nyaring Membaca nyaring adalah cara membaca dengan bersuara atau cara membaca yang dilakukan dengan lisan. 2. Membaca dalam hati Membaca dalam hati adalah cara membacayangdilakukan dengan tidak dikeraskan,yanghanya menggunakan kegiatan visual. Pada saat membaca dalam hati, perlu diperhatikan: a) Mata kita gunakan untuk melihat dan menyapu halaman-halaman bacaan dengan cepat. b) Ingatan berperan sebagai penyimpanandanpenyaring isi bacaan yang kita tangkap lewat mata. Berdasarkan tujuannya, membaca diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif merupakan cara membacayangdilakukan terhadap sebanyak-banyaknya teks dalam waktuyangsesingkat-singkatnya. Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memperoleh pemahaman umum atau untuk menemukan hal tertentu dari suatu teks. Secara umum membaca ekstensif dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) Mensurvey halaman judul, kata pengantar, daftar isi,dan indeks. (2) Men-skim halaman demi halaman teks dengan cepat untuk menemukan gagasan pokok dari halaman-halaman teks itu atau (3) Melirik setiap halaman teks hanya untuk menemukan kata atau keterangan tertentuyangdiinginkan. 2. Membaca Intensif 3. Membaca intensif merupakan cara membaca yang dilakukan secara seksama terhadap rincian-rincian suatu teks atau bacaan. Berdasarkan tingkat kecepatannya, membaca terbagi ke dalam beberapa jenis. (1) Membaca reguler Membaca reguler adalah cara membaca dengan kecepatan relatif lambat. Cara ini dilakukan dengan membaca baris demi baris. (2) Membaca sekilas Membaca sekilas dilakukan melihat secara sekilas bagian-bagian teks, terutama judul, daftar isi, kata pengantar, atau hal-hal umum lainnya. (3) Membaca cepat (skimming) Membaca cepat dilakukan dengan lebih cepat. Pandangan mata langsung meluncur, menyapu halaman-halaman teks. Teknik ini digunakan ketika membaca surat kabar dengan tujuan: a) Mencari angka-angka statistik b) Melihat acara siaran televisi c) Melihat daftar perjalanan kereta api Di samping itu, cara membaca ini tepat juga digunakan ketika: a) mencari nomor telepon, b) mencari kata pada kamus, c) mencari arti pada indeks.
B. Proses Berbahasa Produktif dan Reseptif
Proses berbahasa produktif adalah peristiwa atau proses pelahiran kode bahasa bahasa. Proses berbahasa produktif itu sering juga disebut enkode. Proses produktif dimulai dengan tahap idealisasi yakni tahap kemunculan ide-ide atau gaga besan dalam pemikiran manusia, tahap kedua adalah tahap perancangan yaitu tahap pemilihan bentuk-bentuk bahasa sebagai wadah ide yang muncul pada tahap idealisasi selain itu tahap perancangan juga meliputi komponen bahasa yang lain. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan, pada tahap ini lahir kode verbal linguistik yang melahirkan ujaran. Jika lebih disederhanakan lagi maka proses berbahasa produktif dimulai dengan enkode semantik yakni tahap penyusunan ide dan gagasan, tahap kedua yaitu dekode gramatikal yakni tahap penyusunan konsep dalam satuan gramatikal dan proses selanjutnya adalah dekode semantic yakni tahap pemahaman akan konsep-konsep dari ide dan gagasan yang dibawah oleh kode tersebut. Proses ini berlangsung dalam otak pendengar dan kemudian diproduksi oleh alat-alat bicara atu artikulasi. Proses berbahasa Reseptif merupakan kegiatan penerimaan kode-kode bahasa yang disampaikan untuk kemudian dipahami penerima, proses penerimaan ini disebut juga dekode. Keterampilan berbahasa reseptif adalah membaca dan menyimak.. Proses decode dimulai dengan penerimaan unsur bunyi pada penerima (decode fonologi), kemudian proses pemahaman bunyi sebagai satuan gramatikal (decode gramatikal), dan diakhiri dengan pemahaman atas konsep yang dibawa oleh kode tersebut (decode semantik) diantara proses tersebut terdapat proses transmisi, yang bertugas mengubah kode tersebut menjadi kode bahasa, selain itu ada juga proses penyampaian pesan dari konsep tersebut yang sering disebut proses komunikasi. Proses tersebut terjadi pada otak penerima yang kemudian dekeluarkan oleh alat ucap manusi dalam bentuk bahasa. Dapat disimpulkan juga bahwa proses berbahasa reseptif diawali dari pemahaman untuk dijadikan pemahaman juga (bahasa). C. Manfaat dari Kemampuan Berbahasa Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang kepada kita. Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas, kitapun akan mengalami apabila keterampilan berbahasa yang kita miliki tergolong rendah. Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau dipihak lain para siswa akan mengalami kesulitan menangkat pelajaran yang kita sampaikan secara lisan karena keterampilan berbicara yang kta miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya apabila kita tidak dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar apabila kita tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai. Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan berbahasa dalam kehidupan. Bagi seorang menajer misalnya, keterampilan berbicara memegang peran penting. Ia hanya bisa mengelola karyawan di departemen atau organisasi yang dipimpinnya apabila ia memilki keterampilan berbicara. Kepemimpinannya akan berhasil bila didukung pula oleh keterampilan mendengarkan, membaca, dan juga menulis yang berkaitan dengan profesinya. Sebaliknya, jabatan sebagai seorang manajer tidak akan pernah dapat diraih apabila yang bersangkutan tidak dapat meyakinkan otoritas yang berkaitan melalui keterampilannya berbicara dan menulis. Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat, pemasaran atau penjualan, politik, hokum (jaksa, hakim, pengacara) adalah contoh-contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.