DISUSUN OLEH :
Tar. ALIATUN
NIT.34318076
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ALIATUN
NIT: 34318076
Laporan On The Job Training telah diterima dan disahkan sebagai salah satu
syarat penilaian One Job Training (OJT)
Disetujui Oleh:
Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Kepala Bandar Udara Trunojoyo Sumenep
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan On The Job Training telah dilakukan pengujian didepan Tim Penguji
pada tanggal 22 bulan Februari tahun 2021 dan dinyatakan memenuhi syarat
sebagai salah satu komponen penilaian On the JobTraining
Tim Penguji,
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pertolongan Kecelakaan Pesawat
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan On
the JobTraining ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan lancar
tanpa adanya hambatan yang berarti.
Penulisan laporan ini dibuat berdasarkan On the Job Training (OJT) yang
merupakan salah satu syarat kelulusan mata kuliah praktek lapangan pada
Program Studi Diploma III Pertolongan Kecelakan Penerbangan di Politeknik
Penerbangan Indonesia Curug.
Dalam penyusunan laporan OJT ini banyak hambatan serta rintangan yang
penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupu spiritual. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Sukarwoto, S.T., S.SiT., MM, selaku Plt. Direktur Politeknik
Penerbangan Indonesia.
2. Bapak Muhammad Arqodri Arman S.Kom, selaku Kepala Bandar Udara
Trunojoyo
3. Bapak Agus Eko Yudo, selaku kepala Unit PKP-PK Bandar Udara Trunojoyo
4. Ibu Rany Adiliawijaya P,S.SiT, M.Si,selaku Ketua Program Studi Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan Politeknik Penerbangan Indonesia.
5. Ibu Lina Rosmayanti, Se , M.Si,selaku Dosen Pembimbing.
6. Bapak Candra Jaya, S.SiT,M.M, selaku dosen pembimbing lapangan.
7. Orang tua yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis.
8. Para senior dan alumni yang telah memberikan materi tentang pertolongan
kecelakaan kepada penulis.
9. Teman – teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi untukpenulis
agar dapat menyelesaikan laporan on the job training ini.
ALIATUN
NIT.34318076
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan pelaksanaan ojt........................................................... 2
1.2.1 Maksud pelaksanaanojt.................................................................... 2
1.2.2 Tujuan pelaksanaan ojt.................................................................... 2
BAB V PENUTUP...............................................................................................57
5.1 Kesimpulan.................................................................................................57
5.1.1 Kesimpulan permasalahan ojt............................................................57
5.1.2 Kesimpulan pelaksanaan OJT secara keseluruhan............................57
5.2 Saran...........................................................................................................57
5.2.1 Saran terhadap masalah ojt................................................................57
5.2.2 Saran terhadap pelaksanaan OJT secara keseluruhan........................58
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................59
LAMPIRAN.........................................................................................................60
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.18 Denah gedung PKP-PK .................................................................44
Gambar 4.32 Letak penempatan APAR digedung terminal baru lantai 2...........51
ix
Gambar 4.36 Genset............................................................................................56
x
TABEL
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan On the Job Training (OJT) merupakan kewajiban bagi
peserta Program Studi Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Peraturan Kepala
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Nomor
PK.09/BPSDMP-2016 tentang Kurikulum Program Pendidikan dan Pelatihan
Pembentukan di Bidang Penerbangan maka Peserta diklat Diploma III di bidang
Pertolongan Kecelakaan Pesawat yang akan memperoleh rating untuk pertama
kali pada suatu unit Pertolongan Kecelakaan Pesawat wajib melaksanakan On the
Job Training (OJT). OJT merupakan suatu kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi
(Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian) untuk lebih mengenal dan menambah
wawasan dan ruang Iingkup pekerjaan sesuai bidangnya, disamping itu OJT
mendorong taruna untuk menjadi individual kompeten dari berbagai pengalaman
baik pekerjaan maupun bermasyarakat.
Unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran atau
disingkat PKP-PK yang terdapat di bandar udara adalah suatu unit kerja yang
bertugas untuk mencegah, mengendalikan, memadamkan api, melindungi manusia
dan barang yang terancam bahaya kebakaran khusunya pada fasilitas di bandar
udara. Pelaksanaan operasi PKP-PK adalah berusaha untuk memberikan
pertolongan dengan maksud mencegah dan mengurangi kerugian-kerugian
tersebut khususnya korban jiwa manusia.
Peristiwa kebakaran merupakan salah satu masalah dalam dunia
penerbangan. Terjadinya suatu kebakaran secara langsung akan mengganggu
kegiatan pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan lainnya. Upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran terus dilakukan oleh pihak pengelola bandara, salah
satunya dengan menyediakan fasilitas berupa alat pemadam api ringan, namun ada
beberapa gedung yang masih belum tersedia.
1
BAHAYA KEBAKARAN TAHAP AWAL DIGEDUNG BANDAR UDARA
TRUNOJOYO”.
2
BAB II
PROFIL LOKASI ON THE JOB TRAINING
2.1 Sejarah Singkat
Bandar Udara Trunojoyo merupakan salah satu Bandar Udara dibawah
Kementerian Perhubungan sesuai dengan KM 166 Tahun 2019 Tentang Tatanan
Kebandarudaraan. Yang Sebelumnya telah dilakukan serah terima dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep kepada Kementerian Perhubungan pada
tahun 2016. Bandar Udara Trunojoyo tampak dari satelit dapat dilihat pada
gambar 2.1.
3
Operator Susi Air dengan rute Sumenep–Surabaya PP dan Sumenep–Jember PP.
Pada tahun 2017 Penerbangan perintis dioperasikan oleh Airfast Indonesia
rute Sumenep – Surabaya PP, dan Surabaya – Bawean PP. Pada tahun 2018 telah
dilaksanakan penerbangan komersial oleh PT. Wings Abadi (Wings Air)
menggunakan pesawat ATR 72-600 dari Bandar Udara Internasional Juanda di
Surabaya menuju Bandar Udara Trunojoyo Sumenep.
4
Bandar Udara Bandar Udara Trunojoyo
Sumenep
6. Alamat Bandar Udara : Jl. Raya Bandara Trunojoyo
No.01, Kec. Kota Sumenep,
Kab. Sumenep 69417
7. Nomor Telephone : (0328) 669956
8. Telefax : (0328) 666023
9. Telex : NIL
10. E-mail : trunojoyobandara@gmail.com.
5
Pelayanan dan fasilitas teknis penanganan pesawat udara,
berdasarkan aerodrome manual adalah sebagai berikut.
1. Fasilitas kargo dan handling : NIL
2. Bahanbakar/oli/tipe : NIL
3. Fasilitas Pengisisan bahan : NIL
bakar/Kapasitas
4. Ruang Hangar untuk Kunjungan : NIL
Pesawat Udara
Taxiway A
7
1.Permukaan : Aspal
2. Kekuatan : 12 F/C/Y/T
3. Dimensi : 40 x 10 m
Taxiway B
1. Permukaan : Aspal
2. Kekuatan : 21 F/C/Y/T
3. Dimensi : 75 x 15 m
ACL Location and Elevation : Threshold RWY 12: 20 ft
VOR / INS Checkpoints : NIL
Keterangan : NIL
8
2.2.10 Karakteristik fisik runway
Karakteristik fisik runway, berdasarkan aerodrome manual dapat
di lihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Karakteristik Fisik Runway
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Elevasi
Kekuatan Threshol
Koordin
Runwa (PCN) dan d SWY CWY Strip
True Dimensi at Slope of Ketera
y Permukaan &keting Dimen Dime Dimensi OFZ
Bearing RWY Thresh Runway - NR ngan
Design Runway dan gia n sion nsion on
old
ation Stopway elevasi
dari
TDZA
(RWY12)
Longitudinal
slope : 0,2 %
THR Down±0
NIL 070105.
12
48S113 THR 20 ft
5254.22
E 1698,9M
1600 M 21 F/C/Y/T, NIL NIL x 79,6M NIL NIL
x 30M Concrete
(RWY 30)
THR Longitudina
070135. l slope: 0,2
59S113 THR 9 ft
%
30 NIL 5336.75 Up ±0
E
9
Spesifikasi approach and runway lighting, berdasarkan aerodrome
manual dapat di lihat pada tabel 2.3
Keberadaan PAPI
60 M,
12 RTIL Tersedia PAPI, NIL NIL Red NIL masih berada pada
Left / 3.00 White
panjang 1130 M dan
belum disesuaikan
untuk panjang 1600 M
60 M,
30 RTIL Tersedia NIL NIL NIL Red NIL
White
10
Bandar Udara Trunojoyo Sumenep hingga saat ini di kepalai
oleh Bapak M. Arqodri arman, S Kom. Selebihnya dapat dilihat pada
gambar 2.2
11
BAB III
TINJAUAN TEORI
3.1 Api
Api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses
pembakaran kimiawi, yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi
kimia lainnya.
Terjadinya kebakaran adalah merupakan suatu proses yang berkelanjutan,
dimana proses tersebut juga merupakan peristiwa reaksi kimia, dengan unsur-
unsur yang terlibat didalamnya anatara lain :
1. Bahan bakar (fuel) :Sesuatu benda yang dapat dibakar atau terbakar.
a. Padat seperti kayu, kertas, batu,kain,plastik dll
b. Cair seperti gasoline, kerosine, solar, olie dll
c. Gas seperti LNG (liquefied natural gas), LPG (liquefied petroleum
gas) dan sejenisnya.
2. Oksigen (zat asam) diperlukan untuk proses pembakaran. Terjadinya api
diperlukan min. 15% O2 (Oksigen)
3. Sumber Panas (source of heat)
Secara umum sumber panas dapat juga disebut sumber nyala, tetapi secara
khusus keduanya berbeda. Perbedaan sumber panas dan sumber nyala :
a. Sumber panas : Benda atau keadaan / kejadian yang menghasilkan panas.
b. Sumber nyala : Sumber panas pada tingkatan temperatur tertentu dianggap
berbahaya bagi timbulnya nyala api.
3.2 Kebakaran
Adapun definisi kebakaran menurut Departemen Tenaga Kerja adalah
“Suatu reaksi oksidasi eksotermis (terjadi karena pemanasan) yang berlangsung
dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau
penyalaan”.
Sedangkan definisi kebakaran menurut Asuransi secara umum adalah
“Sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak terbakar yang
12
dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata, terjadi secara tidak sengaja,
tiba-tiba serta menimbulkankecelakaan atau kerugian”.
1. Kebakaran Kelas A
Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam.
Contoh : Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran kelas ini
adalah dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan
air .
2. Kebakaran Kelas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah
Tepung pemadam (dry chemical powder), busa (foam), air dalam bentuk
spray/kabut yang halus.
3. Kebakaran Kelas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan.Seperti : Breaker listrik dan alat
rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung
kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan
media air.
13
4. Kebakaran Kelas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum,
alumunium, natrium, kalium, dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry
powder khusus.
5. Kebakaran kelas K
kebakaran yang disebabkan oleh bahan akibat konsentrasi lemak yang
tinggi. Kebakaran jenis ini banyak terjadi di dapur.Api yang timbul
didapur dapat dikategorikan pada api kelas B.
6. Kebakaran kelas E
Kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada
peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk
memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia
kering (dry powder), akan tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan
elektronik, karena dry powder mempunyai sifat lengket. Lebih cocok
menggunakan pemadam api berbahan clean agent.
14
b. Tingkat bahaya sedang (ordinary hazard)dimana jumlah bahan bakar
yang dapat terbakar dalam kelas a dan kelas b sama banyak dibandingkan
tingkat bahaya rendah seperti pada penyimpanan barang-barang dagangan,
ruang pamer mobil, gudang dll.
c. Tingkat bahaya tinggi (high hazard) dimana jumlah bahan bakar yang
dapat terbakar dalam kelas a dan kelas b lebih banyak dibandingkan tingkat
bahaya sedang seperti pada bengkel, dapur, gudang penimbunan, pabrik
thiner dll.
2. Faktor Peralatan
Faktor peralatan juga merupakan salah satu penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya kebakaran.
Hal ini dapat terjadi, antara lain karena :
a. Adanya peralatan-peralatan yang dipasarkan, dimana dalam
pembuatannya tidak memenuhi standard persyaratan yang ditentukan.
15
Sehingga peralatan-peralatan tersebut berkwalitas rendah dan tidak
dapat menjamin keselamatan atau keamanan bagi yang
mempergunakannya
b. Adanya peralatan-peralatan yang telah mlampaui batas waktu
penggunaannya atau kadaluwarsa tetapi masih dipergunakan. Hal
tersebut jelas akan mengancam keselamatan
c. Peralatan mekanis yang menimbulkan panas sehingga dapat mencapai
temperatur tinggi dan dapat mempengaruhi lingkungan
d. Peralatan atau perlengkapan listrik dimana terjadi hubungan pendek /
Konsleting.
3. Factor Alam
Faktor alam juga merupakan salah satu penyebab terjadinya
kebakaran.Seperti halnya dengan kejadian-kejadian :
a. Petir/Halilintar
b. Gunung meletus
c. Sumber panas bumi dan gas alam
d. Kemarau panjang
5. Faktor Kecelakaan
Faktor kecelakaan yang sering terjadi
a. Limpahan atau tumpahan bahan bakar yang sudah mencapai
ignitiontemperature
b. Arus pendek listrik
16
c. Lompatan muatan listrik
d. Dan lain-lain
17
Untuk hal ini perlu penanganan secara khusus, dengan
mengadakan pemeriksaan, penelitian, perhitungan yang tepat guna
penentuan tindakan , dan dilaksanakan oleh orang-orang tertentu yang
telah dididik untuk hal tersebut.
3. Pemadam Kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam penganggulangan
yang bersifat refresif. Karena kita menyadari bahwa betapapun baiknya
tindakan Provontif yang dilakukan, namun kemungkinan kebakaran
dapat saja terjadi. Maka untuk itu perlu penanganan secara khusus dalam
hal pemadangan kebakaran, dan mengenai hal tesebut dibahas secara
tersendiri.
Pembahasan yang akan dikemukanan disini ialah khusus yang
berhubungan dengan masalah "penanggulangan ancaman bahaya
kebakaran tahap awal".
18
Gambar 3.1 fire detector dan alarm kebakaran
Fire alarm adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain dan dibangun
untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran untuk kemudian memberi
peringatan dalam sistem evakuasi dan ditidak lanjuti secara otomatis maupun
manual dengan sistem instalasi pemadam seperti heat detector, fix temperatur
dan flame detector.
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar
ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak bereaksi
pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada
hubungannya dengan nyala api (flame).
Penyediaan Sistem Deteksi dan Alarm kebakaran seuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/Prt/M/2008 Tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan
Lingkungan Bab V mengenai Sistem Proteksi Kebakaran Aktif bagian
5.7.2.hal. 194. Dapat dilihat pada tabel berikut:
19
Tabel 3.1 Penyediaan Sistem Deteksi dan Alarm Menurut Fungsi, Jumlah dan
Luas Lantai Bangunan gedung.
Catatan
T.A.B = Tidak Ada Batas
M = Manual
S = Detektor asap berdiri sendiri (single station smoke detector)
O = Otomatik
20
3.3.2 Alat pemadam api ringan
21
Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif).
Kimia kering tidak beracun (Non Toxic).
Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.
2) APAR Carbondioksida
APAR ini berisikan bahan carbondioksida yang merupakan
gas yang tidak mudah terbakar pada tekanan yang sangat rendah.
Co2 mempunyai pengaruh pendinginan yang efektif dan
memadamkan api dengan mengurangi kadar oksigen dari udara.
Apar ini sangat cocok untuk digunakan untuk memadamkan api
kelas B dan C. Tidak digunakan pada kebakaran kelas A karena api
semakin membesar saat Co2 akan habis (buku dasar-dasar
penanggulangan kebakaran).
Karbondioksida merupakan bahan yang efektif untuk
kebakaran kelas C, misalnya diruangan mesin atau listrik, gdung-
gedung peralatan mesin dan sebagainya. CO2 dipakai untuk
memadamkan kebakaran karena mempunyai keuntungan sbb:
• Mudah menyebar keseluruh area kebakaran
• Tidak menghantarkan listrik
• Tidak meninggalkan residu
• Tidak berwarna
• Efektif untuk kebakaran kelas B dan C.
b. Pemasangan APAR
Dalam hal pemasangan alat pemadam api ringan sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER 04/MEN/1980 Tentang
Syarat-Syarat Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan. Setiap satu atau
kelompok alat pemadam api ringan:
1) harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah
dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan.
22
2) Pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
3) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai
dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
c. Penempatan APAR
Penempatan APAR sesuai Dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 26/Prt/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Bab V
mengenai system proteksi kebakaran aktif Pasal 6 tentang alat pemadam
api ringan (APAR). Ukuran APAR dan penempatannya berdasarkan kelas
bahaya kebakarannya.
Catatan :
* Sampai dengan 2 APAR jenis air, setiap kemampuan 1-A, dapat
digunakan untuk memenuhi persyaratan kemampuan satu APAR 2-A.
*1 Dua APAR jenis air dengan kapasitas 9 liter (2 ½ gallon), dapat
digunakan untuk memenuhi persyaratan 1 APAR dengan kemampuan
4-A.
23
*2 Ukuran minimal APAR untuk bahaya kebakaran terdaftar harus
disediakan dengan dasar tabel APAR harus ditempatkan sehingga jarak
tempuh maksimumnya tidak melebihi seperti ditentukan dalam tabel
yang dipakai.
2) Ukuran dan penempatan alat pemadam api untuk bahaya kebakaran kelas B
24
ditentukan ukurannya dan ditempatkan untuk mengantisipasi bahaya
kebakaran kelas A atau B.
d. Pemeiharaan APAR
Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam
setahun, yaitu:
a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
25
Meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan
dalam tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau
tabung bertekanan dan mekanik penembus segel
2) Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel
dan label harus selalu dalam keadaan baik
3) Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang
terpasang tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak
4) Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa
dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan
asam keras diluar tabung, apabila reaksinya cukup kuat, maka alat
pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali
5) Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan cara
mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium
sulfat diluar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api
ringan tersebut dapat dipasang kembali
6) Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali
jenis tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya
sesuai dengan aslinya dapat dipasang kembali
7) Untuk alat pemadam api jenis carbon tetrachlorida diperiksa
dengan cara melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi
syarat dapat dipasang kembali
8) Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus
diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokkan beratnya
dengan berat yang tertera pada alat pemadam api tersebut, apabila
terdapat kekurangan berat sebesar 10% tabung pemadam api itu
harus diisi kembali sesuai dengan berat yang ditentukan.
26
Untuk semua alat pemadam api yang menggunakan tabung gas, selain
dilakukan pemeriksaan sesuai pasal 12 dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut menurut ketentuan ayat (2),(3),(4)dan (5) pasal ini.
Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering (dry chemical)
dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-
hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak dan
kemudian diteliti menurut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan
tepung keringnya dalam keadaan tercurah bebas tidak berbutir
2) Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak
boleh buntu atau tersumbat
3) Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak
dengan bebas, mempunyai rusuk dan sisi yang tajam
4) Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik
5) Bagian dalam dan tabung tidak boleh berlubang-lubang atau
cacat karena karat
6) Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam
keadaan baik
7) Tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan
kapasitasnya yang diperiksa dengan cara menimbang.
27
Gambar 3.3 Fire ball extinguisher
28
Gambar 3.4 Termatik modular fire
Kapasitas 5 Kg
Tipe Jenis Tematik Modular
Bahan pembakar Keringkan Nitrogen hingga 15 bar
Peringkat Suhu 57 Derajat / 68 Derajat / 79 Derajat
Cakupan Area 9 meter persegi sekitar.
Berat kotor 9,5 kg
Cocok untuk Kelas Api A, B, & C
29
BAB IV
PELAKSANAAN ON THE JOBTRAINING
4.1 Lingkup Pelaksanaan On The Job Training
Ruang lingkup pelaksanaan On Job Training yang diikuti oleh penulis
dilaksanakan di kantor unit Pertolongan Kecelakaan Pesawat dan Pemadam
Kebakaran UPBU Trunojoyo Sumenep. Pelaksanaan On the Job Training (OJT)
Diploma III Pertolongan Kecelakaan Pesawat dan Pemadam Kebakaran Angkatan
XIV dilaksanakan kurang lebih selama 6 bulan dimulai pada tanggal 21
September 2020 sampai dengan 26 februari 2021. Penyusunan laporan ini lebih
difokuskan pada Unit Pertolongan Kecelakaan Pesawat dan Pemadam Kebakaran,
yakni pencegahan dan penanggulangan ancaman kebakaran saat pelaksanaan On
The Job Training berlangsung. Yang menjadi ruang lingkup pelaksanaan On The
Job Training adalah sebagai berikut:
30
Gambar 4.1 Terminal Bandar Udara Trunojoyo Sumenep
b. RuangCheck-In
Merupakan area penting untuk melakukan kegiatan seperti
pengecekan tiket dan penyimpanan bagasi. Untuk di Bandar Udara
31
Trunojoyo - Sumenep ini area Check In berada satu ruangan dengan
tempat Security Check Point (SCP) yang menyediakan area Check In
dengan 2 meja Check In Counter untuk maskapai penerbangan yang
beroperasi di bandara ini yakni Susi Air dan Wings Air. Ruang Check-In
Bandar Udara Trunojoyo Sumenep dapat dilihat pada gambar 4.3.
32
Gambar 4.4 Ruang Tunggu Keberangkatan Bandar Udara Trunojoyo Sumenep
d. Area kedatangan
Merupakan area atau tempat pengambilan barang oleh penumpang
setelah turun dari pesawat dan juga merupakan jalur yang di lewati oleh
penumpang untuk keluar dari area terminal Bandar Udara. Area
kedatangan Bandar Udara Trunojoyo Sumenep dapat dilihat pada gambar
4.5.
2. Gedung operasional
Gedung operasional yang ada di Bandar Udara Trunojoyo Sumenep
meliputi Gedung Power House, Gedung Fire Station, dan Gedung Workshop.
Berikut adalah spesifikasi gedung operasional yang ada di Bandar Udara
Trunojoyo Sumenep:
33
a. Gedung power house (PH)
Power house adalah tempat atau ruang untuk instalasi listrik,
dimana di dalam ruangan tersebut terdapat Genset (Generator Set),
AKI(Akumulator) , UPS (Uninterruptible Power Supply), Panel. Gedung
power house Bandar Udara Trunojoyo Sumenep dapat dilihat pada
gambar 4.6.
b. Gedung workshop
Gedung workshop adalah gedung yang di gunakan untuk
penyimpanan dan perbaikan alat-alat yag digunakan untuk bekerja.
Bandar Udara Trunojoyo Sumenep dapat dilihat pada gambar 4.7.
34
a. Runway (Landasan Pacu)
Runway adalah suatu daerah persegi empat dengan ukuran
panjang, lebar dan ketebalan tertentu serta dilengkapi dengan rambu-
rambu penerangan sesuai dengan ketentuan teknis yang ditetapkan
oleh ICAO (International Civil Aviation Organization) yang
ditetapkan pada bandar udara yang dipersiapkan untuk kegiatan
pendaratan (landing) dan lepas landas (take-off) pesawat udara.
Runway Bandar Udara Trunojoyo Sumenep memiliki ukuran panjang
1600 meter dan lebar 30 meter dengan nilai PCN 21 24F/C/Y/T. Untuk
runway designator di masing-masing ujung landasan adalah 12 dan 30.
Runway Bandar Udara Trunojoyo Sumenep dapat dilihat pada gambar
4.8.
2. Apron
Apron adalah suatu area bandar udara di darat yang telah
ditentukan untuk mengakomodasi pesawat udara dengan tujuan untuk
area naik turunnya penumpang, bongkar muat kargo, pengisian bahan
bakar, parkir, atau pemeliharaan pesawat udara. Bandar Udara
Trunojoyo Sumenep sendiri memiliki 2 (dua) apron dengan
perkerasan lentur (Flexible). Untuk Apron (Alpha) memiliki ukuran 40
m x 40 m dengan nilai PCN 12 F/C/Y/T. Untuk Apron (Bravo)
35
memiliki ukuran 75 m x 80 m dengan nilai PCN 21 F/C/Y/T. Apron
Bandar Udara Trunojoyo Sumenep dapat dilihat pada gambar 4.9.
3. Taxiway
Taxiway adalah jalan penghubung antara runway dengan apron,
terminal, atau fasilitas lainnya di sebuah bandar udara. Kebanyakan
Taxiway memiliki permukaan yang keras seperti aspal atau beton,
meskipun bandara penerbangan umum yang lebih kecil terkadang
menggunakan kerikil atau rumput. Bandar Udara Trunojoyo Sumenep
memiliki 2 (dua) taxiway menggunakan perkerasan lentur (Flexible).
Untuk Taxiway (Alpha) memiliki ukuran 40 m x 10 m dengan nilai
PCN 12 F/C/Y/T. Untuk Taxiway (Bravo) memiliki ukuran 75 m x 15
m dengan nilai PCN 21 F/C/Y/T.Taxiway Bandar Udara Trunojoyo
Sumenep dapat dilihat pada gambar 4.10.
36
Gambar 4.10 Taxiway Bandar Udara Trunojoyo Sumenep
37
Politeknik Penerbangan Indonesia dilaksanakan selama 6 bulan terhitung sejak
tanggal 21 September 2020 – 26 Februari 2021 dan dilaksanakan di Unit
Penyelenggara Bandar Udara Trunojoyo Sumenep secara umum dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Selama proses on the job training berlangsung penulis dibimbing dan
diawasi oleh Supervisor yang ada di Bandar Udara tersebut. Adapun jadwal
pelaksanaan On The Job Training (OJT) secara spesifik terlampir di lampiran dan
secara umum sebagai berikut:
38
menyediakan fasilitas berupa alat pemadam api ringan. Namun ada beberapa
gedung yang direnovasi sehingga alat pemadam api ringan tersebut tidak
terpasang dan sudah seharusnya alat pemadam api ringan tersebut dipasang
kembali. Unit penyelenggara Bandar udara trunojoyo juga telah menyediakan
fasilitas deteksi kebakaran digedung terminal.
39
terjadi korsleting listrik maka melahirkan panas luar biasa dalam waktu
singkat. Lazimnya, energi panas yang dihasilkan berefek dengan ledakan
kuat serta bersuhu sangat tinggi. Bandar Udara Trunojoyo belum
menyediakan alat pemadam untuk menanggulangi hal tersebut.
41
Gambar 4.14 Denah gedung bangunan dan landasan
Keterangan:
a. panah merah merupakan letak penempatan APAR
b. panah biru merupakan panel listrik
3) Gedung workshop
42
Gambar 4.16 Denah gedung workshop
Keterangan:
panah merah merupakan letak penempatan APAR
43
Gambar 4 18 Denah gedung PKP-PK
Keterangan:
panah merah merupakan letak penempatan APAR
s
Gambar 4.19 letak penempatan APAR lantai 1
44
Gambar 4.20 letak penembatan APAR lantai 2
45
Gambar 4.22 Penempatan APAR
46
Gambar 4.24 penempatan APAR
7) Terminal baru
Terminal baru lantai 1
Keterangan:
a. panah merah merupakan letak penempatan APAR
b. panah biru merupakan panel listrik
47
Gambar 4.26 letak penempatan APAR ruang cek-in
48
Gambar 4.28 letak penempatan APAR diruang pengambilan bagasi
49
Gambar 4.30 Penempatan APAR di area luar keberangkatan
Keterangan:
panah merah merupakan letak penempatan APAR
50
Gambar 4.32 Penempatan APAR terminal baru lantai 2
8) Terminal lama
51
Gambar 4.34 Letak penempatan APAR digedung terminal lama
52
b. Penyelesaian masalah untuk panel listrik
53
Gambar 4.33 panel digedung bangunan dan landasan
Jika terjadi korsleting listrik maka melahirkan panas luar biasa dalam
waktu singkat. Lazimnya, energi panas yang dihasilkan berefek dengan ledakan
kuat serta bersuhu sangat tinggi. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka diruang
panel menggunakan fire ball extinguisher. Dimana, fire ball extinguisher efektif
untuk jenis kebakaran akibat korsleting listrik. Tata letak fire ball extinguisher
pada panel listrik dapat dilihat pada gambar berikut:
54
Gambar 4.34 contoh pemasangan fire ball extinguisher
55
Trafo biasanya digunakan untuk membantu atau menurunkan
tingkat tegangan antar rangkaian. Apabila terjadi percikan api atau
korsleting listrik maka akan menyebabkan ledakan yang dasyat. Untuk
menanggulangi terjadinya kebakaran tahap awal diruang trafo, maka perlu
pemasangan modular otomatis pemadam kebakaran.Yang mana dapat
memadamkan api secara otomatis jika telah mencapai suhu yang telah
ditentukan.
56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan permasalahan OJT
57
periodik. Baik jangka panjang maupun jangka pendek.
5.2.2 Saran terhadap keseluruhan
Saran terhadap permasalahan yang penulis temukan dalam kegiatan
OJT ini adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya pelaksanaan On Job Training taruna lebih dioptimalkan
untuk kegiatan praktik dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung.
b. Pengawasan pekerjaan dari pihak Bandar Udara Trunojoyo Sumenep
harus dilaksanakan secara maksimal agar kesalahan dalam proses
pekerjaan tidak terjadi.
58
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
60
HARGA ALAT PEMADAM
MODEL BERAT ISI RP
API
SV - 120
Harga alat pemadam api 7 kg 12 2.641.203
P
HARGA MODEL KG RP
61
SV - 60 P 6 1.862.784
SV - 90 P 9 2.222.836
SV - 120 P 12 2.641.203
62
https://alatpemadam.biz/index.php/info-produk
63