INFUS REHIDRASI D1.2 Revisi 4
INFUS REHIDRASI D1.2 Revisi 4
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : D 1.2
KETUA : Aristia Dian Pertiwi (2016220027)
ANGGOTA : 1. Appersita Febri Yumita (2016210023)
3. Asya Shania (2016210030)
4. Aulia Gita Sya'bandiah (2016210033)
5. Catrin Seplinda (2016210041)
6. Chaterine Giovanni (2016210043)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
1
I. TUGAS
Sediaan infus untuk rehidrasi
II. PENDAHULUAN
Dehidrasi adalah kondisi di mana terjadi kekurangan kandungan air pada tubuh
secara keseluruhan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan zat elektrolit di
dalam tubuh, seperti hipernatremia.
Dehidrasi muncul ketika air yang keluar dari tubuh jumlahnya melebihi air yang
masuk, umumnya karena olahraga atau penyakit, namun juga dapat disebabkan karena
cuaca tinggi. Penurunan 5 s/d 8 persen kandungan air dapat menyebabkan rasa lelah
dan pusing. Kekurangan lebih dari 10% kandungan air di tubuh dapat menyebabkan
penurunan kemampuan fisik dan jiwa, ditambah rasa haus yang sangat tinggi. Kematian
dapat muncul pada kondisi tubuh kekurangan antara 15 s/d 25 persen dari kandungan
air di tubuh. Dehidrasi ringan umumnya ditandai dengan rasa haus dan kurang enak
badan, serta umumnya dapat disembuhkan dengan rehidrasi (minum air).
.Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari
natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau
hipernatremik (150 mEq/L). Dehidrasi isonatermik merupakan yang paling sering
terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% dari
kasus. Dehidrasi isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama
dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi
ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah
(kehilangan cairan hipertonis). Sedangkan dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi
ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah.
Ditinjau dari segi banyaknya defisit cairan dan elektrolit yang hilang, maka
dehidrasi dapat dibagi atas :
1. Dehidrasi ringan (defisit 4%BB)
2. Dehidrasi sedang (defisit 8%BB)
3. Dehidrasi berat (defisit 12%BB) (Guyton halaman 375)
Menurut WHO dehidrasi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
dehidrasi ringan, sedang, dan berat, pada kondisi dehidrasi ringan-sedang penderita
diare penderita diare dapat diberikan rehidrasi cairan secara oral sedangkan pada
kondisi dehidrasi berat disarankan penderita diare mendapatkan rehidrasi oral
2
secepatnya dan atau bila kondisi tidak memungkinkan dapat diberikan secepatnya
melalui infus. (Febriansiswanti,2015)
Dekstrosa adalah monosakarida yang umumnya diperoleh dari hidrolisis pati
(umumnya jagung) dengan bantuan dari hidroklorida atau asam sulfur. Injeksi dekstrosa
dan injeksi dekstrosa dengan sodium klorida memiliki pH 3,5-6,5 dan tidak
mengandung bakteriostatik atau agen antimikroba atau dapar tambahan. (Drug
Information 88 halaman 1427)
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme dan dapat meningkatkan kadar glukosa
dalam darah.. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan
kehilangan nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau
mencegah ketosis jika diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi
CO2 dan air, sehingga larutan dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang
hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian
tergantung kondisi klinis pasien.(DI 2010 hal 2736).
Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspense) ke dalam tubuh untuk tujuan
terapetik atau diagnostic.Injeksi dapat dilakukan langsung kedalam aliran darah,
kedalam jaringan dan organ. Jika hanya sejumlah relative kecil larutan dimasukkan
kedalam organismus (misalnya 1,2,5 sampai 20 ml) dikatakan sebagai injeksi,
sebaliknya jika digunakan sejumlah besar larutan (misalnya 1 atau beberapa liter),
dikatakan sebagai infuse (Voight halaman 461).
Alasan digunakan dekstrosa secara farmakologi adalah karena dekstrosa dapat
dimetabolisme secara langsung. Dekstrosa berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi
glukosa darah dan menyediakan kalori, dapat menurunkan protein dan nitrogen dalam
tubuh, meningkatkan deposisi glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika
dosis yang diberikan cukup. Injeksi dekstrosa dapat digunakan untuk menginduksi
diuresis tergantung dari volume yang diberikan dan kondisi pasien. (Drug Information
88 halaman 1427)
3
III. DATA PREFORMULASI
A. Zat aktif
Zat aktif Sifat fisika kimia Ekivalen Cara Khasiat dan Dosis Cara
NaCl sterilisasi penggunaan
Dekstrosa Pemerian 0,16 Otoklaf Dosis Infus
hablur tidak (Farmakope atau 2,5%-11,5% intravena
berwarna; serbuk Indonesia ed. filtrasi (Drug (Drug
hablur atau V Hal. 1793) (Martind Information 2010 Information
serbuk granul ale29 h. 2735) 2010 h.
putih; tidak hal.1265) 2735)
berbau; Khasiat
rasamanis(Farma meningkatkan
kope Indonesia ed kadar gula dalam
V, hal. 288) darah
Agent karbohidrat
Kelarutan kalori
sangat mudah
larut dalam air
mendidih; mudah
larut dalam air
(Farmakope
Indonesia ed V,
hal. 288)
Incompatible
Hilangnya
kejernihan larutan
intravena
dekstrosa bila
dicampur dengan
bahan-bahan
sianokobalamin,
kanamisin sulfat,
natrium
novobiosin, atau
4
warfarin sodium.
(Martindale 28 h.
51)
Stabilitas
pada kelembapan
relative sekitar
35-85 % pada
250C dapat
menyerap air dan
monohidrat akan
terbentuk
padakelembapan
yang lebih tinggi.
(Martindale 28
halaman 50)
pH sediaan
3,5-6,5 (Drug
Information 2010
hal. 2736)
Wadah
dalam wadah
tertutup baik
(Farmakope
Indonesia ed V,
hal. 288)
Penyimpanan
Disimpan di suhu
25oC, dijauhkan
dari suhu beku
dan panas ekstrim.
B. Zat Tambahan
5
Nama zat Sifat fisika kimia Cara sterilisasi Fungsi dan
Konsentrasi
Natrium Klorida Pemerian Otoklaf suhu Secara infus IV
Hablur bentuk kubus, tidak berwarna 1210C selama 0,9% NaCl
atau serbuk hablurputih; rasa asin 15 menit atau dalam 1 L
(Farmakope Indonesia. Edisi filtrasi sehari atau 1-2L
V.2014. h.903) (HOPE 6th 0,45% NaCl
Kelarutan edition Hal. sehari (Drug
Mudah larut dalam air; sedikit lebih 637) Information
mudah larut dalam air mendidih; 2010 h.2730)
(Farmakope Indonesia. Edisi
V.2014. h.903)
Stabilitas
Bakteriostatik injeksi NaCl
sebaiknya di lindungi dari
pembekuan (Drug Information 2010
h.2730)
Incompatible
Larutan NaCl bersifat korosif
terhadap besi . dapat juga bereaksi
dgn presipitat perak, timah, merkuri.
Zat pengoksidasi kuat membebaskan
klorin dari larutan Nacl yang
diasamkan. Kelarutan dari
antimikroba metil parabean
berkurang dalam larutan NaCl
(HOPE 6th edition Hal. 637)
pH
6,7-7,3 (HOPE 6th edition Hal. 637)
pH Sediaan
4,5-7 (Drug Information 2010
h.2730)
Aquadest Pro Pemerian Didihkan
6
injeksi Cairan, jernih, tidak berwarna; tidak selama 30
berbau (Farmakope Indonesia Edisi menit
V hal 57 )
Kelarutan
Bercampur dengan pelarut polar
(Farmakope Indonesia Edisi V hal 57
)
pH : 5.0 – 7.0 (Farmakope Indonesia
Edisi Vhal 57 )
7
jumlah yang lebih banyak lagi per harinya, dengan penetesan lambat intravena.
Karena diberikan dalam volume besar, larutan ini tidak boleh mengandung zat
bakteriostatik atau zat penambah farmasi lain. Dikemas dalam wadah besar dosis
tunggal.
8
H2O2 digunakan untuk menghilangkan pirogen pada aqua pro injeksi karena
injeksi yang dibuat lebih dari 10 ml sehingga harus bebas pirogen
Karbo adsorben digunakan dalam sediaan ini untuk depirogenasi larutan
obat, karena salah satu syarat dari sediaan steril berupa infus adalah bebas dari
pirogen, sehingga perlu penambahan karbo adsorban.
E. Farmakologi
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa
darah dan menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein
tubuh dan kehilangan nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan
mengurangi atau mencegah ketosis jika diberikan dosis yang cukup.Dekstrosa
dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan dekstrosa dan air dapat
mengganti cairan tubuh yang hilang.Injeksi dekstrosa dapat juga digunakan sebagai
diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.(DI 2010 hal 2736).
F. Indikasi
Penambah energi pada pasien yang kehilangan banyak cairan tubuh karena diare
berat, hipoglikemia, dehidrasi. .(DI 2010 hal 2736).
G. Kontraindikasi
Diabetes melitus atau intolerance karbohidrat. Pemberian secara IV dapat
menyebabkan cairan berlebihan dapat menyebabkan cairan atau kelebihan zat
terlarut yang mengakibatkan pengenceran elektrolit serum, overhidrasi, kondisi
kongestif atau edema paru. .(DI 2010 hal 2736).
H. Efek Samping
Demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi, trombosis atau flebitis yang meluas
dari tempat injeksi dan ekstravasasi, hiperglikema pada bayi baru lahir.
I. Perhatian
Asidosis laktat, gangguan ginjal, sepsis berat, fase awal pasca trauma.
J. Farmakokinetik
Absorpsi : Dekstrosa di absoprsi di saluran cerna. Ada 3 jalur untuk
metabolismenya terbentuk, glikolisis mengarah pada pembentukan piruvat atau
9
laktat diikuti dengan siklus asa trikarbosilik krebs yang menyebabkan metabolisme
menjadi karbondioksida dan air. Jalur pentosa fosfat juga mengarah ke
karbondioksida dan air. Energi dilepaskan pada proses ini. Dekstrosa juga disimpan
sebagai glikogen di hati dan otot. Konsentrasi glukosa dalam darah dipertahankan
pada orang sehat dalam batas normal oleh insulin yang memfasilitasi perjalanan
glukosa melalui membran sel dan mekanisme homoeostatik lainnya. Tubuh bisa
memetabolisme sekitar 800 mg/ berat badan /jam. (Martindale 28 halaman 51)
IV. FORMULA
A. Formula Rujukan
- Formula rujukan I ( Injectable ed.14, halaman 496 )
Dekstrosa 5%
Natrium klorida 0,9%
Aquadest ad 500ml
B. Formula Jadi
Sedian infus Intravena Dektrosa NaCl yang akan dibuat sesuai dengan Formula
rujukan dari Drug Information 2010 hal 2737, yaitu:
10
Infus mengandung:
Dextrose 5%
Natrium klorida 0,11%
Aqua pi ad 500 mL
Wadah botol kaca transparan @500 mL.
11
1. Oven 9. Autoklaf
2. Beaker glass 10. Penjepit besi
3. Erlenmeyer 11.Vial
4. Gelas ukur 12. Spatula
5. Corong 13. Kaca arloji
6. Pinset 14. Batang pengaduk
7. Alumunium Foil 15. Kertas Saring
8. Pipet Tetes 16. Tisu
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu :
1. Dextrosa
2. Natrium Klorida (NaCl)
3. Aqua pro injeksi
4. Hidrogen peroksida (H2O2)
5. Karbon adsorben (Norit)
12
1g
= 9,405 mEq
Perhitungan Tonisitas :
V = ((W1 x E1) Dekstrosa + (W2 x E2) NaCl) x 111,11
= ((25 x 0,16) Dekstrosa + (0,55 x 1) NaCl) x 111,11
= 505,5505 ml
505,5505ml
% Tonisitas = x 0,9%
500
= 0,9100 % (Isotonis)
0,9000 %
Laju penetesan = x 40 tetes/menit
0,9100 %
= 39,5604 tetes/menit ~ 40 tetes/menit
B. Penimbangan
Dextrosa = 5% x 500 ml = 25 g
Natrium Klorida = 0,11% x 500 = 0,55 g
Dekstrosa = 25 g x 2 = 50 g
1100 1100
Dextrosa = ( 50 g x ) + (5% x (50 g x )) = 57,75 g
1000 1000
Natrium Klorida = 0.55 g x 2 = 1,1 g
1100 1100
NaCl (ditambah 5%)= (1.1 g x ) + (5% x (1.1 g x )) = 1,2705 g
1000 1000
Penimbangan Bahan:
Penimbangan Teoritis
Bahan
(gram)
Dekstrosa 57,75
NaCl 1,2705
13
Karbon Adsorben 1,155
H2O2 11,55
Aqua p.i Ad 1100 ml
selama 15 menit.
4. Dibuat aqua p.i dengan cara didihkan aqua p.i dan biarkan 30 menit, kemudian
ditambahkan H2O2 lalu panaskan hingga 15 menit, lalu dinginkan.
5. Ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan yaitu Dekstrosa dan NaCl.
6. Dilarutkan Dekstrosa dengan sebagian aqua pro injection ad larut .
7. Dilarutkan NaCl dengan sebagian aqua pro injection ad larut.
8. Dicampurkan larutan Dektrose dan NaCl ad homogen, kemudian ditambahkan
aqua pro injection hingga mendekati batas 1100 ml lalu dicek pH dengan
14
menggunakan pH universal (3,5-6,5), jika sudah mendapai pH yang diinginkan lalu
ditambahkan aqua steril pro injection ad 1100 ml.
9. Ditambahkan karbo adsorben dan dipanaskan pada suhu 50-60oC selama 15
menit sambil diaduk.
10. Lalu disaring dengan menggunakan kertas saring steril 2 lapis ad. jernih.
11. Dilakukan uji evaluasi In Process Control (uji keseragaman volume, dan uji
kejernihan, uji pH)
12. Dimasukkan ke dalam botol infus masing-masing ad tanda, kemudian ditutup
dengan karet penutup steril dan kap infus.
13. Dilakukan sterilisasi terminal dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15
menit.
14. Dilakukan uji evaluasi Quality Control (uji kejernihan, uji pirogenitas, uji
keseragaman volume, dan penetapan kadar, uji sterilitas)
15. Diberi etiket, kemas dalam dus dan diserahkan.
VIII. EVALUASI
1. Cara Evaluasi
A. IPC (In Process Control)
1. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Cara : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : Semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang
terlihat dibuang dari wadah, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel
≥25 ųm/ml
15
volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik no.21,
panjang tidak kurang dari 2,5cm.
Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik.
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum ke
dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga
volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40 % volume dari
kapasitas tertera.
Syarat : volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah
B. Quality Control
1. Uji Penetapan Kadar (Farmakope Indonesia. Edisi V. Hal 297)
Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan 2-5g dekstrosa, masukkan
kedalam labu tentukur 100ml. Tambahkan 0,2 ml amonium hidroksida 6 N,
encerkan dengan air sampai tanda. Ukur rotasi optik dalam tabung
polarimetri yang sesuai pada suhu 250 seperti tertera padapenetapan rotasi
optik dan rotasi jenis. Hitung persentase dekstrosa dalam injeksi.
Syarat : mengandung dekstrosa tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
16
3. Uji Sterilitas
a. Inokulasi langsung kedalam media uji (FI IV hal 858-859)
Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik
steril.Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah
uji ke dalam tabung media.Campur cairan dengan media tanpa aerasi
berlebihan.Inkubasi dalam media tertentu seperti yang tertera pada
prosedur umum, selama tidak kurang dari 14 hari. Amati pertumbuhan
pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya pada hari ke-3
atau ke -4 atau ke -5, pada hari ke -7 atau ke-8 dan pada hari terakhir dari
masa uji. Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada
atau tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara
visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi
media yang sama. Sekurangnya 1 kali antara hari ke 3 dan ke 7 sejak
pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama
total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi awal.
17
melalui tiap penyaring dari dua rakitan penyaring atu isi tidak kurang dari
20 wadah jika hanya satu rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap
speciemen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan
Syarat : SAL untuk sterilisasi akhir (autoclaf): 10-6
SAL untuk teknik aseptis (filtrasi): 10-3
4. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Cara : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : Semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang
terlihat dibuang dari wadah, batas 50 partikel 10ųm dan lebih
besar 5 partikel ≥25 ųm/ml
18
IX. DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia.
Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan..
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope
Indonesia.Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2014. Farmakope
Indonesia.Edisi V. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Evory MC, Gerald K. Drug Information 88. USA: American Society of
Health-System Pharmacist
Goeswin Agoes. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung: ITB Bandung
Kibbe, Arthur H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Exipients.Third
Edition.American Pharmaceutical Association; Washington, D.C.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan praktek farmasi
industri. Edisi III. Jilid III. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Martindale. The Extra Pharmacopeia 36th edition: The Complete Drug
Reference. London:The Pharmaceutical Press.
Voight Rudolf. 1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Guyton, A. Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraseluler dan
Intraseluler. Dalam: Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta: EGC; 1997.
Febriansiswanti, Ni Made Dani. Efektivitas Infus Ringer Laktat Dan Infus
Ringer Laktat Dengan Zink Berdasarkan Lama Rawat Inap Pada Penggelolaan
Diare Anak Usia 1-5 Tahun. Universitas Surabaya. 2015.
19