Anda di halaman 1dari 16

Nama : Farah Audifa Refia

Nim : 180351619017
Offering :C
Mata Kuliah : IPA Sekolah

Tugas Ringkasan Miskonsepsi dari 5 jurnal


A. JURNAL 1 : PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGUKUR
MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM REGULASI
MANUSIA UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER II
No Keterangan Ringkasan
1 Definisi Secara etimologis, diagnostik diambil dari bahasa inggris
“diagnostics”. bentuk kata kerjanya adalah “to diagnost”,
yang artinya “to determine the nature of disease from
observation of symtoms”. Mendiagnosis berarti melakukan
observasi terhadap penyakit tertentu, sebagai dasar
menentukan macam atau jenis penyakitnya. Jadi, tes
diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk
menemukan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Tes bentuk pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif
yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi
yang dapat dicakup.
Secara rinci, miskonsepsi dapat merupakan pengertian yang
tidak akurat tentang konsep, penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan
konsep, pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsep-
konsep yang tidak benar.
2 Tujuan Mengembangkan tes diagnostik berbentuk pilihan ganda
yang bertujuan mengukur miskonsepsi siswa pada pokok
bahasan sistem regulasi manusia. Pada peneltian ini,
bertujuan untuk mendapatkan soal yang baik dan dapat
mendiagnosa miskonsepsi siswa khusunya pada pokok
bahasan sistem regulasi manusia.
3 Faktor penyebab Seringkali dalam proses pembelajaran, siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi dan akhirnya tidak
sedikit siswa mengalami miskonsepsi, tetapi guru tidak
menyadarinya dan tidak tahu cara bagaimana mendiagnosa
miskonsepsi tersebut. Maka dalam penelitian ini penulis
bermaksud mengembangkan tes diagnostik yang bertujuan
mengukur miskonsepsi siswa.
4 Cara mendiagnosis Dengan menggunakan metode :
a. Matriks analisis konsep
bersumber dari pengembangan analisis konsep yang
selanjutnya dikembangkan menjadi rancangan soal
dengan ketentuan tiap option jawaban diberikan makna,
makna tersebut diantaranya yaitu miskonsepsi, paham
konsep dan tidak paham konsep yang bertujuan untuk
memudahkan mengidentifikasi analisis miskonsepsi
siswa.
b. Certainty Of Response Index (CRI).
CRI merupakan teknik untuk mengukur miskonsepsi
seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau
kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan. Metode CRI dikembangkan oleh Saleem
Hasan.
Cara mendiagnosis :
Sebelum tes dalam bentuk pilihan ganda dibuat, penulis
terlebih dahulu membuat peta konsep dan analisis konsep,
dimana dibuat sebagai acuan, konsep apa saja yang akan
dikembangkan menjadi soal. Setelah peta konsep dan
analisis konsep jadi, kemudian dikonsultasikan dengan para
ahli dari segi format, bahasa dan materi. Adapun tenaga ahli
yang berperan dalam memvalidasi adalah Bpk Edy Candra,
MA, Ibu Hj. Ria Yulia, M. Si dan Ibu Tri S. Pd. Setelah
divalidasi dan kemudian direvisi, barulah peta konsep dan
analisis konsep bisa dipakai sebagai acuan dalam
pengembangan pembuatan tes. Dalam penelitian ini tes yang
dibuat oleh peneliti adalah tes objektif bentuk pilihan ganda
berjumlah 100 soal dengan 5 alternatif jawaban. Pada
peneltian ini, untuk mendapatkan soal yang baik dan dapat
mendiagnosa
miskonsepsi, uji coba soal dilakukan tiga kali atau tiga
tahapan, yaitu uji coba terbatas, dan uji coba lapangan skala
lebih luas yang terdiri dari uji coba lapangan 1 dan uji coba
lapangan 2.
Setelah penelitian selesai dilaksanakan dan semua lembar
jawaban siswa terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis miskonsepsi tiap soal dari tiap siswa. Hasil
analisis miskonsepsi tersebut dibagi 2 bagian yaitu diduga
miskonsepsi dan diduga miskonsepsi kuat dengan ketentuan
yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Dari
gambar 6. Perbandingan Hasil Analisis Miskonsepsi Tiap
Tahapan Uji Coba dapat disimpulkan bahwa, soal-soal
piliha ganda yang telah dikembangkan dapat mendiagnosa
dan mendiagnosa kuat miskonsepsi setiap siswa. Ini
ditunjukkan dari grafik yang terus meningkat dari tiap uji
coba soal yang telah dilakukan. Setelah 3 uji coba soal
dilakukan mendapatkan hasil akhir berupa produk tes
diagnostik bentuk pilihan ganda yang dapat mengukur
miskonsepsi siswa pada pokok bahasan sistem regulasi
manusia. Produk tes diagnostik untuk mengukur
miskonsepsi siswa cukup mampu membedakan siswa
kelompok atas dan bawah dengan nilai rata-rata daya
pembeda uji coba lapangan 2 sebesar 0,283 (cukup).
5 Solusi Mengembangkan tes diagnostik berbentuk pilihan ganda
yang dapat mendiagnosis miskonsepsi siswa pada pokok
bahasan sistem regulasi manusia dengan menghasilkan
produk jadi atau produk akhir berupa soal-soal tes
diagnostik jenis pilihan ganda, draf soal terlebih dahulu
dianalisis secara validitas logis oleh informan yang
berkompeten dibidangnya atau disebut juga dengan validasi
ahli. Untuk mengetahui bahwa soal-soal tersebut memenuhi
syarat soal yang baik maka dilakukan analisis butir soal.
Analisi butir soal ini terdiri dari uji validitas, reliabilitas,
daya pembeda, tingkat kesukaran, dan keberfungsian
pengecoh. Dengan menggabungkan 2 metode yaitu
menggunakan Matrik Analisis Konsep (MAK) dan
Certainty Of Response Index (CRI).

B. JURNAL 2 : IDENTIFIKASI MISKONSEPSI KONSEP TEKANAN ZAT SISWA


KELAS VIII-C SMPN 1 KARANGPLOSO SEMESTER GENAP TAHUN
PELAJARAN 2017-2018
No Keterangan Ringkasan
1 Definisi Miskonsepsi merupakan ketidaksesuaian pemahaman
konsep yang dimiliki siswa dengan konsep yang diakui oleh
para ahli dan pemahaman tersebut konsisten dipakai oleh
siswa.
Tes diagnostik two-tier merupakan tes pilihan ganda yang
terdiri dari dua tier. Tier pertama berisi pilihan jawaban dan
tier kedua berisi alasan dari jawaban pada tier pertama.
2 Tujuan Membuat tes diagnostik berbentuk two-tier yang merupakan
tes pilihan ganda yang terdiri dari dua tier. Tier pertama
berisi
pilihan jawaban dan tier kedua berisi alasan dari jawaban
pada tier pertama yang bertujuan mengetahui siswa yang
mengalami miskonsepsi pada pokok bahasan tekanan
hidrostatis, gaya angkat ke atas, dan tekanan zat cair pada
ruang tertutup. Apabila miskonsepsi mudah terdiagnosis,
maka guru lebih mudah mengatasi miskonsepsi dengan
menyusun suatu metode pembelajaran yang dapat
membantu siswa agar lebih mudah memahami konsep-
konsep sains sesuai sudut pandang saintis.
3 Faktor penyebab Karena guru tidak mampu membedakan siswa yang
mengalami miskonsepsi dengan siswa yang tidak paham
konsep. Tes pilihan ganda yang umumnya digunakan guru
memiliki peluang siswa menjawab benar dengan cara
menebak tanpa mengetahui alasan pemilihan jawaban
sebesar 20%, sehingga instrumen tersebut kurang tepat jika
digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa.
Guru tidak dapat menentukan bagian-bagian miskonsepsi
yang dialami siswa, penyebab dan solusinya. Maka dalam
penelitian ini penulis bermaksud membuat instrumen yang
tepat untuk mendiagnosis miskonsepsi yang terjadi pada
siswa dengan membuat tes diagnostik two-tier.
4 Cara mendiagnosis Data hasil uji coba dikoreksi dan dilihat konsistensiannya
pada tiap indikator yang sama. Pada jawaban yang konsisten
salah dianggap miskonsepsi. Apabila persentase siswa yang
menjawab ≥ 20% maka akan dilakukan analisis miskonsepsi
lebih lanjut. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
secara deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengoreksi jawaban siswa dengan berpedoman kunci
jawaban,
2. Memberikan skor 1 untuk kategori benar dan skor 0
untuk kategori salah pada setiap butir soal
3. Menghitung persentase konsistensi siswa dalam
menjawab dua butir soal yang berpasangan
4. Miskonsepsi di telaah lebih lanjut apabila mencapai ≥
20%.
Dengan menguji coba soal pada siswa kelas VIII C SMPN 1
Karangploso. Dengan mendapatkan hasil identifikasi
miskonsepsi yaitu :
1. Pada Konsep Tekanan Zat Padat
Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep tekanan zat
padat sebesar 33,33%. Pokok permasalahan yang
dihadapi siswa adalah mereka menganggap bahwa
semakin besar luas permukaan benda maka tekanan yang
dihasilkan akan semakin besar.
2. Pada Konsep Tekanan Hidrostatis
Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep tekanan
hidrostatis sebesar 36,67%. Pokok permasalahan yang
dihadapi siswa adalah mereka menganggap bahwa
tekanan hidrostatis dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk
wadah.
3. Pada Konsep Gaya Angkat Ke Atas
Ditemukan dua miskonsepsi dari yang terjadi pada siswa
mengenai konsep gaya angkat ke atas pada indikator
benda tenggelam dalam zat cair. Pertama sebesar 23,33%
siswa beranggapan bahwa suatu benda akan tenggelam
dalam zat cair, jika massa zat cair lebih kecil dari massa
benda. Kedua sebesar 30% siswa beranggapan bahwa
suatu benda akan tenggelam dalam zat cair, jika gaya
angkat ke atas lebih besar daripada berat benda. Pokok
permasalahan yang dihadapi siswa adalah mereka masih
bingung membedakan antara massa dengan
berat.
4. Pada Konsep Tekanan Zat Cair Pada Ruang Tertutup
Berdasarkan Tabel siswa mengalami miskonsepsi pada
konsep tekanan zat pada ruang tertutup sebesar 46,67%.
Pokok permasalahan yang dihadapi siswa adalah mereka
beranggapan bahwa besar kecilnya luas penampang
piston tidak berpengaruh terhadap besar gaya yang
digunakan untuk menekan.
5. Pada Konsep Osmosis
Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep osmosis
sebesar 36,67%. Pokok permasalahan yang dihadapi
siswa adalah mereka beranggapan bahwa peristiwa
osmosis akan terjadi jika massa benda tersebut
berkurang.
6. Pada Konsep Difusi
Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep difusi
sebesar 40%. Pokok permasalahan yang dihadapi siswa
adalah mereka tidak dapat menjelaskan peristiwa difusi.
7. Pada Konsep Kapilaritas
Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep kapilaritas
sebesar 23,33%. Pokok permasalahan yang dihadapi
siswa adalah mereka beranggapan bahwa kapilaritas
yang terjadi pada batang dipengaruhi oleh gaya tekan
pada bagian bawah batang.
5 Solusi Identifikasi miskonsepsi perlu dilakukan untuk mengetahui
penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga
dapat ditentukan solusi pemecahannya dengan membuat tes
diagnostik berbentuk two tier yang dapat mendiagnosis
miskonsepsi siswa pada pokok bahasan tekanan hidrostatis,
gaya angkat ke atas, dan tekanan zat cair pada ruang
tertutup. Instrumen tes diagnostik yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 30 butir soal dengan reliabilitas
sebesar 0,725 termasuk kategori tinggi.

C. JURNAL 3 : Identifikasi Miskonsepsi dan Penyebab Miskonsepsi Siswa


Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test pada Sub-Materi Fluida Dinamik: Azas
Kontinuitas
No Keterangan Ringkasan
1 Definisi Miskonsepsi merupakan hambatan bagi siswa untuk
memahami dan menguasai materi karena miskonsepsi dapat
dikatakan suatu kesalahan. Menurut Suparno miskonsepsi
dalam bidang Fisika paling banyak berasal dari diri
siswanya sendiri yang dapat dikelompokkan dalam beberapa
hal antara lain: prakonsepsi atau konsep awal siswa,
pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang
tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan
kognitif siswa, kemampuan siswa dan juga minat belajar
siswa itu sendiri.
Tes diagnostik adalah tes yang dapat digunakan untuk
mengetahui secara tepat dan memastikan kelemahan dan
kekuatan siswa pada pelajaran tertentu.
Instrumen four-tier diagnostic test yang merupakan
pengembangan instrumen three-tier test dengan
menambahkan tingkat keyakinan jawaban pada tier ketiga.
Four-tier diagnostic test (tes diagnostik empat tingkat)
merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda
tiga tingkat. Pengembangan tersebut terdapat pada
ditambahkannya tingkat keyakinan siswa dalam memilih
jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan soal
pilihan ganda dengan empat pengecoh dan satu kunci
jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat ke dua
merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih
jawaban. Tingkat ke tiga merupakan alasan siswa
menjawab pertanyaan, berupa empat pilihan alasan yang
telah disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat ke empat
merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih alasan.
2 Tujuan Membuat instrumen four-tier diagnostic test untuk
mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada materi ajar
Azas Kontinuitas serta mengidentifikasi kelemahan konsep
sebagai penyebab terjadinya miskonsepsi tersebut
3 Faktor penyebab Miskonsepsi yang terjadi umumnya disebabkan logika siswa
yang kurang tepat yaitu siswa beranggapan bahwa fluida
yang memiliki kelajuan besar memiliki tekanan fluida yang
besar, begitupun sebaliknya. Kegiatan pembelajaran di
kelas, umumnya masih memusatkan guru sebagai sumber
belajar atau teacher centered yang kurang melibatkan siswa
aktif dalam proses pembelajaran, melainkan menjadikan
siswa pasif di dalam kelas. Hal ini dapat menyebabkan
siswa tidak selalu dapat menyerap informasi yang
disampaikan pendidik sepenuhnya, khususnya pada mata
pelajaran Fisika yang memuat banyak konsep ilmiah,
sehingga adakalanya konsep yang dipahami siswa tidak
sesuai atau berbeda dengan konsep yang dianut oleh para
ahli.
4 Cara mendiagnosis Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode one
shoot research. Instrumen four-tier diagnostic test yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 butir soal yang
diujikan kepada 37 siswa kelas XI di salah satu sekolah
menengah di kota Bandung. Adapun tahapan penelitian ini
dilakukan sebagai berikut:
1. Membuat instrumen tes diagnostik bentuk fourt tier test
2. Judgement instrumen tes oleh para ahli
3. Pengumpulan data
4. Pengolahan dan analisis data
5. Pengambilan kesimpulan
Dengan menguji coba soal pada siswa mendapatkan hasil
identifikasi miskonsepsi yaitu :
Dihasilkan persentase siswa yang mengalami beberapa
kategori konsepsi, yaitu paham konsep, paham sebagian,
miskonsepsi, tidak paham konsep dan tidak dapat
dikodekan. Adapun besar persentase dari beberapa kategori
tersebut adalah 6% siswa termasuk ke dalam kategori
paham konsep, 35% siswa termasuk ke dalam kategori
paham sebagian, 28% siswa termasuk ke dalam kategori
miskonsepsi, 30% siswa termasuk ke dalam kategori tidak
paham konsep dan 0% siswa termasuk ke dalam kategori
tidak dapat dikodekan, yang artinya siswa menjawab semua
soal dalam instrumen four-tier diagnostic test. Miskonsepsi
yang terjadi terlihat juga pada proses pembelajaran di kelas.
Jadi pada materi fluida dinamis, khususnya sub-materi azas
kontinuitas teridentifikasi adanya miskonsepsi dengan
menggunakan instrumen four-tier diagnostic test sebesar
28% dikarenakan pemahaman siswa yang beranggapan
bahwa pada pipa yang kecil, fluida memiliki kelajuan yang
besar karena tekanan fluida yang besar.
5 Solusi Dengan menggunakan metode one shoot research
identifikasi miskonsepsi perlu dilakukan untuk mengetahui
penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga
dapat ditentukan solusi pemecahannya dengan membuat
instrumen four-tier diagnostic test yang dapat
mendiagnosis miskonsepsi siswa pada materi fluida
dinamis, khususnya sub-materi azas kontinuitas.
Menggunakan four-tier diagnostic test karena memiliki
keunggulan yaitu guru dapat:
1. membedakan tingkat keyakinan jawaban dan tingkat
keyakinan alasan yang dipilih siswa sehingga dapat
menggali lebih dalam tentang kekuatan pemahaman
konsep siswa
2. mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih
dalam
3. menentukan bagian-bagian materi yang memerlukan
penekanan lebih
4. merencanakan pembelajaran yang lebih baik untuk
membantu mengurangi miskonsepsi siswa

D. JURNAL 4 : PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK FOUR-TIER UNTUK


MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK MATERI
GELOMBANG DAN OPTIK
No Keterangan Ringkasan
1 Definisi Miskonsepsi dalam pembelajaran sains dikenal sebagai
gagasan peserta didik yang tidak sesuai dengan gagasan
yang diterima dan dipahami secara umum dalam pandangan
ilmiah. Miskonsepsi menjadi salah satu penyebab terjadinya
kesulitan belajar yang berdampak pada rendahnya hasil
belajar peserta didik.
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga
berdasarkan kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan
yang tepat.
Tes diagnostik four-tier merupakan metode yang paling
mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai
miskonsepsi pada peserta didik.
2 Tujuan Mengembangkan tes diagnostik four-tier yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik
pada materi gelombang dan optik.
3 Faktor penyebab Miskonsepsi dapat muncul dari pengalaman sehari-hari
yang dialami peserta didik ketika berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman tersebut peserta
didik akan membangun teori sendiri di dalam pikirannya
yang belum tentu benar. Apabila intuisi yang terbentuk
tidak benar, akan sangat sulit untuk diperbaiki karena tanpa
sengaja secara konsisten konsep yang salah tersebut telah
menjadi pegangan dan berdampak pada miskonsepsi yang
berkelanjutan.
4 Cara mendiagnosis Ada beberapa metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi munculnya miskonsepsi dalam
pembelajaran diantaranya pilihan ganda two-tier, pilihan
ganda three-tier, dan pilihan ganda four-tier.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu :
1. instrumen lembar validasi ahli.
Instrumen ini bertujuan mengetahui kriteria kevalidan
tes diagnostik yang dikembangkan. Lembar validasi ini
akan diberikan kepada ahli dan reviewer yang
berkompeten dalam menilai dan memberi saran
2. Instrumen
indentifikasi konsep alternatif peserta didik (two-tier
open ended). Instrumen ini digunakan untuk
mengumpulkan jawaban alternatif peserta didik
mengenai materi gelombang dan optik. Jawaban
tersebut akan ditabulasi kemudian di analisis alasan-
alasan yang teridentifikasi miskonsepsi. Jawaban
peserta didik yang teridentifikasi miskonsepsi akan
dijadikan sebagai pilihan alasan pada tier ketiga dalam
perangkat tes diagnostik four-tier
3. instrumen validasi empiris. Instrumen ini merupakan
transformasi dari instrumen two-tier open ended
menjadi tes diagnostik four-tier dan hasil revisi dari ahli
dan reviewer
Analisis data yang digunakan yaitu analisis kuantitatif
dengan melihat kualitas butir soal yang meliputi uji
validitas, reliabilitas, dan tingkat kesulitan soal.
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh nilai CVR
dan CVI sebesar 0,848 yang berarti telah memenuhi kriteria
minimum CVR dan termasuk kriteria sangat sesuai. Hal
tersebut menunjukan bahwa instrumen tes diagnostik four-
tier yang dikembangkan dinyatakan valid dan dapat
digunakan dalam tahap uji coba untuk melihat validitas
berdasarkan struktur internal (validitas empiris), reliabilitas,
dan tingkat kesulitan soal. Data yang digunakan untuk
melihat validitas berdasarkan struktur internal (validitas
empiris) secara berturut-turut yaitu outfit MNSQ, outfit
ZSTD, dan Point Measure Correlation (Pt Mean Corr).
Berdasarkan Tabel 6 dapat ditunjukkan bahwa nilai outfit
MNSQ yang diperoleh yaitu 1,00, nilai tersebut termasuk
dalam kriteria nilai outfit MNSQ yang diterima (makin
mendekati 1,00 maka kualitas butir soal semakin baik).
Begitupula nilai outfit ZSTD yang diperoleh yaitu 0,0, nilai
tersebut juga termasuk dalam kriteria nilai outfit ZSTD
yang diterima (makin mendekati nilai 0,0 maka kualitas
butir soal semakin baik). Sedangkan untuk Point Measure
Correlation (Pt Mean Corr), berdasarkan Tabel 7
menunjukkan bahwa keseluruhan butir soal sudah termasuk
dalam rentang yang telah ditentukan. Hal tersebut berarti
seluruh butir soal pada instrumen yang dikembangkan dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur dan tidak ada butir
soal yang harus dihilangkan. Berdasarkan Tabel 6,
diperoleh nilai person realibility 0.63 dan item reliability
0.93 yang menunjukkan bahwa konsistensi jawaban dari
peserta didik lemah, namun kualitas butir-butir soal dalam
tes diagnostik four-tier yang dikembangkan reliabilitasnya
bagus. Sedangkan nilai alpha Cronbach 0,85 juga
menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan
reliabilitasnya bagus dalam hal interaksi antara person dan
butir-butir soal secara keseluruhan. Kedua analisis
reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan
tes diagnostik four-tier yang dikembangkan dianggap
mempunyai level konsisten yang tinggi sehingga dapat
digunakan dalam penelitian yang sebenarnya.
Person Measure -0,29 menunjukkan rata-rata nilai seluruh
peserta didik dalam mengerjakan butir-butir soal yang
diberikan. Nilai rata-rata yang lebih kecil dari nilai logit 0,0
menunjukkan kecenderungan abilitas peserta didik yang
lebih kecil daripada tingkat kesulitan soal. Artinya tingkat
kesulitan soal dalam instrumen four-tier yang
dikembangkan sangat baik. Setelah melalui keseluruhan
tahapan pengembangan, tes diagnostik four-tier yang
dikembangkan dikategorikan layak digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik pada materi
gelombang dan optik.
5 Solusi Identifikasi miskonsepsi perlu dilakukan untuk mengetahui
penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga
dapat ditentukan solusi pemecahannya dengan membuat
instrumen four tier yang dapat mendiagnosis miskonsepsi
siswa pada materi gelombang dan optik. Dalam proses uji
validitas berdasarkan isi terdapat beberapa soal yang
direvisi dan dihilangkan karena beberapa alasan, sehingga
soal yang dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam
tahap uji coba sebanyak 28 soal.

E. JURNAL 5 : PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK MISKONSEPSI EMPAT


TAHAP TENTANG KINEMATIKA
No Keterangan Ringkasan
1 Definisi Kinematika merupakan materi yang fenomenanya banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari mengundang banyak
miskonsepsi.
Miskonsepsi adalah struktur kognitif yang secara kuat
tertanam tetapi tidak konsisten dengan konsep saintifik.
Namun, definisi menurut Hammer tersebut dapat diartikan
bahwa bukan hanya tidak konsisten dengan konsep saintifik,
sebuah miskonsepsi pun secara kuat didukung oleh individu
tersebut.
2 Tujuan Mengembangkan instrumen Tes Diagnostik Miskonsepsi
Empat Tahap Tentang Kinematika (TDMET-K) yang dapat
digunakan untuk mendeskripsikan profil miskonsepsi guru
Fisika SMA pada materi Kinematika
3 Faktor penyebab Rendahnya kemampuan sains tersebut di atas dimungkinkan
erat kaitannya dengan miskonsepsi yang dapat diakibatkan
oleh lima hal yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan
metode mengajar. Dari sini dapat dilihat bahwa guru juga
berperan dalam terjadinya miskonsepsi pada siswa bahkan
tidak menutup kemungkinan guru itu sendiri yang
mengalami miskonsepsi.
4 Cara mendiagnosis Penelitian ini menggunakan metode Research and
Development, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. penelitian pendahuluan dan perencanaan
2. pengembangan produk
3. uji coba lapangan awal
4. revisi produk utama
5. uji coba lapangan utama
6. revisi produk operasional.
Instrumen tes miskonsepsi yang dikembangkan termasuk
tipe
empat tahap. Pada tahap pertama adalah pertanyaan
pengetahuan tentang materi Kinematika, tahap kedua adalah
pertanyaan tentang keyakinan atau confidence rating atas
jawaban pada tingkat pertama, tahap ketiga adalah
penyajian
alasan jawaban pada tahap pertama, dan tahap keempat
adalah pertanyaan tentang keyakinan (confidence rating)
atas alasan jawaban pada tingkat ketiga. Dalam hal ini
terdiri dari 30 butir soal dengan alokasi waktu 90 menit.
Selanjutnya dilakukan uji coba lapangan utama, pada subjek
sejumlah 30 guru Fisika SMA. Hasil uji coba tersebut
menjadi bahan untuk menguji reliabilitas instrumen dengan
menggunakan formula Cronbach Alpha. Dapat disimpulkan
bahwa instrumen dikatakan konsisten (reliabel) apabila
instrumen dilakukan dari waktu ke waktu tetapi memiliki
nilai yang sama. Setelah reliabilitas diuji dan instrumen
telah memenuhi kriteria reliabel, selanjutnya akan
dihasilkan produk instrument TDMET-K final.
Dari penelitian-penelitian tersebut, tes diagnostik empat
tahap terbukti dapat membaca lebih baik pemahaman
peserta ujian karena dapat membedakan paham konsep,
kurang paham konsep, miskonsepsi, false positive, false
negative, dan juga mistake. Pada 4WADI dan FTGOT yang
terdapat di
Tabel 8, keduanya menggunakan skala Likert 4 skala dan 6
skala pada tahap confidence rating. Namun pada TDMET-K
ini hanya menggunakan dua tahap, yaitu: Yakin atau Tidak
Yakin. Hal tersebut memiliki keunggulan lebih minimalis
dan merujuk pada tes diagnostik yang dikembangkan.
TDMET-K telah divalidasi oleh ahli, dengan hasil
sebanyak10 item soal diterima tanpa revisi dan 20 item soal
diterima dengan revisi dari validator pertama. Sedangkan
oleh validator kedua, sebanyak 11 diterima tanpa revisi dan
19 butir diterima dengan revisi. TDMET-K kemudian
dihitung validitas isinya, dan didapatkan nilai koefisien
reliabilitas 0,88 (valid). Selanjutnya instrumen diujikan
kepada guru dalam beberapa tahap uji dan kemudian
direvisi sesuai saran validasi empirik tersebut. Selain itu,
dihitung pula kereliabilitasan instrumen dan didapatkan
bahwa TDMET-K adalah instrumen yang reliabel. Alhasil,
telah berhasil dikembangkan instrumen TDMET-K yang
memenuhi kriteria baik.
5 Solusi Dengan mengembangkan instrumen Tes Diagnostik
Miskonsepsi Empat Tahap Tentang Kinematika (TDMET-
K) yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan profil
miskonsepsi guru Fisika SMA pada materi Kinematika.
Pada penelitian ini guru akan menghasilkan produk yang
dapat digunakan untuk mendeskripsikan profil miskonsepsi
guru Fisika SMA pada materi Kinematika dengan
menggunakan istrumen tes menggunakan tipe 4 tahap.

Anda mungkin juga menyukai