…………
Sebagai suatu proses, kaedah sejarah itu mempunyai peraturan dan tatacranya
yang tertentu pula. Kadangkala peraturan dan tatacara itu dianggap sebagai
teknik-teknik bagi penyelidikan sejarah. Malah Garraghan menyamakan istilah
teknik itu dengan kaedah sejarah itu sendiri. Bagaimanapun, yang penting
difahami ialah peraturan dan tatacara itu adalah langkah-langkah yang
diwujudkan serta dilaksanakan oleh sejarawan dalam melaksanakan
penyelidikan sejarah.
Berikut kami uraikan beberapa pengertian sejarah lisan menurut para ahli,
diantaranya:
Tradisi lisan dipahami sebagai kesaksian lisan yang dituturkan secara verbal dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Artinya bukan hanya kesaksian lisan yang
benar-benar terjadi pada peristiwa sejarah, akan tetapi bisa jadi hanyalah
tentang tradisi-tradisi yang berkembang di tengah masyarakat. Tradisi lisan
demikian dalam batas-batas tertentu dapat diidentikan dengan folklor, khususnya
folklor lisan (verbal folklor) dan folklor sebagian lisan (partly verbal folklor).
Folklor lisan dipahami sebagai folklor yang bentuknya memang murni lisan. Jan
Harold Brunvand membagi tiga bentuk folklor, di antaranya:
1. Lisan
2. Sebagian lisan
Folklor lisan merupakan yang paling dekat dengan tradisi lisan. Beberapa bentuk
folklor lisan; pertama, bahasa rakyat, seperti logat, julukan, pangkat tradisional
dan titel kebangsawanan; Kedua, ungkapan tradisional, seperti, peribahasa,
pepatah, dan pemeo; ketiga, pertanyaan tradisional, seperti, teka-teki; keempat,
puisi rakyat, seperti, pantun, gurindam, dan syair; kelima, cerita prosa rakyat,
seperti, mite, legenda dan dongeng; keenam, nyanyian rakyat. Dan yang serring
diidentikan dengan tradisi lisan tidak lain adalah cerita prosa rakyat, baik mite,
legenda, maupun dongeng.
Folklor sebagian lisan dapat diartikan sebagi folkor yang bentuknya merupakan
campuran unsur lisan dan bukan lisan. Misalnya kepercayaan masyarakat yang
bersifat takhayul, percaya kepada hal-hal gaib; seperti batu-batuan atau benda-
benda yang dianggap berhasiat. Selain itu yang dikelompokkan ke dalam folklor
sebagian lisan adalah permaian rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat,
upacara dan pesta rakyat.
Sebagai salah satu bentuk sumber lisan, sejarah lisan haruslah digali secara
“sengaja”, terencana, dan tersistematisasikan. Ole3h karena itu, sejarah lisan
harus benar-benar digali dengan penuh kesadaran dan penuh perencanaan.
Menurut Taufik Abdullah (1982) pada dasarnya sejarah lisan dapat dibedakan
dalam tiga corak, yakni sastra lisan, pengetahuan umum tentang sejarah, dan
kenangan pribadi. Sastra lisan meskipun tidak bisa diharapkan terlalu banyak
untuk membantu rekonstruksi suatu peristiwa tetapi dengan pengetahuan
antropologis yang memadai akan memungkinkan penelitian sejarah untuk
mengetahui atau setidaknya menyadari dunia nilai dan dunia makna dari
masyarakat yang diteliti. Pengetahuan umum tentang sejarah pada dasarnya
merupakan bentuk perspsi sosial tentang hari lampau. Kenangan pribadi adalah
corak sejarah lisan yang relatif paling memenuhi syarat sebagai sumber sejarah
atau dengan kata lain merupakan sejarah lisan yang otentik, yang akan lebih
langsung membantu penelitian sejarah saat melakukan rekonsruksi.
Ingatan adalah proses, bukan keadaan menetap. Sebagai suatu proses, ingatan
pada dasarnya dimulai ketika sesuatu yang akan diingat itu dipelajari atau
dialami. Maka setelah itu mengalami proses penyimpanan (storage). Dalam
kaitannya dengan penggalian sejarah lisan, ingatan yang tersimpan dalam
storage itulah yang harus dikeluarkan, dikisahkan atau dikenang secara aktif.
BAB III
Sementara itu, guna ekstrinsik sejarah juga mencakup empat hal; fungsi
pendidikan (moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan,
keindahan, dan ilmu bantu), latar belakang, rujukan, dan bukti.
T. Ibrahim Alfian (1985) menyatakan bahwa ada tiga guna sejarah. Pertama,
untuk melestarikan identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok
bagi kelangsungan hidup. Kedua, untuk mengambil pelajaran dan teladan dari
peristiwa-peristiwa di masa lalu. Ketiga, sejarah dapat berfungsi sebagi sarana
pemahaman mengenai makna hidup dan mati atau mengenai tempat hidup
manusia di atas muka bumi ini.
Guna kedua sejarah lisan dalam kaitannya dengan rekonstruksi sejarah, sejarah
lisan dapat menjadi sumber sejarah satu-satunya. Artinya jika sumber tertulis
tidak memadai, bahkan tidak sama sekali maka peran sejarah lisan dapat
dimainkan. Akan tetapi, keberadaan seperti itu di dalam merekonstruksi sejarah
harus disikapi secara jauh lebih kritis.
Guna ketiga sejarah lisan adalah memberikan semacam discovery atau ruang
kepada sejarawan untuk mengembangkan penelitian di masa depan. Misalnya
realitas perkembangan kontemporer telah memperlihatkan semakin
berkurangnya tradisi tulis di tengah masyarakat serta budaya tulis di atas media
kertas.
Namun, permasalahan seperti itu tidak perlu dan tidak mesti dikhwatirkan lagi
karena semuaanya bisa teratasi dengan adanya sejarah lisan. Tegasnya,
sejarah lisan akan ma
mpu melakukan rekonstruksi berbagai sejarah di masa depan, termasuk
bilamana peristiwa sejarah tersebut tidak menyisakan sumber tulisan.
2. Sejarah lisan memberikan luang bagi tampilnya para aktor sejarah yang tidak
tertulis dalam dokumen.
http://wwwdenybelajarmenulis.blogspot.com/2010/03/definisi-sejarah-lisan.html
http://egg-animation.blogspot.com/2012/03/sejarah-lisan-pengertian-teori-dan.html
(INDON ) Pengertian Sejarah Lisan dan Fungsi Sejarah Lisan dalam Metodologi
Sejarah
Sejarah Lisan merupakan usaha untuk merekam seluruh kenangan dari si pelaku
sejarah, agar semua aktifitas yang dilakukannya, yang dilihatnya dan
dirasakannya dapat terungkap melalui proses wawancara dengan segala nuansa
yang muncul dari aspek peristiwa sejarah. Wawancara sejarah lisan agak
berbeda dengan wawancara jurnalistik, sebab ada persiapan metodologis yang
secara kritis dilakukan, pemilihan topik-topik tertentu, kajian pustaka dan
dokumen-dokumen yang terkait serta pedoman wawancara.
Termasuk juga seleksi yang ketat terhadap orang yang akan diwawancarai
(pengkisah) dan terhadap apa-apa yang diceritakannya. Karena itu ruang lingkup
mereka harus lebih luas dari pada yang dibutuhkan untuk pemakaian langsung
atau khusus. Sejarah lisan merupakan salah satu dari sumber-sumber sejarah,
karena ada sumber tertulis dan ada sumber lisan.
Sejarah lisan berbeda dengan tradisi lisan. Sejarah lisan sebagai sumber sejarah
yang dilisankan, penulisan berdasarkan cerita yang diungkapkan oleh pengkisah
yang mengalami, menjadi saksi, mengikuti berbagai peristiwa sejarah pada
jamannya dan hanya satu generasi saja. Jadi lebih banyak pengalaman tokoh
yang bersangkutan dalam peristiwa sejarah.
Tradisi lisan ruang lingkupnya lebih luas daripada sejarah lisan. Dalam hal ini
tradisi lisan merupakan pengalaman-pengalaman kolektif suatu masyarakat/
bangsa yang menunjuk pada kejadian-kejadian/ peristiwa-peristiwa dimasa itu,
sehingga dipengaruhi oleh jiwa jaman. Tradisi lisan lebih mengarah pada hal-hal
yang statis dan bersifat mitos dan lebih banyak pada hal-hal yang bersifat
budaya.
Tradisi lisan merupakan suatu cerita rakyat yang diungkapkan secara lisan dan
berlangsung secara turun temurun, ada pewarisan dari satu generasi ke
generasi lainnya. Pengkisah tidak terikat dengan peristiwa itu sendiri dan bukan
pelaku atau penyaksi dari peristiwa yang di ceritakan. Sebagai ilustrasi mungkin
kita dapat lihat dari cerita tentang Djoko Tingkir atau Pangeran Samber Nyawa di
daerah Jawa.
Pendekatan/ teknik pengumplan data sejarah dengan lisan tergolong baru untuk
kajian-kajian sejarah modern, namun sesungguhnya historiografi tradisional
bersumber dari tradisi lisan.
Pada dasarnya teknik/ metode sejarah lisan tidak berbeda dengan teknik/
metode sejarah yang menggali sumber-sumber sejarah tertulis dengan kritik
intern dan ekstern. Rekonstrusi sejarah diperoleh melalui proses penyusunan
kembali fakta-fakta sejarah sebagai aktualitas yang sebenarnya menjadi sejarah
yang ditulis atau disusun secara tertulis, yang selama ini kita kenal dengan
Historiogarafi. Jika teknik konvesional mengungkapkan aktualitas sejarah melalui
sumber-sumber tertulis maka dalam sejarah lisan aktualitas sejarah diperoleh
dari sumber lisan dengan membangkitkan kembali ingatan pelaku-pelaku
sejarah.
1.) Tahap analisis evidensi, mencari bukti-bukti dari sumber lisan untuik
menyusun fakta-fakta.
2.) Tahap sintesis fakta dalam rekonstruksi sejarah dalam bentuk penulisan
sejarah tertulis.
Sejarah lisan diperlukan bukan hanya untuk masyarakat yang tidak mempunyai
kebiasaan merekam sumber tertulis, namun juga sangat dibutuhkan bagi
penyusunan sejarah kontemporer seperti yang sudah dikatakan diatas terutama
sesudah Perang Dunia II dan masa revolusi. Khususnya bagi rekonstruksi
sejarah Indonesia kontemporer, penggunaan teknik sejarah lisan sangat penting.
Sebab para pelaku sejarah tersebut masih hidup, sehingga dapat melengkapi
khasanah sumber-sumber sejarah bagi penulisan sejarah.
Disamping itu sejarah lisan juga dapat digunakan untuk berbagai jenis penulisan
sejarah seperti sejarah politik, sejarah ekonomi, sejarah kebudayaan, sejarah
sosial termasuk penulisan sejarah lokal dan sejarah nasional.
Secara metodologi ada keterbatasan dari metode sejarah lisan yaitu tidak dapat
menggali sumber sejarah dalam rentang waktu yang lama. Oleh sebab itu yang
paling tepat penggunaan sejarah lisan pada rentangan waktu yang dekat dengan
kita, karena pelaku sejarahnya masih hidup, dan sejarah lisan hanya mampu
mengungkapkan pengalaman-pengalaman seseorang yang sifatnya sangat
individual. Disamping keterbatasan itu, sejarah lisan mempunyai kelebihan yang
tidak dapat diperoleh dari dokumen tertulis. Sejarah lisan dapat menangkap
tema-tema tertentu yang muncul dari sejarah yang tidak dapat diungkapkan oleh
dokumen-dokumen tertulis. Sejarah lisan lebih bersifat populis, sehingga dapat
mencapai kehidupan sosiokultural pada masyarakat kelas bawah.
Dalam kondisi masyarakat Indonesia yang tidak terbiasa dengan budaya tertulis,
sementara itu sumber tertulis juga masih langka, maka penggunaan sejarah lisan
bagi rekonstruksi sejarah sosial menjadi sangat penting. Apalagi dengan makin
berkurangnya para pelaku sejarah sebab umur manusia terbatas dan belum
lengkapnya rekonstruksi sejarah Indonesia secara nasional ataupun lokal.
Pengalaman sejarah masyarakat di masa kolonial, Jepang dan Revolusi serta
Pasca Revolusi merupakan sumber sejarah yang harus digali. Pengalaman
sejarah tersebut hampir sebagian besar berada dalam ingatan para pelaku dan
penyaksi peristiwa sejarah. Untuk itu perlu digali, dipahami dan disusun kembali
melalui penulisan sejarah dengan menggunakan metode sejarah lisan.
Kedua : Persiapan peneliti terhadap topik yang akan diteliti, dengan mengadakan
kajian pustaka yang lengkap dan komprehensif, membuat kerangka
permasalahan yang akan dikerjakan. Setelah itu buat pedoman wawancara yang
disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti.
Hal-hal lain yang diperlukan antara lain fokus wawancara, pengetahuan bahan-
bahan tertulis dan penggunaan bahasa, sikap pewawancara dan suasana
lingkungan yang penuh keakraban, simpati serta penuh perhatian terhadap apa
saja yang diceritakan. Dalam proses sejarah lisan lebih banyak memberikan
kesempatan kepada pengkisah untuk berbicara dan jangan sekali-sekali
memotong pembicaraan.
Daftar Pustaka
Barzum, Jacques and Henry F Graff. The Modern Researcher. New York:
Harcourt Brace Jovanovich Inc, 1977.
Huen, P. Liem Pui (ed). Sejarah Lisan di Asia Tenggara. Teori dan Metode.
Jakarta: LP3ES, 2000.
Thompson, Paul. The Voice of the Past: Oral History. New York: Oxford
University Press, 1978.
http://willy-masaubat.blogspot.com/2012/03/pengertian-sejarah-lisan-dan-fungsi.html
-->
1. Terbatasnya daya ingat seorang pelaku atau saksi sejarah terhadap suatu
peristiwa
Pelaku merupakan unsur utama yang berperan dalam peristiwa sebab para
pelaku tahu persis latar belakang terjadinya peristiwa tersebut,apa yang
terjadi,sasaran dan tujuan,serta mengapa terjadi dan siapa saja
pelakunya.Metode wawancara kepada pelaku sejarah merupakan metode yang
paling tepat untuk mengungkapakan dan memaparkan suatu peristiwa.Ada
beberapa cara dalam pengumpulan informasi lisan melalui Teknik wawancara:
Saksi sejarah adalah orang yang menyaksikan atau melihat suatu peristiwa
sejarah namun bukan pelakunya.para saksi tidak bias melihat secara utuh dan
detail suatu peristiwa sebab ia hanya sekedar mengetahui suatu peristiwa,tetapi
tidak seluruhnya.Oleh karena itu,keterangan dari para saksi perlu didukung oleh
data lain yang memperkuat bukti peristiwa sejarah.
http://dynastory27.blogspot.com/2012/11/pengertian-penelitian-sejarah-lisan.html
Satu daripada kelemahan yang besar di dalam usaha untuk menulis semula
sejarah Malaysia ialah kekurangan sumber-sumber sejarah yang asal. Misalnya
bagi sejarah negeri-negeri Melayu. Cuma beberapa negeri sahaja yang
mempunyai sumber-sumber asli yang berkaitan dengan perkembangan sejarah
negeri tersebut, tetapi itupun hanya terhadap kepada kurun yang ke-19 sahaja.
Masalah ini lebih serius kerana di Malaysia tidak terdapat satu tradisi menyimpan
catatan harian, menulis dokumen-dokumen yang lain atau menulis riwayat hidup.
Di dalam hal ini Sejarah Lisan boleh memainkan peranan yang besar dalam
memelihara dan menambahkan sumber-sumber yang ada untuk Sejarah
Malaysia di abad ini.
Di dalam usaha untuk memajukan penulisan sejarah Malaysia tidak semestinya
penulisan ditumpukan kepada tokoh-tokoh ternama dan peristiwa-peristiwa
utama yang berlaku di sesuatu zaman. Sesungguhnya perkara ini penting, tetapi
kita tidak boleh melupakan bahawa sejarah itu merangkumi juga cerita dan
peristiwa rakyat biasa. Maka tajuk-tajuk yang bercorak sejarah tempatan dan
juga sejrah negeri perlu diberi tempat yang sewajar. Di sinilah Sejarah Lisan
sangat berguna kerana rakyat biasa tidak meninggalkan sumber-sumber bertulis.
Di Malaysia sungguhpun tradisi bertulis berkurangan tetapi ia kaya dengan
tradisi lisan. Peluang utnuk merakamkan warisan ini boleh dilaksanakan melalui
projek Sejarah Lisan.
http://www.ukm.my/sejarah/sejarahlisan/kepentingansejarahlisan.html
19 December 2005
http://www.utusan.com.my
Atas faktor-faktor inilah, maka nilai-nilai `kebuktian' dapat dijaga dengan baik dan
nilai-nilai ini adalah sangat kritikal bagi memastikan negara kita merupakan
negara yang berdaulat dan mempunyai perundangan sendiri tanpa perlu ada
campur tangan dari pihak luar yang ingin mengambil kesempatan terhadap
kelemahan sesebuah negara.
Kita pernah dijajah oleh banyak bangsa semenjak zaman Melaka; Siam,
Portugis, Belanda, Inggeris dan Jepun. Oleh yang demikian, rekod-rekod telah
diwujudkan dalam pelbagai bahasa dan ia berselerak di serata dunia dan ini
perlu kepada satu usaha untuk menjejak semula rekod-rekod ini.
Menjejak semula rekod-rekod ini adalah usaha penting dan isu lain yang muncul
ialah bagi memastikan isi kandungan pada masa rekod diwujudkan adalah asli
dan sahih sebagaimana pada masa lampau. Satu bentuk pemeliharaan adalah
kritikal bukan sahaja berbentuk fizikal tetapi juga intelektual.
Penterjemahan bukan sahaja bermaksud pada bahasa itu sendiri tetapi juga
maksud yang cuba disampaikan kerana pada hemat penulis, analisis kandungan
itu sendiri merupakan satu bentuk penterjemahan yang penting bagi memastikan
penyampaian maksud dengan tepat bagi mengelakkan syak wasangka dan
salah faham.
Dalam kata lain, rekod ketepatan penyampaian rekod adalah signifikan kerana
faktor `kebuktian' yang sangat kritikal. Sejarah negara ini juga bergantung
kepada ketepatan penyampaian isi kandungan, oleh itu peranan kandungan,
struktur dan konteks perlu dimainkan dengan berhati-hati agar kesinambungan
dalam mengesahkan maklumat yang dinyatakan ialah melalui pengesanan
sejarah lisan.
Sir Hillary Jenkinson, seorang pakar terkenal dalam dunia kearkiban pada awal
abad 20-an ada mengatakan bahawa pemeliharaan keintelektualan rekod perlu
dilihat melalui pengamalan prinsip respect des fond yang betul. Prinsip ini
menyatakan bahawa satu kumpulan rekod itu perlu dijaga berasaskan
bagaimana ia diuruskan oleh pewujudnya.
Susunan asal rekod-rekod tersebut tidak boleh diubah sama sekali atau
diselewengkan sama sekali memandangkan setiap rekod mempunyai
kesinambungan di antara satu sama lain, maka sekiranya dipecahkan akan
menyebabkan kehilangan konteks dan seterusnya nilai kebuktian yang ada.
Rekod sebagai satu memori yang berpanjangan akan membolehkan satu bentuk
perancangan yang berkualiti melalui akses kepada pengalaman yang lalu dan
satu sumber utama atas kefahaman dan pengenalan kepada kewujudan diri kita,
organisasi dan masyarakat serta merupakan satu alat perhubungan atau
komunikasi ke atas nilai-nilai politik, sosial dan budaya.
Ia sebenarnya adalah rekod yang berkaitan dengan hak milik tanah dan masih
dianggap penting pada hari ini bagi memastikan hak asasi rakyat terpelihara
begitu juga dengan kedaulatan kerajaan itu sendiri.
http://www.jkr.gov.my/ckub/a_main/q_rampaisaridtl.asp?fid=61
Oleh hal yang demikian, melalui esei ini juga, beberapa persoalan seperti
bagaimanakah seseorang ahli sejarawan itu memperolehi sesuatu maklumat
mengenai sejarah? Dan bagairnana mereka dapat mengesahkan akan
kebenaran sejarah yang dihasilkannya akan terjawab. Sememangnya persoalan
ini mempunyai kaitan dengan keseluruhan kaedah serta tekuik penyelidikan
sejarah. Kebenaran sejarah akan lahir apabila kaedah dan penyelidikan sejarah
itu dilakukan dengan sempuma dan baik. Salah satu perkara pokok yang penting
dalam pelaksanaan kaedah dan penyelidikan sejarah ialah sumber yang boleh
memberikan maklurnat sebenar mengenai sesuatu sejarah yang telah berlaku.
KONSEP SUMBER
Sumber juga sering diistilahkan sebagai punca pernikiran atau ilham. Hal ini
dijelaskan oleh Muhd. Yusof Ibrahim:
...Seperti suatu ilham, sumber ialah sesuatu penulisan yang boleh menjadi punca
kepada sesuatu lahiran pemikiran ataupun penulisan, tetapi sumber berbeza
dengan ilham kerana ia tidakiali abstrak. mahupun spontan, dan ia boleh kita
rujuk kembali apabila kita memerlukannya semula. Pada peringkat awalnya,
sumber ialah sekumpulan bahan-bahan yang tersimpan di tempat-tempat yang
khusus, seperti arkib, perpustakaan, muzium, pejabat menyimpan rekod, istana
dan sebagainya, ataupun di rumah-rumah orang perseorangan yang mempunyai
minat menyimpannya.[2]
Mengikut pengertian sumber secara umum dari segi sejarah, sumber itu kerap
dibahagikan kepada dua kategori; yang pertama iaiah sumber utama dan yang
kedua ialah sumber kedua. Suatu lagi kumpulannya ialah sumber lisan yang
kadang-kala boleh dikategorikan sebagai sumber utama, ataupun kedua, iaitu
bergantung kepada kepentingan dan ketulenan serta kejituannya berhubung
dengan sesuatu peristiwa yang sedang dikaji dan diselidiki.[4]
Oleh itu, dapatlah saya simpulkan daripada beberapa pendapat ini bahawa;
istilah sumber itu merujuk kepada sesuatu maklumat atau fakta yang
menceritakan tentang kejadian sarna ada secara bertulis yang rnungkin
tersirnpan di tempat-tempat yang khusus seperti di muzium, arkib, perpustakaan,
istana, pejabat menyimpan rekod, rurnah-rumah perseorangan ataupun secara
lisan yang sahih buktinya yang mana boleh dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
alili sejarawan untuk mendapatkan bukti bagi penulisan persej arahannya.
JENIS SUMBER
Sumber Utama
Sumber utama juga dikenali sebagai sumber primer atau primary source.
Menurut Jan Vermeer dari Perpustakaan Universiti Yale, sumber utama
didefinisikan sebagai:
Sumber Kedua
Pada pendapat saya, sumber kedua ini merujuk kepada sesuatu karya yang
telah diproses hasil daripada bahan-bahan sumber pertama. Ini bermakna
sumber kedua ini mempunyai kaitan yang amat rapat dengan sumber utama.
Dalarn hal ini, sekiranya sumber utama tiada, maka sumber kedua ini tidak akan
wujud dengan sendirinya.
Sumber Lisan
Layanan yang berbeza diberi kepada penduduk tempatan oleh pihak Jepun.
Semua kaum iaitu orang Melayu, Gina dim India mengalami penyeksaan,
penderitaan, kebuluran, ketakutan dan pengangguran. Kaum Gina menderita
akibat kezaliman dan penyeksaan askar-askar Jepun. Akibatnya, ramai orang
Cina telah melarikan diri ke pinggir-pinggir hutan untuk mengelakkan
penyeksaan, kebuluran, dan kezaliman Jepun. Di sini mereka menternak ayam
itik. Inii mewujudkan masyarakat setinggan di Tanah Melayu Kaum Melayu dan
India diberi layanan baik tetapi ramai di antara mereka juga dihantar ke Siam
untuk membina Jalan Kereta Api Maut. Akibatnya ramai orang Melayu, India dan
Cina telah terkorban dalam pembinam jalan kereta api tersebut akibat seksaan
dim jangkitan penyakit tropika.[13]
SUMBER PERTAMA/PRIMER:
- Warkah
- Watikah
- Titah Perintah
- Catatan
SUMBER KEDUA/SEKONDER:
- Akhbar-akhbar
- Majalah
- Latihan Ilmiah
- Buku-buku
- Tesis
- Rencana
SUMBER LISAN:
- Perbincangan
- Temuduga
PENGGUNAAN SUMBER
Daripada beberapa kenyatam yang telah dijelaskan, dapat saya simpulkan di sini
bahawa sumber sangat penting dalam kajian atau penyelidikan sejarah. Dalam
hal inl, kita haruslah menyedari akan kepentingan sumber sebagai suatu
kepentingan asasi sejarah. Ini bermakna, tanpa sumber, sejarawan tidak mampu
untuk menghasilkan pensejarahan dan seterusnya sejarah tidak akan wujud
sebagai ilmu pengetahuan masa lalu. Tanpa sumber juga, sejarawan akan
terkapai-kapai kelemasan dalam mencari kebenaran tentang masa lalu. Oleh hal
yang demikian, bagi menghasilkan pensejarahan yang unggul, sejarawan perlu
berusaha mendapatkan sumber yang mempunyai kaitan sama ada - secara
langsung ataupun tidak langsung dengan rentetan peristiwa lalu yang ingin
dikajinya.
Bibliografi
Abdul Ranman Haji Abdullah, 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka.
K. Ratnam, 1998. Sejarah Kertas 940/2: Malaysia, Asia Tenggara, Asia Selatan
dan Asia Timur. Subang Jaya, Selangor: Pustaka Sarjana.
http://www. library.yale.edu/referr/primsrcs.htm.
Muhd Yusof Ibrahim, 1997. llmu Sejarah: Falsafah, Pengertian dan Kaedah.
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
http://rupanx.tripod.com/aj1113/jenis_sumber_sejarah.htm
SUMBER-SUMBER SEJARAH
Sumber Sejarah:
Informasi berasal dari tangan pertama yang dituturkan secara lisan oleh
pelaku/saksi yang diwawancarai sejarawan/peneliti. Hasil wawancara merupakan
produk sumber sejarah lisan
Ciri-ciri :
Sumber sejarah meliputi semua bentuk yang boleh membuktikan kehidupan dan
Penggunaan sumber bertulis adalah sebagai unsur penting yang digunakan oleh
ahli-ahli sejarah untuk mengemukakan hasil kajian mereka. Di dalam kedua-dua
pilihan kajian penyelidikan dan hasil akhir mereka, ahli-ahli sejarah terpengaruh
dengan apa yang telah ditulis oleh ahli sejarah sebelum mereka iaitu untuk
mengemukakan sumber-sumber baru. Ujian pertama melalui penyelidikan
sejarah dinilai dari segi sejauh mana interpretasi masa lepas konsisten dengan
sumber yang diperolehi, apabila sumber tidak lagi menjadi relevan atau buku
yang lama dinilai kembali, malahan ada buku-buku yang terkenal tidak lagi
bernilai. Dalam dunia realiti disiplin sejarah moden bukan hanya bergantung apa
yang disampaikan oleh ahli sejarah terdahulu tetapi dengan adanya penilaian
semula terhadap sumber-sumber asal. Dengan sebab itulah ahli-ahli sejarah
menerima hakikat bahawa sumber adalah asas keperluan dalam penulisan
sejarah. Bagaimanapun apa yang ditulis oleh orang sebelum ini dianggap
sumber kedua.
Perbezaan di antara sumber primer dan kedua adalah menjadi perbezaan dalam
Pemilihan Sumber
Sudah menjadi satu keperluan dalam melakukan sesuatu kajian, ahli-ahli sejarah
Sumber pertama ialah bahan belum dicetak, contohnya ialah manuskrip yang
belum dicetak dan bahan-bahan asli yang dikeluarkan oleh kerajaan, organisasi
korporat atau individu perseorangan.
Sumber kedua pula ialah sumber-sumber yang digunakan dalam kajian dan
penulisan sejarah yang telah diterbitkan oleh seseorang. Ia boleh jadi berupa
hasil kajian sejarah yang diterbitkan dalam bentuk ilmiah di dalam buku, jurnal
atau monograf. Walaupun keaslian kajian dalam sejarah lebih banyak
menekankan penggunaan sumber primer, namun ini tidaklah bermakna sumber
kedua ini diketepikan. Penggunaan sumber kedua banyak membantu ahli-ahli
sejarah untuk mendapatkan gambaran atau pengetahuan mengenai sesuatu
tajuk. Ia juga berupaya membantu pengkaji mengenai sumber yang sudah
digunakan dan juga sumber yang masih belum digunakan.
Fakta dan bukti adalah dua perkara penting dalam proses menghurai sesuatu
peristiwa sejarah. Secara umumnya, tugas ahli sejarah dalam membuat
penyelidikan ialah mengkaji fakta sesuatu peristiwa itu berlaku. Namun untuk
mencapai hasrat ini, ahli-ahli sejarah perlu mendapatkan sumber-sumber yang
berkaitan dengan tajuk. Lebih banyak sumber primer diperolehi, maka lebih
cerah usaha ahli-ahli sejarah mencari fakta sesuatu peristiwa itu berlaku.
Dalam masa yang sama, fakta mengenai sesuatu peristiwa itu berlaku perlu
dibuktikan oleh ahli-ahli sejarah yang membuat kajian. Dalam kes
mengumpulkan bukti, kebanyakan aktiviti tertumpu kepada peringkat awal kajian,
tetapi ada juga akan muncul pada peringkat kemudian. Selanjutnya,
pengumpulan bukti akan masuk ke dalam peringkat kerja-kerja
penganalisaan.Mengumpulkan bukti bukanlah merupakan suatu proses yang
mudah. Banyak keputusan yang dibuat sewaktu pengumpulan bukti memerlukan
penggunaan kaedah dan alasan yang lengkap dan akan memberi kesan
terhadap hasil penyelidikan.
KLASIFIKASI SUMBER
Pengetahuan kita terhadap peristiwa masa lalu adalah berasaskan kepada
sumber-sumber yang ditinggalkan. Sumber memainkan peranan sebagai alat
komunikasi masa kini dengan masa lalu. Secara umumnya sumber boleh
dibahagikan kepada tiga bentuk iaitu sumber lisan, sumber tulisan dan artifak.
(a) Sumber lisan adalah merupakan sumber tradisional sejarah yang sudah tua
bermula dengan permulaan sumber itu lagi iaitu ketika manusia sudah boleh
berfikir dan waktu lahirnya kebudayaan. Sumber lisan akan bergantung kepada
bahasa yang diucapkan dan ia disampaikan dari satu generasi kepada generasi
yang seterusnya. Sejarah lisan tidak mengemukakan kenyataan atau fakta
semata-mata kerana di dalamnya terkandung juga unsur-unsur mitos dan
legenda. Contohnya, Hikayat Hang Tuah mengandungi kisah-kisah sejarah,
tetapi apabila ia mengatakan Hang Tuah tidak mati, hikayat ini sudah
mengandungi unsur-unsur mitos.
(b) Sumber tulisan adalah sumber penting dalam sejarah. Ia merupakan kisah-
kisah sejarah yang ditulis oleh masyarakat semenjak mereka tahu menulis.
Bahan-bahan bertulis dari masyarakat dahulu ada yang boleh diterima sebagai
bahan sejarah dan ada juga yang tidak. Bahan-bahan bertulis yang diterima
sebagai sumber sejarah adalah dalam bentuk buku sejarah, annal, chonicle,
catatan peristiwa, buku peringatan, buku harian, resolusi, diari,rekod kerja dan
sebagainya.
Sumber tulisan
Annal
Buku peringatan
Buku harian
Laporan tugas dan peristiwa yang berlaku ditulis dari sehari ke sehari
Diari
Rekod kerja
Ia merupakan catatan kerja harian pegawai-pegawai.
(c) Sumber artifak adalah semua bentuk tinggalan masa lalu yang mempunyai
bentuk dan rupa. Ia boleh didapati melalui kerja-kerja cari gali daripada kegiatan
arkeologi. Artifak juga mempunyai nilai kebudayaan dan ketamadunan yang
ditinggalkan oleh sesuatu masyarakat atau individu.Melalui tinggalan ini,
seseorang ahli sejarah atau arkeologi dapat mengetahui usia, kegiatan
masyarakat dan perkembangan semasa yang berlaku ketika itu. Salah contoh
artifak yang penting dalam kajian sejarah ialah piramid dan mumia raja-raja
Mesir dahulu kala. Ia amat penting bagi ahli-ahli sejarah membuktikan mengenai
ketamadunan kerajaan Mesir purba.
Adalah jelas bahawa semua maklumat mengenai kisah lampau perlu disertakan
dengan bukti. Bukti-bukti yang dikemukakan ini adalah dikenali sebagai sumber
sejarah. Kadangkala terdapat sumber yang baik dan boleh dipercayai bagi
sesuatu peristiwa. Sebagai contohnya, peristiwa rundingan kemerdekaan oleh
kerajaan Perikatan (Persekutuan Tanah Melayu) dengan kerajaan British di
London pada tahun 1956. Bagaiamanapun, kadangkala terdapat peristiwa
sejarah yang tidak boleh diberikan bukti, umpamanya kisah Singapura dilanggar
todak. Ia hanya merupakan catatan yang terdapat dalam Sejarah Melayu. Oleh
itu, terdapat juga kebanyakan peristiwa sejarah yang tidak dapat diberikan bukti
melalui penulisan. Cuma kita boleh mengetahuinya melalui cerita-cerita yang
disampaikan dari satu generasi kepada satu generasi. Kadangkala, kita juga
hampir tidak mengetahui kisah-kisah sejarah yang lebih awal di Malaysia ini.
Contohnya, kita tidak mengetahui bagaimana bentuk hubungan negeri-negeri di
Tanah Melayu sebelum tertubuhnya empayar Melaka pada abad ke-12. Namun
demikian, kita masih boleh mengetahui melalui sumber-sumber yang terbatas
seperti daripada catatan pengembara-pengembara atau pelayar-pelayar pada
zaman tersebut.Hanya sebilangan kecil yang belajar sejarah yang menggunakan
sumber primer (utama) atau sumber-sumber pertama. Kebanyakan lebih
berminat dengan sumber-sumber kedua kerana ia lebih mudah diperolehi dan
sudah ditulis oleh orang lain. Namun demikian, ia akan mendedahkan pengkaji
kepada mempercayai interpretasi yang telah dibuat oleh orang lain. Sebaiknya
bagi ahli sejarah ialah menggunakan sumber-sumber primer (utama) dalam
sesuatu pengkajian dan penulisan sejarah kerana ini memberi peluang kepada
mereka untuk membuat tafsiran asal mengenai sesuatu peristiwa sejarah.
1. HEURISTIK
2) sumber tidak boleh sembarangan dibaca (pada daerah tertentu yang boleh
membaca hanya orang-orang tertentu)
2. KRITIK
Dalam tahapan Heuristik dan Kritik inilah sejarah dipandang sebagai ilmu sebab
objektif sifatnya.
3. HISTORIOGRAFI
ANALISIS SEJARAH
Tujuan analisis sejarah adalah SINTESIS daripada fakta sejarah yang diperoleh
melalui kritik sumber, atau sejarah sebagai pertulisan
http://cheguuafinur.blogspot.com/2012/08/sumber-sejarah.html