Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

DEMAM DENGUE

Disusun Oleh:

dr. Sofie Regina Herman

Pembimbing:

dr. Marhefdison Sp.A

Pendamping:

dr. Putri Novianty

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BALIKPAPAN

PERIODE FEBRUARI 2021 – MEI 2021


BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi virus dengue endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis, dan lebih dari 100 negara di
Afrika, Amerika, Mediterania, Asia Selatan, dan Fasifik Barat. Sekitar 2,5 juta penduduk di daerah tersebut
pernah terinfeksi virus dengue. Menurut WHO terdapat kira-kira 50 – 100 juta kasus infeksi virus dengue setiap
tahunnya, dengan 250.000–500.000 demam berdarah dengue (DBD) dan 24.000 di antaranya meninggal dunia.
Di Indonesia DBD merupakan masalah kesehatan, karena hampir seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko
untuk terjangkit infeksi dengue. Dua belas di antara 30 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis DBD,
dengan case fatality rate 1,2%. Virus penyebab dan nyamuk sebagai vektor pembawa tersebar luas di perumahan
penduduk maupun fasilitas umum. Penyakit DBD disebabkan oleh virus family Flaviviridae, genus Flavivirus
yang mempunyai 4 serotipe yaitu den 1, den 2, den 3, dan den 4. Virus ini ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang tersebar luas di seluruh Indonesia.
Perjalanan penyakit dengue sulit diramalkan, manifestasi klinis bervariasi mulai dari asimtomatik,
simtomatik (demam dengue, DBD), DBD dapat tanpa syok atau disertai syok (SSD). Pasien yang pada waktu
masuk rumah sakit dalam keadaan baik sewaktu-waktu dapat jatuh ke dalam keadaan syok (SSD), oleh karena
itu kecepatan menentukan diagnosis, monitor, dan pengawasan yang ketat menjadi kunci keberhasilan
penanganan DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit
(trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit,
asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala,
nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue
akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan
sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik).
Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan
mengakibatkan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang mengandung
virus dengue. Di Indonesia kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat
angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 2016, DBD
berjangkit di 463 kabupaten/kota dengan angka kesakitan sebesar 78,13 per 100.000 penduduk, namun
angka kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu 0,79 persen. KLB DBD terjadi hamper setiap
tahun di tempat yang berbeda dan kejadiannya sulit diduga.
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien:

Nama : An. M

Umur : 2 tahun 3 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Panti Asuhan

Tanggal MRS : 18 Februari 2021

Pemeriksaan : 19 Februari 2021

Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis

Rawat inap tanggal : 18 Februari 2021

Keluhan utama : Demam

Keluhan tambahan : Batuk,pilek, mual, muntah


RIWAYAT IMUNISASI

Waktu Pemberian
Imunisasi Bulan Tahun
0 1 2 3 4 5 6 9 15 18 5 6 12
BCG II
DPT I II III
Polio (OPV) I II III IV V
Hepatitis B I II III
Campak I
MMR I II
Kesan: Riwayat imunisasi dasar lengkap.

Perumahan

- Anak tinggal di Panti Asuhan

- Keadaan rumah : tinggal ramai-ramai bersama anak-anak yang lain

- Daerah/lingkungan : padat penduduk, sekitar rumah tidak ada yang menderita


penyakit yang serupa. Pasien memakai sumber air dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Kesan: Perumahan dan lingkungan baik, namun cukup padat.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien An.M datang ke IGD Bhayangkara dengan keluhan Demam yang dialami sejak 2 hari
yang lalu. Demam bersifat naik turun dan mereda dengan obat penurun panas. Batuk juga di jumpai
sejak 1 hari yang lalu. Batuk bersifat kering tanpa dahak. Keluhan disertai pilek dengan hidung yang
mengeluarkan cairan bewarna putih. Nafsu makan menurun (+) .Lemas (-). Perdarahan spontan seperti
mimisan, gusi berdarah lebam pada kulit tidak dijumpai. Nyeri pada bagian tubuh (-). Mual dan Muntah
(+). BAB dan BAK dalam batas normal. Sesak (-).

Riwayat pemakaian obat: Paracetamol syr

Riwayat Bepergian: (-)


Alergi Obat (-)

Riwayat Penyakit Dahulu: (-)


Riwayat Penyakit Keluarga: (-)

Pemeriksaan Fisik (Tanggal 18 April 2021)

 Keadaan Umum : Sedang


 Kesadaran : Compos Mentis, GCS (E4 V5 M6)
 Tanda-tanda vital:
o Nadi : 150 x/menit, teratur, kuat
o RR : 22x/menit
o Suhu : 39,3oC
o SpO2 : 100 % room air
 Kepala: : Normocephali, deformitas (-)
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor 3mm/3mm
 Telinga : deformitas -/-
 Hidung : deformitas -/-
 Mulut : tidak dilakukan pemeriksaan
 Leher : tidak dilakukan pemeriksaan
 Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : Vesikuler Rh-/-, Wh-/-
 Jantung : Bunyi Jantung I/II Murni Reguler
 Abdomen : datar, ikut gerak nafas, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas : edema tungkai (-)
 Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
 Anus dan rectum : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang

Hasil Swab Antigen

Hasil lab Darah Lengkap tgl 18-04-2021 pukul 06.52

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 11,9 11 – 13 g/dL

Hematokrit 34,9 35 – 43 %

MCV 76,3 77-95 fL

MCH 26,0 26-33 pg

MCHC 34 31-37 g/dL

Leukosit 5.300 4.500 – 12.500 /uL

Eritrosit 4,58 3.8 – 5.8 juta/uL

Trombosit 96.000 150 – 450 ribu/uL


Basofil 1.2 0-1 % Tabel 1.
Hasil
Eosinofil 0,6 0,5-5,0 %

Neutrofil segmen 27,4 50 - 70 %

Limfosit 61,1 20-40 %

Monosit 9,7 3-12 %

laboratorium pemeriksaan darah tanggal 18 April 2021


Hasil lab Darah Lengkap tgl 18-02-2021 pukul 09.41

Tabel 2. Hasil laboratorium pemeriksaan darah tanggal 18 Februari 2021 pkl 09.41
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 11,2 11 – 13 g/dL

Hematokrit 33,7 35 – 43 %

MCV 76,1 77-95 fL

MCH 25,2 26-33 pg

MCHC 33,1 31-37 g/dL

Leukosit 5.030 4.500 – 12.500 /uL

Eritrosit 4,43 3.8 – 5.8 juta/uL

Trombosit 101.000 150 – 450 ribu/uL

Basofil 1.1 0-1 %

Eosinofil 0,6 0,5-5,0 %

Neutrofil segmen 28.9 50 - 70 %

Limfosit 65,8 20-40 %

Monosit 3,6 3-12 %

Resume

Pasien An.M datang ke IGD Bhayangkara dengan keluhan Demam yang dialami sejak 2 hari
yang lalu. Demam bersifat naik turun dan mereda dengan obat penurun panas. Batuk juga di jumpai
sejak 1 hari yang lalu. Batuk bersifat kering tanpa dahak. Keluhan disertai pilek dengan hidung yang
mengeluarkan cairan bewarna putih. Nafsu makan menurun (+). Lemas (-). Perdarahan spontan seperti
mimisan, gusi berdarah lebam pada kulit tidak dijumpai. Nyeri pada bagian tubuh (-). Mual dan Muntah
(+). BAB dan BAK dalam batas normal. Sesak (-).

Riwayat pemakaian obat: Paracetamol syr

Riwayat Bepergian: (-)

Alergi Obat: (-)

Riwayat Penyakit Dahulu: (-)

Riwayat Penyakit Keluarga: (-)

Diagnosis Kerja:

Dengue Fever

Planning:

• Rawat Inap
• IVFD RL 16tpm

• Pct syr 5cc

• Tremenza syr 3x2,5cc

• Pantau nadi /4 jam

• Pantau urin

• Cek DL perhari

• Apialys syr 3x5cc


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Demam Dengue

a. Definisi
Demam dengue (DD) merupakan sindrom benigna yang disebabkan oleh ”arthropod borne
viruses” dengan ciri demam bifasik, mialgia atau atralgia, rash, leukopeni dan limfadenopati. Demam
berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akibat virus dengue yang berat dan sering kali
fatal.
DBD dibedakan dari DD berdasarkan adanya peningkatan permeabilitas vaskuler dan bukan dari
adanya perdarahan. Pasien dengan demam dengue (DD) dapat mengalami perdarahan berat walaupun
tidak memenuhi kriteria WHO untuk DBD.

b. Etiologi

Virus dengue termasuk genus Flavivirus dari keluarga flaviviridae dengan ukuran 50 nm dan
mengandung RNA rantai tunggal. Hingga saat ini dikenal empat serotipe yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-3
dan DEN-4.

Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes dari subgenus Stegomya. Aedes aegypty merupakan
vektor epidemik yang paling penting disamping spesies lainnya seperti Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis yang merupakan vektor sekunder dan epidemi yang ditimbulkannya tidak seberat yang
diakibatkan Aedes aegypty.

Gambar 1. Profil nyamuk Aedes dibandingkan nyamuk anopheles dan culex

c. Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama- tama yang
terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).

Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus- antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a
dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan
yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru
dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu: perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh
tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

Gambar 2. Patofisiologi DD dan DHF

d. Manifestasi klinis

Pada dasarnya ada empat sindrom klinis dengue yaitu :

1. Silent dengue atau Undifferentiated fever


2. Demam dengue klasik
3. Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever)
4. Dengue Shock Syndrome (DSS).

Gambar 3. Skema Kriteria Diagnosis Infeksi Dengue menurut WHO 2011

Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue dapat
terjadi asimptomatik dan simptomatik. Infeksi dengue simptomatik terbagi , menjadi
undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD) sebagai infeksi
dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari demam berdarah dengue
(DBD) dan expanded dengue syndrome atau isolated organopathy. Perembesan plasma
sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda patognomonik DBD, sedangkan
kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak lazim dikelompokkan ke dalam
expanded dengue syndrome atau isolated organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai
dengan perdarahan atau tidak; sedangkan DBD dapat disertai syok atau tidak.
a) Undifferentiated Fever (sindrom infeksi virus)

Pada Undifferentiated fever, demam sederhana yang tidak dapat dibedakan


dengan penyebab virus lain. Demam disertai kemerahan berupa makulopapular, timbul
saat demam reda. Gejala dari saluran pernapasan dan saluran cerna sering dijumpai.

b) Demam Dengue (DD)


Anamnesis: demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot, dan
sendi/tulang, nyeri retro-orbital,photophobia, nyeri pada punggung, facial flushed, lesu,
tidak mau makan, konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan depresi umum.
Pemeriksaan fisik:
 Demam: 39-40 C, berakhir 5-7 hari
 Pada hari sakit 1-3 tampak flushing pada muka (muka kemerahan),leher, dan
dada.
 Pada hari sakit 3-4 timbul ruam kulit makulopapular/rubeoliform.
 Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian dorsal,
lengan atas dan tangan.
 Convalesent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada kulit yg
normal, dapat disertai rasa gatal.
 Manifestasi perdarahan :

- Uji bending positif dan atau petekie.

- Mimisan hebat, menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran cerna


(jarang terjadi, dapat terjadi pada DD dengan trombositopenia).

Demam dengue ialah demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih
manifestasi ; nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, ruam kulit, manifestasi
perdarahan dan leukopenia. Awal penyakit biasanya mendadak dengan adanya trias
yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan ruam.

Demam : suhu tubuh biasanya mencapai 39 C sampai 40 C dan demam bersifat
bifasik yang berlangsung sekitar 5-7 hari.

Ruam kulit : kemerahan atau bercak bercak merah yang menyebar dapat terlihat
pada wajah, leher dan dada selama separuh pertama periode demam dan
kemungkinan makulopapular maupun menyerupai demam skalartina yang
muncul pada hari ke 3 atau ke 4. Ruam timbul pada 6-12 jam sebelum suhu
naik pertama kali (hari sakit ke 3-5) dan berlangsung 3-4 hari.
Anoreksi dan obstipasi sering dilaporkan. Gejala klinis lainnya meliputi berkeringat,
batuk, epistaksis dan disuria. Kelenjar limfa servikal dilaporkan membesar pada 67-
77% kasus atau dikenal sebagai Castelani’s sign yang patognomonik. Beberapa bentuk
perdarahan lain dapat menyertai.

Gambar 4. Spektrum Klinis DD dan DBD

Pada pemeriksaan laboratorium selama DD akut ialah sebagai berikut

 Hitung sel darah putih biasanya normal saat permulaan demam kemudian
leukopeni hingga periode demam berakhir
 Hitung trombosit normal, demikian pula komponen lain dalam mekanisme
pembekuaan darah. Pada beberapa epidemi biasanya terjadi trombositopeni
Serum biokimia/enzim biasanya normal,kadar enzim hati mungkin meningkat.
c) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit, meliputi fase demam, kritis, dan
masa penyembuhan (convalescence recovery).

Fase Demam
Anamnesis
Demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapat 40 C, serta terjadi kejang demam. Dijumpai
facial flush , muntah, nyeri kepala, nyeri otot, dan sendi, nyeri tenggorok dengan
faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut.
Pemeriksaan Fisik
 Manifestasi perdarahan
- Uji bending positif (≥ 10 petekie/inch2) merupakan manifestasi perdarahan
yang paling banyak pada fase demam awal.
- Mudah lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk jalur vena.
- Epistaksis, perdarahan gusi
- Perdarahan saluran cerna
- Hematuria (jarang)
- Menorragia
 Hepatomegali teraba 2-4 cn dibawah arcus costae kanan dan kelainan fungsi
hati (transaminase) lebih sering ditemukan pada DBD.
Berbeda dengan DD, pada DBD terdapat hemostasis yang tidak normal,
perembesan plasma ( khususnya pada rongga pleura dan rongga peritoneal ),
hypovolemia, dan syok, karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.
Perembesan plasma yang mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura
dan rongga peritoneal terjadi selama 24-48 jam.
Fase Kritis
Fase kritis terjadi pada saat pembesaran plasma yang berawal pada masa transisi dari
saat demam ke bebas demam (disebut face time of fever defervescence) ditandai
dengan:
 Peningkatan hematocrit 10%-20% di atas nilai dasar
 Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan asites, edema pada dinding
kandung empedu. Foto dada (dengan posisi right lateral decubitus = RLD ) dan
ultrasonografi dapat mendeteksi perembesan plasma tersebut.
 Terjadi penurunan kadar albumin >0,5g/dL dari nilai dasar <3,5g% yang
merupakan bukti tidak langsung dari tanda perembesan plasma.
 Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis,
nafas cepat, nadi teraba lembut sampai tidak teraba. Hipotensi, tekanan nadi
≤20 mmhg, dengan peningkatan tekanan diastolic. Akral dingin, capillary refill
time memanjang (>3 detik). Diuresis menurun (< 1ml/kg berat badan/jam),
sampai anuria.
 Komplikasi berupa asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbanagn elektrolit,
kegagalan multiple organ, dan perdarahan hebat apabila syok tidak dapat segera
diatasi.

Fase Penyembuhan (Convalescence, Recovery)

Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik dan nafsu makan kembali
merupakan indikasi untuk menghentikan cairan pengganti. Gejala umum dapat
ditemukan sinus bradikardia/aritmia dan karakteristik confluent petechial rash
seperti pada DD.

d) Expanded dengue syndrome

Manifestasi berat yang tidak umum terjadi meliputi organ seperti hati, otak,
dan jantung. Kelainan organ tersebut berkaitan dengan infeksi penyerta,
komorbiditas, atau komplikasi dari syok yang berkepanjangan.
Tabel 3. Expanded Dengue Syndrome ( Unsual or Atypical Manifestations of Dengue )

Tabel 2. Gejala klinis demam dengue dan demam berdarah dengue


Demam Dengue Gejala Klinis Demam Berdarah
Dengue
++ Nyeri Kepala +
+++ Muntah ++
+ Mual +
++ Nyeri Otot +
++ Ruam Kulit +
++ Diare +
+ Batuk +
+ Pilek +
++ Limfadenopati +
+ Kejang +
0 Kesadaran menurun ++
0 Obstipasi +
+ Uji tornikuet positif ++
++++ Petekie +++
0 Perdarahan saluran cerna +
++ Hepatomegali +++
+ Nyeri perut +++
++ Trombositopenia ++++
0 Syok +++

Pada pemeriksaan laboratoriun dapat ditemukan adanya trombositopenia sedang


hingga berat disertai hemokonsentrasi. Perubahan patofisiologis utama menentukan
tingkat keparahan DBD dan membedakannya dengan DD ialah gangguan hemostasis
dan kebocoran plasma yang bermanifestasi sebagai trombositopenia dan peningkatan
jumlah trombosit.
e. Diagnosis

Diagnosis DBD/DSS ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium.

Kriteria klinis

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus


selama 2-7 hari.

2. Manifestasi perdarahan, termasuk uji bending positif, petekie, purpura,


ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan / melena

3. Pembesaran hati

4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (≤20
mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak
gelisah.

Kriteria Laboratorium

1. Trombositopenia (≤ 100.000/microliter)

2. Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematocrit > 20% dari nilai dasar/
menurut standar umur dan jenis kelamin

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan:

1. Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi/


peningkatan hematocrit > 20 %.

2. Dijumpai hepatomegali sebelum terjadi perembesan plasma.

3. Dijumpai tanda perembesan plasma

a. Efusi pleura ( foto toraks/ ultrasonografi )

b. Hipoalbuminemia

4. Perhatian
a. Pada kasus syok, hematocrit yang tinggi dan trombositopenia yang jelas,
mendukung diagnosis DSS

b. Nilai LED rendah (< 10mm/jam ) saat syok membedakan DSS dari syok
sepsis.

Tabel 3. Derajat DBD berdasarkan klasifikasi WHO 2011


f. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

1. Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis, hematokrit,


dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1 setelah demam dan
akan menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari sakit ke 5-6. Deteksi antigen
virus ini dapat digunakan untuk diagnosis awal menentukan adanya infeksi
dengue, namun tidak dapat membedakan penyakit DD/DBD.

2. Uji serologi IgM dan IgG anti dengue

 Antibodi IgM anti dengue dapat di deteksi pada hari sakit ke-5, mencapai
puncaknya pada hari sakit ke 10-14 dan akan menurun/ menghilang pada akhir
minggu keempat sakit.

 Antibodi IgG dengue pada infeksi primer dapat terdeteksi pada hari ke-14, dan
menghilang setelah 6 bulan sampai 4 tahun. Sedangkan pada infeksi sekunder
IgG anti dengue akan terdeteksi pada hari sakit ke-2.

 Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer dari infeksi


sekunder. Apabila rasio IgM;IgG > 1,2 menunjukkan infeksi primer namun
apabila IgM;IgG rasio < 1,2 menunjukkan infeksi sekunder.

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas
indikasi:

 Distres pernafasan/ sesak.

 Dala keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis terjadi apabila pada perembesan plasma telah mencapai 20%-
40%.
 Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai
edema paru karena overload pemberian cairan.

g. Diagnosis Banding

 Selama fase akut penyakit, sulit untuk membedakan DBD dari demam
dengue dan penyakit virus lain yang ditemukan di daerah tropis. Makan
untuk membedakan dengan campak, rubella, demam chikungunyah,
leptospirosis, malaria, demam tifoid, perlu ditanyakan gejala penyerta
lainnya yang terjadi bersama demam. Pemeriksaan laboratorium diperlukan
sesuai indikasi.

 Penyakit darah seperti trombositopenia purpura idiopatik (ITP), leukemia,


atau anemia aplastic, dapat dibedakan dari pemeriksaan laboratorium darah
tepi lengkap disertai pemeriksaan pungsi sum-sum tulang apabila
diperlukan,

 Penyakit infeksi lain seperti sepsis, atau meningitis, perlu dipikirkan apabila
anak mengalami demam disertai syok.

h. Komplikasi

Demam Dengue

Perdarahan dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptik , trombositopenia

hebat, dan trauma.

Demam Berdarah Dengue

a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.

b. Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal


ginjal akut.
c. Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan pada masa perembesan plasma.

d. Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan


hebat (DIC, kegagalan organ multiple).

e. Hipoglikemia/hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok


berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai.

I. Tatalaksana

Gambar 8. Jalur Triase Kasus Tersangka Infeksi Dengue

Prinsip dari terapi demam dengue adalah terapi yang bersifat suportif.
Pada demam berdarah dengue, pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan
tindakan yang paling penting. Jika asupan cairan oral tidak mampu dipertahankan,
maka diberikan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi secara bermakna. Pasien dengan Demam Dengue dapat
melakukan rawat jalan dengan anjuran melakukan tirah baring selama fase demam,
dan penggunaan obat antipiretik atau kompres hangat. Pada demam yang mencapai
suhu >39oC, dianjurkan untuk memberikan paracetamol; tidak dianjurkan untuk
memberikan asetosal/salisilat karena dapat memicu timbulnya gastritis,
perdarahan, atau asidosis. Intake cairan pada pasien demam dengue dilakukan per
oral, dan dianjurkan diberikan cairan tidak hanya air putih (jus buah, susu, sirup)
minimal dalam 2 hari. Monitor perkembangan suhu, perabaan akral, nadi, adanya
BAB hitam, nyeri perut hebat, perdarahan spontan (mimisan, perdarahan gusi)
walaupun suhu sudah turun, untuk melihat tanda-tanda kegawatan yang dapat
terjadi. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi selama 2-3 hari periode
bebas demam, dapat dinyatakan sembuh dan tidak lagi membutuhkan observasi
khusus. Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medis yang disusun oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia , terapi infeksi virus dengue dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
 Tersangka DBD
 Demam Dengue
 DBD derajat I dan II
 DBD derajat III dan IV (DSS)
Gambar 9. Jalur Triase Kasus Tersangka Infeksi Dengue

Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik, oleh karena
itu masyarakat/ orang tua diharapkan untuk waspada jika melihat tanda/ gejala yang
mungkin merupakan gejala awal perjalanan penyakit DBD. Tanda/ gejala awal
penyakit DBD ialah demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, terus menerus,
badan lemah, dan anak tampak lesi. Pertama-tama ditentukan terlebih dahulu adakah
tanda kedaruratan yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki
dingin, kulit lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah
darah, berak hitam, maka pasien perlu dirawat (tatalaksana disesuaikan). Apabila tidak
dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji torniquet: apabila uji torniquet positif lanjutkan
dengan pemeriksaan trombosit, apabila trombosit ≤ 100.000/ul pasien dirawat untuk
observasi. Apabila uji torniquet positif dengan trombosit > 100.000/ul atau normal atau
uji torniquet negatif, pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap
hari sampai suhu turun. Nilai gejala klinis dan lakukan pemeriksaan Hb,Ht, dan
trombosit setiap kali selama anak masih demam. Bila terjadi penurunan kadar Hb dan/
peningkatan kadar Ht, segera rawat. Beri nasihat kepada orang tua : anak dianjurkan
minum banyak seperti air,teh,susu,sirup,oralit,jus buah, dan lain-lain,serta diberikan
obat antipiretik golongan parasetamol (kontraindikasi golongan salisilat). Bila klinis
menunjukkan tanda-tanda syok seperti anak menjadi gelisah,ujung kaki/tangan
dingin,muntah, lemah, dianjurkan segera dibawa berobat ke dokter atau puskesmas dan
rumah sakit.

Gambar 8. Bagan tatalaksana Kasus Demam Dengue

Kriteria memulangkan pasien apabila pasien tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil,
tiga hari setelah syok teratasi, jumlah trombosit > 50.000/ul dan cenderung meningkat,
serta tidak dijumpai distres pernafasan ( disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).

Gambar 8. Bagan tatalaksana kasus DBD Derajat 1 dan II

Pasien dengan keluhan demam 2-7 hari, disertai uji torniquet positif (DBD derajat I)
atau disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit (DBD derajat II) dapat
dikelola seperti tertera pada gambar diatas. Apabila pasien masih dapat minum, berikan
minum banyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan setiap 5 menit. Jenis minuman yang
dapat diberikan adalah air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu, dan oralit. Obat
antipiretik (paracetamol) diberikan bila suhu > 38 C. Pada anak dengan riwayat kejang
dapat diberikan obat anti konvulsif. Apabila pasien tidak dapat minum atau muntah
terus menerus, sebaiknya diberikan infus Nacl 0,9 % : Dekstrosa 5% (1:3) dipasang
dengan tetesan rumatan sesuai berat badan. Di samping itu, perlu dilakukan
pemeriksaan Hb,Ht, dan trombosit setiap 6-12 jam. Pada tindak lanjut, perhatikan tanda
syok, raba hati setiap hari untuk mengetaui pembesarannya oleh karena pembesaran
hati yang disertai nyeri tekan berhubungan dengan perdarahan saluran cerna. Diuresis
diukur tiap 24 jam dan awasi perdarahan yang terjadi. Kadar Hb, Ht, dan trombosit
diperiksa tiap 6-12 jam. Apabila pada tindak lanjut telah terjadi perbaikan klinis dan
laboratoris, anak dapat dipulangkan; tetapi bila kadar Ht cenderung naik dan trombosit
menurun, maka infus cairan ditukar dengan ringer laktat dan tetesan disesuaikan.
Gambar 8. Bagan tatalaksana DBD derajat III dan IV

Sindrom syok dengue adalah DBD dengan gejala gelisah, nafas cepat, nadi
teraba kecil, lembut atau tidak teraba, tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik 90
dan diastolik 80 mmHg, jadi tekanan nadi ≤ 20 mmhg), bibir biru, tangan kaki dingin
dan tidak ada produksi urin.

1. Segera beri infus kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9 % ) 20 ml/kgBB
secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit), dan oksigen 2
liter/menit. Untuk DSS berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi
tidak terukur), diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama koloid.
Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6
jam. Periksa elektrolit dan gula darah
2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat
belum dilanjutkan 20ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau
koloid (dekstran 40) sebanyak 10-20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB
(koloid diberikan pada jalur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan
secepatnya). Observasi keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15
menit, dan periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit dan
gula darah.
BAB V

KESIMPULAN

1. DBD dibedakan dari DD berdasarkan adanya peningkatan permeabilitas


vaskuler dan bukan dari adanya perdarahan. Pasien dengan demam dengue
(DD) dapat mengalami perdarahan berat walaupun tidak memenuhi kriteria
WHO untuk DBD

2. Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue dapat
terjadi asimptomatik dan simptomatik. Infeksi dengue simptomatik terbagi
menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD)
sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari
demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue syndrome atau isolated
organopathy.

3. Berbeda dengan DD, pada DBD terdapat hemostasis yang tidak normal,
perembesan plasma (khususnya pada rongga pleura dan rongga peritoneal),
hypovolemia, dan syok, karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.
Perembesan plasma yang mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga
pleura dan rongga peritoneal terjadi selama 24-48 jam.
4. Prinsip dari terapi demam dengue adalah terapi yang bersifat suportif. Pada
demam berdarah dengue, pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan
tindakan yang paling penting.
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization Regional Office for South East Asia.


Comprehensive Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic
Fever: Comprehensive Guidelines. India : WHO.2011
2. H R Sri., Kadim M, Devaeva Y, Idris S N., Ambarsari G C., June 2017).
Update manageent of Infectious Disease and Gastrointestinal Disorders:
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan LXIII. Pages 16-40
3. Edi H. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue Anak. 2016
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/662/597

4. Hadinegoro, S. Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls : (2016). Diagnosis dan


Tatalaksana Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of
Pediatrics Problem. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. Hal 63-72

5. Handbook for clinical management of dengue. For research on disease of


poverty; UNICEF; UNDP 2012

6. Shu PY. Comparison of a capture immunoglobulinHan M (IgM) and IgG ELISA


and -structural protein NS1 serotype-specific IgG ELISA for differentiation of
primary and secondary dengue virus infections. Clin Diagn Lab Immunol 2016
;10:622-30.

7. Buchy P, Yoksan S, Peeling RW, Hunsperger E. Laboratory Tests for The


Diagnosis of Dengue Virus Infection. J Clin Microbiol 2017;40:376-81.

8. Kementrian Kesehatan Republic Indonesia Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit ; 2017 ; Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam
Berdarah Dengue Di Indonesia ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai