Deskripsi matakuliah
Mata kuliah tafsir Perjanjian Lama ( Torah ) merupakan kajian secara deskrptif tentang kitab-
ktab torah yang meliputi kitab Kejadian sampai kitab Ulangan. Dalam matakuliah ini dipaparkan tentang
latar belakang penulisan, tujuan penulisan, penulis berita inti atau doktrin yang terkandung dalam
masing-masing kitab.
Standar Kompetensi
Melalui proses pemebelajaran ini, mahasiswa diharapkan memahami kitab-kitab Torah yang
meliputi latar belakang, tujuan Kitab, penulis , inti berita dan doktrinnya. Selain itu memahami bahwa
pembejaran tafsir perjanjian Lama I merupakan langkah awal untuk mengetahui pesan yang terkandung
dalam setiap kitab. Sehingga mendapat manfaat bagi penegmbangan dalam studi Perjanjian Lama
lanjutan maupun dalam pembelajaran Alkitab secara keseluruhan.
Kompetensi Dasar
Indikator Keberhasilan
1. Memahami latar belakang, tujuan, penulissan, penulis, dan inti berita atau ajaran setiap kitab-
kitab Torah
2. Menemukan kebenaran-kebenaran penting dalam setiap kitab Torah sebagai pembelajaran
penting dalam diri dan jemaat Tuhan masa kini
3. Menerapkan kebenaran-kebanaran yang ditemukan dari kitab-kitab Torah dalam sikap diri,
pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat.
Strategi Pembelajaran
Mata kuliah Tafsir Perjanjian lama I ( Torah ) ini disajikan dalam bentuk seminar, yang disertai
dengan interaktif dari mahasiswa melalui pertanyaan dan pernyataan yang sesuai dengan materi kuliah,
sehingga memperoleh manfaat untuk memperluas wawasan mahasiswa di seputar mata kuliah yang
bersangkutan.
Tugas
Standar Penilaian
Kehadiran : 10 %
Tugas : 20 %
UTS : 30 %
UAS : 40 %
Kepustakaan
Charles R Erdman,
1987 The Pentateuch An Exposition, Grand Rapids Michigan Baker Book House
Green Denis,
1984 Pengenalan Perjanjian Lama, Malang Gandum Mas
Herbert Wolf,
2004 Pengenalan Pentateukh, Malang Gandum Mas
Roy B Zuck,
2005 Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama, Malang Gandum Mas
14 Taat dan syukur, berkat dan Menjelaskan Mahasiswa 2x50 menit Diktat
kutuk, hukum ibadah dan tentang latar mampu
upacara, pesepuluhan belakang kitab menjelaskan
Ulangan latar belakang
kitab Ulangan
PENGKHOTBAH
12 Pasal
Penulis : Salomo
Judul kitab : dalam Septuaginta berarti “ guru “ dalam teks ibrani “qoheleth “
Tempat : Yerusalem
Tujuan : menegaskan bahwa tidak ada sesuatu “ dibawah matahari “ yang mampu memberikan arti
kehidupan.
Latar belakang : penulis kitab pengkhotbah yang terus mencari kebahagiaan. Kemungkinan besar
Salomo sedang menganalisa kegagalan dan kemerosotan hidupnya pada masa lalu.
Kitab Pengkhotbah adalah bagian dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Judul ini
berasal dari bahasa Ibrani: ( קוהלתQohelet). Dasar kata ini adalah ( קהלQahal), yang berarti
"perhimpunan". Kata Qohelet inilah yang diterjemahkan menjadi "Pengkhotbah" yang menyiratkan
fungsi keagamaan. Namun isi Kitab ini tidak mencerminkan fungsi tersebut. Karena itu, sebagian para
sarjana mengusulkan guru sebagai terjemahan alternatif, meskipun kata ini pun tidak berhasil
sepenuhnya menangkap gagasan dasar yang dikandung dalam istilah bahasa Ibraninya. Dalam Alkitab
Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), kata qohelet dalam teks diterjemahkan menjadi 'Sang Pemikir'.
Sang Pengkhotbah secara harafiah adalah seseorang yang berkhotbah kepada pertemuan ini. Dalam
bahasa Inggris, kitab ini disebut Ecclesiastes yang berasal dari bahasa Yunani dalam kitab Septuaginta
(LXX): Εκκλησιαστής. Kata ini berasal dari kata Yunani: Εκκλησία (Gereja/jemaat). Artinya sama saja,
yaitu "seseorang yang berkhotbah pada sebuah pertemuan."
Kitab Pengkhotbah berisi buah pikiran dari 'Sang Pemikir'. Ia merenungkan secara dalam-dalam betapa
singkatnya hidup manusia ini, yang penuh pertentangan, ketidakadilan dan hal-hal yang sulit dimengerti.
Maka disimpulkannya bahwa "hidup itu sia-sia". Ia tak dapat memahami tindakan Tuhan dalam
menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun demikian, dinasehatinya orang-orang untuk bekerja
dengan giat, dan untuk sebanyak mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian
Tuhan. Kebanyakan dari buah pikiran Sang Pemikir itu bernada sumbang, bahkan putus asa. Tetapi
kenyataan bahwa buku ini termasuk dalam Alkitab, menunjukkan bahwa iman yang mendasarkan
Alkitab cukup luas untuk mempertimbangkan juga keragu-raguan dan keputusasaan semacam itu.
Banyak orang yang telah membaca kitab ini merasa terhibur, karena mereka seolah-olah melihat sifat-
sifat mereka berdiri di dalam kitab Pengkhotbah ini. Mereka pun sadar bahwa Alkitab yang
mencerminkan pemikiran-pemikiran yang sumbang itu, juga memberi harapan tentang Tuhan, harapan
yang memberi arti kehidupan yang sebenarnya.
Isi kitab : kitab pengkhotbah dimulai dengan sang penulis membagikan alasan atas pandangannya
terhadap hidup sebagai sesuatu yang tidak berarti dan sia – sia. Pemikirannya berpendapat bahwa
meskipun manusia bekerja keras, kematian menanti semuanya. Kepuasan, keberatan, dan kebahagiaan
tidak datang dari pencapaian dalam hidup melainkan dari Tuhan sang pemilik hidup.
Kitab Pengkhotbah merupakan satu dari lima gulungan (Megillot) yang dibaca pada hari raya Pondok
Daun. Di dalam kanon Alkitab Ibrani, kitab ini termasuk dalam bagian tulisan-tulisan (Yahudi: Ketuvim)
dan berada pada urutan ke-6 dari bagian tersebut. Kemudian di dalam kanon lainnya, seperti
Septuaginta dan Vulgata (bahasa Latin; kanon Katolik Roma saat ini), terdapat pengelompokan tulisan-
tulisan yang dianggap berasal dari Daud dan Salomo. Dengan demikian urutannya adalah Mazmur,
Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo (dalam kanon Protestan kitab Kebijaksanaan
Salomo dianggap Apokrifa). Alasan penempatan ini adalah acuan tak langsung pada Salomo dan adanya
tulisan-tulisan hikmat yang dikaitkan dengan nama Salomo. Kelompok ini ditempatkan setelah Mazmur
karena tulisan yang dianggap berasal dari Salomo harus ditempatkan setelah tulisan-tulisan yang berasal
dari Daud, ayahnya.
Sebenarnya kitab Pengkhotbah ini memiliki kontradiksi-kontradiksi dengan ortodoksi Yahudi saat itu.
Karena itulah ada tafsiran yang mengatakan bahwa pasal 12:12-14 merupakan tambahan yang
bertujuan mengarahkan kitab ini ke arah ortodoksi, yaitu penerapan hukum Yudaisme. Nampaknya kitab
ini berhasil masuk kanon Yahudi karena dianggap berasal dari Salomo.
Prinsip pembalasan : bagian utama dari kitab Pengkhotbah membahas prinsip pembalasan ( 3: 16 – 22
dan 8 : 10 – 14 ).
Pengalaman realitas : Qoheleth mengangkat realitas empiris yang luas yang dialmi oleh banyak orang di
seluruh dunia.
Pietisme : Qoheleth menetapkan bahwa kehidupan “ dibawah matahari “ tidak memberikan kepuasan.
Yang memberikan kepuasan adalah takut akan Allah.
Kesimpulan 12 : 9 – 14
KIDUNG AGUNG
8 Pasal
Penulis : Kitab Perjanjian Lama yang ke 22 ini diyakini merupakan karya raja Salomo atau nabi Sulaiman,
sesuai pernyataan di ayat pertamanya dan 6 kali lagi di ayat-ayat 1:5; 3:7, 9, 11; 8: 11, 12. Oleh karena
itu dalam bahasa Inggris disebut "The Song of Solomon" atau "Kidung Salomo".
Tempat : Yerusalem
Judul kitab : Kidung agung / “ lagu yang tertinggi “ kitab ini biasa dibacakan dalam hari raya paskah
karena menggambarkan hubungan Tuhan dan umatNya.
Tujuan : secara harafiah sejarah, kitab ini menjelaskan hubungan suci antara laki – laki dan wanita yang
telah dipersatukan dalam pernikahan ( Kid 2 : 3 - ; 16 ; 7 : 9 – 12 )
Latar belakang : kemungkinan ditulis pada awal pemerintahan Salomo. Sebagian besar kisah terjadi di
Istana Yerusalem.
Isi kitab : Kidung Agung adalah kisah kasih seorang laki – laki ( salomo) dan seorang perempuan ( sulamit
seorang gadis penggembala ). Puisi di dalamnya menggambarkan kemurnian kasih keduanya.
Ahli kitab suci Yahudi, termasuk pada zaman Yesus Kristus (abad pertama Masehi), menafsirkan kitab ini
secara alegoris menggambarkan kasih Allah kepada orang Israel. Orang Kristen menafsirkan kitab ini
mengandung hubungan mistis antara Tuhan Yesus Kristus dengan mempelai perempuanNya, yaitu
Gereja.
Kebaikan dan kebenaran cinta : Kidung agung menegaskan tentang kebaikan dan kebenaran cinta di
dalam ikatan perkawinan yang ditetapkan Allah ( bnd Kej 1 : 26 )
YESAYA
66 Kitab
Penulis : Yesaya
Judul : Yesaya
Tempat : Yerusalem
Pasal 1-39 berasal dari zaman ketika Yehuda, kerajaan selatan, diancam oleh Asyur, negara tetangga
yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang sesungguhnya mengancam kehidupan Yehuda
bukanlah kekuatan Asyur, tetapi dosa bangsa Yehuda sendiri, karena bangsa itu tidak taat dan kurang
percaya kepada Tuhan. Baik dengan kata-kata, maupun dengan perbuatan, Nabi Yesaya mendorong
rakyat serta para pemimpin mereka untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan berlaku adil. Ia
mengingatkan bahwa umat Tuhan akan celaka dan binasa kalau tidak mau mendengarkan Tuhan. Yesaya
juga meramalkan perdamaian dunia dan kedatangan seorang keturunan Daud yang akan menjadi raja
yang diidam-idamkan.
Pasal 40-55 ditujukan kepada orang-orang Yehuda akan hidup dalam pembuangan di Babel. Mereka
dalam keadaan hancur tanpa harapan. Yesaya memberitakan bahwa tak lama lagi Tuhan membebaskan
umat-Nya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem, untuk memulai suatu hidup baru. Tema penting
bagian ini ialah bahwa Tuhan itu Tuhan yang menguasai sejarah, dan bahwa Ia merencanakan untuk
mengutus umat-Nya ke segala bangsa yang akan diberkati melalui Israel. Ayat-ayat tentang "Hamba
Tuhan" merupakan salah satu bagian yang paling terkenal dari Perjanjian Lama.
Pasal 56-66 sebagian besar ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali di Yerusalem. Mereka perlu
diyakinkan lagi bahwa Tuhan akan memenuhi janji-janji-Nya kepada bangsa itu. Perhatian khusus
diberikan kepada cara hidup yang benar dan keadilan; juga kepada cara merayakan hari Sabat,
mempersembahkan kurban dan doa. Ayat-ayat penting ialah 61:1-2 yang dipakai Yesus untuk
menyatakan panggilan-Nya ketika Ia memulai tugas-Nya di dunia.
Para pakar studi Biblika memberikan nama yang berbeda-beda untuk masing-masing dari ketiga bagian
kitab ini. Pasal 1-39 dinamai Proto-Yesaya, pasal 40-55 dinamai Deutero-Yesaya, dan pasal 56-66
dinamai Trito-Yesaya. Mereka juga menduga bahwa masing-masing bagian itu ditulis oleh penulis yang
berlainan pula. Namun, dugaan ini sekarang sudah dianggap tidak tepat lagi dengan ditemukannya
"Gulungan Yesaya Besar" di antara Gulungan Laut Mati. Gulungan itu memuat seluruh Kitab Yesaya
dalam bahasa Ibrani secara lengkap dan diperkirakan ditulis pada tahun 125 SM. Karena ini merupakan
salinan lengkap dan tidak ditemukan salinan sebagian, maka para ahli percaya bahwa kitab aslinya telah
ditulis lengkap jauh sebelumnya, yaitu sebelum pembuangan, dan disalin terus semasa pembuangan
sampai sekembalinya ke tanah Israel lagi.
Nabi Yesaya :
Latar belakang keturunan dan kedudukan Yesaya sebagai nabi besar dalam sejarah umat Israel, amatlah
menarik untuk dikaji:
Yesaya berasal dari keluarga kalangan atas di Jerusalem; dia orang berpendidikan, memiliki bakat
sebagai penggubah syair dan berkarunia nabi, mengenal kalangan keluarga raja, dan memberikan
nasihat secara nubuat kepada para raja mengenai politik luar negeri Yehuda. Yesaya dipandang sebagai
nabi yang paling memahami kesusastraan dan paling berpengaruh dari semua nabi yang menulis kitab.
Ia menikahi seorang wanita yang juga berkarunia kenabian, dan pasangan ini memiliki dua putra yang
namanya mengandung pesan yang simbolik bagi bangsa itu.
Yesaya bin Amos menikah dengan seorang nabiah (Yes. 8:3). Ia memiliki dua orang anak laki-laki yang
bernama Maher-Syalal-Hasy-Bas dan Syear-Yasyub (Yes. 8:3; 7:3). Kelahiran dari nabi ini dan
kematiannya tidak diketahui secara pasti. Tetapi menurut cerita tradisi Yahudi, Yesaya mati syahid
dengan digergaji menjadi dua (bd. Ibr 11:37) oleh Raja Manasye putra Hizkia yang jahat dan
penggantinya (+ 680 BCE).
Pelayanan nabi Yesaya terjadi pada jaman raja Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia (raja-raja Yehuda). Nabi-
nabi yang sejaman dengan Yesaya adalah nabi Hosea dan Mikha (Hos. 1:1 dan Mik. 1:1). Nabi Mikha
hidup sejaman dengan Nabi Yesaya (Yesaya 1:1), tetapi ia lebih muda mengingat Nabi Yesaya telah mulai
bekerja pada zaman pemerintahan raja Uzia. Kesamaan sebagian tulisan kedua nabi tersebut
menunjukkan bahwa keduanya saling mengenal dan sering berdiskusi tentang hal-hal yang terjadi pada
zaman itu. Nabi Yesaya yang berasal dari kalangan bangsawan banyak melayani kalangan atas,
sedangkan Nabi Mikha yang asalnya seorang petani kecil atau pemilik tanah melayani kalangan bawah
yang lebih dikenalnya. Nabi Yesaya dan Mikha diutus Tuhan ke kerajaan Yehuda di sebelah selatan,
sementara Nabi Hosea dan Amos diutus Tuhan ke-10 suku kerajaan Israel di utara tetapi Nabi Hosea
tampaknya lebih dulu diutus ke Israel di bandingkan Amos.
Nubuatan Yesaya yang terutama ditujukan kepada Kerajaan Selatan, Yehuda. Yesaya dengan tulus
menjadikan dirinya sebagai seorang pelayanan untuk mewartakan kemuliaan Allah. Dia adalah seorang
penulis rohani yang handal yang penuh dengan kebenaran. Yesaya yang memiliki kerohanian yang baik,
keberanian, keterusterangan, ketulusan dan memiliki iman yang kuat. Ia memiliki komunikasi yang akrab
dengan Tuhan, dan selalu memberikan kesaksian akan kemuliaan Allah. Ia memandang segala sesuatu
dari sudut Allah yang didalamnya terang kekekalan. Pengalaman rohani dalam hubungannya dengan
Tuhan begitu kudus, tetapi disisi lain, Yesaya sangatlah menyadari akan kekurangan dan kelemahannya
sebagai seorang manusia.
Nabi Yesaya adalah anak Amos (bukan nabi Amos). Ia berkarya dalam penulisan untuk pelayanannya
kepada Allah antara tahun 740-700 BCE pada periode raja Ahas (736-716 BCE). Raja Ahas dipandang
oleh para pendukung tradisi deutoromis sebagai raja yang buruk. Ketika terjadi perang Siro-Efraim (734-
732 BCE) Ahas tidak mau bersekutu dengan raja Damsyik dan Samaria akan tetapi justru bergabung
dengan Asyur karena tidak percaya dan kurang taatnya kepada Tuhan. Situasi perang dan kehancuran
itulah yang melatarbelakangi karya kenabian Yesaya.
Latar belakang : Yesaya seorang yang terpelajar dan membawa pesan yang dari Tuhan bagi seluruh
Israel khususnya Yehuda. Penaklukan Israel oleh Asyur 735 SM dan penyerbuan yehuda oleh sanherib
raja Asyur tahun 701 SM.
Isi kitab : Yehuda dan Israel miskin secara rohani setelah Yesaya menubuatkan kehancuran Israel, Yesaya
mengalihkan pandangannya kepada yehuda. Hukuman Allah juga akan turun keatas mereka. Nubuat
yesaya tentang Yesus sejelas kaca kristal, lebih terperinci dari kitab lain dalam PL ( contoh Yesaya 9 )
Tema – tema penting : Penebus : gelar yang ditekankan oleh Yesaya adalah Yahwe penebus Israel. Gelar
ini untuk Yahwe dipakai sedikit sekali dalam kitab lain. Tetapi dalam kitab Yesaya dipakai 12 kali ( pasal
40 – 66 )
Yang mahakudus : gelar ini digunakan oleh Yesaya bukan hanya karena Yesaya mengutamakan
kekudusan Allah, tetapi juga mencerminkaan keseriusan kitab ini terhadap pelanggaran Israel kepada
Allah yang kudus. Sang Hamba : kitab ini berbicara juga tentang hamba yang akan membantu dalam
penggenapan rencana Allah untuk Israel ( 42 : 1 – 7 ; 49 : 1 – 9 ; 50 : 4 – 11 )
Eskatologis : yang ditekankan adalah bahwa Yahwe akan memerintah dan akan menjadi kebanggan sisa
umat Yehuda dan kemliaan Yerusalem ( 24 : 23 ; 33 : 22 ; 43 : 15 ; 44 : 6 )
YEREMIA
52 Pasal
Kitab Yeremia ini berisi perkataan dan disebut menurut nama nabi besar Yeremia ( י ְִרמְ י ָהּוYirməyāhū)
yang hidup antara bagian terakhir abad ke-7 dan bagian pertama abad ke-6 SM. Nama "Yeremia" yang
berasal dari bahasa Ibrani: Yirmeyahu yang berarti Yahweh meningkatkan.
Lama sekali Yeremia bekerja sebagai nabi, dan selama lebih dari 40 tahun ia selalu memperingatkan
umat Tuhan tentang bencana yang akan menimpa mereka karena mereka berdosa dan menyembah
berhala. Nubuatan itu menjadi kenyataan pada masa Yeremia masih hidup: Nebukadnezar raja Babel
merebut dan menghancurkan Yerusalem serta Bait Allah yang ada di situ; raja Yehuda bersama
rakyatnya diangkut ke Babel. Yeremia juga menubuatkan bahwa orang-orang itu akan kembali dari
pembuangan dan keadaan bangsa Israel pulih kembali.
Kitab Yeremia dapat dibagi dalam beberapa bagian seperti yang berikut ini:
Pesan dari Tuhan kepada bangsa Yehuda dan penguasa-penguasanya pada masa pemerintahan Yosia,
Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, dan Zedekia.
Petikan-petikan dari buku catatan Barukh juru tulis Yeremia, termasuk berbagai nubuatan dan peristiwa
penting dalam kehidupan Yeremia.
Nabi Yeremia adalah seorang yang berperasaan halus. Ia sangat cinta kepada bangsanya, dan sama
sekali tidak suka menubuatkan hukuman ke atas mereka. Di dalam beberapa bagian dari bukunya ia
berbicara dengan penuh perasaan tentang penderitaannya karena ia dipanggil oleh Tuhan untuk
menjadi nabi. Perkataan Tuhan adalah seperti api di dalam hatinya; mau tidak mau ia harus
menyampaikannya kepada bangsanya.
Yang paling indah dalam buku ini ialah kata-kata Tuhan yang menunjuk kepada suatu masa yang akan
datang. Pada masa itu akan ada suatu ikatan janji yang baru dengan Tuhan. Umat Tuhan akan mentaati
janji itu tanpa ada guru yang mengingatkan mereka. Sebab janji itu akan tertulis di dalam hati mereka
(31:31-34).
Nabi Yeremia :
Yeremia (Ibrani: י ְִרמְ י ָה, Ibrani Modern:Yirməyāhū, Arab )إرمياadalah salah satu nabi perjanjian lama
yang berkarya sebelum bangsa Israel (Kerajaan Yehuda) ditaklukkan dan penduduknya dibuang ke Babel
dan merupakan penulis atau narasumber Kitab Yeremia dalam Alkitab Ibrani atau Alkitab Kristen.
Yeremia lahir di Anatot dan hidup sekitar tahun 645 SM, tidak lama setelah pemerintahan raja Manasye
berakhir. Ia adalah anak imam Hilkia dari Anatot. Meskipun tidak ada bukti yang secara langsung
mendukungnya, Yeremia diduga adalah keturunan Abyatar, imam raja Daud, yang dipecat oleh raja
Salomo dari jabatan imamnya di Yerusalem dan diasingkan ke tanah miliknya di kota Anatot (bnd. 1
Raja-raja 2:26-27).[2][5] Menurut keterangan Alkitab (Yeremia 1:6), Yeremia dipanggil sebagai nabi
ketika ia masih muda dan belum pandai bicara, yaitu pada masa pemerintahan raja Yosia, tahun 627 SM.
Yeremia melakukan tugasnya sebagai nabi selama pemerintahan lima raja Yehuda, yaitu pada masa raja
Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia.
Latar Belakang
Pada masa Yeremia mulai berkarya, kerajaan Asyur mengalami penurunan kekuasaan.Keadaan ini
dimanfaatkan oleh Yosia, raja Yehuda pada masa itu untuk melakukan pemberontakan. Yosia juga
menggunakan kesempatan tersebut dengan membangun pusat-pusat religius untuk umat Israel. Setelah
Yosia wafat pada tahun 609 SM, Mesir menguasai Palestina dan menempatkan Yoyakim menjadi raja
menggantikan Yoahas. Pada tahun 605 SM, Nebukadnezar mengalahkan Mesir pada perang di Karkemis
dan mengusir Mesir dari Palestina. Ketika Babel melemah pada tahun 599 SM, Yoyakim raja Yehuda
memberontak melawan Babel. Babel kemudian menyerang Yerusalem dan menaklukkan kota itu pada
tahun 598 SM. Setelah Yoyakim wafat, Yoyakhin dinobatkan menjadi raja, namun Nebukadnezar
membuang raja muda ini ke Babel dan mengangkat Zedekia menjadi raja. Pada tahun 589 SM, Zedekia
mengadakan perlawanan namun tetap kalah dan menyebabkan kota dan Kenisah (Bait Allah)
dihancurkan oleh orang-orang Babel. Secara garis besar, pada masa baktinya Yeremia menentang dua
kejahatan pada zamannya, yaitu penyembahan berhala dan ketidakadilan. Ia menentang nubuat para
nabi-nabi palsu. Yeremia juga peka terhadap isu-isu kemanusiaan.Yeremia merupakan salah satu nabi
yang tidak hanya menyampaikan nubuat atas orang-orang Yehuda, tetapi ia juga mengalami apa yang ia
sampaikan. Pesan yang disampaikan melalui pengalaman hidupnya itu dipahami sebagai bentuk dari
tindak kenabian.
Tindakan Yeremia :
Pada masa ini, penduduk Yehuda masih diwarnai dengan kebiasaan kekafiran sebagai dampak dari
kebiasaan penduduk Yehuda pada masa pemerintahan Manasye. Penduduk Yehuda melakukan ibadah
kepada baal, dewa kesuburan orang-orang Kanaan, serta berhala-berhala. Selain itu, perlacuran bakti,
korban anak-anak, dan ketidakadilan sosial masih lazim di antara penduduk Yehuda. Dalam kondisi
demikian, Yeremia bertugas mengingatkan orang-orang Yehuda itu tentang karya kasih Tuhan terhadap
mereka sepanjang sejarah dan mengritik dengan keras tindakan mereka sebagai bentuk ketidaksetiaan
mereka kepada Tuhan. Yeremia meyakinkan mereka bahwa Tuhan pasti akan menjatuhkan hukumannya
atas mereka dan mereka akan mengalami kecelakaan yang berasal dari musuh yang disebut sebagai
musuh "dari utara". Sekaligus, Ia mendorong dan mengarahkan orang-orang Yehuda untuk bertobat. Hal
ini ditunjukkan dengan tindakan raja Yosia melakukan reformasi melalui pembangunan Bait Suci. Selain
itu, muncul adanya kepercayaan bahwa Bait Suci itu akan menjamin perlindungan melawan semua
musuh.
Pada masa ini, kondisi pemerintahaan Yoyakim berada dalam ancaman orang-orang Babel.Sehingga
Yoyakim tetap taat kepada Mesir pada kepemimpinan Firaun Nekho II. Ia juga menentang untuk
bertobat dengan membakar gulungan kitab nubuat Yeremia. Selain itu reformasi yang diperjuangkan
Yosia mengalami kegagalan. Sehingga, orang-orang Yehuda kembali memuja dewa-dewa kesuburan,
bahkan mereka melakukan kebobrokan moral dan ketidakadilan sosial. Pada kondisi demikian, menurut
Alkitab (Yeremia 22:13-19), Yeremia menentang raja Yoyakim dengan sangat keras dan meyakinkan
orang-orang Yehuda bahwa mereka akan takluk dibawah kekuasaan bangsa Babel.
Setelah peristiwa takluknya Yerusalem dan Gedalya menjabat gubernur Mizpa, Yeremia belum
menyatakan pesan apapun. Namun, setelah Gedalya mati, semua orang meminta nasihat dari Yeremia.
Yeremia mengingatkan mereka untuk tetap tinggal di Yerusalem dan tidak berpergian ke tanah lain.
Tetapi orang-orang Yehuda tetap pergi ke Mesir dan hal ini digambarkan oleh Yeremia sebagai bentuk
penolakan terhadap Perintah Allah.
Waktu penulisan
Kitab Yeremia memuat masa datangnya firman Tuhan kepada nabi Yeremia sejak tahun ke-13
pemerintahan raja Yosia (~627 SM) sampai pembuangan ke Babel (586 SM), selama sekitar 40 tahun.
Naskah tulisan yang sekarang menjadi Kitab Yeremia sudah lengkap pada abad ke-6 SM dan tidak
diubah-ubah lagi. Ini didukung oleh sejumlah saksi yang hidup pada abad ke-5 dan ke-6 SM, yaitu:
nabi abad ke-6 SM Daniel, yang membaca nubuat Yeremia mengenai "70 tahun" sebelum hal itu
digenapi (Daniel 9:2).
Tempat : Yerusalem
Tujuan : Memperingatkan Yehuda akan akibat – akibat yang kelak mereka alami kalau Yehuda masih
meneruskannya.
Latar belakang :setelah kematian Yesaya penyembahan berhala bertambah dan berkembang dibawah
pemerintahan manasye raja yang jahat. Selama 50 tahun terjadi penghinaan kepada Tuhan sampai
malapetaka terhadap Yehuda tak terelakan.
Isi kitab : Yeremia dengan keberaniannya menyatakan penghukuman Allah atas bangsa yang tidak mau
bertobat. Ia bahkan sampai membujang sebagai tanda bahwa penghakiman akan terjadi ( 16 ). Ketika ia
menyampaikan hukuman, yeremia juga menyampaikan berkat dan pemulihan dan perjanjian yang baru
di masa yang akan datang.
Kebijaksanaan Allah : Dalam khotbah Yeremia yang disampaikan dirumah tukang priuk, ia menerangkan
kebijaksanaan Allah dalam menangani bangsa-bangsa ( 18 : 7 – 11 )
Perjanjian Baru : terdapat perjanjian Baru dalam pasal 31. perjanjian Baru ini adalah kelanjutan hukum
atau perjanjian yang telah ada sebelumnya.
Nabi palsu : mereka juga meyampaikan kabar baik yang mengatasnamakan Tuhan pencipta alam
semesta ( 14 : 11-16 ; 23 : 9 – 40 )
Kejatuhan Yerusalem 34 : 1 – 45 :5
RATAPAN
5 Pasal
Penulis : Yeremia
Tempat : Yerusalem
Ditujukan : Yerusalem
Tujuan : menunjukan bahwa murka Allah merupakan kasihNya kepada Israel. Bapa yang mengasihi
harus membagikan hukuman yang patut diterima oleh anakNya yang tidak patuh. Namun Tuhan dan
kasih setiaNya tidak akan membuang Israel untuk selamanya.
Latar belakang : kitab ini merupakan tanggapan terhadap kehancuran Yerusalem dan penawanan. Oleh
pasukan Nebukadnezar dari Babilonia ( 587 SM ).
Isi kitab : Raja Nebukadnezar membuat nubuat Yeremia selama 40 tahun menjadi kenyataan. Yerusalem
dihancurkan demikian juga bait suciNya dan rakyatnya dibuang ke Babel.
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin - "Ratapan
Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut,
Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian Hagiographa
("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat
tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari
bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota
Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam
kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara
berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
Dari 2 Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat
Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer
7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa
ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui
telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini.
Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa
dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat
Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama
dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis
yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan
bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia
mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1-44:30), di
mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin
sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan
penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh.
"Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini atas Yerusalem," bunyi sebuah super
skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi
menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati
secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas
Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari
perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui
bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas
kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan
umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari
hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan
pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu
ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan
ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan
penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat.
Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak
bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu
baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang
kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah
pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk
mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22
ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf
dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau
dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari
Alef hingga Taw. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga
melaksanakan mencapai dua hal.
Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A
hingga Z (Ibr- Alef hingga Taw).
Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan
menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan
Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini
di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik
(lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas
22 ayat.
Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya
kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar
mengalami musibah tersebut.
Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari
Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-
2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka
yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18-3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk
merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu
mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi
orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi
mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena
mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk
19:41-44).
Penderitaan manusia : kitab Ratapan melukiskan aspek pembalasan dari Tuhan karena ulah manusia.
Yehuda sebagai satu bangsa mengakui bahwa mereka patut menerima hukuman yang dijatuhi ileh
babilonia sebagai alat keadilan Yahwe ( 1 : 5, 14, 22 ; 4 : 13 ).
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya,
kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan
dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa
yang Anda mengerti.
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering
terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana
Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat
Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada
Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing
himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
YEHEZKIEL
48 Pasal
Penulis : Yehezkiel
Tempat : Babel
Tujuan : memperingatkan generasi orang Israel yang tegar dankeras kepala tentang hukuman yang akan
datang ( 2 : 3 – 8 ) untuk menegaskan pertanggungjawaban setiap generasi atas dosa mereka ( 18 : 20 )
Latar belakang : Raja Yoyakin dan keluarga dibuang ke babilonia,bersama dengan 10.000 orang lainya
darimkelompok elit masyarakat Ibrani. Yehezkiel berada diantara romongan itu dan pembuangan itu
menjadi titik peralihan yang menentukan bagi Yehezkiel untuk menyatakan nubuat dari Allah kepada
umat Ibrani yang di tawan di Babel ( Yehezkiel 1 : 1 – 3 ; 8 : 1 )
Isi Kitab : pelayanan Yehezkiel dimulai di Babel dengan penghukuman dan penghakiman atas yehuda.
Yehezkiel juga mengumumkan penghakiman atas bangsa – bangsa disekeliling Yehuda dan menetapkan
kembali harapan bagi pemulihan umat Allah.
Yehezkiel (Ibrani y'khezqe'l, Allah menguatkan) adalah salah satu nabi Yehuda yang bernubuat pada
pembuangan sekitar tahun 593-571 SM. Ia menegur, menasihati dan menghiburkan bangsa Israel dalam
pembuangan, di mana kata-katanya ini tertulis dalam Kitab Yehezkiel, yang terdapat dalam Alkitab Ibrani
atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Yehezkiel adalah anak Busi, berasal dari keluarga imam.
Dibesarkan di Palestina, mungkin di Yerusalem, dan dibawa ke Babel pada tahun 597 SM. Setelah lima
tahun masa pembuangan (sekitar tahun 593 SM), pada usia tiga puluh tahun ia dipanggil Allah menjadi
nabi (Yehezkiel 1:1). Dalam pembuangan tersebut, ia tinggal di Tel Abib di tepi sungai Kebar. Yehezkiel
menikah namun istrinya meninggal secara mendadak sebagai salah satu bentuk tindak kenabian Yesaya,
sebab Allah telah menyatakan sebelumnya sebagai tanda bagi Israel. Oleh karena penglihatan, tingkah
laku dan tindak kenabiannya, Yehezkiel kerap disebut ekstatik, pengkhayal, ataupun dianggap orang
yang mengalami gangguan jiwa. Ia melakukan beberapa tindak kenabian. Tugas utama Yehezkiel terdiri
dari dua bagian penting, yaitu: tugas untuk menjelaskan lukisan tentang penglihatan alam atas Yehezkiel
1:4-28 dan rumusan sabda dan tidakan yang mencerminkan tugas dan perutusan nabi (Yehezkiel 2:1-
3:15).
Tema – tema penting :
3. Nubuatan Mesianis
Anak Manusia : Tuhan menyapa Yehezkiel dengan “ Anak Manusia “ sekitar 90 kali. Ungkapan ini
menunjuk kepada sifat simbolis dari kehidupan dan pelayanan yehezkiel, baik untuk orang – orang Ibrani
yang berada dalam pembuangan maupun untuk mereka yang tetap tinggal di Yerusalem. Yehezkiel
diminta Allah melakukan “ peragaan “ yang hidup bagi seisi Israel ( Pasal 4 – 5 ).
DANIEL
12 Pasal
Penulis : Daniel
Tempat : Babel
Tujuan : menjelaskan kedaulatan Allah. Kedaulatan Allah terlihat dalam kemampuanNya untuk
memberkati dan melepaskan orang yang setia kepada Yahwe. Kedaulatan Allah dalam hal – hal politik
juga secara langsung. Tujuannya adalah menangani pengharapan masyarakat yang sedang berada dalam
pembuangan.
Latar belakang : Daniel masuk dalam rombongan pertama yang dibuang ke Babel ( 605 SM ) Daniel
dididik dan dipelihara untuk melayani dalam pemerintahan bangsa kafir.
Isi kitab : Daniel dan ketiga sahabatnya diperintahkan untuk melawan Allah mereka yaitu dengan makan
dari hidangan raja. Namun mereka diberkati karena tidak mau kompromi. Ketiga sahabat Daniel dibuang
kedapur api karena mereka tidak menyembah nebukadnezar. Pelayanan Daniel berlanjut dengan empat
macam penglihatan yaitu keempat binatang ( pasal 7 ) domba jantan dan kambing jantan ( pasal 8 ) 70
kali 7 masa ( pasal 9 ) dan akhirnya munculnya kerajaan Allah yang benar dan kekal.
Kerajaan Allah : Bahwa kerajaan Allah adalah klimaks dari agenda Allah untuk Israel dan dunia
disampaikan dengan sangat jelas dalm kitab Daniel. Konsep ini diperkenalkan dalam pasal 2 sebagai
suatu kerajaan yang tak pernah binasa ( 2 : 44 )
Pemberontakan : Keangkuhan para Raja dengan membuat patung untuk disembah dan
kesombongannya dalam membangun Babel ( pasal 3 ). Kepongahan Belsyazar yang menajiskan perkakas
bait suci dan ditegur Daniel ( 5 : 18 – 23 ).
Tulisan di dinding 5 : 1 – 31
HOSEA
14 Pasal
Penulis : Hosea
Latar belakang : pelayanan Hosea dimulai di kerajaan utara ketika Yerobem II memerintah Israel.
Kemudia uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia di Yehuda. Keadaan rohani umat Allah sangat menyedihkan
karena adanya penyembahan berhala.
Isi kitab : kehidupan pribadi Hosea jelas menggambarkan pesan kenabiannya. Sesuai perintah Allah
Hosea menikahi Gomer seorang pelacur. Namun bukannya setia kepada suami Gomer justru kembali
kepada kekasihnya yang dulu. Pesan yang disampaikan Hosea juga dinyatakan melalui nama ketiga
anaknya yaitu Yizrel, Lo – Ruhama Lo – Ami ( pasal 1 )
Perkawinan Hosea : perkawinan yang yang sungguh terjadi secara nyata namun menjadi sebuah simbolis
dari hubungan Yahwe dan umatNya yang retak.
Baalisme : Persengketaan antara Allah dan Israel berpangklal dari ideology keagamaan yang
bertentangan antara Baalisme kanaan dan Yahweisme Ibrani ( Hosea 4 : 4 )
Israel dihukum 6 : 4 – 10 : 15
YOEL
3 Pasal
Penulis : Yoel
Lokasi : Yerusalem
Isi kitab : wabah belalang yang mengerikan. Yoel menggunakan ini sebagai katalisator untuk
memberikan pesan peringatan kepada bangsa yehuda bahwa jika mereka tidak bertobat tentara musuh
akan menghabiskan seluruh negri. Akhirnya Yoel menceritakan tentang pemulihan dan kemakmuran
yang terakhir atas Yerusalem.
Tulah Belalang : di sepanjang periode perjanjian lama sebagian besar ekonomi israelberkaitan dengan
pertanian. Karenanya bencana alam yangmerusak panen mengakibatkan kehancuran bagi setiap orang.
Pentakosta : nubuatan nabi Yoel mempunyai dampak yang jauh melampaui orang – orang pada
zamannya. Dalam kitab kisah rasul Petrus menjelaskan tentang kesinambungan ini. Situasi kisah rasul
memiliki kesamaan yang penting dengan nubuat Yoel yaitu pencurahan Roh. Dan keperluan waktu itu
untuk menyerukan nama Tuhan dan diselamatkan.
Kemurahan Allah 2 : 12 – 27
AMOS
9 Pasal
______________________________________________________
Penulis : Amos
Latar belakang : Amos adalah penggembala dan pemetik buah dari tekoa ( Yudea ).pada saat Allah
memanggilnya Amos kurang pendidikan dantidak memiliki latar belakang keimaman. Misi Amos
diarahkan pada Isarel.
Isi kitab : Amoa dapat melihat bahwa dibawah kemakmuran dan kekuasaan Israel secara
eksternalbangsa itu secara internal rusak sampai dasarnya.Amos memulainya dengan menyatakan
hukuman atas bangsa – bangsa sekitar dan bangsanya sendiri dan pada Israel.kitab ini berakhir dengan
janji Allah kepada Amos akanpemulihan di masa depan atas sisa –sisa yang tertinggal.
Keadilan sosial : Amos menegur Israel karena ketidak mampuan mereka untuk “ berbuat jujur “ ( 3 : 10 )
sementara nabi menegaskan aspek –aspek “ bathin “ dari hubungan dengan Yahweh. Amos dengan jelas
memahami implikasi etis dari hubungan Perjanjian dengan Yahweh untuk prilaku perorangan dan
kolektif. Himbauannya yang bersemangat untuk masyarakat yang lemah ( 2 : 6 – 7 ; 4 : 1; 5 : 11 – 12 ; 8 :
4 ,6 ). Dan kritikannya pada para penindas ( 4 : 1; 6 : 1, 4 ; 7 : 8 -9 ) membuat Amos memiliki reputasi
sebagai pembicara Allah untuk keadilan sosial. ( 5 : 7, 15,24; 6 : 12 )
OBAJA
1 Pasal
Penulis : Obaja
Waktu : 586 SM
Tempat : Yehuda
Tujuan : mengingatkan Israel bahwa mereka adalah umat Allah yang dikasihiNya.
Latar belakang : bangsa Edom merupakan keturunan Esau. Perselisihan antar kedua saudara itu telah
mempengaruhi keturuanan mereka selam lebihdari 1000 tahun. Perpecahan ini menyebabkan bangsa
edom melarang bangsa Israel menyebrangi daerah mereka pada masa Isarel keluardari mesir.
Kesombongan bangsa Edom menuai hukuman dari Tuhan.
Isi kitab : pesan yang disampaikan Obaja adalah putusan akhir dan pasti : kerajaan Edom akan
dihancurkan sama sekali. Bangsa Edom melihat nasib buruk bangsa Israel. Edom bukan menolong Israel
tetapi justru memerangi Israel ( 10 – 14 ). Kitab ini berakhir dengan janji pengharapan bagi Sion.
Keangkuhan : keangkuhan Edom ( ayat 3 ) membawa benih kehancuran. Karena Allah telah memutuskan
untuk merendahkan semua orang yang sombong.
Lex Talionis : gagasan bahwa kehjahatan menghukum diri sendiri” perbuatanmu akan kembali menimpa
kepalamu sendiri “ ( ayat 15 ). Torah berpangkal pada konsep Lex talionis atau “ mata ganti mata “ . hal
ini berarti tindakan kejahatan akan menerima balasan yang setimpal.
YUNUS
4 Pasal
Penulis : Yunus
Latar belakang : Yunus berasal dari Galilea. Yunus diutus oleh Allah untuk mengabarkan pertobatan
Niniwe. Ini merupakan sebuah tugas yang benar –benar berat karena Asyur memiliki reputasi yang
kejam dan menindas dan merupakan musuh Israel. Pada waktu itu Isarel diperintah oleh Yerobeam II.
Isi kitab : ketakutan Yunus membuatnya lari dari Allah. Ia tidak ingin pergi ke Niniwe untuk
menyampaikan pertobatan dari Tuhan. Hal tersebut dilakukan karena Niniwe adalah musuh Israel.
Yunus dilemparkan kedalam laut dan ditelan oleh seekor ikan selama tiga hari tiga malam. Yunus
bertobat dan pergi ke Niniwe untuk menyampaikan berita pertobatan dari Tuhan.
Belas kasihan Allah : Yunus dipersiapkan oleh Allah untuk memahami dan menerima hak kedaulatan
Allah untuk melakukan tindakan belas kasihan Allah.
MIKHA
7 Pasal
Penulis : Mikha
Tempat : Yahuda
Isi kitab : pesan yang disampaikan Mikha diarahkan untuk melawan segenap dosa Israel. Namun
ditengah kehancuran, Mikha menubuatkan Mesias ( 5 : 2 ) 700 tahun sebelum Yesus lahir.
Sang pelepas : dua tempat yang menjelaskan tentang raja pelepas yang akan menjadi alat Tuhan untuk
menyelamatkan Israel dari musuhnya. Pada pasal 2 : 13 , sang raja dilukiskan sedang memimpin umat
pada waktu nmereka menerobos pintu gerbang. Pada pasal 5 : 1 - 8 pelepas itu disebut sebagai Raja
yang memerintah.
NAHUM
3 Pasal
Penulis : Nahum
Tempat : Yehuda
Ditujukan : Asyur dan ibu kotanya Niniwe dan kepada Yehuda sebagai penghiburan
Isi kitab : Asyur menakhlukan bangsa –bangsa. Orang – orang asyur adalah orang yang bengis dan
sombong, tidak bermoral dan dosa mereka terhadap umat Allah mengakibatkan jatuhnya penghukuman
Allah atas Asyur..
Tanggung jawab : Nahum memberitakan maksud Allah untuk meminta pertanggung jawaban Asyur atas
kekejaman mereka yang tidak terkendali. Dengan demikian Nahum membenarkan keadilan dan
mengumumkan kedaulatanNya. Kerajaan muncul dan jatuh sesuai dengan kehendakNya.
Kehancuran Niniwe 1 : 15 – 2 : 13
HABAKUK
3 Pasal
Penulis :Habakuk
Tempat : Yehuda
Ditujukan : Yehuda
Tujuan : menyelidiki pokok persoalan mengenai keadilan Allah pada tingkat nasional
Latar belakang kitab : hari hari terakhir sebelum kejatuhan Yehuda merupakan masa pergolakan karena
adanya dosa yang sangat besar di seluruh negeri.
Isi kitab : Habakuk menyaksikan penindasan, penyuapan dan kejahatan Yehuda. Ia ingin mengetahui
mengapa banyak orang berdosa menjadi makmur. Jawaban Allah adalah bahwa Allah sedang mengutus
orang Babel untuk menghajar bangsa Yehuda. Habakuk menarik pelajaran dari Allah yang adil, baik dan
bijaksana. Habakuk belajar untuk selalu mempercayai Allah dan memuji Allah
Kebijaksanaan Allah menangani Bangsa –bangsa : teologi kitab ini menyangkut berbagai kebijaksanaan
Allah dalam menangani bangsa – bangsa. Tindakan Allah terhadap bangsa – bangsa dapat dimengerti
dengan cara menggunakan analogi sebuah neraca yang menimbang tingkah laku baik dan tingkah laku
jahat.
ZEFANYA
3 Pasal
Penulis : Zefanya
Ditujukan : Yehuda
Tujuan : untuk memulai perubahan di Yehuda dengan mengumumkan hukuman Allah atas kejahatan.
Latar belakang : Saat Yosia menjadi raja mengadakan reformasi sampai keakar – akarnya. Hal tersebut
adalah berkat kehadiran Zefanya bersama Raja. Akan tetapi usaha tersebut tidak cukup karena Yehuda
telah jauh semakin dalam di dalam dosa dan kemurtadan.
Isi kitab : Zefanya merupkan pesan tentang penghakiman . nabi ini menggunakan 53 ayat dalam kitab ini
untuk menggambarkan murka Allah yang akan jatuh atas Yehuda, Filistin, Moab, Amon, Etiopia dan
Asyur. Perhatian khusus diberikan atas dosa dan kehancuran yang akan datang atas Yerusalem. Namun
berkat tersedia bagi semua umat Allah.
Hari Tuhan : pada hari Tuhan keadilan diwujudkan .ini merupakan saat yang positif bagi orang yang
sudah menjadi korban ketidakadilan, tetapi merupakan hari pembalasan bagi mereka yang melakukan
penindasan.
HAGAI
2 Pasal
Penulis : Hagai
Waktu : 529 SM
Tempat : Yerusalem
Tujuan : menujukan janji Ilahi yang membenarkan Israel sebagai pilihan Allah dan menjamin bahwa Allah
akan mengenapi semua ikrar perjanjian.
Latar belakang : sejak zerubabel ( Gubernur ) dan Yosua ( Imam besar ) memimpin kembalinya Israel
yang pertama dari pembuangan menuju Yerusalem untuk membangunkembali bait Allah. Hagai tiba
bersama mereka. Roh Tuhan turun atas nabi Hagai dan mendorongnya untukmembawa mereka kembali
membangun bait Allah.
Isi kitab : Hagai menasehati umat untuk bergairah untuk membangun bait Allah yang telah terhenti.
Zerubabeldan imam besar Yosua diperintahkan untuk mengijinkan kehadiran Allah membimbing
kepemimpinan mereka atas umat Israel.
Bait suci : amanat hagai untuk membangun bait suci menghidupkan kemabali aliran berkat perjanjian
Allah kepada Israel. Hagai menganggap bahwa sikap hormat yang layak dan kerendahan hati akan
menyertai prakarsa untuk membangun kembali bait suci.
Pengumuman Hagai 1 : 1 – 2 : 1a
ZAKHARIA
14 Pasal
Penulis : Zakharia
Tempat : Yerusalem
Tujuan : menjelaskan bahwa program perjanjian Yahwe untuk Israel masih berlaku dan pengharapan
mereka tidak keliru.
Latar belakang : dalam masa pemerintahan Darius I raja Persia ( 521 – 486 SM). Walaupun telah
kembali dari pembuangan hampir tidak ada bukti yang menunjukan adanya pemulihan perjanjian yang
telah dijanjikan Yahwe kepada Yerusalem ( bnd Yeremia 30: 33 )
Isi Kitab : dimulai dengan segala penghiburan kepada umat Allah dalam membangun Bait Allah. Zakharia
menasehati rakyat untuk meyelesaikan bait Allah. Dan mendorong mereka untuk hidup lebih taat
kepada Allah. Zakharia juga menubuatkan Mesias ( pasal 6 ) dan penghianatan untuk 30 keping perak
( pasal 11 ). Kitab ini ditutup dengan hari Tuhan dan pemulihan Israel.
Mesias : selain kitab Yesaya , kitab Zakharia adalah kitab yang banyak membicarakan tentang mesianik.
Adapun nubuata tentang mesias dalam kitab Zakharia : Pasal 9 : 9; 13 : 7 ; 9 : 11 ; 10 : 2 ; 11 : 12 – 13;
12 : 10 ; 13 : 7 ; 14 : 1-6 ; 14 : 9, 16 ;
Eskatologis : yang utama dalam pengajaranPL tentang hari –hari terakhir adalah penyelamatan Israel
karena Tuhan Allah mereka akan menyelamatkan mereka pada hari itu ( 9 : 16 )
Yosua dimahkotai 6 : 9 – 15
MALEAKHI
4 Pasal
Penulis : Maleakhi
Latar belakang : Bait Allah telah selesai dibangun. Namun bangsa israel jatuh lagi dalam berbagai dosa.
Mengabaikan Bait Allah dan persepuluhan, pemimpi yang tidak takut akan Allah.
Isi kitab : Nabi Maleakhi membawa pesan penghukuman atas umat mereka karena mereka tidak juga
belajar dari dosa mereka dimasa lampau. Kitab Maleakhi berbeda dengan kitab lain karena berakhir
dengan penghukuman bukan kelepasan.
Perkawinan dan perceraian : Maleakhi mengajarkan tentang lembaga pernikahan sebagai persekutuan
dengan istri dari masa muda ( pasal 2 : 14 ) dan tanggung jawab bersama dalam hal membesarkan anak
( 2 : 15 )
Garis besar :