NIM : 857692543
Pokjar : Blora
3. Berikan bentuk layanan pendidikan yang harus diberikan kepada jenis anak
berkebutuhan khusus yang sudah Anda sebutkan pada butir 2
Jawab :
Anak dengan gangguan fungsi gerak dan motorik. Adanya kondisi tubuh yang
menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang
dikarenakan polio, dan gangguan pada fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan
otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi).
• Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat menolong
dirinya sendiri.
• Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan mengurus diri
sendiri.
• Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan menolong diri
sendiri.
2) Berdasarkan letaknya
3.a. Strategi khusus dan isi layanan pendidikan bagi anak tuna netra menurut Hardman
(dalam Suparno, 2008), meliputi 3 hal, yaitu sebagai berikut.
Mobility training and daily living skill, yaitu latihan untuk berjalan dan orientasi
tempat dan ruang dengan berbagai sarana yang diperlukan serta latihan keterampilan
kehidupan keseharian yang berkaitan dengan pemahaman uang, belanja, mencuci,
memasak, kebersihan diri, dan membersihkan ruangan.
b. Layanan pendidikan yang spesifik bagi anak Tunarungu adalah terletak pada
pengembangan persepsi bunyi dan komunikasi. Adda beberapa cara mengembangkan
kemampuan komunikasi anak tunarungu, yaitu:
Metode Oral
Cara melatih anak tunarungu supaya dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan
normal.Dalam hal ini perlu partisipasi lingkungan anak tunarungu untuk berbahasa secara
verbal.
Membaca Ujaran
Kegiatan yang mencangkup pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicaranya
sewaktu dalam proses berbicara. Membaca ujaran memiliki kelamah antara lain; tidak semua
bunyi bahasa dapat terlihat pada bibir, ada persamaan antara berbagai bunyi bentuk bahasa,
lawan bicara harus berhadapan dan tidak terlalu jauh dan pengcapan harus pelan dan lugas.
Metode manual
Cara mengajar atau melatih anak tunarungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari.
Bahasa isyarat ini mempunyai komponen yaitu:
Bahasa isyarat lokal, suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat konvensional
berfungsi sebagai pengganti kata.
Bahasa isyarat formal, bahasa nasional dalam isyarat biasanya menggunakan kosa
kata isyarat dan dengan berstruktur bahasa yang sama persis dengan bahasa lisan.
Ejaan jari
Penunjang bahasa isyarat dengan menggunakan ejaan jari. Dalam penggunaan bahasa ejaan
jari dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu : ejaan jari dengan satu tangan, ejaan jari dengan
dua tangan, dan ejaan jari campuran.
Komunikasi total
Cara berkomuniksasi dengan menggunakan salah satu modus atau semua cara
berkomuniksai digunakan (bahasa isyarat, ejaan jari, bicara, bacaan ujaran, dan lain
sebagainya). Hal ini digunakan untuk memperbaiki dalam mengajarkan komunikasi
tunarungu.
c. Bagi anak tuna daksa perlu memperhatikan tiga hal, yaitu sebagai berikut.
- Pertama, stadium akut antara 0-6 tahun sejak menderita, pada stadium ini merupakan
stadium “survival” yaitu berjuang untuk bertahan hidup.
- Kedua, stadium sub.acut 6-12 minggu, merupakan stadium perawatan rutin agar
perkembangan otot dapat pulih dan tumbuh walaupun minimal.
- Ketiga, stadium mandiri, pada stadium anak lebih diarahkan untuk memperoleh
keterampilan kerja untuk kehidupan mendatang.
- Keempat, stadium “after care”, pada stadium ini anak dipersiapkan kembali kerumah
atau kesekolah untuk mengikuti program pendidikan selanjutnya.
Program pendidikan sekolah bagai mereka yang tidak mengalami kelainan mental
relatif sama dengan anak normal, hanya bina gerak masih terus dikembangkan melalui
fisioterapi dan terapi okupasi, utamanya untuk perbaikan motoriknya.