Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Respiratory Hygiene

1.1.1 Definisi

Etika batuk atau disebut juga respiratory hygiene didefinisikan sebagai

tindakan pengendalian sumber yang mengandung sekresi pernapasan untuk

mencegah penularan droplet patogen pernapasan terhadap lingkungan sekitar.

Terutama selama wabah musiman infeksi saluran pernapasan virus di masyarakat

(Macdonald, 2015).

Droplet dari batuk merupakan pusat sumber dalam rantai penularan penyakit

pernafasan. Selama proses transmisi, individu yang terinfeksi melepaskan banyak

droplet dengan ukuran partikel yang berbeda ke udara setiap kali mereka batuk

atau bersin. Patogen yang infeksius dapat berupa virus, bakteri atau jamur, yang

dapat tersebar ke lingkungan luar dalam bentuk droplet. Droplet yang keluar ke

udara bebas terbentuk dari lapisan lendir yang berada di saluran nafas individu

yang terinfeksi (Zayas, 2013).

Penularan virus pernafasan dari orang yang terinfeksi ke orang disekitarnya

terjadi ketika droplet yang mengandung virus (> 5 lm) dikeluarkan dari orang

yang terinfeksi selama batuk dan bersin dalam jarak pendek (1 m) dan

bersentuhan dengan konjungtiva, mulut, dan mukosa hidung. Oleh karena itu,

kontak tidak langsung juga dapat menjadi mode transmisi penyakit yang

memungkinkan ketika bersentuhan dengan permukaan dan benda yang

terkontaminasi (Nasreen, 2010).

Selain droplet, tangan memiliki peran potensial dalam penyebaran virus

pernapasan. Melalui kontak langsung dengan droplet pernapasan ketika orang

menutup mulut dan hidung mereka saat batuk dan bersin lalu menyentuh benda
dan permukaan yang terkontaminasi. Kelangsungan hidup virus di tangan adalah

sekitar lima menit setelah transfer melalui lingkungan sekitar (Nasreen, 2010).

The U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

merekomendasikan tiga langkah kebersihan pernapasan:

1. Menutup hidung dan mulut dengan tisu saat batuk atau bersin (atau

menggunakan lengan atas jika tidak ada tisu)

2. Membuang tisu yang telah digunakan di sampah limbah terdekat

3. Mencuci tangan setelah kontak dengan sekresi pernafasan dan benda-

benda yang terkontaminasi (Nasreen, 2010).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Gustavo Zayas pada tahun 2013 yang

membandingkan cara dan alat dalam manuver respiraotory hygiene terhadap

penyebaran jumlah partikel droplet, membandingkan penggunaan tisu, tangan,

lengan atas, dan masker operasi didapatkan bahwa penggunaan tisu lebih baik

dalam menurunkan jumlah partikel droplet yang lepas ke udara bebas saat batuk

atau bersin. (Zayas, 2013)

Gambar 2.1 Droplet Rata-Rata yang Terdeteksi per Manuver Etika Batuk

(Zayas, 2013)
Pemahaman masyarakat tentang respiratory hygiene pada negara

berkembang atau miskin belum sepenuhnya di mengerti. Perlilaku berbeda pada

setiap individu saat sedang batuk atau bersin ini diteliti oleh Barry Tasmin dkk,

pada tahun 2011 yang mengamati perilaku batuk dan bersin masyarakat New

Zealand. Perilaku menutup menggunakan tangan (64,4%), menggunakan tisu atau

saputangan (3,4%) menggunakan lengan (1,3%) (Tasmin et al, 2011).


TINJAUAN PUSTAKA

Macdonald, Laura. 2015. Standard Infection Control Precautions (SICPs)

Literature Review: Cough etiquette/respiratory hygiene. Health Protection

Scothland. Issue 2.0 pp 9

Nasreen, Azziz E, Gurley E, et al. 2010. Prevalent high-risk respiratory hygiene

practices in urban and rural Bangladesh. Tropical Medicine and

International Health. Vol 5:6

Tasmin. Barry, Stephanie Manning, Lee Mei S et al. 2011. Respiratory hygiene

practices by the public during the 2009 influenza pandemic: an

observational study. Blackwell Publishing. Vol 5 pp 319

Zayas. Gustavo, Ming C Chiang, Eric Wong, et al. 2013. Effectiveness of cough

etiquette maneuvers in disrupting the chain of transmission of infectious

respiratory diseases. BMC Public Health. Vol 13:811 pp 8-9

Anda mungkin juga menyukai