Anda di halaman 1dari 30

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Proses Belajar Mengajar

1. Pengertian Belajar

Belajar ialah proses perubahan tingkah laku seseorang yang relatif

menetap, yang disebabkan oleh pengalaman atau latihan yang berulang-

ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat

dijelaskan berdasarkan atas kecenderungan tanggapan bawaan,

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan,

pengaruh obat-obatan, dan sebagainya)” (Hilgard, 1996 : 227)

Perubahan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan,

tingkah laku. Perubahan itu diperoleh melalui latihan, bukan perubahan

dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan

sementara. (Pasaribu, 1983 : 59).

Secara umum belajar dapat dipahami sebagai proses perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan, perubahan tingkah laku

karena proses kematangan atau keadaan sementara (mabuk, gila, lelah)

tidak termasuk proses belajar.

15
2. Pengertian Mengajar

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada dasarnya adalah

suatu proses, yaitu proses mengatur, mengkoordinasi lingkungan yang

berada di sekitar anak didik, sehingga dapat mendorong anak didik untuk

belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan

bimbingan/bantuan pada anak didik dalam belajar. (Sudjana, 1991 : 29).

Pada hakikatnya proses mengajar adalah proses membimbing

siswa untuk melakukan proses belajar (William Burton).

Kesimpulannya, mengajar adalah memberikan suatu proses kepada

pembelajar untuk belajar dengan pengkondisian tertentu.

3. Pengertian Proses Belajar Mengajar

Setelah mengetahui pengertian belajar dan mengajar diatas, barulah

dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendapat Ali

tentang proses belajar mengajar (PBM) merupakan dua proses yang tidak

dapat dipisahkan. Inti dari pada proses pendidikan secara formal adalah

mengajar. Sedangkan proses pengajaran adalah siswa belajar. Proses

belajar mengajar pada intinya tertumpu pada bagaimana guru memberi

kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat

mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan (Maharani, 2003:7).

Inti dari proses pendidikan formal di sekolah adalah proses belajar

mengajar di mana di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen

pengajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama,

yaitu:

16
a Guru

b Materi pelajaran

c Siswa

Interaksi antara ketiga komponen utama ini melibatkan sarana dan

prasarana, seperti metode, media, dan tempat belajar, sehingga tercipta

situasi PBM yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya.

4. Komponen Belajar Mengajar

Sebagai suatu sistem kegiatan belajar mengajar memiliki sejumlah

komponen, yaitu :

a. Tujuan.

Tujuan adalah cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu

kegiatan.

b. Bahan Pelajaran.

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam

proses belajar mengajar.

c. Kegiatan Belajar Mengajar.

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan.

Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam

proses belajar mengajar.

d. Metode.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

17
e. Alat (media)

Alat (media) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam

rangka mencapai tujuan pengajaran.

f. Sumber Pelajaran.

Sumber pelajaran adalah bahan/materi untuk menambah ilmu

pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.

g. Evaluasi.

Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau

proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. (Zamarah dan Zain, 2002 :

48). Jadi, komponen belajar mengajar terdiri dari tujuan, bahan

pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media, sumber pelajaran

dan evaluasi.

B. Menulis

1. Pengertian Menulis

Keterampilan menulis sangat penting untuk dimiliki siswa, karena

dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya

dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Tarigan (1982:21) menulis

adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga

orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahasa dan gambar grafik tersebut. pengertian tersebut

memberikan pemahaman bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan

18
menuangkan lambang-lambang grafik dan menyusunnya sebagai kesatuan

bahasa bermakna.

“Menulis diartikan sebagai membuat huruf/angka dan sebagainya

dengan pena, pensil, kapur, dsb bisa juga diartikan sebagai melahirkan

pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan

roman (cerita) atau mengarang cerita.” Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008 : 1774)

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian menulis adalah keterampilan berbahasa yang dilakukan dengan

cara meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis menjadi rangkaian

bahasa yang bermakna dan berisi suatu pesan yang ingin disampaikan

penulis.

Dalam wikipedia berbahasa Jepang menulis di definisikan sebagai

berikut :

筆記とは、言葉を意図的に選択し、特定の構文を用いて、何

かを書き記すことである。それを記録するための道具や手段の選択

肢は無限であるといってもよい。実際、人類は紙をはじめとして、

石版、竹簡、亀甲、壁、果てはディすプレイに至えるまで、様々な

ものの上に書き記してきた。

( Menulis adalah mencatat sesuatu dengan memilih kata yang

sesuai tujuan dengan penggunaan struktur kalimat tertentu. Alat tulis dan

cara penulisannya pun tidak ada batasannya. Sebenarnya manusia pada

awalnya menjadikan batu tulis, bambu, cangkang kura-kura, dan dinding

19
sebagai media untuk menulis tentang banyak hal, seperti kertas pada

zaman sekarang.)

(http://id.wikipedia.org [27 Januari 2009])

2. Manfaat Menulis

Menulis merupakan bagian dari aktivitas intelektualitas, dan

sebuah keterampilan berbahasa yang memiliki berbagai manfaat. Adapun

manfaat menulis telah dikemukakan oleh Percy (1980) dalam Nursisto

(1999 : 12), manfaat menulis terdiri dari :

a. sarana untuk pengungkapan diri, adalah sebagai sarana

pengungkapan diri. Pengungkapan diri dalam menulis adalah

kegiatan menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Seseorang

ketika melakukan kegiatan menulis adalah dalam rangka

mengekspresikan perasaan dan menuangkan ide ke dalam tulisan

b. sarana untuk memahami sesuatu, Kegiatan menulis adalah proses

kegiatan berpikir, mencoba memahami setiap pilihan kata yang

disusun dan menyesuaikan dengan ide atau gagasan tulisan,

sehingga proses tersebut merupakan proses pemahaman terhadap

sesuatu.

c. sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan

rasa harga diri, Kegiatan menulis adalah kegiatan menghasilkan

karya tulis, setiap proses dalam kegiatan menulis adalah upaya dan

kerja keras yang dilakukan penulis. Hasil dari kegiatan menulis

tersebut memberikan nilai positif tersendiri bagi penulis, yaitu rasa

20
puas, bangga dan percaya diri karena telah menghasilkan sebuah

karya tulis.

d. sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap

lingkungan sekeliling,

e. sarana untuk melibatkan diri dengan penuh semangat, dan

f. sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan

mempergunakan bahasa. Hal ini sangat jelas, karena kegiatan

menulis menggunakan bahasa tulis sebagai media, sehingga

penulis dituntut menguasai bahasa yang digunakan.

Berdasarkan pendapat mengenai manfaat menulis di atas, dapat

disimpulkan manfaat menulis mencakup tiga manfaat, yaitu 1)

mengembangkan kemampuan berpikir logis, 2) mengembangkan

kemampuan berbahasa seseorang, dan 3) meningkatkan kepercayaan diri

seseorang.

3. Pembelajaran Menulis

Belajar jika diartikan dalam teori kognitif adalah “perubahan

persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang

dapat diamati dan diukur”. Menurut teori tersebut setiap orang memiliki

struktur kognitif berbeda-beda sesuai dengan pengalaman dan

pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran merupakan proses

interaksi dua arah yang dilakukan pengajar dan siswa. Keduanya berperan

penting pada proses pembelajaran. Materi pembelajaran disusun dengan

pola dari sederhana menuju hal yang lebih kompleks.

21
Dari pengertian belajar dan pembelajaran di atas, jika dikaitkan

dengan pembelajaran menulis dapat dipahami sebagai pembelajaran

menulis adalah aktivitas memperoleh ilmu baru untuk mengembangkan

kemampuan menulis seseorang. Pembelajaran menulis dilaksanakan dari

tulisan sederhana hingga tulisan yang kompleks. Menulis merupakan

proses bernalar. Ketika menulis mengenai suatu hal kita perlu berpikir,

menghubungkan sebagai fakta, membandingakan antara dua hal dll.

Semua kegiatan itu disebut bernalar. Kemampuan bernalar sering juga

disebut dengan kreatifitas. Sukmadina (Landasan Psikologi Proses

Pendidikan, 2005 : 104) mengungkapkan bahwa

Kreatifitas adalah kemampuan :

a. Untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur

yang ada;

b. Berdasarkan data atau informasi yang tersedia mengemukakan banyak

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya

adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban;

c. Yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam

berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.

Dalam pembelajaran menulis, kreatifitas merupakan hal yang

sangat penting untuk dimiliki. Kreatifitas menulis setiap orang berbeda-

beda tergantung dari kecakapan seseorang dalam menyampaikan gagasan,

pesan, sikap dan pendapatnya kepada orang lain dalam bentuk tulisan.

22
4. Hambatan dalam Menulis

Seperti apa yang telah dijelaskan pada bab pertama, ada beberapa

hambatan disaat seseorang akan mulai menulis. kendala dalam menulis

atau membuat suatu kalimat yaitu diantaranya :

a. Hambatan dalam memulai menulis

b. Hambatan merangkai kalimat/kata dengan tepat

c. Hambatan perbendaharaan kalimat/kosa kata

d. Hambatan rendahnya minat dan motivasi

e. Hambatan rendahnya minat baca, akibatnya wawasan menjadi sempit

(http://willloveit.wordpress.com/2010/03/26/hambatan-di-dalam-

menulis/ )

5. Menulis Dalam Bahasa Jepang

Menurut Dedi Sutedi dalam artikelnya yang berjudul Model

Pembelajaran Bahasa Jepang Berbasis IT, Bandung 23 Agustus 2008

Menuliskan bahwa menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang

merupakan aplikasi dari penguasaan kosakata, tata bahasa, dan huruf,

ketika akan menuangkan ide dan gagasan secara tertulis. Sebagai salah

satu cara untuk berkomunikasi, keterampilan menulis perlu dikuasai oleh

pembelajar bahasa, baik bahasa I (bahasa ibu) maupun bahasa II, termasuk

oleh pembelajar bahasa Jepang.

Menulis dalam bahasa Jepang umumnya menggunakan empat jenis

huruf yakni, Hiragana, Katakana, Kanji, dan Romaji (Huruf Latin). Oleh

karena itu, menulis dianggap lebih sulit dari pada kemampuan menyimak.

23
Sebagian orang menyiasati kesulitannya itu dengan menggunakan

ungkapan asing yang sering digunakan dalam bahasa lisan pada tulisannya

dan membuat kesan bahasa Jepang di dalamnya. Selain keempat huruf

diatas, dalam bahasa Jepang pun menggunakan kanji .

Menurut Ogawa (1985 : 639) menjelaskan bahwa pembelajaran

menulis dalam bahasa Jepang terbagi atas 3 tingkatan, yakni :

初級段階
初級段階では、まず仮名と漢字の学習。平仮名の学習を中心
にして、読み教材に出てくる片仮名、漢字の書き方を学習する。片
仮名は外来語などの形で出るので。書き方学習は話単位でされるこ
とが多い。漢字は初級全体で扱われる 300字から500字が課ごとに
配分されており、一つ一つの漢字について読み方と書き方が提示さ
れる。もじの書き方については、線が長いか短いか、曲がっている
まっすぐか、止めるか、はねるか力を抜くかなどが書き順とともに
であり、曲線文字を母国語する非漢字系学習者に対しては、これら
初歩的訓線に時間をかける必要がある。300字から 500字の漢字は、
学習者が見ることの多い漢字、日本人の間で日常使用度の高い漢字、
比較的画数の少ない漢字などを学習しゃの負担が大きすぎないよう
に配慮して課ごとに組入れていてあるのである。初級段階の課の進
め方は、新出文形を中心とし、新出語彙も使って口頭練習を繰り返
し、文型や語彙、文法事項が習得されると、初めて読み教材に接し、
読み教材によって表される場面の中で新出文型や語彙がどのように
使われているかを知る。文を読み、内容を理解しながら、新しい片
仮名や漢字の書き方を学習する。初級の書くことの学習には文字学
習とともに作文学習があり、前半からは短文作成、後半では段落作
成が課せられる。主として話言葉によって学習した事柄を、課のま
とめとして自分の言葉に移しかえて文字化することにより、理解を
確かめることができるのである。

[ Pada tingkat pemulaini, pertama, yang dipelajari adalah huruf


kana (Hiragana dan Katakana) dan Kanji. Pada tahap ini mempelajari cara
menulis Kanji. Katakana yang muncul pada bahan bacaan dan difokuskan
pada pembelajaran Hiragana. Katakana muncul pada bentuk ungkapan
asing, pembelajaran cara penulisan banyak pada penulisan sederhana. Pada
umumnya di tingkat pemula, kanji yang harus dipelajari ialah 300 sampai
500 huruf dan dibagi-bagi ke dalam bab-bab pembelajaran yang
menunjukkan cara baca dan cara menulis dari setiap huruf Kanji. Dalam

24
cara penulisan huruf, urutan garis seperti garis yang panjang atau pendek,
berbelok atau lurus, berhenti atau tarik membelok, tenaganya dikurangi,
bagi mahasiswa yang bukan dari wilayah yang menggunakan huruf Kanji
yakni “kyoukusenmoji (huruf yang banyak belokan / disambung-
sambung)” hal yang seprti ini memerlukan waktu sebagai latihan di
langkah awal. 300 sampai 500 huruf Kanji tersebut merupakan huruf yang
yang dilihat oleh pembelajar, agar tidak terlalu membebani pembelajar
dipertimbangkan memasukkan huruf Kanji yang diantaranya sering
dipakai oleh orang Jepang dalam kehidupan sehari-hari, dan huruf Kanji
yang memiliki jumlah coretan yang sedikit. Bagian selnjutnya dari tingkat
pemula ini adalah fokus pada kalimat baru, pengulangan latihan lisan dari
kosakata yang baru dipakai, jika masalah tata bahasa dikuasai,
melanjutkan bahan bacaan pertama kali, di dalam situasi yang ditunjukkan
oleh bahan bacaan tersebut, dapat diketahui bagaimana pola kalimat dan
kosakata baru itu dipergunakan. Sambil membaca kalimatnya dan
memahami isinya, pembelajar mempelajari cara menulis Katakana dan
Kanji baru. Pada pembelajaran menulis tingkat pemula ini, sambil
mempelajari hurufnya terdapat juga pembelajaran membuat karangan, dari
pertengahan awal menulis kalimat-kalimat pendek, dan pada pertenagahan
akhir merupakan bagian penulisan paragraf. Sebagai intinya bahwa hal
yang dipelajari tergantung pada bahasa lisan, dan dapat memastikan
pemahamannya, pada bagian akhirnya mengubah kata-kata sendiri
menjadi huruf-huruf].

中級段階
中九段階では平仮名と片仮名の学習は終わり、かんじだけが
初級に続いて300 字から500字を加えることになる。教材は書き言
葉中心になるので、初級よりもかかれた文に接する事が多くなり、
書くことの条件はそろうのである。あの課の終わりに要的文あ、感
想文を書かせることはよくおこなわれるが、その場合は初めてに書
く内容を箇案書きの形で学習者に言わせ、それを板書して書く順序
を学習者と話し会うなどすると、作文の内容にまとまりが出るし、
添削もクラス全体の問題として扱うことができる。特に気を付けた
いことはデス・マス体、ダ体のそれぞれ貫した使用、それぞれの文
体に適した語彙の選択、接続詞、指示詞の正確なしようである。学
習者には読み教材にならって長い文を書こうとする傾向があるが、
書く前に書く内容の全体を明確にし、書く順序をきめ、短い文を積
み重ねて走承転結の形おさめるようにするのがよい。書く内容とし
ては、自分の意見の明確に出すこと、ある事柄を整理すること、動
物や自然の働く様子を詳しく描写すること、相手の気持ちや立場を
者慮してなにかを依頼すること、断ること、などが考えられる、こ
れらの作文に、いくつかに文型や語彙の使用を課したり、内容を更
に限定すると、教育的効果はよりいっそうたかまるのである。

25
[Pada tingkat menengah, pembelajaran Hiragana dan Katakana
dianggap selesai, dan melanjutkan pembelajaran Kanji dari tingkat pemula
dari 300 betambah sampai 500 huruf. Dibandingkan dengan tingkat
pemula, kalimat-kalimat menjadi lebih banyak yang berhubungan dan
aturan penulisannya pun lengkap. Pada bagian akhir terdapat inti kalimat,
kalimat berupa kesan sering tertulis namun pada permulaan situasi tersebut
pembelajar mengungkapakan isi tulisan dalam bentuk artikel, latihan
menulis di papan tulis, saling menceritakan satu sama lain, pada isi karya
tulis (sakubun) memunculkan kesimpulan, kemudian masalah yang ada
pada karya tulis (sakubun) tersebut dikoreksi oleh keseluruhan kelas.
Terutama yang perlu diperhatikan adalh penggunaan bentuk “desu / masu”,
da n bentuk “da”, kesesuaian pemakaian kosakata, bentuk sambung,
bentuk perintah yang tepat pada pola kalimat dengan bentuk-bentuk
seperti diatas. Pembelajar memiliki kecenderungan menulis kalilmat yang
panjang pada bahan bacaan, maka lebih baik sebelumnya memperjelas
keseluruhan isi cerita yang akan ditulis, menentukan aturan penulisan,
menyusun kalimat pendek. Sebagai isi cerita yang akan ditulis adalah
pemikiran yang menerangkan pendapat sendiri, menyusun tentang sebuah
perkara, menggambarkan dengan rinci tentang keadaan alam atau binatang,
perasaan lawan biacara atau apapun tentang permohonan, suatu penolakan.
Karya tulis (sakubun) seperti ini menunjukkan berapapun penggunaan pola
kalimat dan kosakata, pembatasan isi lebih jauh lagi, hasil atau
pengaruhnya akan lebih baik / lebih tinggi].

上級段階
上級段階では、レポートや論文の形で自分の主張を実証的に、
論理的に述べることが課題である。そのために、論説文にふさわし
い語彙を選択し、全体を通して段落間の関係を考え、序論、本論、
結論を構成してゆくことが重要である。

[Pada tingkat mahir, secara positif mengungkapkan opini sendiri


dalam bentuk laporan atau karya ilmiha, diuraikan dengan logis sesuai
dengan tema. Untuk itu, pada kalimat pembahasannya memilih kosakata
yang sesuai, memikirkan hubungan antar semua paragraf, kemudian yang
terpenting adalah penysunan pendahuluan, pokok permasalahn dan
kesimpulan].

Dari yang dipaparkan Ogawa (1985 : 639) yang menjelaskan

pembelajaran menulis dalam bahasa Jepang itu terbagi atas 3 tingkatan,

secara garis besar pemahamannya adalah sebagai berikut :

26
a. Tingkatan Pemula

Pada tingkatan ini dalam pembelajaran menulis dalam bahasa Jepang

dimulai dengan pembelajaran huruf (Hiragana, Katakana, dan Kanji

sederhana). Pembelajaran huruf tersebut bersamaan dengan

pembelajaran pola-pola kalimat sederhana yang muncul pada teks

bahan ajar dan dijadikan sebagai contoh. Selanjutnya pembelajar mulai

mencoba membuat kalimat-kalimat pendek sampai karangan pendek.

b. Tingkat Menengah

Pada tingkatan ini pembelajar melanjutkan apa yang telah mereka

pelajari di tingkatan sebelumnya. Pembelajaran huruf Kana telah

berakhir dan tinggal melanjutkan pembelajaran menulis huruf Kanji

yang lebih kompleks. Pola-pola kalimat yang dipelajari semakin banyak.

Maka pada tingkatan ini pembelajaran menulis menjadi lebih

berkembang lagi. Dari kalimat-kalimat pendek menjadi kalimat yang

saling berkaitan. Kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran menulis

karangan, namun berbeda dengan tingkat sebelumnya. Pembelajaran

menulis karangan pada tingkat ini lebih kompleks dan mengandung

unsur cerita. Ketika memasuki tahapan ini, materi yang diberikan mulai

menggunakan ragam tulisan dengan bentuk ~da (seperti “gakusei da”,

“shiroi”, “iku”), dan bentuk ~de aru (seperti “gakusei de aru”, “shiroi”,

“iku”). Seperti halnya pada tingkat dasar, pada tingkat ini pembelajar

diarahkan untuk mengarang dengan sebuah topik tetapi dengan jumlah

27
huruf yang lebih banyak. Pembelajar juga diarahkan untuk menulis

kalimat narasi, argumentasi, dan resume.

c. Tingkat Mahir

Pada pengajaran menulis tingkat joukyuu mulai diarahkan pada

penulisan laporan, skripsi, atau artikel yang berhubungan dengan

wilayah keahlian si pembelajar. Dengan demikian, pembelajar dituntut .

6. Pembelajaran Menulis Tingkat Dasar Bahasa Jepang

Pembelajaran tingkat dasar pada umumnya hanya merupakan

pengenalan kosakata dan pola kalimat yang sangat sederhana. Pada buku

pelajaran bahasa Jepang 1 yang dipakai pada pembelajaran bahasa Jepang

di SMA bahkan SMA di Indonesia tema-tema yang disampaikan antara

lain berkaitan dengan benda-benda sekitar, kehidupan sekolah, keluarga

dan kegiatan sehari-hari.

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

Kata media adalah bentuk jamak dari medium, yang berasal dari

bahasa Latin medius, yang berarti tengah. Dalam bahasa Indonesia kata

medium dapat diartikan antara atau sedang. Pengertian media mengarah

pada suatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber

(pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala sesuatu bentuk

dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi

(AECT, 1977 : 162).

28
Menurut Santoso S. Hamidjojo, “Media adalah semua bentuk

perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan /

menyebarkan ide, sehingga ide atau pendapat atau gagasan yang

dikemukakan / disampaikan itu bisa sampai pada penerima”. Menurut

Oemar Hamalik (1986 : 21), hubungan komunikasi interaksi itu akan

berjalan dengan lancar dan tercapainya hasil yang maksimal, apabila

menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.

Kesimpulannya, media pembelajaran adalah segala yang digunakan

pembelajar untuk melakukan proses belajar.

2. Jenis-jenis Media dalam Pembelajaran

Adapun beberapa jenis pengklasifikasian media, yaitu diantaranya

a Media Visual

Media ini merupakan media yang mengandalkan indra penglihatan saja.

Media visual terbagi ke dalam dua kategori yaitu:

• Media visual sederhana, contoh : benda tiruan atau sebenarnya,

gambar, foto, bagan, diagram, peta dll

• Media proyeksi diam, contoh : OHP, Slide Projector, dll

b Media Audio

Media ini merupakan media yang mengandalakn indra pendengaran

saja. Contohnya : peralatan musik, amplifier, radio, tape recorder,

CD player, dll

c Media Audio Visual

29
Media ini merupakan gabungan dari kedua media di atas, yakni

mengandalkan indra penglihatan dan indra pendengaran. Contoh :

televisi, film strip projector, video player, VTR, dll

d Multimedia

Media ini mirip dengan media audio visual karena mengandalkan

indra penglihatan dan pendengaran. Namun dalam menggunakan

media ini memerlukan tekhnik khusus untuk memadukan keunggulan

media audio visual tersebut dengan teknologi komputer dan LCD

Projector sebagai peralatan utamanya. Dalam penysunanan

multimedia pun memerlukan softwear-softwear tertentu, seperti :

Microsoft power point, Adobe flash, dll. Dan pada umumnya

multimedia sudah berbentuk suatu program softwear baru.

Penggunaan multimedia dapat memungkinkan siswa untuk belajar

secara individual dan E-Learning atau belajar jarak jauh.

D. Media Kamus Tematis Bergambar

1. Definisi Kamus Tematis Bergambar

Pada dasarnya secara harfiah, kamus tematis bergambar ini terdiri

dari tiga kata yaitu kamus, tematis dan bergambar, pengertian dari kamus

itu sendiri adalah buku yg berisi daftar kosakata suatu bahasa yang disusun

secara alfabetis dengan disertai penjelasan makna dan keterangan lain yg

diperlukan serta dilengkapi dng contoh pemakaian entri dalam kalimat

(KBBI, 2008 : 672)

30
Bergambar dapat memiliki arti dihiasi dengan gambar atau ada

gambarnya. Sehingga secara keseluruhan Kamus tematis bergambar dapat

di definisikan sebagai salah satu media komunikasi yang berbentuk buku

yang berisi daftar kosakata disertai arti / makna dari kosakata tersebut

dengan dihiasi gambar untuk membantu proses pemahaman terhadap suatu

objek dalam cerita yang disusun secara tematis (pertema).

2. Elemen Visual Kamus Tematis Bergambar

Menurut Yuli Widyarini dalam skripsinya yang berjudul

Perancangan Kamus Tematis Bergambar Bahasa Inggris - Bahasa

Indonesia untuk siswa SD/MI, Secara garis besar elemen-elemen yang

terdapat dalam kamus tematis bergambar ini adalah sebagai berikut :

• Daftar kosa kata, khususnya kosa kata yang sering digunakan dan

ditemukan dalam kegiatan sehari-hari yang sesuai dengan tema

gambar. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan dalam

membentuk pelafalan, khususnya bahasa asing.

• Bentuk, bentuk merupakan hal yang mampu menghadirkan suasana

yang berbeda layaknya bentuk imajinatif, geometrik dan sebagainya.

• Warna, yaitu kualitas dari mutu cahaya yang dipantulkan oleh suatu

objek ke mata manusia sehingga dapat membangkitkan perasaan

manusia. Warna umumnya di gunakan untuk menghidupkan emosi dan

suasana yang terdapat di dalam satu kesatuan ilustrasi.

Berikut adalah penjabaran peran warna secara rinci, yakni :

 Identifikasi

31
 Menarik perhatian

 Memberi pengaruh psikologi

 Mengembangkan asosiasi

 Membangun ketahanan minat

 Menciptakan suasana

3. Layout Kamus Tematis Bergambar

a. Layout porsi gambar dan tulisan ¾ halaman gambar, ½ halaman

daftar kosa kata, contoh gambar :

Gambar 2.1

32
b. Layout kotak-kotak, 1 halaman dengan banyak gambar disertai

dengan daftar kosa katanya, contoh gambar :

Gambar 2.2

Kamus ini berupa kamus dengan konsep gaya desain Eropa,

full colour, terdiri atas beberapa tema, tapi tema yang di jadikan sebagai

bahan penelitian sebanyak dua tema, tema yang diambil diantaranya yaitu,

kegiatan sehari-hari disertai dengan kosakatanya dan pola kalimat kata

kerja, dan tema rumah beserta kosakata dan hal2-hal yang berkaitan

dengan keadaan rumah. Ukuran bukunya 20,1 cm x 31,9 cm, kertas

HVS 100 gram dengan cover yang dicetak di atas kertas Art Paper 180

gram, dan dijilid hardcover dengan full colour dibuat dengan teknik

33
manual (sketsa). Software pendukung visual desainnya menggunakan

Adobe Ilustrator (tracing), Adobe Photoshop (penintaan dan

pengcropingan) dan CorelDraw (teks Indonesia dan Jepangnya).

4. Kamus Tematis Bergambar Sebagai Media Pembelajaran

Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi yang universal

dan dikenal khayalak luas. Melalui gambar, orang dapat dengan mudah

menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak di sampaikan lewat

gambar tersebut. Dalam hal ini gambar mampu menunjukkan

kemampuannya dalam berbicara, meringkas, sekaligus mengingatkan

orang yang melihatnya tentang suatu informasi.

Keunggulan media gambar

a. Sifatnya konkret, gambar lebih realitis menunjukkan masalah

dibandingkan dengan media verbal semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Peristiwa-

peristiwa yang terjadi di masa lampau tidak kita bisa lihat seperti

apa adanya. Gambar amat berguna dalam hal ini.

c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

d. Gambar dapat mamperjelas suatu masalah.

e. Siswa mudah memahaminya.

f. Bisa dipergunakan di dalam kelas, di rumah maupun dalam

perjalanan dalam kendaraan.

Sedangkan keunggulan dari pada kamus tematis bergambar

Jepang - Indonesia yang diangkat dalam penelitian sebagai topik dengan

34
pertimbangan bahwa pembelajaran bahasa Jepang untuk siswa SMA

membutuhkan banyak kosa kata, khususnya kosa kata yang sering

digunakan dan ditemukan dalam kegiatan sehari-hari. Hal tersebut

dimaksudkan untuk memudahkan dalam membentuk pelafalan,

khususnya bahasa asing. Untuk itu, dibutuhkan kamus sebagai sarana

belajar dalam memperbanyak kosa kata dan dengan diberikan gambar,

diharapkan kamus ini dapat memberikan ide-ide baru untuk siswa dalam

menyusun atau membuat suatu kalimat dasar bahasa Jepang

Kelemahan media gambar adalah :

a. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.

b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran.

c. Ukuranya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Kelemahan dari kamus bergambar ini adalah dilihat dari segi

desainnya kamus ini digunakan sebagai media pembelajaran, tetapi

yang lebih menonjol adalah sisi bisnis penjualannya karena pewarnaan

kamus yang full colour, sehingga menyebabkan harga penjualan mahal.

Kamus yang dihasilkan ini belum diuji coba, maka disarankan agar

dilakukan pengujian untuk diketahui keefektifannya. Kamus ini dapat

digunakan untuk belajar secara mandiri. Tema-tema isi kamus ini

didesain secara berurutan; untuk itu, penggunaannya pun disarankan

secara berurutan.

35
5. Media Kamus Tematis Bergambar pada Pembelajaran Menulis

Bahasa Jepang

Penggunaan media kamus tematis bergambar dalam pembelajaran

menulis dianggap masih jarang. Teknik penggunaan media ini misalnya

guru membagikan kamus kepada setiap siswa, lalu dari gambar yang

tersedia dalam kamus tersebut siswa disuruh membuat kalimat bahasa

Jepang dasar dengan menggunakan kosakata yang tersedia di dalam kamus

tersebut. Kemudian lihatlah hasilnya, dalam setiap tulisan siswa tersebut

pasti memiliki perbedaan. Hal ini bisa diharapkan bisa membuat

pembelajaran menulis siswa menjadi lebih komunikatif.

Pada pembelajaran bahasa Jepang terutama pembelajaran menulis,

Yoewono dalam situs Blogger JLCC menyebutkan bahwa adanya kendala

dalam pembelajaran huruf bagi pembelajar pemula bahasa Jepang dan

menyebabkan pembelajar kesulitan dalam mengungkapkan pikiran mereka

ke dalam bahasa Jepang. Untuk itu, Yoewono menggunakan media

gambar sebagai alat peraga agar siswa dapat mengingat dan mewujudkan

imajinasinya ke dalam suatu kata dan dapat disusun menjadi satu kalimat.

Sedangkan menurut Dedi Sutedi dalam makalah yang disampakan

dalam Seminar: Model Pembelajaran Bahasa Jepang Berbasis IT Bandung

23 Agustus 2008 adalah bahwa Tinggi rendahnya kemampuan menulis

seseorang akan dipengaruhi oleh penguasaan materi lainnya, terutama

huruf Kanji, kosakata, dan kaidah tata bahasa. Dan solusi pemecahan yang

bisa dilakukan dalam pembelajaran menulis bisa bermacam-macam, baik

36
berupa visual maupun berupa audio, atau berupa kedua-duanya (audio-

visual). Visual, misalnya dapat berupa gambar cerita atau kartu bergambar,

kemudian siswa disuruh membuat cerita / kalimat berdasarkan pada

gambar tersebut. Hal ini cukup membantu terutama bagi pembelajar tipe

pembelajar yang tidak bisa mengarang tetapi memiliki kemampuan

berbahasa Jepang untuk menulis kalimat bahasa Jepang dan tipe

pembelajar yang tidak bisa menulis dan juga tidak memiliki kemampuan

berbahasa Jepang yang cukup. (Sutedi, 2008: 34-35)

Dari pemaparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

pemanfaatan media kamus tematis bergambar pada pembelajaran menulis

kalimat dasar dalam bahasa Jepang merupakan hal yang perlu dicoba.

Penting untuk diperhatikan juga, bahwasanya dalam pemakaian

media kamus tematis bergambar ini hendaknya bertahap dari tema yang

sangat sederhana hingga ke tema yang lebih kompleks, begitu juga dalam

pembelajaran menulis itu sendiri, misalnya memulai dari tema Keadaan

Kelas, kemudian siswa disuruh menulis kalimat dasar bahasa Jepang

dengan pola kalimat yang paling sederhana sampai kepada pola kalimat

yang lebih kompleks yang telah ditentukan oleh guru.

E. Pengajaran Bahasa Jepang di SMAN 15 Bandung

1. Kurikulum

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang dikenal dengan

istilah KTSP merupakan kurikulum yang dianjurkan oleh pemerintah

untuk dikembangkan di setiap lembaga pendidikan formal sesuai dengan

37
Undang¬Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Oleh sebab itu, kurikulum yang dipakai dalam

pengajaran bahasa Jepang di Indonesia adalah KTSP, mengingat adanya

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut di atas.

Mulyasa (2008:22) mengatakan bahwa tujuan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan secara umum adalah untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan

(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipasif dalam

pengembangan kurikulum.

Secara khusus, tujuan KTSP adalah:

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan

memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.

2. Bahan Ajar

Bahan ajar dapat juga dikatakan sebagai bahan belajar. Menurut

Hamalik (2009:51), bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang

penting dan diperhatikan oleh guru. Dengan bahan itu, para siswa dapat

38
mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar.

Karena itu, penentuan bahan belajar harus berdasarkan tujuan yang hendak

dicapai. Dalam hal ini adalah hasil-hasil yang diharapkan, misalnya berupa

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman lainnya Bahan-bahan

yang berkaitan dengan tujuan itu telah digariskan dalam silabus dan GBPP.

Bahan ajar yang digunakan di SMAN 15 Bandung kelas XI adalah

adalah "Buku Pelajaran bahasa Jepang 2". Disusun berdasarkan kurikulum

2004.

3. Tujuan Instruksional

Program pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia memiliki tujuan

agar para siswa berkembang dalam hal:

a. Kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca, memberikan

pendapat, dan menulis secara baik;

b. Pengetahuan mengenai ragam bahasa dalam konteks sehingga para

siswa dapat menafsirkan isi berbagai bentuk teks lisan maupun tertulis

dan meresponnyadalam bentuk kegiatan yang beragam dan interaktif;

c. Pengetahuan mengenai pola-pola kalimat yang dapat digunakan untuk

mengkonstruksikan teks yang berbeda-beda dan mampu

mengaplikasikan pengetahuannya itu ke dalam bentuk wacana lisan

maupun tulisan;

d. Pengetahuan yang luas mengenai sejumlah teks yang beraneka dan

kemampuan untuk menghubungkan pengetahuannya itu dengan aspek

sosial dan personal;

39
e. Berbicara secara efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikan

informasi, pikiran dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam

bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan;

f. Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis dan merespon dalam bentuk

kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan;

g. Menulis kreatif berbagai bentuk teks untuk menyampaikan informasi,

mengungkapkan pikiran dan perasaan;

h. Pengetahuan aspek-aspek budaya melalui sejumlah teks untuk dapat

dipahami dan diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi.

Sedangkan tujuan pengajaran bahasa Jepang di SMAN 15 Bandung

adalah agar siswa/i menguasai kompetensi bahasa Jepang secara terpadu

sehingga mampu berkomunikasi secara lisan maupun tertulis

menggunakan bahasa dan huruf-huruf Jepang ( Hiragana, Katakana, dan

Kanji) dengan tepat.

4. Silabus Kelas XI semester 1

a. Standar Kompetensi: Menulis

Mengungkapkan informasi secara tertulis dalam bentuk paparan atau

dialog sederhana tentang kehidupan sehari-hari.

b. Kompetensi Dasar :

- Menulis kata, frasa dan kalimat dengan huruf, ejaan dan tanda baca

yang tepat.

40
- Mengungkapkan informasi secara tertulis dalam kalimat sederhana

sesuai konteks yang mencerminkan kecakapan menggunakan kata,

frasa dengan huruf, ejaan, tanda baca dan struktur yang tepat.

c. Materi Pembelajaran : Barang yang terdapat di rumah

- Menyebutkan jenis-jenis barang yang terdapat di rumah : テレビ、

エアコン,コンピューター、れいぞうこ、dll

- Menyatakan, menanyakan dan menjawab barang-barang yang

terdapat di rumah :

• わたしのうちにれいぞうこがあります。

• あなたのうちにエアコンがありますか。

はい、あります。/ いいえ、ありません

- Menyatakan, menanyakan dan menjawab jumlah barang-barang

yang terdapat di rumah :

• わたしのうちに コンピューターが いちだいあります。

• コンピューターが なんだい ありますか。

いちだいあります

d. Indikator :

- Menulis huruf/kata/frasa dengan huruf yang tepat.

- Menentukan kosakata yang tepat sesuai konteks

- Menyusun kata/frasa acak menjadi kalimat dengan struktur yang


tepat

- Menyusun frasa/kalimat acak yang tersedia menjadi wacana

41
- Menulis wacana sederhana sesuai materi dengan tanda baca yang

tepat

e. Kegiatan Pembelajaran :

- Menulis kata/frasa/ kalimat dengan huruf yang sesuai dan tepat

dengan kaidah yang benar

- Menentukan informasi yang diperlukan

- Menulis karangan dengan kaidah yang tepat dan benar

f. Penilaian :

- Jenis

• Tugas: individu / kelompok

• Tes praktek Bentuk : Membaca, melengkapi wacana

• Tugas: individu / kelompok

• Tes praktek Bentuk : Mengisi rumpang, membuat karangan /

kalimat dialog secara tertulis

g. Alokasi Waktu : 8 x 45 menit

h. Sumber Belajar : Buku Pelajaran Bahasa Jepang (Contoh : Buku

Mengenal Bahasa Jepang 2 / Buku Pelajaran Bahasa Jepang Sakura

Jilid 2)

5. Pola Kalimat yang Terdapat dalam Buku Ajaran Bahasa Jepang

SMU

a. Pada Bab 21 dengan tema うちに テレビが ありますか (Uchi ni

Terebi ga Arimasuka). Dengan tujuan pembelajaran siswa dapat

menyebutkan ruang di rumah dan peralatan rumah tangga agar dapat

42
menanyakan dan menginformasikan mengenai ruang dan letak

peralatan rumah tangga. Disana terdapat kosa kata yang

menggambarkan barang-barang yang ada di dalam rumah, contohnya

テレビ、へや、ベッド、ほんだな dll, sedangkan pola kalimatnya

sebagai berikut :

 KB (tempat) に KB (barang) が あります

~に~があります / います。
....ni.......ga arimasu / imasu = di.....ada.....

Pola kalimat ini digunakan untuk menyatakan benda yang ada di

tempat tertentu.

Contoh kalimat :

• わたしの へやに テレビが あります。Watashi no heya

ni terebi ga arimasu (Di kamar saya ada TV)

b. Pada bab 23 dengan tema あさ なにを しますか (Asa Nani o

Shimasuka). Dengan tujuan pembelajaran agar siswa dapat

menyebutkan kata kerja. Dalam bab ini menjelaskan tentang kalimat

verba atau kata kerja (Doushi-bun). Seperti yang telah dijelaskan di

atas tentang fungsi kalimat verba atau kata kerja disini, menggunakan

pola sebagai berikut :

 KB (ket waktu) KK (bentuk masu) ます

~は~を~ます。/ ....wa.......wo.....masu = SPO


Contoh Kalimat :

• かおを あらいます、はをみがきます、ごはんを たべます。

43
44

Anda mungkin juga menyukai