Anda di halaman 1dari 9

TERAPI NEBULIZER MENGURANGI SESAK NAFAS PADA SERANGAN ASMA

BRONKIALE di RUANG IGD RSUD


dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Oleh

A.R. Yuliana1), S.I. Agustina 2)


1)
Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada, Kudus
2)
Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada, Kudus

ABSTRAK

Penulisan ini merupakan laporan kasus yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi nebulizer mengurangi sesak nafas pada serangan asma bronkiale. Metode ini
menggunakan analisa deskriptif terhadap Tn.M dengan serangan asma bronkiale, penulis
menyimpulkan bahwa untuk mengatasi sesak nafas pada serangan asma bronkiale
dilakukan terapi nebulizer cukup efektif, tetapi terapi nebulizer dengan obat-obat
bronkodilator hanya bekerja sementara, cara kerjanya yakni mengencerkan dahak pada
saluran pernafasan sehingga hal ini tidak mengakibatkan obstruksi dan sumbatan jalan
nafas. Terapi nebulizer dengan obat bronkodilator diantaranya bisolvon 20 tetes, combivent
2,5 mg dan ventolin 2,5 mg berfungsi mengencerkan dahak, pencegahan bronkospasme
dan melonggarkan saluran nafas. serangan asma bronkiale yang terjadi pada Tn.M karena
bronkospasme yang memicu akumulasi secret dan menimbulkan sesak nafas karena jalan
nafas tersumbat oleh mukus mengakibatkan saluran pernafas menyempit dan ventilasi
alveolus berkurang, dapat diatasi menggunakan terapi nebulizer dengan obat bronkodilator
yang dirubah menjadi partikel aerosol karena terdapat tekanan udara, efek puncak dari
obat-obat bronkodilator sekitar 15-20 menit punjak akhir 1-2 jam dan lama kerja obat-obat
bronkodilator adalah 6-8 jam. Pengelolaan yang dilakukan pada Tn.M selama 3 hari
memberikan terapi nebulizer 3X/hari dengan bisolvon 20 tetes, combivent 2,5 mg dan
ventolin 2,5 mg dengan hasil Rr yang semula 30X/menit menjadi 24 X/menit sehingga pasien
terlihat nyaman dan tidak terdengar suara tambahan wheezing.

Kata kunci: asma bronkiale, sesak nafas, terapi Nebulizer

PENDAHULUAN fisiologis dan mediator farmakologis


kontraksi otot polos normal, agen fisikokimia
Asma bronkiale adalah Penyakit contohnya olahraga; polutan udara; infeksi
jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel virus pada saluran nafas; ingestan, faktor
dimana trakea dan bronki berespon alergen contohnya zat kimia berberat
secara hiperaktif terhadap stimulasi molekul rendah; molekul organik kompleks
tertentu 1. Adapun peradangan dan contohnya serpihan kulit/bulu hewan,
penyumbatan saluran nafas ditandai oleh tungau debu rumah, debu kayu 2. Faktor
adanya gejala intermiten, termasuk mengi, provokasi asma dapat menyebabkan respon
rasa sesak didada, kesulitan bernafas imun yang buruk terhadap lingkungan,
(dispnea), dan batuk bersama dengan antibodi yang dihasilkan (igE) kemudian
hiperresponsivitas bronkus. Kelainan yang dapat menyerang sel mast dalam paru,
mendasar pada asma bronkiale karena paparan ulang terhadap antigen
peningkatan reaktivitas saluran nafas mengakibatkan ikatan antigen dengan
terhadap rangsangan agen-agen faktor antibodi dapat menyebabkan pelepasan
provokasi asma diantaranya mediator produk sel-sel mast yang akan
menghasilkan mediator seperti histamin,

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 1


bradikinin dan prostaglandin serta menyebabkkan saluran pernafasan
anafilaksis dari substansi yang bereaksi menyempit dan sesak (dispnea) terutama
lambat, pelepasan mediator ini dalam saat ekspirasi sehingga nafas menjadi
jaringan paru dapat mempengaruhi otot pendek, bila serangan asma tidak berhenti
polos dan kelenjar jalan nafas yang akan maka serangannya akan meningkat menjadi
mengakibatkan bronkospasme, lebih berat (Status Ashmaticus)
pembengkakan membran mukosa dan mengakibatkan komplikasi jantung dimana
pembentukan mukus yang sangat kegagalan ventilasi menyebabkan hypo
banyak1. oksidasi HB sehingga menjadi syanosis
Penyakit asma merupakan penyakit karena terjadinya retensi O2 kemudian
lima besar penyebab kematian di dunia menjadi keracunan CO2 dan akhirnya
yang bervariasi antara 5-30% (berkisar mengakibatkan kematian 7.
17,4%). Di Indonesia dalam Riset Pada serangan asma terapi yang
Kesehatan Dasar (RisKesDas) pada paling tepat adalah menggunakan terapi
tahun 2007 di peroleh prevalensi penyakit nebulizer merupakan pilihan terbaik pada
asma sebesar 3,32%, prevalensi tertinggi kasus-kasus yang berhubungan dengan
penyakit asma adalah provinsi Gorontalo inflamasi terutama pada penderita asma,
7,23% dan terendah adalah NAD (Aceh) nebulizer yaitu alat yang digunakan untuk
sebesar 0,09%, sedangkan prevalensi merubah obat-obat bronkodilator dari bentuk
asma di Jawa Tengah sebesar 3,01% 3. cair ke bentuk partikel aerosol atau partikel
Menurut Dinas Kesehatan Jawa Tengah yang sangat halus, aerosol sangat
prevalensi penyakit asma di Jawa tengah bermanfaat apabila dihirup atau
pada tahun 2008 mengalami penurunan dikumpulkan dalam organ paru, efek dari
sebesar 1,07%, tahun 2009 menurun terapi nebulizer untuk mengembalikan
sebesar 0,66%, tahun 2010 sebesar kondisi spasme bronchus. Cara pengobatan
0,64%, tahun 2011 sebesar 0,55% dan nebulizer dengan memberi obat-obat
pada tahun 2012 semakin menurun bronkodilator dalam bentuk uap secara
sebesar 0,42% 4. Prevalensi penyakit langsung pada alat pernafasan menuju
asma dari RisKesDas Provinsi Jawa paru-paru, terapi nebulizer dengan obat-
Tengah pada tahun 2007 menurut obat bronkodilator lebih efektif dari obat-
diagnosis tenaga kesehatan disertai obatan oral maupun intravena, karena
dengan gejala adalah 3%, kabupaten langsung dihirup masuk ke paru-paru 8.
dengan prevalensi tertinggi di kabupaten Tujuan dari terapi nebulizer dengan obat-
Cilacap 5,6%, Wonosobo 4,5%, Jepara obat bronkodilator antara lain mengurangi
dan Brebes masing-masing 4,4% dan sesak nafas, rileksasi dari spasme
terendah di Boyolali 1,1%, Magelang Kota bonkhiale, mengencerkan dahak,
dan Tegal masing-masing 1,4% melancarkan saluran pernafasan dan
sedangkan di kabupaten Kudus sendiri melembabkan saluran pernafasan 7.8.
prevalensi penyakit asma sebesar 2,3% 5. Berdasarkan data-data diatas, penulis
Laporan kasus penyakit tidak menular dari tertarik untuk menyusun tugas akhir ini
Dinas Kesehatan Jawa Tengah khusus dengan judul “Terapi nebulizer mengurangi
penderita ama bronkiale dari beberapa sesak nafas pada serangan asma bronkiale
rumah sakit Kabupaten Kudus tahun 2005 di ruang IGD RSUD dr. Loekmono Hadi
sebanyak 6.315 prnderita, tahun 2006 Kudus”.
sebanyak 6.579 penderita, sedangkan
pada tahun 2007 sampai pada bulan METODOLOGI
Maret sebanyak 2.958 6.
Pada serangan asma pertama kali Laporan kasus ini adalah evaluasi
menyerang bronchus sehingga saluran pemberian terapi nebulizer terhadap Tn.M
nafas menjadi kejang kemudian terjadi dengan serangan asma bronchiale di IGD
hyperemia karena adanya peradangan Rumah Sakit Umum Daerah dr.Loekmono
pada dinding mucosa bronchus, produksi Hadi Kudus dilakukan selama 3 hari
lendir yang kental dan lengket meningkat (tanggal 26 Maret-28 Maret 2016) untuk
bisa menyumbat bronchus sehingga mengurangi sesak nafas, metode
ventilasi alveolus berkurang pengambilan data dengan wawancara dan

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 2


observasi, sedangkan penyajian data dengan akumulasi sekret, kemudian pasien
dengan analisis secara deskriptif. mendapatkan terapi O2 nasal canul 3 liter,
infus RL 20 tpm, drip aminophylline 240 mg,
HASIL DAN PEMBAHASAN obat oral ambroxol 30 mg, salbutamol 4 mg,
nebulizer bisolvon 20 tetes, combivent 2,5
Hasil Penelitian mg, ventolin 2,5 mg.
Pengkajian ini dilakukan pada Pada pengelolaan pertama tanggal 26
tanggal 26 Maret 2016 jam 08.00 WIB di Maret 2016 jam 09.00 WIB, yaitu
Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah memberikan terapi nebulizer bisolvon 20
dr.Loekmono Hadi Kudus. Pasien dengan tetes, combivent 2,5 mg, ventolin 2,5 mg
nama Tn.M, umur 41 tahun, saat dikaji dengan posisi semi fowler karena pasien
ditemukan data primer diantaranya airway sesak nafas, setelah ditunggu 5 menit
tidak ada sekret di hidung dan mulut, kemudian masker dilepas diganti dengan O2
terdengar suara wheezing. Breathing nasal canul dan dievaluasi sekitar 1 jam,
pasien sesak nafas terutama saat pukul 10.00 WIB data yang diperoleh adalah
ekspirasi dengan Rr 30×/menit, auskultasi pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
terdengar suara ronchi saat ekspirasi di Rr 28×/menit, auskultasi terdengar
kedua lapang paru. Circulasi ditemukan wheezing dan bunyi tambahan ronchi kering
data TD 130/90MmHg, suhu 36ºC, Hr di kedua lapang paru, Spo2 95%.
138×/menit, Spo2 97%. Disability dengan Mengulangi lagi tindakan pada pukul 17.00
Glasgow Coma Scale: 15, E 4 V 5 M 6, WIB yaitu memberikan terapi nebulizer
kesadaran composmentis, KU pasien bisolvon 20 tetes, combivent 2,5 mg,
lemah. Data sekunder didapatkan keluhan ventolin 2,5 mg, dengan posisi semi fowler
utama pasien mengatakan sesak nafas. karena pasien masih sesak nafas, setelah di
Riwayat keperawatan, pada riwayat tunggu 5 menit kemudian masker dilepas
kesehatan sekarang didapatkan data diganti dengan O2 nasal canul dan
pasien mengatakan sehari sebelum dievaluasi sekitar satu jam, pada pukul
masuk IGD RSUD dr.Loekmono Hadi 18.00 WIB data yang diperoleh adalah
Kudus mengeluh asmanya kambuh pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
karena alergi dan cuaca yang dingin, Rr 26 ×/menit, auskultasi terdengar
sesak nafas, dada terasa nyeri, keringat wheezing dan suara tambahan ronchi kering
dingin, batuk dan pusing, nafas terengah- di kedua lapang paru, Spo2 98%. Setelah itu
engah kemudian pasien periksa ke IGD mengulangi lagi tindakan pada pukul 01.00
RSUD dr.Loekmono Hadi Kudus tanggal WIB yaitu memberikan terapi nebulizer
26 Maret 2016 jam 08.00 WIB. Dengan bisolvon 20 tetes, combivent 2,5 mg,
no. RM 727753, pasien menggunakan ventolin 2,5 mg dengan posisi semi fowler,
otot bantuan pernafasan cuping hidung, setelah di tunggu 5 menit kemudian masker
pemeriksaan paru-paru pada inspeksi dilepas diganti dengan O2 nasal canul dan
terlihat retraksi dinding dada yang dievaluasi skitar satu jam, pada pukul 02.00
seimbang saat inspirasi dan ekspirasi, WIB pasien masih sesak nafas, Rr
palpasi taktil fremitus kanan dan kiri 24×/menit, terdengar suara wheezing dan
seimbang, perkusi sonor, auskultasi ronchi di kedua lapang paru, Spo2 97%.
terdengar suara wheezing di kedua Pengelolaan pada hari ke dua tanggal
lapang paru, terdengar bunyi tambahan 27 Maret 2016 pukul 09.00 WIB penulis
ronchi kering saat ekspirasi di kedua mengobservasi, data yang didapatkan
lapang paru, dan pada pengkajian pola penulis yaitu pasien sesak nafas dan
fungsional khususnya pola bernafas terengah-engah, auskultasi terdengar
sebelum sakit pasien mengatakan dapat wheezing dan ronchi di kedua lapang paru,
bernafas dengan normal tanpa Rr 28×/menit, Spo2 95%, kemuduan penulis
menggunakan alat bantu, tetapi selama memberikan terapi nebulizer bisolvon 20
sakit pasien mengatakan sesak nafas. tetes, combivent 2,5 mg, ventolin 2,5 mg
Dari data pasien yang diperoleh dengan posisi semi fowler karena pasien
diatas dapat ditemukan masalah sesak nafas, setelah ditunggu 5 menit
ketidakefektifan jalan nafas berhubungan kemudian masker dilepas diganti dengan O2
nasal canul dan dievaluasi sekitar 1 jam,

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 3


pukul 10.00 WIB data yang diperoleh menjadi 24×/menit setelah mendapatkan
adalah pasien mengatakan sesak nafas terapi nebulizer, sehingga pasien terlihat
berkurang, Rr 26×/menit, auskultasi lebih nyaman, tidak terdengar suara
terdengar wheezing dan bunyi tambahan tambahan ronchi di kedua lapang paru.
ronchi kering di kedua lapang paru, Spo2 Pada tanggal 28 Maret 2016 jam 13.00 WIB
98%. Mengulangi lagi tindakan pada pukul pasien dipindah ke ruangan Melati II RSUD
17.00 WIB yaitu memberikan terapi dr.Loekmono Hadi Kudus untuk
nebulizer bisolvon 20 tetes, combivent 2,5 mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
mg, ventolin 2,5 mg, dengan posisi semi Dari data tersebut maka penulis dapat
fowler karena pasien masih sesak nafas, menyimpulkan bahwa terapi nebulizer pada
setelah di tunggu 5 menit kemudian penderita asma bronchiale dengan
masker dilepas diganti dengan O2 nasal menggunakan bisolvon, combivent dan
canul dan dievaluasi skitar satu jam, pada ventolin cukup efektif untuk menurunkan
pukul 18.00 WIB data yang diperoleh sesak nafas pada penderita asma bronkiale.
adalah pasien mengatakan sesak nafas
berkurang, Rr 24×/menit, auskultasi Pembahasan
terdengar wheezing dan suara tambahan Asma adalah penyakit peradangan
ronchi kering di kedua lapang paru, Spo2 saluran nafas dan penyumbatan saluran
98%. Mengulangi lagi tindakan pada pukul nafas baik secara spontan maupun dengan
01.00 WIB yaitu memberikan terapi pengobatan, peradangan pada jalan nafas
nebulizer bisolvon 20 tetes, combivent 2,5 dan peningkatan respon jalan nafas dimana
mg, ventolin 2,5 mg drngan posisi semi trakea dan bronki berespon secara
fowler, setelah di tunggu 5 menit hiperreaktif terhadap stimulasi/rangsangan
kemudian masker dilepas diganti dengan tertentu dari faktor-faktor profokasi seperti
O2 nasal canul dan dievaluasi skitar satu mediator fisiologis dan mediator
jam, pada pukul 02.00 WIB pasien masih farmakologis kontraksi otot polos normal,
sesak nafas, Rr 24×/menit, tidak terdengar agen fisikokimia contohnya olahraga;
suara wheezing dan terdengar ronchi di polutan udara; infeksi virus pada saluran
kedua lapang paru, Spo2 98%. nafas; ingestan, faktor alergen contohnya
Pengelolaan pada hari ke tiga zat kimia berberat molekul rendah; molekul
tanggal 28 Maret 2016 pukul 09.00 WIB organik kompleks contohnya serpihan
penulis mengobservasi, data yang kulit/bulu hewan, tungau debu rumah, debu
didapatkan penulis yaitu pasien masih kayu. Biasanya ditandai dengan sesak
sesak nafas dan terengah-engah, nafas (disepnea), yang diikuti dengan suara
auskultasi tidak terdengar wheezing dan wheezing (bunyi seperti suara meniup
terdengar ronchi di kedua lapang paru, Rr sawaktu mengeluarkan udara/nafas), rasa
26×/menit, Spo2 95%, kemuduan penulis berat dan kejang pada dada sehingga nafas
memberikan terapi nebulizer bisolvon 20 menjadi terengah-engah, biasanya disertai
tetes, combivent 2,5 mg, ventolin 2,5 mg batuk dengan dahak yang kental dan
dengan posisi semi fowler karena pasien lengket, terutama pada malam hari atau
sesak nafas, setelah ditunggu 5 menit pagi hari 1.2.8.
kemudian masker dilepas diganti dengan
O2 nasal canul dan dievaluasi sekitar 1
jam, pukul 10.00 WIB data yang diperoleh
adalah pasien mengatakan sesak nafas
berkurang, pasien terlihat nyaman, Rr
24×/menit, auskultasi tidak terdengar
wheezing dan terdengar bunyi tambahan
ronchi kering di kedua lapang paru, Spo2
98%.
Setelah dilakukan pengelolaan
selama 3 hari pada pasien, dengan
memberikan terapi nebulizer pasien
mengatakan sesak nafas berkurang,
dengan Rr yang semula 30×/menit

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 4


Perjalanan penyakit serangan asma reseptor - dan -adrenergik dikendalikan
karena stimulasi/rangasangan dapat terutama oleh siklik adenosin monofosfat
mengalami respon imun yang buruk (cAMP), stimulasi reseptor -
terhadap lingkungan, antibodi yang
mengakibatkan penurunan cAMP yang
dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast
mengaruh pada peningkatan mediator
dalam paru, paparan ulang terhadap
kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast
antigen mengakibatkan ikatan antigen
bronkokonstriksi, stimulasi reseptor -
dengan antibodi, menyebabkan pelepasan
produk sel-sel mast yang akan mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP
menghasilkan mediator seperti histamin, yang menghambat pelepasan mediator
bradikinin, dan prostaglandin serta kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi10.
anafilaksasi dari substansi yang bereaksi Pada kasus yang biasa, serangan
lambat, pelepasan mediator ini dalam berlangsung dari 30 menit hingga beberapa
jaringan paru mempengaruhi otot polos jam dan dapat hilang secara spontan, tapi
dan kelenjar jalan nafas, bronkospasme, terkadang serangan hebat yang tidak
pembengkakan membran mukosa dan berespon terhadap terapi dan menetap
pembentukan mukus yang sangat banyak, selama beberapa hari atau bahkan minggu
kemudian dapat memicu timbulnya sesak (status asmaticus) yang bisa menimbulkan
nafas (dispnea) disertai wheezing , komplikasi jantung, oleh karena kegagalan
kesulitan utama terletak pada ekspirasi ventilasi menyebabkan hipo oksidasi HB
karena bersusah payah menghirup udara sehingga pasien terlihat syanosis. Karena
kemudian tidak dapat mengeluarkannya terjadinya retensi O2 kemudian menjadi
1.8.9
. Obstruksi jalan nafas disebabkan oleh keracunan CO2 dan akhirnya menyebabkan
kontraksi otot-otot yang mengelilingi kematian 9.10.
bronki sehingga menyempitkan jalan Sesak nafas yang dialami Tn.M, umur
nafas, pembengkakan membran yang 41 tahun karena faktor dari alergen debu,
melapisi bronki dan pengisian bronki polusi dan perubahan cuaca yang dingin
dengan mukus yang kental. Selain itu mengakibatkan trakea dan bronki
otot-otot bronkial dan membran mukosa mengalami hiperaktif dan hiperesponsivitas
membesar, sputum yang kental banyak jalan nafas sehingga terjadi respon
dihasilkan dan saluran pernafasan bronkokonstriksi yang berlebihan memicu
menyempit dengan udara terperangkap peradangan dinding mucosa dari broncus
didalam jaringan paru. Mekanisme yang dan meningkatkan produksi mukosa/lendir
pasti dari perubahan ini adalah yang kental, lengket dan menimbulkan
keterlibatan sistem imunologi dan sistem bronkospasme sehingga jalan nafas
saraf otonom. Sistem saraf otonom sendiri tersumbat oleh mukus, saluran pernafasan
mempersarafi paru, tonus otot bronkial menyempit dan ventilasi alveolus berkurang
diatur oleh implus vagal melalui sistem yang menyebabkan sesak nafas (dispnea)
parasimpatis, ketika ujung saraf dengan Rr 30×/menit terutama saat
dirangsang oleh faktor-faktor profokasi ekspirasi dan terengah-engah yang diikuti
asma maka jumlah asetilkolin yang dengan suara wheezing yang terdapat pada
dilepaskan meningkat, pelepasan bronkus (bunyi meniup sewaktu
asetilkolin ini secara langsung mengeluarkan udara/nafas), wheezing atau
menyebabkan bronkokonstriksi juga mengi terjadi karena kontraksi otot polos
merangsang pembentukan mediator bersama dengan hipersekresi dan retensi
kimiawi, individu dengan asma dapat mukus menyebabkan pengurangan ukuran
mempunyai toleransi rendah terhadap diameter saluran nafas dan perubahan
respon parasimpatis. Selain itu reseptor - kecepatan aliran yang berkepanjangan
menimbulkan mengi yang dapat didengar
dan -adrenergik dari sistem saraf
langsung atau dengan stetoscope, dan
simpatis terletak dalam bronki, ketika terdengar bunyi tambahan ronchi yang
reseptor -adrenergik di rangsang terjadi terjadi di alveoli karena kesulitan untuk
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi mengeluarkan CO2 sehingga mengalami
ketika reseptor -adrenergik yang kelebihan udara yang bercampur dengan
dirangsang, keseimbangan antara sekret.

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 5


Sesak nafas merupakan perasaan akan meningkatkan bersihan sekresi
sulit bernafas yang biasanya terjadi ketika pulmonal 7.11. Nebulisasi dapat memberikan
melakukan aktivitas fisik, sesak nafas juga kuntungan karena mudah digunakan pada
merupakan suatu gejala dari beberapa pasien asma dengan serangan sedang
penyakit yang bersifat kronis, kejadian- sampai berat dan lebih efektif dari obat-
kejadian sesak nafas tergantung pada obatan minimum melalui oral maupun
berat ringannya keluhan, faktor pencetus intravena karena langsung dihirup masuk ke
terjadinya sesak nafas yaitu 1) otot-otot paru-paru, pemberian bronkodilator melalui
pernafasan yang abnormal diantaranya nebulizer mampu menampung sejumlah
penyakit otot misalnya kelemahan otot; obat dengan dosis besar dan merupakan
kelumpuhan otot; otot yang mengalami cara yang biasa digunakan di Instalasi
distrofi, fungsi mekanik otot misalnya Gawat Darurat untuk memperoleh reaksi
fungsi mekanik berkurang pada fase cepat, ini bertujuan tidak hanya mengurangi
inspirasi dan fungsi mekanis otot berkrang sesak nafas tetapi juga untuk
pada fase ekspirasi. 2) faktor peningkatan mengencerkan dahak, relaksasi dari
kerja pernafasan, diantaranya spasme bronchiale, melancarkan jalan
peningkatan ventilasi dan sifat-sifat yang nafas, melembabkan saluran pernafasan7.8.
berubah misalnya tahanan elastis paru Terapi nebulizer yang diberikan
meningkat, tahanan elastis dinding kepada Tn.M, umur 41 tahun, dengan
thoraks meningkat, peningkatan tahanan menggunakan bisolvon, ventolin dan
bronchiale selain dari tahanan elastis combivent, ketiga obat tersebut merupakan
dapat dijumpai pada penyakit asma obat-obat bronkodilator dimana bisolvont
bronchiale 8.11. berisi bromheksin HCL 4 mg/5 ml dan eliksir
Salah satu terapi yang dilakukan 2 mg/ml. Ventolin sendiri berisi salbutamol
penulis untuk mengurangi sasak nafas 2,5 mg/2,5 ml NaCl. Sedangakan combivent
pada serangan asma bronchiale yang didalamnya berisi ipratropium Br 0,5 mg dan
terjadi kepada Tn.M di IGD RSUD salbutamol sulfar 2,5 mg 12.13. Manfaat dari
dr.Loekmono Hadi Kudus, adalah dengan bisolvon yaitu mengencerkan dahak dan
menggunakan terapi nebulizer karena batuk lebih cepat dari cairan abnormal
keadaan Tn.M yang emergenci dan harus cabang tenggorokan 13. Sedangkan obat
segera ditangani dengan airway terdengar bronkodilator dengan kelompok agonis -
suara wheezing, brathing pasien sesak adrenergik yaitu salbutamol dapat
nafas terutama saat ekspirasi dengan mengendurkan otot polos bronkus sehingga
RR30×/menit, ketika di auskultasi ventilasi meningkat, obat bronkodilator
terdengar suara ronchi saat ekspirasi, dengan kelompok antikolinergik misalnya
circulasi dengan Hr 138×/menit dan Spo2 ipratropium yang memiliki manfaat untuk
97%, jika tidak segera ditangani maka mencegah bronkospame dengan
akan terjadi hiperreaktifitas bronkus melonggarkan otot polos bronkial, efek
menimbulkan bronkospasme dan puncak dari pemberian obat- obat
akumulasi sekret sehingga jalan nafas bronkodilator sekitar 15-20 menit punjak
menyempit, sesak nafas semakin akhir 1-2 jam dan lama kerja obat-obat
bertambah dan terjadi retensi oksigen bronkodilator adalah 6-8 jam 14. Upaya
kemudian menjadi keracunan karbon dan pemberian obat-obat bronkodilator ini
dapat menyebabkan kematian. Dimana diberikan kepada Tn.M karena dapat
nebulizer adalah alat yang digunakan mengendurkan otot polos bronkus.
untuk merubah obat dengan mesin Adapun efek samping dari obat-obat
tekanan udara dari pipa ketutup yang bronkodilator diantaranya bisolvon memiliki
berisi obat cair, kekuatan dari tekanan efek samping gangguan saluran cerna,
udara akan memecahkan obat dari bentuk mual, muntah, diare biasanya jarang dan
cair ke bentuk partikel aerosol atau ringan, ruam kulit, kenaikan serum
partikel yang sangat halus yang dapat transaminase. Combivent memiliki efek
dihirup secara dalam ke saluran samping sakit kepala, pusing, gelisah,
pernafasan, aerosol sendiri sangat takiaritmia, tremor halus, debar-debar, dapat
bermanfaat apabila dihirup atau terjadi hipokalemia 12. Evaluasi yang harus
dikumpulkan pada organ paru karena

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 6


dilakukan ketika terjadi efek samping dari memasukkan obat-obat bronkodilator
pemberian obat-obat bronkodilator diantaranya bisolvon 20 tetes, combivent
diantaranya evaluasi pasien adanya 2,5 mg dan ventolin 2,5 mg ke dalam
tremor karena rangsangan dari reseptor humidifier, berikan O2 nasal canul dengan
2 pada otot skeleta, pada kardiovaskuler flow rate 3 liter, posisikan paien setengah
dapat terjadi takikardi dan palpitasi yang duduk (semi fowler) dapat mengurangi
diakibatkan oleh refleks cardiac tekanan intra abdomen, otot abdomen dan
stimulation sekunder terhadap mengurangi tekanan pada organ pernafasan
vasodilatasi periver disebabkan oleh sehingga dapat memperlancar aliran nafas
stimulasi reseptor di pembuluh darah dan gerakan pernafasan, memasang tutup
nebulizer dan masker atau sungkup,
dan stimulasi langsung reseptor di
menghubungkan pipa ke kompresor aerosol
atrium, pada metabolik dapat terjadi dan tutup nebulizer, atur ketebalan kabut,
hipokalemia karena terjadi rangsangan atur timer menjadi 5 – 10 menit (biasanya
reseptor 2 sehingga menyebabkan setelah 5 menit berjalan kepala akan
masuknya ion kalium ke dalam sel otot merasa pusing dan gelisah, hentikan
skeleta, evaluasi terjadinya hipoksemia inhalasi selama 5 menit hingga tidak merasa
karena agonis adrenergik dapat pusing dan gelisah, bila masih merasa
meningkatkan ketidakseimbangan pusing dan gelisah hentikan penggunaan
ventilasi-perfusi akibat vasodilatasi arteriol nebulizer, jika obat masih tersisa buang
paru yang sebelumnya mengalami obat dan ganti obat sesuai advice dengan
vasokonstriksi akibat hipoksia dapat dosis yang sama), kemudian aktifkan
menimbulkan aliran darah yang bukan nebulizer instruksikan pasien untuk bernafas
dari pembuluh darah ke daerah dengan biasa melalui hirupan yang panjang dengan
dengan ventilasi buruk sehingga inspirasi menggunakan mulut dan ekspirasi
mengakibatkan terjadinya penurunan menggunakan hidung, tunggu hingga uap
tekanan parsial oksigen. Tindakan yang pada masker keluar, pasangkan masker ke
harus dilakukan saat terjadi efek samping daerah hidung dan mulut pasien, tunggu
dari obat-obat bronkodilator diantaranya hingga 5 menit kemudian matikan alat
observasi tanda-tanda vital diantaranya nebulizer setelah itu masker dilepas ganti
observasi nadi periver, observasi terhadap dengan O2 nasal canul 3 liter, posisikan
pernafasan yang cepat dan dangkal, pasien untuk tidur nyaman kembali. Setelah
observasi tekanan darah, tujuan itu evaluasi kembali selama 1 jam keadaan
pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu untuk pasien, lakukan kembali terapi nebulizer
tindakan pengawasan terhadap setelah 8 jam terapi diberikan. Pemberian
perubahan/gangguan sistem tubuh, terapi nebulizer dengan bisolvon 20 tetes,
observasi terhadap pemeriksaan fisik combivent 2,5 mg dan ventolin 2,5 mg pada
paru-paru diantaranya lakukan inspeksi kasus asma bronchiale cukup efektif, hal ini
untuk menjelaskan perkembangan dinding terbukti setelah dilakukan pengelolaan
dada, lakukan palpasi untuk mengetahui selama 3 hari pada Tn.M yang awalnya
adanya taktil fremitus, lakukan perkusi mengeluh sesak nafas mengatakan sesak
untuk mengetahui adanya timbunan udara nafas berkurang, dengan Rr yang semula
atau cairan/padat, lakukan auskultasi 30×/menit menjadi 24×/menit sehingga
untuk mengkaji gerakan udara melewati pasien terlihat nyaman dan tidak terdengar
pohon trakeobronkial dan mendeteksi suara tambahan wheezing.
mukus atau jalan nafas yang terobstruksi, Terapi nebulizer yang dilakukan pada
tujuan dilakukannya pemeriksaan paru- Tn.M dengan menggunakan obat-obat
paru yaitu untuk mengetahui kelainan bronkodilator cukup efektif hal ini sejalan
yang terjadi pada paru-paru, tempatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pasien pada posisi semi fowler tujuannya Slamet Santoso, dkk. Dengan judul
agar ekspansi paru lebih baik 15. Pengaruh Pemberian Bronkodilator
Prosedur yang dilakukan untuk (Ventolin) secara Inhalasi terhadap Tingkat
memberikan terapi nebulizer pada Tn.M, Reversibilitas Faal Paru Penderita Asma
umur 41 tahun yaitu dengan cara Bronkiale, penelitian dilakukan pada 20
penderita Asma Bronkiale dengan berbagai

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 7


usia dan gender, lama menderita asma,
frekuensi serangan asma, faktor-faktor SIMPULAN
pencetus asma, hal ini dapat diperoleh
hasil perbandingan nilai Arus Puncak Asma adalah penyakit peradangan
Ekspirasi (APE) sebelum dan sesudah saluran nafas dan penyumbatan saluran
diberikan obat-obat bronkodilator nafas dimana trakea dan bronki berespon
diantaranya ventolin yang berisi secara hiperreaktif terhadap
salbutamol dengan hasil sebelum stimulasi/rangsangan tertentu. Faktor
diberikan obat ventolin nilai APE adalah terjadinya asma bronkiale yang dialami
49,92%, setelah diberikan obat ventolin Tn.M disebabkan oleh alergen debu, polusi
nilai APE naik menjadi 73,44% dengan dan perubahan cuaca yang dingin
standar devisiasi 59,39%, dari hasil yang mengakibatkan trakea dan bronki
diperoleh sebelum dan sesudah diberikan mengalami hiperaktif dan hiperesponsivitas
ventolin terjadi peningkatan nilai APE jalan nafas sehingga terjadi respon
sebesar 23,52%, hasil dari penelitian bronkokonstriksi memicu peradangan
tersebut menggunakan nilai rata-rata dan dinding mucosa broncus dan meningkatkan
standar devisiasi dari nilai APE sebelum produksi mukosa/lendir yang kental, lengket
dan sesudah diberikan ventolin, maka dan menimbulkan bronkospasme. Sesak
kesimpulannya adalah pemberian obat- nafas yang dialami Tn.M terjadi karena jalan
obat bronkodilator diantaranya ventolin nafas tersumbat oleh mukus, saluran
dapat memperbaiki reversibilitas faal paru pernafasan menyempit dan ventilasi
penderita asma bronkiale karena setelah alveolus berkurang.
obat ventolin dengan kandungan Untuk mengatasi sesak nafas
salbutamol diabsorbsi di usus akan dilakukan pemberian terapi nebulizer cukup
mengalami metabolisme lintas pertama di efektif diberikan pada pasien dengan asma
hati, separuhnya diekskresikan di urin bronkhiale, tetapi terapi nebulizer dengan
sebagai konyugasi sulfat yang inaktif, dan obat-obat bronkodilator tersebut bekerja
30% diekskresikan sebagai Salbutamol sementara dikarenakan cara kerjanya yakni
yang tidak diubah, presentase dari dosis mengencerkan dahak pada saluran
inhalasi yang mencapai paru akan pernafasan sehingga hal ini tidak
tergantung pada metode dan alat yang mengakibatkan obstruksi dan sumbatan
digunakan 15. jalan nafas. Terapi nebulizer dengan obat
Dari data yang ditemukan bahwa bronkodilator diantaranya bisolvon,
Tn.M mengalami serangan asma combivent dan ventolin berfungsi
bronkiale karena faktor dari alergen debu, mengencerkan dahak, pencegahan
polusi udara dan cuaca yang dingin, bronkospasme dan melonggarkan saluran
supaya tidak terjadi serangan asma nafas. Hal yang harus dihindari agar
berulang maka hal-hal yang harus penyakit asma yang dialami Tn.M tidak
dihindari agar penyakit asma tidak kambuh lagi diantaranya alergen debu dan
kambuh lagi diantaranya: 1) Debu dan polusi udara, rokok dan tembakau, cuaca
polusi udara, debu dan polusi udara yang yang dingin.
semakin banyak menjadi salah satu
pemicu timbulnya asma ditambah dengan DAFTAR PUSTAKA
radikal bebas yang tidak bisa dihindari
lagi, sebaiknya menggunakan masker 1. Padila. Definisi dan Patofisiologi Asma
atau sapu tangan ketika berpergian keluar dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal
rumah terutama didaerah yang berasap Bedah. Nuha Medika. Bengkulu.
pabrik maupun kendaraan. 2) Rokok dan 2012:105.
tembakau, rokok merupakan pemicu 2. Mcphee J. Stephen, Ganong F. William.
asma yang paling sering ditemukan Patofisiologi Penyakit Pengantar
diberbagai tempat, oleh karena itu Menuju Kedokteran Klinis, 5 ed. dr.Loi
sebaiknya hindari tempat-tempat yang Indra,Nuning Zuni Astuti, editor.
banyak perokok. 3) Pemicu alergi, hindari Jakarta: EGC;2010:253.
berbagai macam barang atau yang
tertentu yang bisa menyebabkan alergi 11.

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 8


3. Ratih Oemiati, Marice Sihombing, PT Muliapurna Jayaterbit.
Qomariah. Faktor-Faktor yang 2008:506;511;533.
Berhubungan dengan Penyakit Asma 13. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. ISO
di Indonesia. Media Litbang Indonesia. Volume 43. PT ISFI
Kesehatan. XX (1):2010:41-43. Penerbitan. Jakarta. 2008: 397;403.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa 14. Tambayong Jan. Farmakologi untuk
Tengah. Buku Profil Kesehatan Jawa Keperawatan. Widya Medika. Jakarta.
Tengah. 2012:39-40. 2001: 61-67.
www.dinkesjatengprov.go.id (diakses 15. Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental
tanggal 14 Maret 2016). Keperawatan Konsep, Proses dan
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Praktik. 4 ed. Volume 1. Devi Yulianti.,
Kesehatan Depertemen Kesehatan Monica Ester., editor. Jakarta: EGC;
RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan 2005: 784-792;869.
Dasar Provinsi Jawa Tengah. 16. Slamet Santosa, Adhytiya Dwipa R.
2009:106. Teguh, Jahja Teguh Widjaja. Pengaruh
6. Purnomo. Faktor-Faktor Risiko yang Pemberian Bronkodilator (Ventolin)
Berpengaruh Terhadap Kejadian secara Inhalasi terhadap Tingkat
Asma Bronkial pada Asma. Reversibilitas Faal Paru Penderita
Universitas Diponegoro. Semarang. Asma Bronkiale. Fakultas Kedokteran.
2008. Bandung. 4(1). 2014:14-20.
7. Andika Fernando. Modifikasi
Nebulizer Kompresor dengan
Menambahkan Pengaturan Timer dan
Detektor Cairan Obat Sebagai
Batasan Waktu Terapi Pemberian
Obat pada Penderita Asma. 2014.
8. Hardayani Putri, Slamet Soemarno.
Perbedaan Postural Drainage dan
Latihan Batuk Efektif Intervensi
Nebulizer Terhadap Penurunan
Frekuensi Batuk pada Asma
Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun.
Jurnal Fisioterapi. 13 (1). April
2013:2-7.
9. Kumar Vinay, Ramzi, Stanley. Definisi
dan Patofisiologi Asma dalam Buku
Ajar Patologi. 7 ed. Alih Bahasa.
Huriawati Hartanto, Nurwany
Darmaniah, Nanda Wulandari, editor.
Jakarta: EGC. 2007:511-514.
10. Smeltzer C. Suzanne. Definisi dan
Patofisiologi Asma dalam Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. 8 ed. Alih Bahasa.
Monica Ester, Ellen Panggabean,
editor. Jakarta: EGC. 2001: 611-612.
11. Jamaludin, S.Yusra, Z. Ulya.
Pemberian Nebulizer dengan Ventolin
dan Bisolvon dalam Mengatasi Sesak
Nafas pada Pasien PPOK di Ruang
Melati II RSUD Kudus. Jurnal Profesi
Keperawatan. 1(1). 2014:59-61.
12. Hardjosaputro S.L. Purwanto, dkk.
DOI Data Obat di Indonesia. 11 ed.

Terapi nebulizer mengurangi sesak........... (S.I. Agustina dkk) 9

Anda mungkin juga menyukai