Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AFRINIA

NIM : 11215562010014
MATKUL : PENGANTAR BISNIS

CONTOH RISET PRODUK MS GLOW


Kehadiran MS Glow di kancah produk perawatan kulit (skincare) dimulai pada 2013. Kala
itu sang pendiri, Shandy Purnamasari, mulai memproduksi dan memasarkan produknya
secara online. Sebagai pendatang baru di dunia kesehatan dan kecantikan, MS Glow berupaya
terus membangun kepercayaan dari pelanggan dengan menawarkan produk berkualitas. Di
ajang IBBA 2020, MS Glow yang merupakan pendatang baru merajai kategori Kosmetik
Perawatan Wajah Eksklusif. Pencapaian skor brand value (BV)-nya jauh di atas pemain lain,
seperti Beauty Rossa, Elshe Skin, Avoskin, dan Airin Beauty. Menurut Shandy, MS Glow
meluncurkan jajaran produknya berdasarkan riset pasar dengan melihat apa yang dibutuhkan
konsumen, dari aspek gender, umur, lokasi, dll. Sebagai gambaran, wanita dan pria memiliki
kebutuhan yang berbeda, sehingga MS Glow meluncurkan MS Glow Beauty untuk wanita
dan MS Glow for Men untuk pria. Shandy meyakini suara konsumen merupakan hal yang
berharga bagi sebuah merek. “Kami sangat menyadari pentingnya suara konsumen untuk
dapat menciptakan sebuah produk,” ujar perempuan kelahiran Surabaya, 10 Oktober 1991 ini.
Dari suara konsumen juga didapatkan umpan-balik produk apa yang disenangi masyarakat.
“Dari sini, MS Glow mengembangkan produk sesuai selera konsumen,” ujar Shandy. Selain
suara konsumen, Shandy juga menyebut perlunya penelitian dan pengembangan
berkelanjutan. Tujuannya, agar pihaknya dapat mengetahui kebutuhan konsumen yang
sesungguhnya, sehingga bisa meningkatkan kualitas produk dan layanan secara holistik.
Strategi lain yang dipandang Shandy tidak kalah penting adalah branding. Ia menjelaskan,
ada lima hal yang dijadikan acuan MS Glow dalam mem-branding-kan produk.
Pertama, brand awareness, yaitu bagaimana masyarakat tahu dan sadar keberadaan merek MS
Glow. Kedua, brand association, yaitu bagaimana masyarakat mengasosiasikan dan
menginterpretasikan perawatan kulit atau kata “glowing” dengan merek MS Glow.
Ketiga, brand identity, yakni bagaimana MS Glow membangun citra positif dalam benak
konsumen. Keempat, brand loyalty. MS Glow mendorong agar pembeli menjadi committed
buyer. “Sebab, dengan memiliki pembeli berkomitmen, itu sangat memungkinkan MS Glow
berkembang sesuai suara konsumen,” kata Shandy. Dan kelima, faktor perceived quality,
yaitu bagaimana MS Glow meyakinkan konsumen untuk membeli produknya karena alasan
kualitas terbaik. Hal yang menarik, kegigihan MS Glow dalam membangun mereknya tidak
hanya dengan berjualan produk perawatan kulit. Namun, juga melalui MS Glow Aesthetic
Clinic, dengan menawarkan berbagai treatment perbaikan dan perawatan kulit, seperti
layanan menggunakan teknologi laser, meso, skin rejuvenation, V-shape, microdermabrasi,
hingga beauty transformation. Treatment-nya langsung ditangani dokter ahli. Meski
tergolong perusahaan yang masih muda usia, MS Glow telah merancang formulasi produk
sendiri. Juga, telah memiliki pabrik sendiri, baik pabrik untuk membuat produk maupun
kemasan. “Dengan demikian, proses dari hulu ke hilir sudah bisa kami lakukan,” ujar
Shandy. Menariknya lagi, MS Glow sudah punya duta merek (brand ambassador) untuk tiap
segmen pasar. Di bidang pemasaran, MS Glow telah menciptakan program reseller bagi
konsumen loyal untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan ini. “Dari awal MS Glow
dibentuk, kami tumbuh dan berkembang bersama konsumen,” kata Shandy. Di masa
pandemi, ternyata orang lebih rutin melakukan perawatan kulit. Karena itulah, MS Glow
memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin mengembangkan potensinya untuk
menjadi reseller. “Bagi seller yang loyal, kami memberikan reward setiap tahunnya sehingga
mereka terpacu untuk menjual produk MS Glow lebih masif lagi,” kata Shandy tentang kiat
kemitraannya. Ke depan, Shandy akan terus meningkatkan brand awareness dengan
menunjuk duta merek di berbagai kota lainnya. Untuk meningkatkan penjualan, MS Glow
akan gencar mengoptimalkan pemanfaatan media offline dan online yang saling melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai