Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUA PADA PASIEN LEUKIMIA

Laporan Pendahuluan Depertemen KMB

Oleh :

PETRUS NANI BILI


2016610072

PROGRAM STUDI PENDIDKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN LEUKIMIA

1. Pengertian
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliperasi
abnormal dari sel-sel hemotopeitik (Silvia, 2006 dalam Wijaya, 2013).
Leukemia adalah proliperasi sel leukosit yang abnormal, ganas sering disertai
bentuk leukosit yang lain dari normal, jumlahnya berlebihan dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian
(Suparman, 2005 dalam Wijaya, 2013).
Leukemia adalah produksi sel darah putih yang tidak terkontrol
disebabkan oleh mutasi yang menjurus pada kanker sel mielogenosa atau sel
limfogenosa (Guyton, 1997 dikutip dari Wijaya 2013).
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai adanya akumulasi
leukosit ganas dalam sum-sum tulang dan darah (Hoffbrand, 2005 dikutip dari
Wijaya 2013).
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel hematopoetik (Virchow, 1847 dalam Wijaya 2013).
2. Etiologi
a. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down,
sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, Sindroma Wiskott-Aldrich,
Sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy Sindrome,
Sindroma von Reckinghausen, dan Neurofibromatosis.
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misalnya pada kromosom 21 atau C-group
Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy .
b. Virus.
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-
sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini
berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan
leukemia pada hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan
oleh Takatsuki dkk.
c. Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan
dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misalnya pada tukang sepatu
yang sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain
dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk –
produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik.
Sedangkan dari obat-obatan, obat anti neoplastik ( misalnya : alkilator
dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan
kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan
methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang
yang lambat laun menjadi AML.
d. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan
pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi,
dan pada kasus lain : seperti peningkatan insidensi leukemia pada
penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom.
Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat
terapi radiasi, misalnya: pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos
radiasi dan para radiologis
3. Klasifikasi leukimia
a. Leukemia Mieloblastik
 Leukemia Mieloblastik Akut (LMA)
Angka kejadian 80% leukimia akut pada orang dewasa. Permulaannya
mendadak atau progresif dalam masa 1-6 bulan, jika tidak diobati,
kematian kira-kira 3-6 bulan. Insiden pada pria dan wanita 3:2.
 Leukemia Mieloblastik Kronik (LMK)
Paling sering terjadi pada usia pertengahan (orang dewasa) umur 20-60
tahun, puncak kejadian pada umur 40 tahun, dapat juga terjadi pada anak-
anak (Sylvia, 2006). Leukimia mieloblastik dimulai dengan produksi sel
mielogenosa muda yang bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian
menyebar ke seluruh tubuh, sehingga sel darah putih diproduksi
diberbagai organ ekstramedular terutama di nodus limfe, limpa dan hati.
b. Leukemia Limfoblastik
 Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
Merupakan kanker darah yang paling sering menyerang anak-anak
berumur dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara 3-4 tahun,
insiden pada pria dan wanita 5 : 4.
 Leukemia Limfoblastik Kronik (LMK)
Merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang ditemukan pada
kelompok umur tua (± 60 tahun), pada pria dan wanita angka kejadian 2 :
4. Patofisilogis
Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian sel
pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi sel
darah merah. Depresi produksi platelet yang menyebabkan purpura dan
kecenderungan terjadinya perdarahan .
Kegagalan mekanisme pertahanan selular karena penggantian sel darah putih
oleh sel leukemik, yang menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi .
Infiltrasi sel-sel leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-
sel leukemik yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut.
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sendiri disebabkan oleh :
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,
imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan
sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan
jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah
sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh-sembuh & sakit kepala
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, merasa lemah atau letih
c. Demam, keringat malam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab, mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah,
bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat
pembesaran limpa).
6. Komplikasi
a. Nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
b. Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.
c. Anemia
d. Infeksi bakteri berulang
e. Gagal ginjal
7. Terapi
Pengobatan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan
penyakit penyerta, antara lain :
a. Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan ketika sel leukemia sudah terjadi
metastasis. Kemoterapi juga dilakukan pada fase induksi remisi yang
bertujuan  mempertahankan remisi selama mungkin.
b. Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia,
anemia, perdarahan, dan infeksi. Pemberian antibiotik  dan transfusi darah
dapat diberikan.
c. Pencegahan terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.
d. Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan
alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa
dilakukan pada pasien dengan limphoma, dan anemia aplastik.
Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
 Pucat
 Kelemahan
 Sesak
 Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
 Demam
 Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
 Ptechiae
 Purpura
 Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
 Limfadenopati
 Hepatomegali
 Splenomegali
f. Kaji adanya :
 Hematuria
 Hipertensi
 Gagal ginjal
 Inflamasi disekitar rectal
 Nyeri
2. Diagnosa keperawatan
 Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
 Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit.
 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah.
3. Intervensi
 Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
 Tujuan : Agar tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
 Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
 Tempatkan pasien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber
infeksi.
 Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif.
 Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko
infeksi
 Evaluasi keadaan pasien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
 Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme.
 Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi
seluler.
 Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh.
 Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
 Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
 Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
 Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan.
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler
atau penyambungan jaringan
 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan
atau dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi.
 Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Iman Supandiman, dr.Els Anggraeni, dkk. 1997. Pedoman Terapi Hematologi


Onkologi. Bandung : Alumni.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan
Penyakit. Jakarta : Pustaka Bunda.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi 1. Jakarta : Buku Kedokteran.
Yatim, Faisal. 2003. Talasemia Leukemia dan Anemia. Jakarta : Pustaka Populer
Obor.
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, dan Siti
Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta Pusat : Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai