Perencanaan Tulangan Geser Dengan Variasi End Block Pada Beton Prategang
Perencanaan Tulangan Geser Dengan Variasi End Block Pada Beton Prategang
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Disetujui Oleh:
2017/2018
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas setiap berkat dan
kemurahannya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terimakasih Allah
yang turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan dalam segala aspek kehidupan saya.
Dengan rendah hati saya mohon maaf jika dalam penulisan tugas akhir ini
masih terdapat kekurangan dalam penulisan maupun perhitungan. Saya juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dalam penyempurnaan tugas akhir
ini.
Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Besman Surbakti, MT, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar
memberi bimbingan, arahan, dan saran kepada saya untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
2. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST ,MT , selaku ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara.
3. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, MBA , selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara.
4. Bapak Prof.Ing.Johannes Tarigan dan Bapak Agung Putra Handana, ST, MT,
selaku Dosen Pembanding dan penguju Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatra Utara.
5. Bapak/Ibu Dosen Staff Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama
saya menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatra Utara.
6. Kepada pegawai administrasi dan pegawai-pegawai Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara.
7. Orang tua saya, Almarhum Pandapotan Ebenezer Napitupulu ,Ibu Dahlia
Siahaan , Namboru Verenice Napitupulu dan Uda Luhut Napitupulu terima kasih
ii
Saya menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari Bapak dan Ibu staff
pengajar dan rekan-rekan mahasiswa dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, saya berharap semoga laporan Tugas
Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
iii
ABSTRAK
Daerah end block atau Anchorage zone memiliki konsentrasi tegangan yang sangat
tinggi dan sangat berpotensi terjadinya bahaya retak. Diperluakan analisa khusus
pada penulangan ujung balok untuk memikul gaya pencar (bursting), belah dan
pecah (spalling) yang timbul akibat pengangkuran tendon. Tendon yang ditinjau
merupakan tendon lurus dan tendon melengkung (drapped). Untuk mengukur
tegangan-tegangan yang cukup rumit, metode analisis linear yang diberikan oleh
Guyon, Magnel, dan Zeilensky dan Roe cukup dapat digunakan untuk memahami
tingkat tegangan yang terjadi pada end block. Namun, metode-metode seperti
diberikan T.Y Lin dan SNI dapat memberikan desain yang lebih aktual. Penulangan
pada landasan ujung berdasarkan PCI girder turut memperkuat perencanaan
tulangan geser pada variasi ujung solid maupun dapped. Pada pengaplikasiannya
T.Y Lin dapat memberikan jumlah tulangan geser yang lebih efisien dibandingkan
metode SNI (strut and tie), Penulangan pada landasan berujung Dapped juga
memerlukan tulangan yang lebih rumit dibandingkan ujung solid. Penulangan geser
pada landasan ini merupakan penjumlahan gaya lintang akibat pembebanan total
ditambah gaya proyeksi kabel prategang terhadap arah sumbu Y vertical.
Kata Kunci : endblock, Tulangan geser, Tendon melengkung, Tendon lurus, ujung
solid, dapped end, Magnel, Guyon, Zielinsky and Rowe, Strut and
Tie, T.Y lin, PCI girder
iv
Kata Pengantar………………………………………………………………….. ii
Abstrak……………………………………………………………………........... iv
Daftar Isi………..………………………………………………………………... v
vi
4.2. Analisis End block berdasarkan Metode SNI dan T.Y Lin …………... 71
vii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
Tabel 4.3 Perhitungan persamaan daerah aman kabel atas dan bawah serta asumsi
ekivalen ………………………………………………………………. 67
Tabel 4.5 Perhitungan tulangan bursting metode zeilinski and Rowe …………. 74
Tabel 4.9 Tumpu pada beban kerja perencanaan T.Y Lin ……………………... 79
viii
Tabel 4.14 Tinjauan geser dan jarak sengkang yang digunakan ………………… 88
Tabel 4.16 Perbandingan tulangan geser pada beberapa variasi end block ……... 101
BAB V
ix
BAB I
Gambar 1.1 Balok Beton Prategang (a) End Block pada Ujung kiri (b) Detail
End Block [Winarni Hadipratomo, 2008] ……………………………….. 1
Gambar 1.2 Zona Lokal dan Zona Global pada Endblock (Songwut Hengpratanee,
2004) ……………………………………………………………….. 2
Gambar 1.3 Transmisi Gaya pada Blok ujung (Pelat Angkur Tunggal) (Nawy, 1996).. 3
Gambar 1.6 Balok berujung persegi,balok berujung Dapped dan Balok I Girder……... 7
Gambar 1.7 Diagram Alir Studi Analisis dan Desain End Block pada Beton Prategang .. 10
BAB II
Gambar 2.5 Daerah Terganggu (daerah yang diarsir merupakan daerah terganggu) 22
Gambar 2.6 Transmisi Gaya pada Balok ujung (Pelat Angkur Tunggal)……............... 24
Gambar 2.7 Transmisi Gaya pada Balok ujung (Pelat Angkur Ganda) ………………. 25
Gambar 2.9 Transmisi angker ujung untuk tendon terlekat (a) Transisi ke daerah solid
di tumpuan (b)Zona ujung dan retak dan spalling ……............................ 27
Gambar 3.3 Sistem gaya terbagi rata dengan prisma ekivalen (Guyon) ………………. 35
Gambar 3.5 Distibusi tegangan tarik pada balok ujung (Zielinski-Rowe) ……………. 39
Gambar 3.7 Skema jejak gaya tekan pada model tekan-dan-tarik …………………… 42
Gambar 3.13 Hubungan limit kern dengan daerah aman kabel ...................................... 50
Gambar 3.14 Bentuk tipikal daerah aman kabel (a) Desain normal (b) Desain optimum
(hanya ada satu solusi P dan eo) (c)Penampang tidak kuat (preliminary).. 51
Gambar 3.15 Beban penyeimbang untuk melawan gerak vertical. (a) Balok dengan ten-
don berbentuk harped (b) Balok dengan tendon berbebtuk Drapped. (c)V-
ektor geser internal Vp akibat gaya prategang P pada elemen yang sangat
kecil dx. (d) Vektor geser internal V akibat beban eksternal W pada elem-
en yang sangat kecil dx ………………………………………………… 52
BAB IV
xi
Gambar 4.7 Tata letak tendon pada ujung balok dan tengah bentang ………………… 70
Gambar 4.10 Penulangan angker ujung (a) zona angker. (b) Penampang balok ............. 78
Gambar 4.22 Gaya geser Ultimit yang digunakan untuk perhitungan tulangan geser…. 102
BAB V
xii
𝐴𝑏 Luas netto efektif plat tumpu yang dihitung sebagai luas 𝐴𝑔 dikurangi
dengan luas lubang-lubang di plat tumpu
fc ′ Tegangan Tekan
𝑑𝑏 Diameter baut
h Tinggi penampang
M Momen lentur
xiii
𝑓𝑣 Tegangan vertical
𝑓ℎ Tegangan langsung
γ Tegangan geser
k Koefisien
𝑒 eksentrisitas alat angker atau sekelompok alat yang berjarak dekat diukur
dari pusat berat penampang balok
xiv
PENDAHULUAN
Elemen struktur yang akan dianalisis pada studi ini adalah daerah
pengangkuran (anchorage zone) atau end block pada beton prategang Pemindahan
gaya dari tendon kepada beton dilakukan dengan mentransfer gaya pada beton atau
dengan pengangkuran. Daerah di ujung balok sepanjang h yaitu tinggi balok,
merupakan daerah terganggu yang merupakan daerah peralihan dari gaya prategang
terpusat menjadi tegangan normal di daerah EF, sedangkan daerah CDEF disebut
daerah end block.
Gambar 1.1 Balok Beton Prategang (a) End Block pada Ujung Kiri (b) Detail End Block [Winarni
Hadipratomo, 2008]
1. Zona global/umum :
Zona ini identik dengan zona angker total. Panjangnya sama dengan tinggi
penampang h untuk kondisi standar.
2. Zona lokal:
Zona ini mempunyai bentuk prisma persegi dan berada disekitar angkur dan
tulangan-tulangan kekangan. Panjang zona lokal ini harus ditinjau sebagai
yang terbesar diantara lebar maximum atau panjang alat angker yang
mengekang penulangan agar pengaruh tegangan tumpuan kecukupan tulangan
kekangan yang tersedia meningkatkan kapasitas tumpu beton.
Gambar 1.2 Zona Lokal dan Zona Global pada Endblock (Songwut Hengpratanee, 2004)
Pemusatan tegangan tekan yang besar dalam arah longitudinal terjadi dipenampang
tumpuan pada segmen kecil di muka ujung balok, baik pada balok pratarik maupun
pada balok pascatarik, akibat dari gaya prategang yang besar. Plat angker yang
terletak pada ujung balok beton prategang akan menerima gaya pratarik, besarnya
Baja mutu tinggi diperlukan dalam beton prategang untuk menghasilkan dan
menjamin pemberian baja prategang,yang memuaskan pada batang. Ada tiga
bentuk gaya prategang yang digunakan: Kawat tunggal kawat puntir (wire strand)
dan batang baja. Pada pekerjaan pascatarik,sejumlah besar kawat dikelompokkan
secara pararel membentuk tendon.
Penggunaan tendon ini sendiri ada yang berbentuk lurus seperti gambar 1.2
dan berbentuk melengkung. Penggunaan tendon ini mempengaruhi tegangan tarik
yang kemudian mempengaruhi perencanaan tulangan geser pada endblock.
Beton kurang dapat menahan tegangan tarik dengan efektif, oleh karena itu
penulangan brusting dibutuhkan pada tempat dimana tegangan tarik tersebut
terjadi. Berdasarkan analisis yang dilakuakan pada endblock terdahulu, perilaku
endblock dapat diprediksi dengan menganalisa distribusi tegangan yang dapat
digambarkan melalui isobar dan trayektori tegangan. Gaya-gaya yang bekerja pada
balok ujung suatu beton prategang pascatarik seperti yang terlihat pada gambar 1.3,
untuk plat angker tunggal dengan penampang berbentuk persegi.
Gambar 1.3 Transmisi Gaya pada Blok ujung (Pelat Angkur Tunggal) (Nawy, 1996)
Berdasarkan konsep tersebut maka analisa terhadap distribusi tegangan pada End
Block menjadi penting untuk dilakukan guna mendapatkan disain yang tepat untuk
menahan gaya yang terjadi pada daerah angker tersebut. Beberapa metode analisis
Pada dasarnya kita dapat menerapkan Metode desain untuk zona umum pada
beton prategang dengan metode-metode berikut :
Metode analisis yang dilakukan oleh T.Y Lin didasari atas metode elastis linear,
dengan menggunakan analisis elemen hingga untuk memvisualisasikan distribusi
tegangan yan terjadi pada endblock, seperti pada Gambar 1.5. `
1.3. Tujuan
a. Mengevaluasi fenomena yang terjadi karena variasi kabel dan dimensi end
block baik berujung persegi,dapped maupun I Girder yang paling ekonomis.
b. Mengetahui efek dari variasi end block terhadap desain dari beton prategang
dan jumlah tulangan tarik dan penulangan geser
1.4. Manfaat
a. Tulisan ini dapat menambah wawasan tentang perancangan end block yang
ekonomis dan efisien untuk digunakan pada bangunan konstruksi.
b. Diharapkan tulisan ini dapat menjadi bahan referensi pembelajaran teoritis
tentang End Block pada beton prategang.
a. Struktur balok dalam batas elastis, hal ini berarti bahwa material akan kembali
kebentuk semula setelah pembebanan dilepaskan.
b. Analisa untuk mendapatkan efek dari variasi kabel,dimensi terhadap gaya
lintang pada end blok beton prategang
c. Gaya yang terjadi adalah gaya prategang langsung yang bekerja pada angker
d. Penampang yang dianalisa adalah balok persegi, balok berujung dapped, balok
I girder .
e. Hubungan antara balok dengan kolom struktur tidak ditinjau
f. Beban yang dipikul adalah beban berdasarkan RSNI-T-02-2005 Standar
Pembebanan Untuk Jembatan.
1.6. Metodeologi
Metodeologi dan tahapan pelaksanaan yang dibuat penulis dalam pengerjaan tugas
akhir ini menggunakan beberapa pendekatan antara lain :
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Selesai
Gambar 1.7 Diagram Alir Studi Analisis dan Desain End Block pada Beton Prategang.
10
2.1 Umum
11
Berat batang memberikan keuntungan yang cukup besar dalam desain total
struktur beton.
b. Batang prategang bebas retak walau menerima beban kerja
c. Batang Prategang lebih kedap air sehingga memberikan perlindungan
korosi yang lebih baik untuk baja.
d. Tidak memerlukan perawatan yang rumit dan berumur lebih panjang
daripada batang beton bertulang yang mudah retak
e. Momen negatif yang disebabkan pemberian prategang menghasilkan
lengkungan/lendutan ke atas (camber) pada batang, sehingga total
lendutan yang terjadi akan berkurang.
f. Berkurangnya tegangan tarik diagonal
g. Penampang memiliki kekakuan yang lebih besar dalam menahan beban
kerja
h. Meningkatkan daya tahan terhadap benturan dan lelah bila dibandingkan
dengan beton bertulang biasa.
Beton Prategang memerlukan penggunaan beton dan baja mutu tingi dan cetakan
beton yang lebih rumit sehingga mengakibatkan biaya tenaga kerja yang tinggi.
12
Ada beberapa macam sistem beton prategang ditinjau dari beberapa segi:
Pada umumnya dua metode prategang yang sering digunakan adalah pratarik
dan pascatarik, yaitu pemberian tekanan pada beton pratekan sebelum atau
setelah beton dicetak/dicor.
a. Pratarik
Pratarik adalah keadaan di mana tendon prategang ditarik dan diangkur pada
abutmen tetap. Beton dicor pada cetakan yang sudah disediakan dengan
melingkupi tendon yang sudah ditarik tersebut. Setelah beton cukup keras,
tendon dipotong atau angkurnya dilepas dan gaya prategang disalurkan ke
beton melalui lekatan. Metode ini terutama sangat cocok bagi produksi
13
b. Pascatarik
Dalam konstruksi pascatarik, tendon ditegangkan setelah beton dituang
dan mencapai kekuatan yang diinginkan. Dengan metofe ini
memungkinkan untuk kabel dibentuk menjadi kurva karena sebelum
beton dicor, terlebid dahulu disediakan duct ,yaitu saluran plastik atau
logam, conduit, pipa, atau peralatan yang hampir sama, beserta tendon
yang belum ditegangkan yang berada di dalamnya (atau dimasukkan
kemudian) ditempatkan pada cetakan dan beton dituang. Setelah beton
14
b.kabel di tarik
4. Lekatan Kabel
a. Bounded Tendon
Setelah penarikan kabel, dilakukan grouting atau injeksi pasta semen
jedalam selubung kabel. Setelah bahan grouting mengeras terjadilah
lekatan antara tendon dan beton disekelilingnya.
15
1. Zona angkur lokal, yang berbentuk prisma persegi yang berada di sekitar
angkur dan tulangan-tulangan pengekang.
2. Zona angkur global, yang merupakan daerah pengangkuran sejauh dimensi
terbesar penampang yang juga mencakup zona angkur global.
16
Pada sistem pratarik, apabila suatu kawat dilepaskan dari angkur sementara pada
alas prategangnya, maka ujung kawat tersebut akan memuai. Hal ini
memungkinkan gaya prategang berkurang sampai nol pada ujung kawat
mengakibatkan tekanan-tekanan radial yang besar pada beton, menaikkan gaya-
gaya gesekan (frictional forces) untuk membantu mentransfer gaya dari baja ke
beton. Hal ini disebut efek Hoyer.
Panjang transfer gaya prategang ini disebut panjang pengangkuran. Panjang
Pengangkuran (L) terdiri dari panjang transfer (𝐿𝑡 ) dan panjang lekatan (𝐿𝑏 ).
Menurut desain Aid 11.2.9 , strand yang digunakan untuk struktur beton
prategang pratarik yang terdiri dari tiga atau tujuh kawat harus ditanam di luar
daerah penampang kritis dengan panjang penyaluran 𝐿𝑑 tidak kurang dari :
𝑑𝑏
𝐿𝑑 = 3000
√𝑓′𝑐
di mana:
𝑑𝑏 = Diameter baut
17
√𝑓𝑐𝑢 𝑥 103
𝐿𝑡 = √
𝛽
Di mana,
𝑓𝑐𝑢 = kekuatan kubus beton pada saat transfer yang dinyatakan dalam N/𝑚𝑚2
𝐿𝑡 = panjang penyaluran/transmisi dalam mm
𝛽 = konstanta yang tergantung pada rincian strand dan kawat
Nilai-nilai konstanta 𝛽 untuk beberapa kawat dan strand yang khas dirangkum
dalam tabel 2.1
18
Sistem pascatarik yang akan kita gunakan adalah Sistem pengangkuran Freyssinet
standar VSL (Voorspan Sistem Losinger)
19
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umumuntuk menghasilkan gaya prategang
dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang, Baja mutu tingi pada sistem
prategang biasanya merupakan salah satu dari ketiga bentuk kawat (wire), untaian
kawat (strand), batang (bars). Untuk sistem pascatarik banyak digunakan
kawat,yang digabungkan secara pararel menjadi kabel.Tndon untuk tulangan
prategang yang akan kita gunakan harus memenuhi spesifikasi berikut :
a. Kawat baja, disesuaikan dengan spesifikasi ASTM A-421 untuk “
Uncoated Stressed-Relieved Wire for Prestressed Concrete” .
b. Kawat baja dengan relaksasi rendah, disesuaikan dengan spesifikasi
ASTM A-421 untuk “Spesification for Uncoated Stressed-Relieved
Steel Wire for Prestressed Concrete”
c. Untaian Kawat (strand) baja, disesuaikan dengan spesifikasi ASTM A-
416 untuk “ Uncoated Seven Wire Stressed-Relieved for Prestressed
Concrete”
d. Tulangan,yang sesuai dengan spesifikasi ASTM A722 “Spesifikasi
untuk baja tulangan mutu tinggi tanpa lapisan untuk beton pratekan
Kehilangan gaya prategang pada baja sesaat setelah penegangan pada baja akibat
gesekan disepanjang tendon atau pada saat pengangkuran ujung (draw in) akan
mempengaruhi gaya prategang pada beton dengan angka yang cukup signifikan.
Untuk tuluan keefektifan desain, total kehilangan gaya prategang harus relatif lebih
kecil dibandingkan dengan dengan gaya prategang yang bekerja.
20
Berbagai tipe reaksi kabel terhadap suatu batang beton tergantung pada
bentuk profil kabel. Bagian kabel yang lurus tidak menimbulkan reaksi apa pun
kecuali pada ujung-ujungnya, sedangkan kabel yang melengkung menimbulkan
beban terbagi rata. Sudut tajam pada suatu kabel menimbulkan beban terpusat.
Konsep perimbangan beban berguna dalam pemilihan profil tendon yang dapat
memberikan sistem gaya yang paling disukai pada beton.
Pada umumnya persyaratan ini akan dipenuhi kalau profil kabel pada suatu
beton prategang sesuai dengan bentuk diagram momen lentur yang dihasilkan oleh
beban luar. Kalau balok tersebut memikul dua beban terpusat, kabelnya harus
mengikuti profil berbentuk trapesium. Jika balok tadi memikul beban terbagi rata,
tendon yang bersesuaian harus mengikuti profil parabolis.
21
Gambar 2.5. Daerah Terganggu (daerah yang diarsir merupakan daerah terganggu)
22
Di daerah angkur atau ujung balok (endblock) suatu elemen ujung beton
prategang pascatarik, keadaan distribusi tegangannya rumit serta bersifat tiga
dimensi. Pada hampir semua batang pascatarik (post-tension), kawat-kawat
prategang dipasang dalam lubang atau saluran kabel, yang dibentuk dulu di dalam
batang dan kemudian ditegangkan serta diangkur pada permukaan ujung. Sebagai
akibatnya, gaya besar yang terpusat dalam daerah yang relatif sempit bekerja pada
balok ujung. Gaya-gaya yang tidak kontiniu ini yang bekerja pada ujung, sambil
berubah secara progresif ke distribusi linear yang kontiniu, menimbulkan tegangan-
tegangan geser dan transversal.
Menurut prinsip St. Venant, distribusi tegangan pada suatu jarak yang jauh
dari permukaan yang dibebabani (umumnya pada suatu jarak yang sama dengan
atau lebih besar dari tinggi balok) dapat dihitung dari teori lenturan sederhana.
Daerah antara ujung balok dan penampang di mana hanya terdapat tegangan
longitudinal pada umumnya disebut sebagai daerah angkur atau balok ujung.
Tegangan-tegangan transversal yang timbul di daerah angkur yang bersifat tarik
sepanjang bagian yang panjang dan karena beton lemah terhadap tarikan, maka
harus diberi tulangan yang cukup untuk menahan tarikan ini. Dengan demikian dari
segi pandangan perencana, sangat penting untuk mempunyai pengetahuan yang
baik akan distribusi tegangan di daerah angkur, sehingga ia dapat memberikan
23
Gaya-gaya yang bekerja pada balok ujung suatu batang beton prategang
pascatarik dtunjukkan dalam gambar 2.6. Suatu konsep fisis tentang keadaan
tegangana dalam arah transversal, yaitu yang tegak lurus terhadap bidang-bidang
yang sejajar dengan permukaan bidang tepi atas bawah balok, dapat diperoleh
dengan meninjau garis-garis gaya ini sebagai serat-serat tersendiri yang bekerja
sebagai topangan (strut) yang dipasang antar gaya ujung 2P dan batang utama dari
balok. Kelengkungan topangan tersebut adalah konveks terhadap garis pusat
balok,dan menimbulkan tegangan-tegangan tekan dalam daerah A. Dalam daerah
B kelengkungan itu berarah sebaliknya dan topangan cenderung melendut kearah
luar, memisahkan satu dengan yang lain dan dengan demikina menimbulkan
tegangan tarik transversal. Didaerah C, topangan akan lurus dan sejajar sehingga
tidak menimbulkan tegangan transversal dan hanya tegangan longitudinal saja yang
timbul di daerah ini.
Dalam gambar 2.7, balok ujung yang sama menerima beban total yang sama
yang diterapkan melalui dua daerah secara simetris yang diatur separu bagian atas
dan bawahdari balok. Oleh karena garis-garis gaya mengikuti pola yang sama
dengan setengah jari-jari kelengkungan, maka panjang daerah angkur dibagi dua.
Tarikan transversal yang timbul juga berkurang secara proporsinal. Dengan cara
yang sama, maka banyak jumlah titik tangkap gaya prategang pada balok ujung,
makin merata distribusi tegangannya.
A B C
Gambar 2.6 Transmisi Gaya pada Balok ujung (Pelat Angkur Tunggal)
24
Garis-garis tegangan tranversal yang sama disebut sebagai isobar. Gambar tersebut
menunjukkan pengaruh dari tinggi pelat angkur terhadap distribusi tegangan-
tegangan tekan dan Tarik dalam arah transversal.
Pada balok pascatarik, transfer dan distribusi beban secara gradual tidak
mungkin terjadi karena gayanya bekerja secara langsung di muka ujung balok
melalui pelat tumpu dan angker. Juga, sebagian atau seluruh tendon dibalok
pascatarik ditinggikan atau dibentuk drapped kearah serat atas melalui bagian badan
dari penampang beton.
Adapun transisi secara tidak gradual pada tegangan tekan longitudinal dari
dari yang terpusat ke bentuk yang terdistribusi linear menimbulkan tegangan tarik
transversal besar di arah vertical (transversal). Retak longitudinal juga terjadi di
daerah angker. Apabila tegangan tersebut melebihi modulus raptur beton, maka
balok ujung akan terbelah (retak) secara longitudinal, kecuali apabila penulangan
vertical digunakan. Lokasi tegangan beton dan retaknya serta retak spalling atau
25
Pada gambar 2.9 (a) peningkatan luas penampang secara gradual di lokasi
yang semakin mendekati tumpuan tidak berkontribusi dalam mencegah retak
spalling atau bursting , dan tidak mempunyai pengaruh pada pengurangan tarik
transversal di beton.
Dari Pengujian maupun analisis teoritis dari masalah tegangan tiga dimensi
menunjukkan bahwa tegangan tarik dapat memperbesar. Dengan demikian,
perkuatan pengangkeran sangat dibutuhkan di daerah transfer beban dalam bentuk
tulangan tertutup, sengkang atau alat-alat penjangkaran yang menutupi semua
prategang utama dan penulangan longitudinal prategang.
Dalam hal balok pascatarik, perkuatan vertical perlu diadakan untuk mengekang
kait di dekat muka ujung di belakang pelat tumpu. Analisis tegangan linear dapat
memprediksi lokasi retak dan memberikan dan memberikan estimasi pendekatan
yang dapat diyakini mengenai aliran tegangan sesudah terjadinya retak.
26
Daerah penulangan Tarik dihitung untuk memikul gaya tarik total yang diperoleh
melalui integrasi tegangan tarik di beton. Di daerah tegangan tekan, jika gaya tekan
sangat besar, adanya tulangan tekan tambahan menjadi keharusan.
Analisis elemen hingga elastisitas linear menghasilkan penentuan yang lebih akurat
mengenai keadaan tegangan di zona angker. Namun, proses perhitungan tersebut
sangat memakan waktu dan biaya. Hasilnya mungkin hanya terbatas karena
kesulitan dalam mendapatkan model yang memadai yang dapat secara benar
memodelkan retak yang terjadi di beton. Analisis elemen hingga nonlinear untuk
memprediksi respons pascaretak dapat mengatasi hal ini. Sekalipun demikian,
perencanaan biasanya lebih menyukai jawaban yang sedikit kurang benar tetapi
lebih cepat dalam praktek sehari-hari.
27
Di dalam daerah transfer pada balok pratark, tualangan transversal diperlukan untuk
mencegah runtuhnya daerah ujung akibat retak beton sebagai akibat dari tegangan
tarik transversal yang besar seringkali melebihi kekuatan tarik beton. Distribusi
tegangan tarik teoritis ditunjukkan oleh gambar 2.10, yang didasarkan atas
persamaan empiris yang diusulkan oleh Khrisna Murthy. Untuk tujuan desain
tulangan ujung, telah diperkirakan suatu variasi linear dari tegangan tarik sepanjang
setengah dari panjang transmisi untuk menghitung gaya tarik yang membelahnya.
28
Balok Dapped end adalah salah satu elemen struktur yang tingginya dikurangi
secara mendadak di ujung-ujungnya untuk memberikan dudukan atau landasan
yang dibutuhkan di atas korbel atau breket atau konsol tanpa kehilangan tinggi
bersih di antara lantai yang satu dengan yang lainnya.
Sebelum diberi gaya prategang, beton masih lemah dalam memikul beban. Harus
diperhitungakn susut beton dan retakan yang timbul akibat susut tersebut untuk
menahan keruntuhan pada ujung balok. Curing beton harus sebelum peralihan gaya
prategang.
Pada saat diberi gaya prategang, pemberian gaya prategang harus memenuhi
batas tegangan maksimum,karna pada tahap ini proses stressing dapat membuat
tendon putus. Pada saat peralihan gaya prategang, Untuk komponen struktur post-
tension peralihan beban berlangsung secara bertahap, gaya prategang pada tendon
dialihkan ke beton satu persatu tendon.
29
METODEOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
30
Hal ini meliputi perhitungan keadaan tegangan elastis linear secara rinci. Hal ini
meliputi perhitungan keadaan tegangan elastis linear secara rinci. Penerapan
metode elemen hingga ini agak dibatasi oleh sulitnya membuat model yang
memadai yang dapat memodelkan retak yang terjadi dibeton. Sekalipun demikian,
asumsi asumsi yang memadai dapat selalu dillakukan untuk mendapatkan hasil
yang masuk akal.
31
Berikut ini beberapa metode analisis linear yang dalam prakteknya sering
digunakan sehari-hari
a. `Metode Magnel
Dalam metode ini, balok ujung dipasang sebagai suatu balok yang menerima
tegangan terpusat akibat penangkuram pada satu sisi dan beban-beban terbagi
normal serta tangensial dari distribusi tegangan langsung linear distribusi tegangan
geser dari sisi yang lain. Gaya-gaya yang bekerja pada balok ujung dan tegangan-
tegangan yang bekerja pada titik sembarang pada sumbu horizontal yang sejajar
dengan balok ditunjukkan dalam gambar 3.1.
𝑓𝑉 = 𝐾1 (𝑀/𝑏ℎ 2 ) + 𝐾2 (𝐻/𝑏ℎ )
𝜏 = 𝐾3 (𝑉/𝑏ℎ )
𝑓ℎ = 𝑃/𝑏ℎ(1 + 12𝑒 ′2 /ℎ ′2 )
M = momen lentur
H = gaya langsung(vertikal) (arah-arah yang ditunjukan dalam gambar adalah +)
V = gaya geser (horizontal)
32
Konstanta k1, k2 dan k3 ditunjukkan dalam tabel 3.1, untuk jarak yang bervariasi
dari permukaan ujung balok.
33
𝑓𝑣 +𝑓ℎ 1
𝑓𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑓𝑚𝑖𝑛 = ( )± √(𝑓𝑣 + 𝑓ℎ )2 + 4𝜏 2
2 2
2𝜏
𝑡𝑎𝑛 2𝜃 = (𝑓 −𝑓 )
𝑣 ℎ
Tarikan memecah dihitung dari distribusi tegangan tarik utama pada sumbu yang
diinginkan dan tulangan yang mencukupi didesain untuk menahan tegangan ini.
b. `Metode Guyon
Guyon telah membuat tabel-tabel desain untuk perhitungan tarikan memecah pada
balok ujung yang didasarkan atas penelitian-penelitiannya secara matematis yang
terdahulu mengenai distribusi tegangan pada balok ujung yang menerima beban-
beban terpusat. Konsep prisma simetris atau ekivalen untuk kabel-kabel eksentris,
dan metode pembagian untuk analisis tegangan yang timbul akibat kabel rangkap
telah diperkenalkan oleh Guyon.
Distribusi gaya pada ujung-ujung balok diperlukam dibawah katgori gaya terbagi
rata dan gaya tidak terbagi rata.
34
35
Dimana:
𝑃 = gaya angkur
𝑦𝑝𝑜 / 𝑦𝑜 = perbandingan distribusi
2𝑦𝑝𝑜 = tinggi pelat angkur
2𝑦𝑜 = tunggi prisma ekivalen
Garis kerja gaya resultan diambil sebagai sumbu suatu prisma ekivalen yang
panjang dan tingginya sama dengan dua kali jarak sumbu terhadap tepi bebas atau
prisma ekivalen yang berdampingan. Distribusi tegangan transversal dihitung
dengan memakai koefien-koefisien yang diberikan dalam tabel 3.2, di bawah
kategorigaya eksentrisitas terpusat dan gaya geser eksentris. Oleh karena koefisien-
koefisien tersebut dapat diterapkan untuk gaya-gaya dengan interval seperdelapan
tinggi prisma, maka gaya-gaya ujung harus diganti dengan suatu sstem ekivalen
statis dar gaya-gaya normal dan geser yang bekerja dengan interval teratur ini
seperti ditunjukkan dalam gambar 3.5
36
37
38
2𝑦𝑜 sisi prisma keliling (sama dengan prisma ekivalen dari metode Guyon)
2𝑦𝑝𝑜 sisi luas yang dibebani atau dipikul
𝑦𝑝𝑜 / 𝑦𝑜 perbandingan sisi yang dibebani terhadap luas pendukung dari prisma
𝑓𝑣 teganagan tarik transversal
𝑓𝑐 tegangan tekan rata − rata dari prisma
𝑃𝑘 gaya tekan yang diterapkan pada balok ujung (gaya pendongkrakan tendon)
𝐹𝑏𝑠𝑡 tarikan memecah
𝑓𝑣(𝑚𝑎𝑘𝑠) teganagan tarik transversal
39
Kalau tegangan tarik yang diambil oleh beton diperhitungkan, maka nilai yang
dikoreksi dari tarikan memecah ditentukan dengan
Di mana,
𝑓𝑡 = kekuatan tarik beton yang diperkenankan
Tulangan yang diperlukan untuk menahan tarikan memecah harus diatur antara
0,2𝑦𝑜 dan 2𝑦𝑜 di mana intensitas tegangan adalah maksimum.
𝑎
𝑇𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟 = 0.25 ∑ 𝑃𝑆𝑈 (1 − )
ℎ
𝑑𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟 = 0.5 (ℎ − 2𝑒)
40
Tegangan tumpu ijin maksimum di dudukan alat angker tidak boleh melebihi yang
terkecil di Antara dua nilai yang diperoleh dari persamaan berikut:
𝑓𝑏 ≤ 0.25 ϕ 𝑓′𝑐𝑖
Di mana
𝑓′𝑐𝑖 = kuat tekan beton pada saat diberi tegangan
𝐴1 = luas maksimum pada bagian dari permukaan pendukung yang secara
geometris sama dengan luas yang dibebani dan konsentris dengannya
𝐴2 = luas bruto plat tumpu
𝐴𝑏 = luas netto efektif plat tumpu yang dihitung sebagai luas 𝐴𝑔 dikurangi
dengan luas lubang-lubang di plat tumpu
41
Tulangan utama pada daerah angkur harus didesain untuk menahan tarikan
memecah yang ditentukan oleh oleh distribusi tegangan transversal pada sumbu
kritis, yang biasanya berimpit dengan garis kerja gaya individual terbesar. Untuk
angkur tipe pelat dan tertanam (Freysssinet), susunan tulangan yang khas di dalam
balok ujung ditunjukkan dalam gambar 3.8. Tulangan berbentuk keset, spiral, putar-
balik (loop), atau kait penyambung (link) umumnya dipasang dalam arah tegak
lurus. Pengujian-pengujian oleh Zeilinski dan Rowe menunjukkan bahwa tulangan
spiral lebih efektif daripada tulangan keset. Bila panjang rekatanyang tersedia
adalah pendek,kait bulat,kait siku, atau tekukan siku-siku di perlukan, meskipun
dengan memakai batang-batang berulir.
42
Dalam kasus dimana timbul tegangan tarik sekunder atau yang menyebabkan lepas
pada sudut-sudut, baja yang cukup dalam bentuk batang-batang penjepit rambut
harus dipasang untuk mencegah keruntuhan daerah sudut. Kantong-kantong yang
cukup pada umumnya dipasang dibelakang angkur sehingga tulangan –tulangan
sekunder dapat ditekuk seperti ditunjukkan oleh gambar 3.9, dan kemudian
kantong-kantong tersebut diisi dengan adukan semen setelah prategang diberikan.
Selalu harus ada cukup ruangan untuk pemasangan dan penanganan dongkrak
hidrolik, khususnya paa tepi bawah (sofit) balok apabila dipakai kabel yang dibalut,
dan ini harus dipertimbangkan dalam mendesain cetakannya.
43
Dalam hal balok ujung, dimana pelat bantalan ditempatkan dekat dengan pinggiran
balok seperti ditujukkan dalam gambar 3.10, sengkang harus disusun sedemikina
rupa sehingga pelat bantalan tidak menutupinya. Tindakan ini untuk mencegah
lepasnya beton disudut-sudut selama penegangan akibat perbedaan modulus elastis
pada bidang yang berisi tulangan. Selalu dianjurkan untuk memasang sedikit
tulangan tambahan dal situasi yang kurang meyakinkan, karena biaya baja angkur
ujung hanya merupakan suatu bagian kecil saja dibandingkan dengan biaya
keseluruhan batang structural. (Morice,1958)
44
Beberapa ketentuan dan formulasi berikut ini dapat digunakan dalam desain
dan analisis daerah angker.
45
f = F/A
3. Daerah Pengangkuran
Desain sengkang untuk mengontrol retak horizontal pada ujung gelagar I girder
yang diberikan pada gaya pratarik :
𝑇 ℎ
At = 0.021 .
fs lt
Dimana ∶
At Luas penampang daerah tulangan geser yang terdistribusi secara merata 1/5
panjangnya dari tinggi girder.
T Tegangan efektif total
fs tegangan ijin penulangan geser
lt panjang daerah transfer diasumsikam 50 kali diameter strand
Dalam desain balok yang ditumpu sederhana, jarak anatara garis cgc dan cgs, yang
berarti eksentristas e, sebanding dengan gaya prategang yang dibutuhkan Karena
momen ditengah bentang tersebut biasanya menentukan desain, maka eksentrisitas
yang lebih besar di tengah bentang akan menghasilkan gaya prategang perlu yang
lebih kecil,sehingga menghasilkan desain yang lebih ekonomis. Maka, penmapang
T atau penampang I sayap lebar lebih cocok digunakan.
46
Karena tingginya kehilangan rangkak dan susut pada beton, maka prategang efektif
dapat dicapai dengan menggunakan baja dengan mutu yang sangat tinggi 270,000
psi atau lebih (1862 MPa atau lebih tinggi lagi). Baja bermutu tinggi seperti ini
dapat mengimbangi kehilangan di beton sekitarnya dan mempunyai taraf tegangan
sisa yang dapat menahan gaya prategang yang dibutuhkan.
47
𝑌𝑏 = 𝛴 (𝐴. 𝑦) + 𝛴𝐴
𝑌𝑡 = 𝐻 − 𝑌𝑏
2. Cari Nilai modulus penampasng serat atas dan bawah (𝑊𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝑊𝑡 )
𝐼𝑥 𝐼𝑥
𝑊𝑏 = 𝑑𝑎𝑛 𝑊𝑡 =
𝑌𝑏 𝑌𝑡
di mana momen Inersia 𝐼𝑥 = 𝛴 (𝐴. 𝑦 2 ) + 𝛴𝐼0
3. Cari jarak pusat ke serat atas kern 𝐾𝑡 dan serat bawah kern 𝐾𝑏
𝑊𝑡 𝑊𝑏
𝐾𝑏 = 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑡 =
𝐴𝑐 𝐴𝑐
Di mana : Ac = luas penampang
48
𝑀𝑚𝑖𝑛 𝜎𝑡𝑡
𝑒0 −
𝑒0 −
𝑃𝑖
𝑀𝑚𝑖𝑛
≤ 𝐾𝑏 (
≤ 𝐾𝑡 (
𝜎𝑔𝑖
𝜎𝑐𝑡
+ 1)
+ 1)
} 𝐾𝑏 ′
𝑃𝑖 𝜎𝑔𝑖
𝐾𝑏 ′
𝑀𝑚𝑎𝑥 𝜎𝑐𝑠
𝑒0 −
𝑒0 −
𝑃
≥ 𝐾𝑏 (
𝑀𝑚𝑎𝑥
𝜎𝑔
≥ 𝐾𝑡 (
+ 1)
𝜎𝑡𝑠
+ 1)
} 𝐾𝑡 ′
𝑃 𝜎𝑔
𝐾𝑏 ′
Kurva-kurva yang ditunjukkan oleh dua dari keempat persamaan ini diberikan
dalam gambar 3.12. Eksentrisitas positif digambarkan di bawah titik berat
penampang. Daerah tendon yang diperkenankan hanya ditentukan dua dari keempat
persamaan di atas, seperti dapat dilihat dari gambar tersebut. Dalam hal batang
perisatis dengan suatu gaya prategang yang konstan ditentukan oleh persamaan
berikut.
49
𝑀𝑚𝑎𝑥
𝑒0 − ≥ 𝐾′𝑡
𝑃
𝑀𝑚𝑖𝑛
𝑒0 − ≤ 𝐾′𝑏
𝑃𝑖
𝑀𝑚𝑎𝑥 𝑀𝑚𝑖𝑛
𝐾′𝑡 + ≤ 𝐾 ′𝑏 +
𝑃 𝑃𝑖
Daerah mana batas (𝑒0𝑎 ) dan bawah (𝑒0𝑏 ) didefenisikan sebagai berikut:
𝑀𝑚𝑎𝑥
𝑒0𝑎 = 𝐾′𝑡 +
𝑃
𝑀𝑚𝑖𝑛
𝑒0𝑏 = 𝐾 ′ 𝑏 +
𝑃𝑖
50
𝑦 = 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐
𝑦 = 𝑎(𝑥 − 𝑥𝑝 )2 + 𝑦𝑝
51
Geser lentur di balok beton prategang meliputi efek gaya prategang tekan eksternal
yang harus dimiliki oleh balok beton bertulang. Komponen vertical gaya tendon
prategang mengurangi gaya geser vertical yang diakibatkan oleh gaya transversal
eksternal dan beban transversal netto yang dialami suatu balok jauh lebih kecil pada
balok prategang dibandingkakan dengan balok bertulang.
Gaya tekan dari tendon prategang, bahkan di dalam hal tendon lurus , sangat
mngurangi efek tegangan lentur tarik, sehingga besarnya retak lentur di komponen
struktur prategang berkurang. Dengan demikian,gaya geser dan tegangan utama
yang dihasilkan oleh pada balok prategang sangat jauh lebih kcil disbanding balok
bertulang. Gambar 3.13 mengilustrasikan kontribusi komponen vertical gaya
tendon pada bagian penyeimbangan atau sebagian besar dari gaya vertical V yang
ditimbulkan beban transversal eksternal. Gaya geser netto yang dipikul oleh beton
adalah
𝑉𝑐 = 𝑉 + 𝑉𝑝
Gambar 3.15 Beban penyeimbang untuk melawan gerak vertical. (a) Balok dengan tendon berbentuk
harped (b) Balok dengan tendon berbebtuk Drapped. (c) Vektor geser internal Vp akibat gaya
prategang P pada elemen yang sangat kecil dx. (d) Vektor geser internal V akibat beban eksternal
W pada elemen yang sangat kecil dx
52
Retak
bursting
Ash
horizontal
potensial
Retak
vertikal
potensial
NU
w ld
VU
Luas penulangan yang secara nominal tegak lurus terhadap bidang retak yang
diasumsikan dapat diperoleh dari
𝑉𝑢𝑝
𝐴𝑣𝑓 =
𝜙𝜇𝑒 𝑓𝑦
Di mana shear-friction :
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
𝜇𝑒 = ≤ nilai pada tabel 3.3.
𝑉𝑢
53
(𝐴𝑣𝑓 + 𝐴𝑛 )𝑓𝑦
𝐴𝑠ℎ =
𝜇𝑒 𝑓𝑦𝑠
𝑁𝑢
Di mana : 𝐴𝑛 =
𝜙𝑓𝑦
2. Tulangan Geser
Sumbangan tulangan geser tegak dan miring terhadap kekuatan geser batas, 𝑉𝑠 ,
ditentukan dengan persamaan berikut:
a) Untuk tulangan geser tegak lurus
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑
𝑉𝑠 =
𝑠
b) Untuk tulangan geser miring
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 (sin 𝛼 + cos 𝛼). 𝑑
𝑉𝑠 =
𝑠
Kekuatan geser rencana harus diambil sebesar 𝜙𝑉𝑛 , di mana kuat geser batas 𝑉𝑛 ,
dan 𝜙 adalah factor reduksi kekuatan.
𝜙𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
𝑏𝑣 . 𝑠
𝐴𝑣 = ( )
3𝑓𝑦
Bila gaya prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik tulangan, tulangan
geser minimum dapat dihitung dengan persamaan di atas atau persamaan berikut :
54
a. Jika gaya geser rencana terfaktor 𝑉𝑢 tidak melebihi kekuatan geser rencana
balok dengan tulangan geser minimum 𝑉𝑢 ≤ 𝜙𝑉𝑛 .min, maka hanya perlu
dipasang tulangan geser minimum. Syarat pemasangan tulangan geser
minimum ini pada balok bias diabaikan jika 𝑉𝑢 ≤ 𝜙𝑉𝑐 dan tinggi total
komponen struktur tidak melebihi nilai terbesar dari 250 mm dan setengah
lebar badan. Ketentuan mengenai tulangan geser minimum dapat diabaikan
bila menurut pengujian yang mensimulasikan pengaruh perbedaan
penurunan, susut, rangkak dan perubahan suhu yang mungkin terjadi selama
masa layan, komponen dapat mengembangakan kuat lentur dan geser
nominal yang diperlukan.
b. Jika 𝑉𝑢 ≤ 𝜙𝑉𝑛 . 𝑚𝑖𝑛, maka harus dipasang tulangan geser dengan kuat geser
batas 𝑉𝑠 .
c. Jika komponen vertical 1 gaya prategang 𝑉𝑝 lebih besar dari gaya geser
rencana 𝑉𝑝 ˃𝑉𝑢 , maka gaya geser rencana semula harus dimodifikasi menjadi
𝑉𝑢 = 1.2𝑉𝑝 − 𝑉𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙 dan untuk perhitungan selanjutnya 𝑉𝑝 dianggap nol.
Pada balok yang tidak prismatic atau tinggi penampangnya bervariasi, perhitungan
kekuatan geser harus memperhitungkan komponen gaya tarik ataau tekan miring
akibat adanya variasi tinggi penampang.
Dapped end tipikal pada balok prategang pada gambar 3.14.Ada dua jenis
retak yang dapat timbul : retak 2 adalah geser langsung, sedangkan retak 3,4 dan 5
adalah retak tarik diagonal yang disebakan oleh lentur dan tarik aksial di daerah
yang tingginya lebih kecil dan konsentrasi tegangan di pojok dimana perubahan
tinggi penampang terjadi. Berdasarkan PCI design handbook, jenis-jenis
penulangan berikut ini, seperti terlihat pada gambar tersebut, harus digunakan :
55
56
2. Geser Langsung
Retak vertical ditahan oleh 𝐴𝑠 dan 𝐴ℎ seperti terlihat pada gambar 3.14.
Perkuatan ini dapat dihitung dengan :
2𝑉𝑢
𝐴𝑠 = + 𝐴𝑛
3𝜙𝑓𝑦 𝜇𝑒
𝑁𝑢
𝐴𝑛 =
𝜙𝑓𝑦
𝐴ℎ = 0.5 (𝐴𝑠 + 𝐴𝑛 )
𝑉𝑢
𝐴𝑠ℎ =
𝜙𝑓𝑦
1 𝑉𝑢
𝐴𝑣 = ( − 2𝑏𝑑𝜆√𝑓𝑐 ′)
2𝑓𝑦 𝜙
57
Produk girder pada proyek ini oleh PT. Wijaya Karya Beton (Wika Beton)
menggunakan sistem balok girder Post-Tension. Pelaksanaan stressing yaitu VSL
(Voorspan System Losinger).
Data-data
1. Jenis Jembatan : Lalu Lintas Atas
4. Spesifikasi Balok
Gambar 4.1 Potongan Melintang Balok; (a) bagian ujung balok (b) bagian balok
58
Susunan Angkur :
°min
1. Section Properties
59
Tarik (𝜎𝑡𝑡 ) = 0.25 √𝑓𝑐 ′𝑖 = 0.25 𝑥 √32 𝑀𝑃𝑎 = 1.41 𝑀𝑃𝑎 (selain perletakan)
Tarik (𝜎𝑡𝑡 ) = 0.5 √𝑓𝑐 ′𝑖 = 0.5 𝑥 √32 𝑀𝑃𝑎 = 2.83 𝑀𝑃𝑎 (perletakan)
2. Kebutuhan Prategang
60
s ±0
P P. e 𝑀1 𝑀2
𝑓𝑎 = − + − −
A 𝑊𝑎 𝑊𝑎 𝑊𝑎 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑒
P P. e 𝑀1 𝑀2
𝑓𝑏 = − − + +
A 𝑊𝑏 𝑊𝑎 𝑊𝑎 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑒
𝑃𝑡 = 7179.279 kN
Beban putus satu tendon (𝑃𝑏1 ) = 1860 MPa x Aeff Kabel : 183.7 kN
𝑃𝑡 7179.279 kN
𝑛 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑃𝑏1
= 183.7 kN
= 39.081 ≈ 39
𝑃𝑗 = 39 x 183.7 kN = 7165.47 kN
61
𝑃𝑖 = 67% x P = 4800.86 kN
Luas tulangan
𝜋 𝜋
𝐴𝑠 = 𝐷2 = 122 = 113.04 𝑚𝑚2
2 2
Luas tampang bagian bawah pada balok prategang (𝐴𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ ) = 187750 𝑚𝑚2
938.75
𝑛 = 113.04 = 8.304
480.625
𝑛= = 4.25
113.04
62
𝑃𝑖 4800.86 𝑥103
𝜎𝑔𝑖 = 𝐴𝑐
= 0.477𝑥106
= 10.06 𝑀𝑃𝑎
𝑃 4048.32 𝑥103
𝜎𝑔 = 𝐴𝑐
= 0.477𝑥106
= 8.48 𝑀𝑃𝑎
Tinjau C.G.S (Center Grafity of Section) ke arah serat atas kern 𝐾𝑡 dan kearah
serat bawah kern 𝐾𝑏
𝑊𝑡 0.164 𝑚 3
𝐾𝑏 = 𝐴𝑐
= 0.477𝑚 2
= 0.343 𝑚
𝑊𝑏 0.205 𝑚 3
𝑘𝑡 = 𝐴𝑐
== 0.477𝑚 2
= 0.429 𝑚
63
𝜎 −18
𝐾′𝑡 = 𝐾𝑡 ( 𝜎𝑐𝑠 + 1) = 344𝑥103 ( 8.48 + 1) = −386.68 𝑚𝑚
𝑔
𝜎 3.16
𝐾′𝑡 = 𝐾𝑡 ( 𝜎𝑡𝑠 + 1) = -430𝑥103 ( 8.48 + 1) = −590.58 𝑚𝑚
𝑔
𝜎 1.41
𝐾′𝑏 = 𝐾𝑏 (𝜎𝑡𝑡 + 1) = 344𝑥103 (10.06 + 1) = 392.71 𝑚𝑚
𝑔𝑖
𝜎 −19.2
𝐾′𝑏 = 𝐾𝑡 ( 𝜎𝑐𝑡 + 1) = -430𝑥103 ( 10.06 + 1) = 390.17 𝑚𝑚
𝑔𝑖
𝑦 = 𝑎(𝑥 − 𝑥𝑝 )2 + 𝑦𝑝
𝑎 = 6,89903E-06
64
𝑦 = 𝑎(𝑥 − 𝑥𝑝 )2 + 𝑦𝑝
𝑎 = 1,36856E-06
Dari ujung balok, ambil jarak x = 150mm dari ujung balok dengan 𝑦 =
𝑦𝑏 = 711 𝑚𝑚 (150,711)
25600
Dari tengah bentang, ambil x = 2
= 12800 𝑚𝑚 dan y = 200 mm (12800,200)
𝑦 = 𝑎(𝑥 − 𝑥𝑝 )2 + 𝑦𝑝
65
𝑎 = 3.19𝐸-0.6
𝑦′ = 6.39𝐸-0.6x- 0.081
66
Tabel 4.3 Perhitungan persamaan daerah aman kabel atas dan bawah serta asumsi ekivalen
5. Cable Settting
Kabel ekivalen di atas harus dibagi menjadi beberapa kabel. Hal ini bertujuan agar
tendon-tendon memenuhu tempat. Pengaturan kabel-kabel tersebut kita rencanakan
sebagai berikut:
Baris pertama : 10 tendon pada jarak 1000 mm dari serat bawah balok.
Baris ke dua : 10 tendon pada jarak 700 mm dari serat bawah balok.
Baris ke tiga : 19 tendon pada jarak 325 mm dari serat bawah balok.
Persamaan Kabel 1
67
𝑎 = 4,21816E-06
𝑦 ′ = - 0,10672
Persamaan Kabel 2
𝑦 = 𝑎(𝑥 − 𝑥𝑝 )2 + 𝑦𝑝
𝑎 = 2,96833E-06
68
𝑦 ′ = -0,0751
Persamaan Kabel 3
Ujung : 325 mm
Tengah bentang : 175 mm
Koordinat pada ujung balol (x, 𝑦) = (150,325)
Koordinat di tengah bentang (𝑥𝑝 , 𝑦𝑝 ) = (12800,175)
𝑦 = 𝑎(𝑥 − 𝑥𝑝 )2 + 𝑦𝑝
𝑎 = 9,37368E-07
69
Gambar 4.7 Tata letak tendon pada ujung balok dan tengah bentang
70
a. Metode Magnel
Dari data yang diberikan diatas dapat ditentukan kedudukan dan besarnya
tegangan tarik maksimum pada penampang horizontal yang melalui pusat dan
tepi pelat angkur :
P = 75% 𝑃𝑡 = 5374.10 𝑘𝑁
b = 650 mm
h = 1600 mm
Tegangan Langsung
𝑓ℎ = 𝑃/𝑏ℎ(1 + 12𝑒 ′2 /ℎ ′2 )
5374.10 𝑥 103
𝑓ℎ = = 5.16 𝑁/𝑚𝑚2
650𝑥1600
Pada umumnya tegangan vertical 𝑓𝑉 dan tegangan tarik utama adalah kritis pada
𝑥 = 0.5 ℎ. Dengan melihat gambar.
71
𝑥
ℎ
=0.5 maka , 𝐾1 = −5.0 , 𝐾2 = 2.0 , 𝐾1 = 1.25
600
M = 5.16x 800 x 600( ) = 743,040,000 Nmm = 743 kNm
2
H=0
𝑎 𝑏 bh2 bh M V 𝑓𝑣 Ʈ
Type
(mm) (mm) (mm3) (mm2) (kNm) (kN) (N/mm2) (N/mm2)
12 215 335 4E+08 536000 7E+07 2E+06 -0,8633 -5,77612
12 215 335 4E+08 536000 7E+07 2E+06 -0,8633 -5,77612
19 265 285 4E+08 456000 7E+07 2E+06 -1,0148 -6,78947
72
P = 75% 𝑃𝑡 = 5374.10 𝑘𝑁
Kita ambil tendon strand 19 dengan P =2618.15 kN
2𝑦𝑝𝑜 = 265 mm
2𝑦𝑜 = 1600 mm
Jadi, perbadingan distribusi 𝑦𝑝𝑜 /𝑦𝑜 = 0.16
3
Tegangan Tarik maksimum = 0.448 (𝑃/𝐴) = 0.448 (2618.15 𝑥 10
650𝑥1600
)
= 1.127 N/𝑚𝑚2
= 514.110 kN
Jika tegangan leleh tulangan untuk sengkang 𝐹𝑦 = 400 MPa, Kebutuhan luas
tulangan untuk sengkang adalah
𝐹 514.110 𝑥 103
𝑏𝑠𝑡
𝐴𝑠𝑏 = 0.87𝑥 𝐹
= 0.87𝑥 400
= 1738.033 𝑚𝑚 2
𝑦𝑠
73
Block
D D 𝐴𝑏 ′ 𝐴𝑏 𝐴′𝑏 − 𝐴𝑏
Type 2𝑦𝑝𝑜 2𝑦𝑜 Area P
(mm) (mm2) (mm2) (mm2) (mm2)
(mm2)
12 215 275 63 3115,6 46225 75625 43109,3 32515,67 1377,9
12 215 275 63 3115,6 46225 75625 43109,3 32515,67 1377,9
19 265 325 84 5538,96 70225 105625 64686 40938,96 2618,1
𝐹𝑏𝑠𝑡
𝐹𝑐 𝐹𝑣 𝐹𝑏𝑠𝑡 𝐴𝑠
(dikoreksi)
42,376 14,196 230,5 198,014 669,42 7D16
42,376 14,196 230,5 198,014 669,42 7D16
63,953 19,653 402,8 361,802 1223,1 7D16
74
Digunakan Strand cable (Standar VSL) dengan jenis strand ASTM A-416 grade
270 masing-masing tendon terdiri atas 3 strand relaksasi rendah dengan tegangan
ultimit 1860 MPa,Tegangan maksimum penarikan tendon adalah 0.75𝑓𝑝𝑢 .
Digunakan bobot normal dengan 𝑓𝑐′ = 40 𝑀𝑃𝑎.
Baris pertama : 10 tendon pada jarak 1000 mm dari serat bawah balok.
Baris ke dua : 10 tendon pada jarak 700 mm dari serat bawah balok.
Baris ke tiga : 19 tendon pada jarak 325 mm dari serat bawah balok.
10𝑥1000 + 10𝑥700 + 19𝑥325
Jarak pusat berat tendon = = 594.23 𝑚𝑚
10+10+19
75
𝑓𝑏 ≤ 0.25 ϕ 𝑓′𝑐𝑖
Asumsikan bahwa kuat beton awal pada saat bertegangan adalah 𝑓′𝑐𝑖 = 0.75 𝑓𝑐
𝑓′𝑐𝑖 = 0.75x 𝑓𝑐 = 0.75 x 40 = 30 MPa
76
77
78
A′ b
fcp = 0.6f′c √ < f′c = 40 MPa
Ab
12 215 275 63 3115.6 46225 75625 43109.33 1.3 39.89 1377.9 34539
12 215 275 63 3115.6 46225 75625 43109.33 1.3 39.89 1377.9 34539
19 265 335 84 5538.9 70225 112225 64686.04 1.2 39.64 2618.1 66036
Maka Tumpuan saat beban bekerja diujung balok aman < f′c = 40 MPa
A′
fcp = 0.8f′c √ A b − 0.2 <1.25 f′ci = 40 MPa
b
Tabel 4.10 Tabel tumpu pada beban peralihan perencanaan T.Y Lin
Maka Tumpuan saat beban peralihan diujung balok aman < 1.25 f′ci 40 MPa
F 5374.10 kN
f = A = 0.11 (477375 mm2 )= 1.65 N/mm2
79
𝑇 ℎ 5374.10 kN 1600 𝑚𝑚
At = 0.021 f . l = 0.021 340 N/mm2 . 635 mm
= 836.358 mm2
s t
Gunakan sengkang tertutup D16 dengan jarak 320mm dari ujung balok 5D16-
65
H= 1600 mm
h= 900 mm
h’=700 mm
d= 832 mm
b= 650 mm
a= 850 mm
80
𝑉𝑎 = 992.82 kN
𝑃𝑡 = 7165.47 𝑘𝑁
𝑃𝑖 𝑥 = 5355.49 𝑘𝑁
𝑃𝑖 𝑦 = 446.89 𝑘𝑁
Perhatikan Gambar 4.13 berikut tegangan Inisial actual pada tendon ekivalen
𝑁𝑢 = 0.2𝑥𝑉𝑢 = 287.942 𝑘𝑁
Φ = 0.85
𝑓𝑐′ = 40 𝑀𝑃𝑎
𝑓𝑦 = 400 𝑀𝑃𝑎
81
𝐴𝑠 = 𝐴𝑓 + 𝐴𝑛
1 𝑎 ℎ
𝐴𝑠 = [𝑉𝑢 ( ) + 𝑁𝑢 ( )]
𝜙𝑓𝑦 𝑑 𝑑
1 850 900
𝐴𝑠 = [1439.71𝑥103 ( ) + 287.942𝑥103 ( )]
0.85𝑥400 832 832
2. Direct shear
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
𝜇𝑒 = ≤ 3.4 (nilai pada tabel 3.3.)
𝑉𝑢
650 900
1000𝑥1𝑥 𝑥 𝑥1.4
𝜇𝑒 = 25.4 25.4
1439.71𝑥103
4.448
𝜇𝑒 = 3,9 karena nilai 𝜇𝑒 lebih besar dari yang diijinkan kita ambil 𝜇𝑒 = 3.4
𝑁 287.942 𝑥 103
𝐴𝑛 = 𝜙𝑓𝑢 = 0.85𝑥400
= 846.89mm2
𝑦
2𝑉𝑢 2( 1439.71)103
𝐴𝑠 = 3𝜙𝑓𝑦 𝜇𝑒
+ 𝐴𝑛 = 3𝑥0.85𝑥400𝑥3.4 + 584.01 = 1414.29 mm2
650 832
0.85𝑥1000𝑥 𝑥
25.4 25.4
𝜙𝑉𝑛 = 𝜙1000. 𝑏. 𝑑 = 1000
= 713.59 kips
𝑉 1439.71𝑥103
𝐴𝑠ℎ = 𝜙𝑓𝑢 = 0.85𝑥400
= 4234.44 mm2 (Gunakan 6 dia.32 𝐴𝑠ℎ = 4825.5 𝑚𝑚2 )
𝑦
82
650 832
2𝑥1𝑥√40𝑥142.23𝑥 𝑥
25.4 25.4
Kapasitas beton = 2𝜆√𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑 = 1000
=126.45 kips = 563.3 kN
1 𝑉 1 1439.71𝑥103
𝐴𝑣 = 2𝑓 ( 𝜙𝑢 − 2𝑏𝑑𝜆√𝑓𝑐 ′) = 2𝑥400 ( 0.85
− 563.3𝑥103 ) = 1413.1 𝑚𝑚 2
𝑦
𝜙𝑉𝑛 2115.5
= = 1.47 ……………. Memenuhi syarat 𝐴𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑠 dari desain Aid 11.2.3
𝑉𝑢 1439.71
𝑑𝑏
𝐿𝑑 = 3000
√𝑓′𝑐
𝑑𝑏 1.26
𝐿𝑑 = 3000 = 3000 = 49.6 inch = 126 cm
√𝑓′𝑐 √5801.6
𝑑𝑏 1.10
𝐿𝑑 = 3000 = 3000 = 43.418 inch = 110 cm
√𝑓′𝑐 √5801.6
83
Data-data
𝑉𝑎 = 992.82 kN
𝑃𝑖 𝑥 = 5355.49 𝑘𝑁
𝑃𝑖 𝑦 = 446.89 𝑘𝑁
𝑁𝑢 = 0.2𝑥𝑉𝑢 = 287.942 𝑘𝑁
Φ = 0.85
84
𝑉𝑟 =
X M V E Α 𝑃𝑥 𝑃𝑦 𝑓𝑣 𝑓𝑎 y As
𝑉𝑢 + 𝑃𝑦
(m) (kNm) (kN) (m) (rad) (kN) (kN) (kPa) (kPa) (rad) (m)
(kN)
0,15 723,190 992,819 0,01 0,081 4035,01 327,9 1320.74 4728.25 -4108,7 -0,58 0,03
1,00 644,635 921,655 0,06 0,066 4039,43 268,1 1189.73 4259.23 -2292,4 -0,65 0,01
2,00 572,467 850,490 0,13 0,069 4038,64 279,7 1130.23 4046.23 -70,97 -0,78 0,00
3,00 506,685 779,326 0,20 0,068 4038,96 275,1 1054.4 3774.75 1953,94 0,66 0,01
4,00 447,289 708,161 0,26 0,066 4039,55 266,3 974.48 3488.63 3782,27 0,54 0,04
5,00 394,280 637,592 0,31 0,063 4040,22 255,9 893.52 3198.78 5414,00 0,43 0,07
6,00 347,658 567,618 0,36 0,060 4040,91 244,7 812.32 2908.12 6849,14 0,35 0,13
7,00 307,423 497,644 0,40 0,058 4041,60 233,0 730.66 2615.75 8087,68 0,29 0.21
8,00 273,574 427,670 0,43 0,055 4042,28 221,0 648.7 2322.33 9129,63 0,24 0.34
9,00 246,111 357,696 0,46 0,052 4042,93 208,8 566.53 2028.18 9263,48 0,21 0.45
10,0 225,035 248,694 0,48 0,049 4043,54 196,5 445.2 1593.8 9879,99 0,16 0.61
11,0 210,350 100,665 0,50 0,045 4044,13 184,1 284.73 1019.32 10309,5 0,1 2.11
12,0 202,044 -47,365 0,50 0,042 4044,68 171,5 124.18 444.57 10552,5 0,04 11.55
12,8 200,000 -165,78 0,51 0,040 4045,09 161,4 -4.30 -15.4 10612,3 -0,00 97.19
𝑉𝑟 =
X M V E Α 𝑃𝑥 𝑃𝑦 𝑓𝑣 𝑓𝑏 y As
𝑉𝑢 + 𝑃𝑦
(m) (kNm) (kN) (m) (rad) (kN) (kN) (kPa) (kPa) (rad) (m)
(kN)
0,15 723,190 992,819 0,01 0,081 4035,02 327,92 1320.74 4731.85 -3287,01 -0,48 0,02
1,00 644,635 921,655 0,07 0,066 4039,43 268,08 1189.73 4262.47 -1833,9 -0,60 0,011
2,00 572,467 850,490 0,14 0,069 4038,64 279,74 1130.23 4049.31 -56,78 -0,78 0,00
3,00 506,685 779,326 0,20 0,068 4038,96 275,07 1054.4 3777.62 1563,15 0,68 0,01
4,00 447,289 708,161 0,26 0,066 4039,55 266,32 974.48 3491.29 3025,81 0,58 0,027
5,00 394,280 637,592 0,32 0,063 4040,22 255,92 893.52 3201.21 4331,20 0,49 0,052
6,00 347,658 567,618 0,36 0,060 4040,92 244,71 812.32 2910.33 5479,31 0,41 0,089
7,00 307,423 497,644 0,40 0,058 4041,61 233,01 730.66 2617.74 6470,15 0,34 0,143
8,00 273,574 427,670 0,44 0,055 4042,28 221,03 648.7 2324.09 7303,71 0,28 0.221
9,00 246,111 357,696 0,46 0,052 4042,93 208,83 566.53 2029.72 7410,79 0,25 0.292
10,00 225,035 248,694 0,49 0,049 4043,55 196,50 445.2 1595.01 7903,99 0,19 0.522
11,00 210,350 100,665 0,50 0,045 4044,13 184,06 284.73 1020.1 8247,65 0,12 1.358
12,00 202,044 -47,365 0,51 0,042 4044,68 171,55 124.18 444.91 8442,03 0,05 7.387
12,80 200,000 -165,78 0,51 0,040 4045,10 161,49 -4.30 -15.41 8489,86 0,00 62.11
85
Berdasarkan PCI Girder 6th Edition End Block sebagai landasan dihitung
secara khusus
Shear-friction
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
𝜇𝑒 = 𝑉𝑢
≤ 3.4 (nilai pada tabel 3.3.)
650 900
1000𝑥1𝑥 25.4 𝑥
𝜇𝑒 = 25.4 𝑥1.4
992.82𝑥103
4.448
𝜇𝑒 = 5.68 karena nilai 𝜇𝑒 lebih besar dari yang diijinkan kita ambil 𝜇𝑒 = 3.4
1. Penulangan horizontal :
𝑉 992.82𝑥103
𝐴𝑣𝑓 = 𝜙𝜇𝑢 𝑓 =0.85𝑥3.4𝑥400 = 858.84 𝑚𝑚2
𝑒 𝑦
𝑁𝑢 198.564𝑥103
𝐴𝑛 = = = 584.01 𝑚𝑚2 .
𝜙𝑓𝑦 0.85𝑥400
86
Sengkang ini diberi jarak h/4= 1600/4 = 400mm ,maka gunakakan 7 sengkang
D12-50 mm
Data-data
Dengan gaya prategang aksial yang sama dan dimensi tinggi balok yang sama
𝑉𝑎 = 992.82 kN
87
Berdasarkan PCI Girder 6th Edition End Block sebagai landasan dihitung
secara khusus
Shear-friction
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
𝜇𝑒 = 𝑉𝑢
≤ 3.4 (nilai pada tabel 3.3.)
650 900
1000𝑥1𝑥 25.4 𝑥
𝜇𝑒 = 25.4 𝑥1.4
1439.71𝑥103
4.448
𝜇𝑒 = 3.9 karena nilai 𝜇𝑒 lebih besar dari yang diijinkan kita ambil 𝜇𝑒 = 3.4
1. Penulangan horizontal :
𝑉𝑢 1439.71𝑥103
𝐴𝑣𝑓 =
𝜙𝜇𝑒 𝑓𝑦
= 0.85𝑥3.4𝑥400 = 1245.42 𝑚𝑚2
𝑁𝑢 287.942
= = 0.2 (Memenuhi persyaratan minimum 0.2))
𝑉𝑢 1439.71
𝑁𝑢 287.942𝑥103
𝐴𝑛 = 𝜙𝑓𝑦
= 0.85𝑥400
= 846.88 𝑚𝑚2 .
88
2. Penulangan Vertikal
Data-data
𝑉𝑢 = 992.82 kN
𝑃𝑡 = 7165.47 𝑘𝑁
𝑁𝑢 = 0.2𝑥𝑉𝑢 = 198.564 𝑘𝑁
Φ = 0.85
89
2. Direct shear
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
𝜇𝑒 = 𝑉𝑢
≤ 3.4 (nilai pada tabel 3.3.)
650 900
1000𝑥1𝑥 25.4 𝑥 25.4 𝑥1.4
𝜇𝑒 =
992.82𝑥103
4.448
𝜇𝑒 = 5.68 karena nilai 𝜇𝑒 lebih besar dari yang diijinkan kita ambil 𝜇𝑒 = 3.4
𝑁 198.564 𝑥 103
𝐴𝑛 = 𝜙𝑓𝑢 = 0.85𝑥400
= 584.0117 mm2
𝑦
2𝑉𝑢 2( 992.82)103
𝐴𝑠 = 3𝜙𝑓𝑦 𝜇𝑒
+ 𝐴𝑛 = 3𝑥0.85𝑥400𝑥3.4 + 584.0117 = 1156.57 mm2
650 832
0.85𝑥1000𝑥 𝑥
25.4 25.4
𝜙𝑉𝑛 = 𝜙1000. 𝑏. 𝑑 = 1000
= 712.505 kips
90
𝑉 992.82 𝑥103
𝐴𝑠ℎ = 𝜙𝑓𝑢 = 0.85𝑥400
= 2920.058 mm2 (Gunakan 8 dia.22 𝐴𝑠ℎ =
𝑦
3039.52 𝑚𝑚2 )
650 832
2𝑥1𝑥√40𝑥142.23𝑥 𝑥
25.4 25.4
Kapasitas beton = 2𝜆√𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑 = 1000
=126.45 kips = 562.45 kN
1 𝑉 1 992.82𝑥103
𝐴𝑣 = 2𝑓 ( 𝜙𝑢 − 2𝑏𝑑𝜆√𝑓𝑐 ′) = 2𝑥400 ( 0.85
− 562.45𝑥103 ) = 756.96 𝑚𝑚 2
𝑦
𝜙𝑉𝑛 1567.03
𝑉𝑢
= 992.82
= 1.57 …………… Memenuhi syarat 𝐴𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑠 Dari desain Aid 11.2.3
𝑑𝑏
𝐿𝑑 = 3000
√𝑓′𝑐
𝑑𝑏 1.26
𝐿𝑑 = 3000 = 3000 = 49.6 inch = 126 cm
√𝑓′𝑐 √5801.6
91
𝑉𝑎 = 992.82 kN
𝑃𝑡 = 7165.47 𝑘𝑁
𝑃𝑖 𝑥 = 5050,002 𝑘𝑁
𝑃𝑖 𝑦 = 1838.050 𝑘𝑁
𝑁𝑢 = 0.2𝑥𝑉𝑢 = 566.174 𝑘𝑁
92
2. Direct shear
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
𝜇𝑒 = 𝑉𝑢
≤ 3.4 (nilai pada tabel 3.3.)
650 900
1000𝑥1𝑥 25.4 𝑥 25.4 𝑥1.4
𝜇𝑒 =
2830.87𝑥103
4.448
𝜇𝑒 = 1.99
𝑁 566.174 𝑥 103
𝐴𝑛 = 𝜙𝑓𝑢 = 0.85𝑥400
= 1665.217 mm2
𝑦
2𝑉𝑢 2( 2830.87)103
𝐴𝑠 = 3𝜙𝑓𝑦 𝜇𝑒
+ 𝐴𝑛 = 3𝑥0.85𝑥400𝑥1.9 + 1665.217 = 4448.06 mm2
93
650 832
0.85𝑥1000𝑥 𝑥
25.4 25.4
𝜙𝑉𝑛 = 𝜙1000. 𝑏. 𝑑 = 1000
= 712.505 kips
𝑉 992.82 𝑥103
𝐴𝑠ℎ = 𝜙𝑓𝑢 = 0.85𝑥400
= 2920.058 mm2 (Gunakan 8 dia.22 𝐴𝑠ℎ =
𝑦
3039.52 𝑚𝑚2 )
650 832
2𝑥1𝑥√40𝑥142.23𝑥 𝑥
25.4 25.4
Kapasitas beton = 2𝜆√𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑 = =126.45 kips = 562.45 kN
1000
1 𝑉 1 992.82𝑥103
𝐴𝑣 = 2𝑓 ( 𝜙𝑢 − 2𝑏𝑑𝜆√𝑓𝑐 ′) = 2𝑥400 ( 0.85
− 562.45𝑥103 ) = 756.96 𝑚𝑚 2
𝑦
𝜙𝑉𝑛 > 𝑉𝑢 OK
94
𝑉𝑎 = 992.82 kN
𝑃𝑖 𝑥 = 4654.107 𝑘𝑁
𝑃𝑖 𝑦 = 2687.05 𝑘𝑁
𝑁𝑢 = 0.2𝑥𝑉𝑢 = 735.97 𝑘𝑁
95
2. Direct shear
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
𝜇𝑒 = 𝑉𝑢
≤ 3.4 (nilai pada tabel 3.3.)
650 900
1000𝑥1𝑥 25.4 𝑥 25.4 𝑥1.4
𝜇𝑒 =
3679.9𝑥103
4.448
𝜇𝑒 = 1.53
𝑁
𝐴𝑛 = 𝜙𝑓𝑢 = 2164.6 mm2
𝑦
2𝑉𝑢 2( 3679.9)103
𝐴𝑠 = 3𝜙𝑓𝑦 𝜇𝑒
+ 𝐴𝑛 = 3𝑥0.85𝑥400𝑥1.53 + 214.6 = 6867 mm2
650 832
0.85𝑥1000𝑥 𝑥
25.4 25.4
𝜙𝑉𝑛 = 𝜙1000. 𝑏. 𝑑 = 1000
= 712.505 kips
Ambil, 𝑉𝑢 = 𝜙𝑉𝑛
𝑉 3169.22𝑥103
𝐴𝑠ℎ = 𝜙𝑓𝑢 = 0.85𝑥400
= 9321.2 mm2 (Gunakan 16 dia.28 𝐴𝑠ℎ = 9874 𝑚𝑚 2 )
𝑦
650 832
2𝑥1𝑥√40𝑥142.23𝑥 𝑥
25.4 25.4
Kapasitas beton = 2𝜆√𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑 = 1000
=126.45 kips = 562.45 kN
96
𝜙𝑉𝑛 > 𝑉𝑢 OK
𝑉𝑎 = 992.82 kN
𝑃𝑖 𝑥 = 3800.062 𝑘𝑁
𝑃𝑖 𝑦 = 3800.062 𝑘𝑁
97
2. Direct shear
1000𝜆𝑏ℎ𝜇
𝜇𝑒 = 𝑉𝑢
≤ 3.4 (nilai pada tabel 3.3.)
650 900
1000𝑥1𝑥 25.4 𝑥
𝜇𝑒 = 25.4 𝑥1.4
3679.9𝑥103
4.448
𝜇𝑒 = 1.17
𝑁
𝐴𝑛 = 𝜙𝑓𝑢 = 2819.3 mm2
𝑦
2𝑉𝑢 2( 4792.9)103
𝐴𝑠 = 3𝜙𝑓𝑦 𝜇𝑒
+ 𝐴𝑛 = 3𝑥0.85𝑥400𝑥1.53 + 2819.3 = 10796 mm2
650 832
0.85𝑥1000𝑥 𝑥
25.4 25.4
𝜙𝑉𝑛 = 𝜙1000. 𝑏. 𝑑 = 1000
= 712.505 kips
98
𝑉 3169.22𝑥103
𝐴𝑠ℎ = 𝜙𝑓𝑢 = 0.85𝑥400
= 9321.2 mm2 (Gunakan 16 dia.28 𝐴𝑠ℎ = 9874 𝑚𝑚 2 )
𝑦
650 832
2𝑥1𝑥√40𝑥142.23𝑥 𝑥
25.4 25.4
Kapasitas beton = 2𝜆√𝑓𝑐 ′ 𝑏𝑑 = 1000
=126.45 kips = 562.45 kN
1 𝑉𝑢 1 4792.882𝑥103
𝐴𝑣 = 2𝑓 ( − 2𝑏𝑑𝜆√𝑓𝑐 ′) = ( − 562.45𝑥103 ) = 6345.3 𝑚𝑚2
𝑦 𝜙 2𝑥400 0.85
(gunakan 17 D22 𝐴𝑣 = 6459 𝑚𝑚2 )
𝜙𝑉𝑛 > 𝑉𝑢 OK
99
100
Tabel 4.16 Pebandingan tulangan geser pada beberapa variasi end block
101
Maka, Gaya geser ultimit yang digunakan dalam perencanaan tulangan pada
ujung balok berujung penuh maupun dapped-end merupakan penjumlahan
gaya lintang akibat pembebanan total ditambah gaya proyeksi kabel
prategang terhadap arah sumbu Y vertical.
Gambar 4.22 Gaya geser ultimit yang digunakan untuk perhitungan tulangan geser
102
5.1 Kesimpulan
Tujuan dari studi tugas akhir ini adalah untuk menganalisis dan mendesain tulangan
endblock balok prategang dengan meneliti tendon dan dimensi
103
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan studi analisis dan desain tulangan
geser dengan beberapa variasi end block pada beton prategang
1. Dalam penggambaran strut and tie untuk memperoleh model yang
proporsional pada rangka batang gaya harus menggunakan skala, karena
ketepatan gambar diperlukan untuk perhitungan selanjutnya.
104
Lin,T. Y. & Ned H. Burns. 1981. Design of Prestresssed Concrete Structure Third
Edition. USA: John Wiley & Sons
Fauzia, Irfani. Analisis dan Desain End Block balok beton prategang dengan model
penunjang dan pengikat (Strut and Tie Model) (Tugas Akhir). Bandung:
Universitas Kristen Maranatha
Febrian K, Erik and Herawan. 2006. Evaluasi distribusi tegangan pada endblock
beton prategang pascatarik (Undergraduate Thesis). Semarang: Universitas
Dipenegoro
xv