Anda di halaman 1dari 4

Wahyu Iwa Sumantri

Cita-citanya Melahirkan Universitas Al Fatah


Namanya Wahyu Iwa Sumantri. Lelaki kelahiran Tasikmalaya sekitar 50 tahun silam itu sudah banyak
malang melintang dalam dunia pendidikan, setidaknya pendidikan tinggi. Baginya, pendidikan adalah jalan
untuk merubah paradigma dan peradaban manusia menjadi lebih maju. “Setiap muslim sudah seharusnya
bisa mengenyam pendidikan tinggi,” ujarnya saat bincang-bincang dengan wartawan Majalah Islam
Tsaqofah Neni Reza.

Lelaki dengan tampilan sehari-hari yang penuh kesederhanaan itu saat ini diamanahi untuk memimpin
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fatah. Sebuah sekolah tinggi yang di antara visi misinya adalah
mencetak para jurnalis muslim berwawasan internasional dengan pendekatan penghayatan penuh
terhadap al Quran dan as Sunnah.

“Insya Allah, dalam beberapa tahun ke depan, STAI Al Fatah akan melahirkan para sarjana komunikasi
dengan berbagai skill dalam bidang komunikasi,” jelasnya.

Di matanya, STAI Al Fatah adalah pendidikan tinggi yang harus di support agar bisa melahirkan lulusan-
lulusan sarjana yang banyak memberi manfaat dalam kehidupan. Keseriusan Wahyu dalam mencetak para
kader muda yang militan jauh sebelumnya sudah ia buktikan di Samarinda Kalimantan Timur.

Sekitar tahun 2010, ustad yang juga alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) itu telah berhasil melahirkan
ratusan sarjana. Melalui tangan dinginnyalah banyak orangtua yang terbantu. Saat anak-anak lulusan SMA
ingin melanjutkan kuliah, tapi orangtua mereka tak mampu membiayai, maka Wahyu justeru mampu
memberikan mereka jalan untuk bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa penuh.

Bukan basa basi, di tahun 2010 sekitar 50 an anak lulusan SMA dan pondok pesantren dari berbagai daerah
di Indonesia ia berangkatkan ke Samarinda Kalimantan Timur untuk kuliah di Universitas Mulawarman
(Unmul). Unmul adalah satu-satunya universitas terbesar dan ternama di seantero Kalimantan Timur.
Semua lulusan SMA dan pesantren yang dibawanya ke Samarinda itu mendapatkan beasiswa program
Bidik Misi.

“Tentu saja untuk bisa mencari calon mahasiswa yang berminat kuliah di Unmul tidak semudah
mengatakannya. Karena mungkin selain jauh, biaya tiket pesawat juga tidak sedikit. Tapi hal itu bukanlah
kendala ketika anak-anak itu bertekad melanjutkan kuliah,” jelasnya.

Diawali dari kegelisahan dan panggilan tanggung jawab untuk dapat melahirkan kader-kader muda Islam
yang siap berjihad dalam berbagai disiplin ilmu itulah yang membuatnya terpanggil untuk mencari
terobosan beasiswa bagi lulusan SMA dan sederajat agar kuliah di Unmul. Di matanya, kehidupan ini tidak
hanya cukup dengan hanya bisa membaca al Quran, bisa membaca kitab, memahami konteks wajibnya
berjamaah, dan bisa mengajak orang untuk menetapi jamaah.

Namun jauh yang lebih mendasar lagi adalah bagaimana setiap kader muda Islam ini mampu memberikan
kontribusi terbaiknya dalam kehidupan nyata dan dalam berbagai bidang kehidupan. “Sejatinya, setiap
muslim yang sudah menetapi Al Jama’ah ini bisa berkontribusi dalam semua lini kehidupan. Fastabikul
khairat seharusnya menjadi motivasi dalam memberikan kontribusi terbaiknya kepada umat ini,” ujarnya.

Ke depan, pria yang kini menetap di kompleks Pesantren Al Fatah Cileungsi itu sedang berupaya untuk
mencari langkah-langkah besar agar dalam beberapa tahun mendatang bisa mendirikan Universitas Al
Fatah. Sebuah obsesi besar yang visi misi besar. “Sudah waktunya kita mempersiapkan SDM SDM yang bisa
menopang kelak berdirinya Universitas Al Fatah,” ungkapnya.

Ia terus berfikir bagaiman melahirkan langkah-langkah strategis untuk melahirkan SDM yang berkualitas
dan siap beramal nyata alam semua bidang kehidupan. Maka atas izin Allah semata tepat pada tanggal 28
Juni 2007 ia mulai berangkat ke Kalimantan Timur untuk mengikuti program Pasca Sarjana dan memulai
dakwah juga turut berkontribusi dalam menghijaukan kampus. Atas usaha-usahanya itu, banyak di antara
lulusan Al-Fatah mendapatkan kesempatan kuliah di Politenik Pertanian Negeri Samarinda (POLTANESA).

“Alhamdulillah 17 orang bisa mendapatkan beasiswa di poltanesa, namun 17 orang itu bukan hanya dari Al-
Fatah saja tetapi dari berbagai kalangan juga,” terang katanya.

Menurutnya, peserta didik yang akan ia bawa kala itu juga ada beberapa yang pemabuk dan pecandu
narkoba.

“Alhamdulillah pecandu narkoba sembuh, pemabuk juga tobat dan menjadi orang yang baik, dan memang
janji kami kepada orang tua mereka bahwa anak yang dibawa ke Kalimantan Timur akan dibantu menjadi
hamba Allah yang bertaqwa, dan mendapat jaminan bisa diterima di perguruan tinggi negeri dan tentunya
kami sudah membawa surat bukti dari pimpinan perguruan tinggi negeri”, jelasnya penuh syukur.

“Kami dapat peluang beasiswa itu karna pimpinannya alumni alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), yang
notabenenya adalah adik kelas saya sendiri. Pak watomo namanya, dan kami bilang bahwa siswa ini dari
kalangan tidak mampu, oleh karena itu bisa mendapat kebebasan biaya pendidikan, uang pengganti
transport, uang makan dan mendapatka tempat tinggal”, jelasnya.

Bicara tentang perjalanan yang luar biasa itu, disamping itu juga ternyata ia pernah menjadi sekretaris di
MUI pusat pada tahun 1999-2002, dan dipertemukan dengan prof Arifin yang tidak lain tidak bukan adalah
alumni dari IPB dan Rektor Universitas Mulawarman (UNMUL), beliau datang ke cilengsi pada tahun 2005
awal. Beliau menyampaikan satu hal yang memang memiliki pengertian paling tidak ada dua makna ketika
ingin menyampaikan “saya ingin menghijaukan kampus”, namun bagi Wahyu Iwa Sumantri sebagai lulusan
IPB yang ia pahami adalah bahwa akan dihijaukan dengan tanaman dan pepohonan, namun ungkapan
“menghudjaukan kampus” itu disampaikan dikalangan para alim ulama, tentu pengertiannya juga berbeda,
yaitu bagaimana agar kampus memiliki ciri yang dikenali sebagai aplikasi penerapan syariat Islam.

“Jika dilihat wanitanya berjilbab, jika ditanya hafalannya sudah hafizh” ujarnya.

Ia memaparkan bahwa sampai saat ini sudah sekitar 174 mahasiswa telah ia arahkan untuk mendapatkan
beasiswa di Kalimantan Timur. Selain itu juga ia tidak hanya membuka jalan pada jenjang S1 namun untuk
setingkat Pasca Sarjana (S2).

Dengan berbagai bentuk dorongan dan semangat maka kemudian Allah izinkan saat pemikiran-pemikiran
itu terus tumbuh, ingin menyalurkan potensi yang ada supaya sempat mengenyang pendidikan dengan
berbagai fasilitas yang baik.

“Mengenyang pendidikan di perguruan tinggi negeri itu lebih baik dari swasta dalam beberapa aspek”,
ungkapnya, dan inilah yang menjadi pemikiran darinya.

Ia mengaku pada tanggal

Menurutnya pendidikan itu sangatlah penting bagi setiap manusia, dan yang lebih terpenting lagi adalah
pendidikan harus sesuai dengan Islam.

“Karena manusia itu fitrahnya dalam Islam”, tegasnya.


“Satu amal yang tidak sesuai dengan syariat Islam itu ibarat ikan hidup berada di luar air”, ujarnya mengutip
ungkapan ust Saifudin (alm).

Sami’na Waato’na (Taat kepada Allah dan Rasulnya)

“Saya ingin turut mempersatukan umat Islam dan memahami bahwa Jamaah Muslimin (Hizbullah) adalah
tempat yang tepat, tidak ada lagi tempat yang mewakili keikhlasan keculia Jamaah Muslimin, yang
menghindarkan dari Ta’assub (berbangga diri), ikhlas itu tidak bangga tapi yakin”, ungkap Wahyu Iwa
Sumantri atau ust Wahyu IS begitu ia akrab disapa.

Rektor kampus “Jihad” STAI Al-Fatah yang lahir pada taggal 4 bulan 5 tahun 1381 H ini tidak pernah lelah
untuk tetap berjuang demi kepentingan umat, beliau adalah salah satu orang yang telah menggiring
ratusan mahasiswa agar bisa mendapatkan beasiswa diberbagai tempat.

Berbicara mengenai Sami’na Waato’na, beliau juga memaparkan bahwa di dalam Islam untuk
membebaskan pengamalan agama tidak bisa dicampuri dengan produk akal, tapi sepenuhnya murni hanya
karna Sami’na Waato’na, Taat kepada Allah dan rasul nya.

“Jadi kalau sudah tau ini perintah dari Allah dan Rasulnya, pertimbangan kepentingan akal itu harus di
drop” , jelasnya.

Menggiring Mahasiswa Untuk Mendapatkan Beasiswa

Menjadikan Mahasiswa STAI Al-Fatah Menjadi Lulusan Berkelas Dunia


Berbicara tentang STAI Al-Fatah yang sejak dari tahun 2016 sudah ia ketuai, ia mengaku ingin menjadikan
STAI menjadi yang lebih baik.
Ia mengungkapkan bahwa mahasiswa STAI Al-Fatah bisa menyebar keseluruh dunia dengan bekal bahasa
yang sudah tidak diragukan lagi dan memiliki kualitas yang sebenarnya.
“Jika kita belajar suatu bahasa, maka harus bisa mengaplikasian dalam berbicara, kecuali tidak belajar”,
tegasnya.
Selain menjadikan mahasiswa yang berkualitas ia juga mengingkan agar lulusan STAI Al-Fatah bisa
berkontribusi terhadap Khilafah, terhadap Jamaah, melalui Sumber Daya Manusia yang berilmu dan ikhlas.
“Karena seseorang jika beramal tidak berilmu ya kerjaannya tidak beres, orang berilmu tidak ikhlas jadinya
sandungan”, ungkapnya penuh yakin.
Selain memberikan jalan beasiswa pada mahasiswa yang ada di Kalimantan Timur saat ini juga Wahyu Iwa
Sumantri telah memberikan jalan beasiswa untuk mahasiswa STAI Al-Fatah, tidak hanya itu ia juga sedang
membuat program akselerasi mahasiswa STAI harus lulus dalam kurun waktu 3 tahun.
“Saya mencoba membuat program akselerasi 3 tahun harus lulus, dan bangun kuliah yang berbiaya tapi
tidak berbiaya, (wajib bayar spp tapi dapat uang yang untuk bayar)”, jelasnya.
“Pendidikan di Al-Fatah harus tuntas hingga melahirkan Doktor”, ungkapnya penuh yakin.
Menurutnya, sesuat hal yang besar itu berawal dari yang kecil, oleh karena itu ia ingin memajukan STAI Al-
Fatah dengan tahap demi tahap. Salah satu program yang telah berjalan saat ini adalah kelas Internasional,
dan akan dikelola dengan maksimal sehingga bisa menunjukkan bukti dari apa yang biasa dia pelajari.
“Saya belajar bahasa arab dan saya bisa berbicara dengan bahasa arab, saya belajar bahasa Inggris dan saya
bisa mengajarkannya, saya belajar Al-Qur’an dan saya bisa menyampaikan dan menuliskannya”,katanya
memberikan contoh.
Selain usaha untuk membangun pendidikannya, ia juga telah berencana dan akan mengupayakan
terbangunnya kampus dengan lima lantai di tanah yang tidak jauh dari Shuffah Cileungsi.

Anda mungkin juga menyukai