Anda di halaman 1dari 13

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“Sistem K3 di PT. Kimia Farma

Disusun Oleh :
Andri Irawan 41155010180007

TEKNIK INDUSTRI - B

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

LANGLANGBUANA BANDUNG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

PT Kimia Farma Tbk adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang


didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya
adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi
atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah
Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF
(Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus
1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan terutama dalam PT. Kimia Farma di Indonesia belum
terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan
risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.
Industri merupakan aktivitas yang melibatkan tenaga kerja, alat, metode, biaya dan
material serta waktu yang cukup besar. Keaadaan tersebut secara tidak langsung
mengakibatkan meningkatnya bahaya maupun resiko kecelakaan yang dapat dialami oleh
para pekerja. Diantara berbagai macam industri, PT. Kimia Farma merupakan salah satu
industri dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan di
dalam perusahaan PT. Kimia Farma mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia,
ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan
kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan
teknologi pengobatan khususnya dalam bidang farmasi, maka risiko yang dihadapi petugas
yang bekerja dalam PT. Kimia Farma pun semakin meningkat. Oleh karena itu penerapan
budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua industri
termasuk PT. Kimia Farma.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan timbulah permasalahan yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut :

1. Apa itu PT. Kimia Farma ?


2. Bagaimana standardisasi perlengkapan K3 pada PT. Kimia Farma?
3. Bagaimana upaya pengendalian K3 di PT. Kimia Farma?
4. Bagaimana system K3 apabila dijalankan ?
5. Bagaimana system K3 tersebut bila tidak dijalankan?
C. Pembatasan masalah
Karena keterbatasan yang ada maka penulis membatasi makalah dengan
permasalahan yaitu dengan penjelasan dari umum mulai dari pengertian PT. Kimia Farma
dan K3 dan yang lebih khusus yakni penjelasan mengenai standardisasi perlengkapan K3
pada PT. Kimia Farma, Bagaimana upaya pengendalian k3 di PT Kimia farma, Bagaimana
system K3 apabila dijalankan, dan apabila system K3 tersebut tidak dijalanlankan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapatlah dirumuskan masalah yang akan
dibahas, yaitu bagaimana standardisasi perlengkapan K3 pada PT. Kimia Farma, potensi
bahaya atau kecelakaan yang dapat timbul pada PT. Kimia Farma serta pencegahannya,
upaya pengendalian K3 di PT. Kimia Farma,

E. Tujuan penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan penulis dapat menjelaskan apa itu PT. Kimia
Farma, standarisasi perlengkapan K3 pada PT. Kimia Farma, Bagaimana upaya pengendalian
k3 di PT Kimia farma, Bagaimana system K3 apabila dijalankan, dan apabila system K3
tersebut tidak dijalanlankan.

F. Manfaat penulisan
Manfaat dari bagi pemerintah: sebagai masukan untuk lebih memperhatikan faktor
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam PT. Kimia Farma Bagi masyarakat: khususnya
untuk para pekerja, agar lebih memperhatikan faktor K3 dan selalu mengenakan Apd saat
bekerja di dalam PT. Kimia Farma Untuk mahasiswa: mahasiswa mengetahui bagaimana
penerapan K3 di dalam PT. Kimia Farma, standarisasi perlengkapan K3 pada PT. Kimia
Farma, Bagaimana upaya pengendalian k3 di PT Kimia farma, Bagaimana system K3 apabila
dijalankan, dan apabila system K3 tersebut tidak dijalanlankan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi PT. Kimia Farma dan K3


Industri merupakan aktivitas yang melibatkan tenaga kerja, alat, metode, biaya
dan material serta waktu yang cukup besar. Farmasi menurut kamus adalah seni dan
ilmu meracik dan menyerahkan / membagikan obat. Menurut kamus lainnya,
misalnya Webster, farmasi adalah seni atau praktek penyiapan, pengawetan, peracikan
dan penyerahan obat ( Webster’s New Collegiate Dictionary. SpringField, MA, G. &
C. Merriam Co, 1987 ). Jadi PT. Kimia Farma atau perusahaan obat-obatan adalah
perusahaan bisnis komersial yang fokus dalam meneliti, mengembangkan dan
mendistribusikan obat, terutama dalam hal kesehatan. Mereka dapat membuat obat
generik atau obat bermerek. Jadi PT. Kimia Farma adalah aktifitas yang melibatkan
tenaga kerja, alat, metode, dan material dimana kegiatan tersebut berhubungan dengan
praktek penyiapan, pengawetan, peracikan, dan penyerahan obat. Pekerja yang
meracik, menyerahkan, dan membagikan obat dalam PT. Kimia Farma disebut juga
farmasis.
Dan dapat diketahui pengertian K3 adalah:
1. Promosi dan memelihara deraja tertinggi semua pekerja baik secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
2. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaan mereka.
3. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-
faktor yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan
kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian
antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya

Industri sangat berkaitan dengan faktor K3 didalamnya, dimana K3 sendiri


bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat
yang tinggi dan terbebas dari faktor-faktor di lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
B. Standarisasi Perlengkapan K3 di PT. Kimia Farma
Standarisasi Perlengkapan K3 di PT. Kimia Farma telah diatur dalam Undang
Undang seperti pada Standarisasi Industri lainnya. Landasan-landasan Hukum K3
yaitu:
· LANDASAN HUKUM (Formal)
· UUD 1945
“Setiap Warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”, Layak bagi kemanusiaan dalam arti Manusiawi dan Manusiawi pada
kondisi kerja dalam arti Selamat dan Sehat

UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan diamana Setiap


tenaga kerja mendapat perlindungan kerja atas Keselamatan, Kesehatan, Kesusilaan,
Pemeliharaan Etika dan Moral Kerja, Perlakuan sesuai Martabat Manusia, dan Moral
Agama

UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang berisi


1. Keselamatan Kerja yang diatur dalam Undang-undang ini mencakup semua
tempat kerja
2. Syarat Keselamatan Kerja wajib dipatuhi untuk mengendalikan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Permenaker No.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang berisi:
Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produkatif.
Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan minimal
100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan
penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3.
C. Upaya Pengendalian K3 pada PT. Kimia Farma
1. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok tentang Petugas
kesehatan dan non kesehatan
a) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.
Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.
2. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara
lain:
1) Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang
meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
2) Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
3) Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk
masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
4) Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat
radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut
dilaksanakan
5) Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
mengupayakan pencegahannya.
6) Memberikan asuransi pada pekerja.

D. Bagaimana system K3 apabila dijalankan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya


disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
A. Tujuan dan sasaran sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

B. Tujuan SMK3 Permenaker


yaitu meningkatkan kondisi kesehatan kerja dan mencegah terjadinya potensi
kecelakaan kerja karena kondisi K3 tidak saja menimbulkan kerugian secara
ekonomis tetapi juga kerugian non ekonomis seperti menjadi buruknya citra
perusahaan.

Komponen-komponen dalam penerapannya di perusahaan meliputi:


Adanya komitmen perusahaan tentang K3
Adanya perencanaan tentang program-program K3
Operasi dan Implementasi K3
Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan K3 di perusahaan
Pengkajian manajemen perusahaan tentang kebijakan K3 untuk pelaksanaan
berkesinambungan.

Berdasarkan 5 komponen utama diatas, tahapan dalam penyusunan SMK3 dibagi


dalam 7 tahapan, antara lain :
1. Mengindentifikasi resiko dan bahaya.
2. Mengidentifikasi ketetapan UU dan peraturan yang berlaku.
3. Menentukan target dan pelaksana program.
4. Melancarkan program perencanaan untuk mencapai target dan objek yang telah
ditentukan.
5. Mengadakan perencanaan terhadap kejadian darurat.
6. Peninjauan ulang terhadap target dan para pelaksana system.
7. Penetapan kebijakan sebagai usaha untuk mencapai kemajuan yang
berkesinambungan.
Penanganan Perusahaan Terhadap Resiko Berdasarkan Penerapan K3:
Keselamatan dan kesehatan kerja di dalam perusahaan akan dijadikan sebagai
culture yang harus dilaksanakan oleh seluruh karyawan perusahaan, tidak hanya
mereka yang bekerja di lapangan saja, tetapi mereka juga yang bekerja di office.
Kemudian dalam mengimplementasikan suatu program K3 dari pihak manajemen
harus transparan, karena program K3 dibuat tidak hanya untuk divisi K3 sendiri,
melainkan disosialisasikan untuk seluruh karyawan, dan manajemen perlu
mengevaluasi program tersebut yang telah dijalankan, disini guna untuk
mengkroscheck kembali apakah K3 itu sudah berjalan dengan maksimal sesuai
dengan standard K3 yang berlaku, dalam mengurangi tingkat kecelakaan kerja, dan
how to make of safe in environmental work. “Intinya pekerja dan manajemen
haruslah sama-sama memperhatikan K3 karena memiliki dampak pada masing-
masing mereka. Peran manajemen puncak adalah paling utama, berupa penyediaan
fasilitas dan penjelasan atau sosialisasi K3 kepada semua karyawan.

E. Bagaimana system K3 apabila tidak dijalankan

Apabila system K3 tidak dijalankan maka akan timbul keclakaan kerja

misalnya, dan Sebagian besar pekerja di lapangan seringkali melupakan atau malah

sengaja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Ada berbagai alasan dibalik

kebiasaan tersebut, mulai dari ketidaknyamanan, merasa ada keterbatasan ruang

gerak, kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya APD ketika bekerja, tidak

memiliki APD, atau sengaja tidak mengenakan APD karena yakin tidak akan terjadi

kecelakaan / faktor ego.

Padahal di Indonesia, jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya masih terhitung

tinggi dan jumlahnya pun semakin meningkat. Berdasarkan data dari Menteri

Ketenagakerjaan Indonesia, disebutkan bahwa sepanjang tahun 2018, telah terjadi

157.313 kasus kecelakaan kerja. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya yakni sebesar 123.000 kasus.


Oleh karena itu, para pekerja yang tidak menggunakan APD beresiko

mendapatkan cedera yang lebih serius, sehingga kelalaian tersebut dapat berujung

penuntutan dari pihak korban serta kerugian finansial bagi perusahaan. Selain itu,

resiko terburuknya juga dapat merenggut nyawa. Jadi, bagaimana cara agar pekerja

terus memiliki kesadaran untuk menggunakan APD setiap bekerja?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, pertama-tama pahami dulu apa saja yang

termasuk alat pelindung diri. Sebetulnya APD dapat mencakup semua bagian tubuh,

dimulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pakaian keamanan yang termasuk dalam

APD antara lain helm, pelindung di wajah (termasuk kacamata & masker), pelindung

telinga (pendengaran), pelindung pernafasan (respirator), sarung tangan safety,

pelindung ketinggian (safety harness), pelindung kaki (sepatu safety), pelindung

tubuh, jas, pelampung, sabuk pengaman, rompi dan lain-lain.

Biasanya, pekerja yang merasa risih menggunakan APD, tentunya dikarenakan

APD yang digunakan dirasa mengganggu penampilan, ukuran yang tidak pas, ataupun

faktor panas / gerah. Untuk itu, dari sisi kedisiplinan pekerja, pihak penyedia tenaga

kerja perlu membudayakan penggunaan APD melalui berbagai macam training, acara,

maupun penyediaan supervisor lapangan. Selain itu, hal-hal mengenai penekanan

manfaat dan pentingnya APD tidak dapat diabaikan dan menjadi satu-satunya alat

penyelamat diri ketika bekerja.

Sering ditemui di lapangan bahwa pekerja lapangan masih jarang

mendapatkan training tentang pentingnya APD, kapan penggunaannya, dan cara

penggunaannya. Oleh karena itu, training dan pemberian materi tentang penggunaan

dan pentingnya APD, termasuk cara penggunaan yang tepat sangat penting dilakukan.

Apabila sosialisasi sudah dijalankan namun kurang menimbulkan kesadaran, maka

buatlah peraturan serta kewajiban mengenakan APD. Bagi pekerjabaru, pastikan


budaya yang diterapkan di perusahaan mengacu pada disiplin K3. Selain itu, segala

peraturan mengenai APD perlu menggunakan komunikasi yang interaktif sehingga

tidak terjadi kekeliruan maupun penolakan dari pihak pekerja. Dalam hal ini,

penolakan dan budaya menjadi faktor utama pekerja malas menggunakan APD

sehingga hal tersebut perlu dibenahi sebaik-baiknya.

Dalam aplikasinya, perusahaan dapat menerapkan disiplin kerja seperti

contohnya pekerja sudah harus hadir sekitar 30 menit sebelum bekerja untuk

melakukan pemasangan APD, safety check, maupun pengetahuan dini mengenai area

berbahaya (dangerous / hazardous zone). Dengan bekal informasi dan kelengkapan

alat safety yang sudah terpenuhi, maka perusahan dapat meminimalisir angka

kecelakaan kerja.

Langkah selanjutnya adalah lakukan pemantauan terhadap faktor ego pekerja.

Karena hal tersebut dapat berdampak baik bagi pekerja tersebut maupun pekerja lain

di sekitarnya. Mereka yang suka melepas APD / tidak menggunakan APD mungkin

beranggapan bahwa mereka sudah mahir dalam bekerja sehingga tidak memerlukan

APD. Lakukan sosialisasi maupun panggilan terhadap pekerja tersebut secara privat

dan nyatakan bahwa hal tersebut benar-benar keliru. Kecelakaan kerja bersifat tidak

dapat diprediksi, baik kecelakaan ringan maupun berat dan tidak ada yang tahu kapan

datangnya.

Dari segi reminder, pemasangan spanduk atau umbul-umbul mengenai standar

prosedur K3 juga perlu diletakkan di beberapa titik rawan pada lokasi kerja.

Tujuannya adalah sebagai pengingat agar pekerja menerapkan penggunaan APD

tersebut. Hal ini cukup mudah dilakukan dan dapat berdampak positif.

A. Penyesuaian APD untuk Meningkatkan Disiplin K3


Dalam memilih alat pelindung diri atau pakaian safety terbaik, tentunya

perusahaan dapat mempertimbangkan kualitas dari APD tersebut. APD yang

berkualitas berdampak positif pada tingkat keamanan dan kenyamanan pekerja. Selain

kualitas material dan daya tahan, desain yang fungsional namun tetap kece dapat

ditemui pada penyedia APD saat ini.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Kimia Farma bertujuan agar pekerja
atay pegawai di lingkungan PT. Kimia Farma saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-
jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di PT. Kimia Farma serta menjalin kerjasama terkait
dalam pembinaan K3 tersebut.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola
laboratorium kesehatan farmasi mempunyai peran sentral . Demikian pula dengan
pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini
harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan
sebagai subyek dari upaya mulia ini dalam menerapkan program K3 tersebut.

B. Saran
Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan karyawan
yang bekerja di PT. Kimia Farma dapat bekerja dengan lebih produktif, sehingga
tugas sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya,
menuju Indonesia Sehat serta pentingnya akan kesadaran individu-individunya untuk
menerapkan pentingnya untuk menerapkan system k3 pada pribadinya dengan
mengikuti sesuai SOP yang di tetapkan perusahannya. Sehingga denganm car aitu
dapat meminimalisir tingkat kecelakaan kerja yang ada di perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai