Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sistem Penilaian dalam Pendidikan Khusus

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan bekerja sama sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah pengembangan sikap


profesional ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 4 April
2018

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................1

A. PEMBELAJARAN TUNTAS......................................................................1

1. Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas.............................................2

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tuntas........................................................6

3. Strategi Pembelajaran Tuntas....................................................................6

4. Komponen Pembelajaran Tuntas...............................................................7

B. PEMBELAJARAN REMEDIAL.................................................................8

1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Remedial..................................................10

2. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial......................................................11

3. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial..........................................13

4. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial..........................................14

5. Penilaian Pengajaran Remedial...............................................................14

C. PROGRAM PENGAYAAN.......................................................................16

1. Jenis-jenis Program Pengayaan...............................................................17

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Pengayaan................................................17

ii
3. Langkah-langkah Pembelajaran Pengayaan............................................19

4. Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan....................................................20

5. Teknik......................................................................................................21

6. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan........................................21

7. Penilaian Pembelajaran Pengayaan.........................................................22

D. PROGRAM AKSELERASI/ PERCEPATAN...........................................23

1. Pengertian Program Akselerasi...............................................................23

2. Tujuan Program Akselerasi.....................................................................23

3. Rekruitmen Siswa Akselerasi..................................................................23

4. Kurikulum Siswa Akselerasi...................................................................25

5. Sistem Proses Belajar Mengajar Siswa Akselerasi.................................26

6. Sarana dan Prasarana Bagi Siswa Akselerasi..........................................27

7. Sistem Evaluasi Pengajaran Akselerasi...................................................28

BAB III PENUTUP...............................................................................................29

A. KESIMPULAN...........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

PEMBAGIAN TUGAS..........................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional)
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, menyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Setiap siswa menginginkan hasil yang baik
dalam proses pembelajarannya.
Hal tersebut dijadikan tolak ukur dalam proses pembelajaran. Hasil
berupa nilai yang baik pada mata pelajaran Gambar Teknik dapat dicapai
apabila terlaksananya proses belajar mengajar yang baik. Hal tersebut
harus ditunjang dengan faktor yang mendukungnya, salah satunya adalah
interaksi belajar mengajar yang terjadi antara guru dan siswa
Tindak lanjut evaluasi hasil pembelajaran perlu dipahami dan
dilakukan oleh setiap stakeholder, jika laporan hasil evaluasi pembelajaran
itu kurang maka apa yang harus dilakukan oleh pengambil kebijakan
pendidikan. Apa yang dilakukan oleh seorang pendidik, siswa dan orang
tua serta stakeholder pemerintah.
Siklus managemen pendidikan dilakukan lagi apakah ada yang
kurang dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan bagaimana
perbaikan yang harus dilakukan oleh pembuat kebijakan pendidikan.
Dengan mengatuhui apa yang seharusnya dilakukan, maka akan
memberikan pemahaman yang mendalam tentang pelaksanaan program
evaluasi pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pembelajaran tuntas ?
2. Apakah pembelajaran remedial ?
3. Apakah program pengayaan ?
4. Apakah program akselerasi/ percepatan ?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pembelajaran tuntas
2. Untuk mengetahui pembelajaran remedial
3. Untuk mengetahui program pengayaan
4. Untuk mengetahui program akselerasi/ percepat

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBELAJARAN TUNTAS
Belajar tuntas (masterylearning) adalah filosofi pembelajaran yang
berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu
yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai
bahwa siswa dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila
standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian
mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan
pembelajaran berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metode belajar
tuntas, siswa tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum
menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya.
Belajar tuntas berdasar pada beberapa premis, diantaranya:
1. Semua individu dapat belajar
2. Orang belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda
3. Dalam kondisi belajar yang memadai, dampak dari perbedaan individu
hampir tidak ada
4. Kesalahan belajar yang tidak dikoreksi menjadi sumber utama kesulitan
belajar.
Kurikulum belajar tuntas biasanya terdiri dari beberapa topik berbeda
yang mulai dipelajari oleh para siswa secara bersamaan. Siswa yang tidak
menyelesaikan suatu topik dengan memuaskan diberi pembelajaran tambahan
sampai mereka berhasil. Siswa yang menguasai topik tersebut lebih cepat akan
dilibatkan dalam kegiatan pengayaan sampai semua siswa dalam kelas tersebut
bisa melanjutkan ke topik lainnya secara bersama-sama. Dalam lingkungan
belajar tuntas, guru melakukan berbagai teknik pembelajaran, dengan
pemberian umpan balik yang banyak dan spesifik menggunakan tes diagnostik,
tes formatif, dan pengoreksian kesalahan selama belajar. Tes yang digunakan
di dalam metode ini adalah tes berdasarkan acuan kriteria dan bukan atas acuan
norma.

1
Belajar tuntas tidak berhubungan dengan isi topik, melainkan hanya
dengan proses penguasaannya. Metode ini berdasar pada model yang dibuat
oleh Benjamin S. Bloom, dengan penyempurnaan oleh James H. Block. Belajar
tuntas dapat dilakukan melalui pembelajaran kelas oleh guru, tutorial satu per
satu, atau belajar mandiri dengan menggunakan materi terprogram. Dapat
dilakukan menggunakan pembelajaran guru secara langsung, kerjasama dengan
teman sekelas, atau belajar sendiri. Di dalamnya diperlukan tujuan
pembelajaran yang terumuskan dengan baik dan disusun menjadi unit-unit
kecil secara berurutan.
Dua permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan belajar
tuntas. Pertama, pengelompokan dan pengaturan jadwal bisa memunculkan
kesukaran. Guru sering merasa lebih mudah meminta siswa untuk belajar
dalam kecepatan tetap dan menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu
dibandingkan bila ada variasi yang besar dalam kegiatan di suatu kelas.
Kedua, karena siswa yang lambat memerlukan waktu yang lebih banyak dalam
standar minimum, siswa yang cepat akan terpaksa menunggu untuk maju ke
tingkat yang lebih tinggi.
Permasalahan-permasalahan tersebut bukannya tidak bisa diatasi karena
bisa diatur pemberian perhatian yang bersifat perorangan, menetapkan standar
yang tinggi tapi bisa dicapai, dan menyediakan materi tambahan bagi siswa
yang belajar dengan cepat.
1. Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
a. Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan
individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada
sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan
memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual
peserta didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya
potensi masing-masing peserta didik secara optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
1) Mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),

2
2) Membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian
kompetensi,
3) Mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam
pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran
dengan teman atau sejawat (peerinstruction), dan bekerja dalam
kelompok kecil. Berbagai jenis metode (multi metode) pembelajaran
harus digunakan untuk kelas atau kelompok.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan
tutorial dengan sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang,
pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan
pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter, 1996)
b. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau
tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik
secara individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model
Personalized System ofInstruction (PSI) seperti dikembangkan oleh
Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik
dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
1) Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-
satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan
pengetahuan prasyaratnya.
2) Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD.
3) Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi
4) Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
5) Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif)
6) Menggunakan teknik diagnostik
7) Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi
peserta didik yang mengalami kesulitan

3
c. Peran Peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki
pendekatan berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan
menempatkan peran peserta didik sebagai subjek didik. Fokus
program pembelajaran bukan pada “Guru dan yang akan
dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang akan
dikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas memungkinkan
peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar
yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam
menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan peserta
didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara
individual.
d. Evaluasi

Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP


ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterionreferenced) pada
setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma
(normreferenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus
ditetapkan oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai
nilai 75, 65, 55, atau sampai nilai berapa seorang peserta didik
dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam belajar.

Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang


ciri-cirinya adalah:

1) Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap


Kompetensi Dasar
2) Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih
Kompetensi Dasar (KD)
3) Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program
remedial dan program pengayaan.
4) Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor

4
5) Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti
pengamatan, kuesioner, dan sebagainya.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk
instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun
berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program
pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang
secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil
tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan
segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar,
meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas
ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan
oleh guru mata pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan
dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada
setiap sekolah dan atau daerah.
Mengingat kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam
pencapaian KD tidak sama, maka dalam pembelajaran terjadi
perbedaan kecepatan belajar antara peserta didik yang sangat pandai
dan pandai, dengan yang kurang pandai dalam pencapaian
kompetensi. Sementara pembelajaran berbasis kompetensi
mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian kompetensi
untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan. Implikasi dari
prinsip tersebut mengharuskan dilaksanakannya program-program
remedial dan pengayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari
penerapan sistem pembelajaran tuntas.
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang
menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal
pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan
peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar
ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi
mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta

5
didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran
tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing
peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas
dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap
perbedaan individual masing-masing peserta didik.
2.  Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tuntas
Harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar
tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam
belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai,
bantuan, serta perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar
menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari konsep
tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalaran tuntas
adalah:
1) Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan
urutan yang hirarkis,
2) Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap
kompetensi harus diberikan feedback,
3) Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,
4) Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai
ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile&Lalley: 2003)
3. Strategi Pembelajaran Tuntas
a. Mengidentifikasi pra-kondisi.
b. Mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar.
c. Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap
bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan
(diagnosticprogresstest).
d. Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah
ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan
patokan yang ditentukan.

6
e. Pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal
mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial
(pengajaran korektif).
f. Implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan
“bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang
meliputi :
1) Correctivetechnique yaitu semacam pengajaran remedial, yang
dilakukan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal
dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda
dari sebelumnya;
2) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang
membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas).
4. Komponen Pembelajaran Tuntas
a. Konstruktivisme

1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru


berdasar pada pengetahuan awal.
2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”
bukan menerima pengetahuan.

b. Inquiry

1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.


2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

c. Questioning (Bertanya)

1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai


kemampuan berpikir siswa.
2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran
yang berbasis inquiry

d. LearningCommunity (Masyarakat Belajar)

7
1) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar
sendiri.
3) Tukar pengalaman.
4) Berbagi ide
5) Modeling (Pemodelan)
6) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja
dan belajar.
7) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

e. Reflection ( Refleksi)

1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.


2) Mencatat apa yang telah dipelajari.
3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
f. AuthenticAssessment (Penilaian Yang Sebenarnya)

1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.


2) Penilaian produk (kinerja).

B. PEMBELAJARAN REMEDIAL
Kata remedial berasal dari bahasa Inggris yang artinya
menyembuhkan, membetulkan. Ini berarti bahwa pembelajaran remedial
adalah pembelajaran yang bersifat menyembuhkan sehingga menjadi baik
atau sembuh dari masalah pembelajaran yang dirasa sulit. Menurut Natawija
dalam bukunya Pengajaran Remedial, mengemukakan bahwa dilihat dari arti
katanya remedial berarti bersifat menyembuhkan/ membetulkan atau
membuat menjadi baik.

Menurut Nafsiah Ibrahim dan Partino dalam bukunya Pengantar


Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial, pembelajaran

8
remedial perlu diadakan bila telah diketahui terlebih dahulu apa dan
bagaimana kesulitan belajar yang dialami peserta didik, pengajaran remedial
merupakan bentuk khusus pengajaran yang meliputi cara mengajar, cara
belajar, materi pelajaran, metode mengajar, cara belajar, materi pelajaran,
fasilitas dan lingkungan yang ikut mempengaruhi proses belajar tersebut.

Syamsudin dalam Ishak dan Warji menjelaskan bahwa yang


dimaksud dengan kegiatan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan
untuk memahami dan menetapkan jenis, sifat kesulitan belajar, faktor-faktor
penyebanya serta cara mendapatkan kemungkinan mengatasinya, baik secara
kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan
data informasi yang seobjektif mungkin.

Dengan demikian pembelajaran remedial adalah sebuah bentuk


pembelajaran yang sifatnya memperbaiki kekeliruan-kekeliruan siswa dalam
belajar atau untuk lebih memberikan pemahaman yang lebih bagi siswa yang
mengalami kelambanan dalam belajar, ini berarti bahwa pengajaran remedial
merupakan lanjutan dari kegiatan-kegiatan diagnostik kesulitan belajar.

Dalam menangani dan memecahkan kasus kesulitan belajar secara


operasional, M. Entang dalam bukunya Diagnosa Kesulitan Belajar dan
Pengajaran Remedial, ada 6 (enam) langkah yang harus dilakukan :

1. Identifikasi murid yang diduga mengalami kesulitan belajar.


2. Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi.
3. Lokalisasi jenis factor, sifat kesulitan, dan serta factor yang
menyebabkanya.
4. Perkiraan kemungkinan bantuan.
5. Kemungkinan cara-cara mengatasinya.
6. FollowUp atau tindak lanjut.

Pada pembelajaran remedial kegiatan perbaikan bertujuan memberikan


bantuan baik yang berupa perlakuan pengajaran maupun yang berupa

9
bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa yang
mungkin disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Secara
operasional kegiatan perbaikan yang dilaksanakan guru terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar bertujuan untuk memberikan bantuan yang
berupa perlakuan pengajaran kepada siswa yang lamban, sulit, gagal belajar,
agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

Fungsi pembelajaran remedial dalam proses belajar mengajar di sekolah


adalah sebagai penunjang terlaksananya kegiatan belajar siswa ke arah yang
lebih baik. Untuk itu sangat perlu siswa diberikan bantuan serta bimbingan
dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Dengan jalan ini kita menggunakan
suatu bentuk pengajaran mengatasi kekeliruan-kekeliruan yang menjadi
penyebab kesulitan belajar sehingga ia dapat memahami kembali konsep-
konsep pelajaran yang pernah didapatkannya.

1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Remedial


Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus
terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan
belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan
dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai kompetensi.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial
sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
a. Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh
karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan
peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan
gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial
harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

b. Interaktif

10
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta
didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber
belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu
mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan
belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami
kesulitan segera diberikan bantuan.
c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta
didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu
digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta
didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera
mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif.
Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari
kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial
merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran
reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya
selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya
sesuai dengan kesempatan masing-masing.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial


Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan
bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar.
Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam
pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu

11
pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan
(treatment) pembelajaran remedial.

a. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat


kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi
kesulitan ringan, sedang dan berat.

1) Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang


kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.
2) Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami
gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya
faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.
3) Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami
ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna
daksa, dsb.
b. Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar
antara lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan),
tes diagnostik, wawancara, pengamatan, dsb.
1) Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi
tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat
pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
2) Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik
dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari
operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada
kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.
3) Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan
peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar
yang dijumpai peserta didik.

12
4) Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat
perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan
dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.
3. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik,
langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran
remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:
a. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang
berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara
penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan
tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar
atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau
mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan
kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan,
perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara
individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi
peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana
terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai
ketuntasan.
c. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka
menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak
agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes
akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu
menguasai kompetensi yang ditetapkan.
d. Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang
memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk
memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan
belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

13
4. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan
pembelajaran remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah
pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir ulangan harian,
mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah
pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik mempelajari SK
atau KD tertentu? Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta
didik mempelajari KD tertentu. Namun karena dalam setiap SK terdapat
beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan
pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat
indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan
dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran
remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik menempuh tes SK
yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari
beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu
mengikuti program pembelajaran remedial.
Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi
melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-
lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian, ulangan
tengah semester dan ulangan akhir semester.
5. Penilaian Pengajaran Remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah
dilaksanakan, harus dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan
dengan cara mengkaji kemajuan belajar siswa. Apabila sisiwa mengalami
kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang
direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa mengalami
kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang direncanakan
dan dilaksanakan kurang efektif. Untuk itu guru harus menganalisis setiap
komponen pembelaran.

14
Evaluasi dan Follow Up, cara manapu yang ditempuh, evaluasi
atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukanevaluasi dan tindak
lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh bantuan (treatment) yang telah
diberikan terhadap terhadap pemecahan masalah yang dihadapi peserta
didik. Kriteria-kriteria keberhasilan pengajaran remedial yaitu:
a. Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik
berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b. Perasaan posistif sebagai dampak dari proses dan materi yang
dibawakan melaui layanan.
c. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah
pelaksanaan remedial dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut
pengentasan masalah belajar yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmum (2003)
mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektifitas
remedial yang telah diberikan, yaitu apabila:
a) Peserta didik telah menyadari (to be aware or) atas adanya masalah
yang dihadapi
b) Peserta didik telah memahami (self insight) permasalahan yang
dihadapi
c) Peserta didik telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima
kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
d) Peserta didik telah menurun ketegangan emosinya (amotion stress
release)
e) Peserta didik telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
f) Peserta didik mulai menunjukkan kemampuan dalam
mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan
secara sehat dan rasional
g) Peserta didik mulai menunjukkan kemampuan melakukan usaha-usaha
perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai
dengan dasar pertimbanagan dan keputusan yang telah diambil.

15
C. PROGRAM PENGAYAAN
Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan KI
dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem penilaian
acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu
maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan. Oleh
karena itu, program pengayaan dapat diartikan: memberikan
tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang
teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh
kurikulum.

Dalam program pengayaan, media belajar harus betul-betul


disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam menguasai
materi yang diberikan. Guru bisa memberikan pendalaman dan perluasan
dari KD yang sedang diajarkan atau memberikan materi dalam KD yang
berikutnya.

Berdasarkan Permendikbud No.54, 64, 65, 66 dan 67 Tahun 2013


pada dasarnya menganut sistem pembelajaran berbasis aktivitas atau
kegiatan, kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem pembelajaran
yang memperhatikan dan melayani perbedaan individual peserta didik.

Dengan memperhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan


awal, kecerdasan, kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya
belajar) tersebut, maka program pengayaan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan/hak anak. Dalam program pengayaan, guru memfasilitasi peserta
didikuntuk memperkaya wawasan dan keterampilannya serta mampu
mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Program pengayaan dilakukan ketika peserta didik teridentifikasi


telah melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum . Guru
perlu mengantisipasi dengan menyiapkan program-program atau aktivitas
yang sesuai KD untuk memfasilitasi peserta didik. Waktu yang masih

16
tersedia dapat dimanfaatkan peserta didik untuk memperdalam/memperluas
atau mengembangkan hingga mencapai tahapan networking (jejaring) dalam
pendekatan ilmiah (scientificapproach).Guru dapat memfasilitasi peserta
didik dengan memberikan berbagai sumber belajar, antara lain:
perpustakaan, majalah atau koran, internet, narasumber/pakar, dll.

1. Jenis-jenis Program Pengayaan

a) Kegiatan eksploratori yang masih terkait dengan KD yang sedang


dilaksanakan yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik.
Sajian yang dimaksud contohnya: bisa berupa peristiwa sejarah, buku,
narasumber, penemuan, uji coba, yang secara regular tidak tercakup
dalam kurikulum.
b) Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil
dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang
diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c) Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang
memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah
nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau
pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah.

Pemecahan masalah ditandai dengan:

1) Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan;


2) Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan;
3) Penggunaan berbagai sumber;
4) Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;
5) Analisis data;
6) Penyimpulan hasil investigasi.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Pengayaan


Prinsip-prinsip program pengayaan yang perlu diperhatikan dalam
mengonsep program pengayaan menurut Khatena (1992):

17
a. Inovasi, Guru perlu menyesuaikan program yang diterapkannya
dengan kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan
hidup dan budaya peserta didik.
b. Kegiatan yang memperkaya, Dalam menyusun materi dan mendisain
pembelajaran pengayaan, kembangkan dengan kegiatan yang
menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan
sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c. Merencanakan metodologi yang luas dan metode yang lebih
bervariasi. Misalnya dengan memberikan project, pengembangan
minat dan aktivitas-akitivitas menggugah (playful). Menerapkan
informasi terbaru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan program-
program pendidikan terkini.
Sedangkan Passow (1993) menyarankan bahwa dalam merancang
program pengayaan, penting untuk memperhatikan 3 hal:
a) Keluasan dan kedalaman dari pendekatan yang digunakan.
Pendekatan dan materi yang diberikan tidak hanya berisi
yang yang luarnya (kulit-kulitnya) saja tetapi diberikan dengan lebih
menyeluruh dan lebih mendalam. Contoh: membahas mengenai
prinsip Phytagoras, tidak hanya memberikan rumus dan pemecahan
soal saja tetapi juga memberikan pemahaman yang luas dari mulai
sejarah terbentuknya hukum-hukum phytagoras dan bagaimana
penerapan prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b) Tempo dan kecepatan dalam membawakan program
Sesuaikan cara pemberian materi dengan tempo dan
kecepatan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan.
Hal ini berkaitan dengan kecepatan daya tangkap yang dimiliki
peserta didik sehingga materi dapat diberikan dengan lebih
mendalam dan lebih dinamis untuk menghindari kebosanan karena
peserta didik yang telah menguasai materi pelajaran yang diberikan
di kelas.
c) Memperhatikan isi dan tujuan dari materi yang diberikan

18
Hal ini bertujuan agar kurikulum yang dirancang lebih tepat
guna dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik. Renzulli
(1979) menyatakan bahwa program pengayaan berbeda dengan
program akselerasi karena pengayaan dirancang dengan lebih
memperhatikan keunikan dan kebutuhan individual dari peserta
didik.
3.   Langkah-langkah Pembelajaran Pengayaan
Langkah-langkah dalam pembelajaran pengayaan tidak terlalu
jauh berbeda dengan program remedial. Diawali dengan kegiatan
identifikasi, kemudian perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Guru
tidak perlu menunggu diperolehnya penilaian otentik terhadap
kemampuan peserta didik. Apabila melalui observasi dalam proses
pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi memiliki kemampuan
yang lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan penguasaan materi
yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat, sehingga
peserta didik seringkali memiliki waktu sisa yang lebih banyak,
dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi.
Disinilah di butuhkan kepekaan guru dalam merencanakan
danmemutuskan untuk melaksanakan pembelajaran pengayaan. Winner
(1996) dalam Santrock (2007), mengemukakan karakteristik peserta
didik yang berbakat antara lain :
a. Pesrerta didik yang berbakat biasanya cermat dalam setiap hal atau
pun kesempatan dimana mereka harus menggunakan
kemampuannya. Mereka adalah anak-anak yang selalu menjadi
yang pertamadalam menguasai suatu pelajaran dengan usaha yang
juga minimal dibanadingkan teman-teman atau peserta didik lain
yang dikarenakan mereka sejak lahir memiliki kemampuan yang
tinggi dalam stu atau beberapa bidang.
b. Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik yang berbakat dapat
berhasil memecahkan masalah secara tepat dengan cara ia
kembangkan atau ia temukan sendiri. Peserta didik yang berbakat

19
dapat menangkap atau lebih menyukai petunjuk yang tidak eksplisit
dibandingkan dengan peserta didik yang lain.
c. Memiliki hasrat untuk menguasai. Mereka memiliki hasrat, obsesi
dan minat, dan kemampuan untuk fokus, sehingga sangat mudah
baginya untuk memahami dan menguasai suatu hal.
d. Guru diharapkan lebih peka dalam mengenali peserta didik yang
memiliki karakteristik ini, dikarenakan mereka memiliki kebutuhan
yang juga berbeda dibandingkan dengan teman-temannya.
4. Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Pemberian pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah
pemberian bantuan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih,
baik dalam kecepatan maupun kualitas belajarnya. Agar pemberian
pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah
sistematis, yaitu (1) mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta
didik, dan (2) memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran
pengayaan.
a. Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan
untuk mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik.
Kelebihan kemampuan belajar itu antara lain meliputi:
1) Belajar lebih cepat, peserta didik yang memiliki kecepatan belajar
tinggi ditandai dengan cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD)
mata pelajaran tertentu.
2) Menyimpan informasi lebih mudah, peserta didik yang memiliki
kemampuan menyimpan informasi lebih mudah, akan memiliki
banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya dan
mudah diakses untuk digunakan.
3) Keingintahuan yang tinggi, banyak bertanya dan menyelidiki
merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki hasrat
ingin tahu yang tinggi.

20
4) Berpikir mandiri, peserta didik dengan kemampuan berpikir
mandiri umumnya lebih menyukai tugas mandiri serta mempunyai
kapasitas sebagai pemimpin.
5) Superior dalam berpikir abstrak, peserta didik yang superior dalam
berpikir abstrak umumnya menyukai kegiatan pemecahan masalah.
6) Memiliki banyak minat, mudah termotivasi untuk meminati
masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.
5. Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan
berlebih peserta didik dapat dilakukan antara lain melalui : tes IQ, tes
inventori, wawancara, dan pengamatan (observasi).
a. Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari tes ini dapat
diketahui tingkat kemampuan spasial, interpersonal, musikal,
intrapersonal, verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dsb.
b. Tes inventori. Tes inventori digunakan untuk menemukan dan
mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar,
dsb.
c. Wawancara. Wanwancara dilakukan dengan mengadakan interaksi
lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai
program pengayaan yang diminati peserta didik.
d. Pengamatan (observasi). Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat
secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan
tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun tingkat pengayaan
yang perlu diprogramkan untuk peserta didik.
6. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat
dilakukan antara lain melalui:
a. Belajar Kelompok. Sekelompok peserta didik yang memiliki minat
tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran

21
sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti
pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.
b. Belajar mandiri. Secara mandiri peserta didik belajar mengenai
sesuatu yang diminati.
c. Pembelajaran berbasis tema. Memadukan kurikulum di bawah
tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan
antara berbagai disiplin ilmu.
d. Pemadatan kurikulum. Pemberian pembelajaran hanya untuk
kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan
demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh
kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri
sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing.
e. Perlu diperhatikan bahwa penyelenggaraan pembelajaran
pengayaan ini terutama terkait dengan kegiatan tatap muka untuk
jam-jam pelajaran sekolah biasa. Namun demikian kegiatan
pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan
tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah
dapat juga memfasilitasi peserta didik dengan kelebihan
kecerdasan dalam bentuk kegiatan pengembangan diri dengan
spesifikasi pengayaan kompetensi tertentu, misalnya untuk bidang
sains. Pembelajaran seperti ini diselenggarakan untuk membantu
peserta didik mempersiapkan diri mengikuti kompetisi tingkat
nasional maupun internasional seperti olimpiade internasional
fisika, kimia dan biologi.
7. Penilaian Pembelajaran Pengayaan
Sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan
pengayaan tidak lepas kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil belajar
kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran
biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai
nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.

22
D. PROGRAM AKSELERASI/ PERCEPATAN
1. Pengertian Program Akselerasi
Program percepatan belajar (akselerasi) adalah program layanan
pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa dengan penyelesaian waktu belajar lebih cepat/
lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, pada setiap jenjang
pendidikan.
2. Tujuan Program Akselerasi
Ada beberapa tujuan yang menjadi pertimbangan dalam
penyelenggaraan program akselerasi adalah:
a. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik
spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya.
b. Memenuhi hak asasi peserta didik
c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik
d. Memenuhi aktualisasi diri
e. Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin yang mampu
mengambil keputusan yang cepat.
f. Memberikan penghargaan untuk dapat menyelesaikan program
pendidikan lebih cepat.
g. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran
h. Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang kondusif.
i. Meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara
seimbang.
3. Rekruitmen Siswa Akselerasi
Perencanaan penyelenggaraan program percepatan  belajar 
(akselerasi)  diawali  dengan  kegiatan  rekruitmen  siswa  sesuai  dengan 
kriteria  yang  ditetapkan.  Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1)
menyatakan  bahwa  tiap-tiap  warga  Negara berhak mendapat
pengajaran, ayat (2) pemerintah menggunakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan undang-undang. Ini berarti bahwa pada
prinsipnya seluruh warga negara Indonesia berhak untuk menjadi siswa

23
akselerasi. Namun karena tujuan diselenggarakannya program percepatan
belajar (akselerasi) ini untuk memberikan perlakuan dan pelayanan
pendidikan kepada siswa yang memiliki  kemampuan  dan  kecerdasan 
luar biasa,  agar  dapat  mengembangkan  bakat, minat, dan
kemampuannya secara optimal, maka calon siswa program akselerasi
memiliki persyaratan-persyaratan khusus yang berbeda  dengan  siswa 
biasa.  Persyaratan tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan ciriciri
keberbakatan, Renzuli (1981) menyatakan ada tiga kelompok ciri
keberbakatan, yaitu:
a. kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average
ability)
b. kreativitas (creativity) tergolong tinggi
c. pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi
Yaumil (1991) menjelaskan konsep Renzuli sebagai berikut: (1)
Kemampuan umum di atas rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain
bahwa anak berbakat memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih
banyak dan lebih maju dibandingkan anak biasa; cepat menangkap 
hubungan  sebab  akibat;  cepat memahami prinsip dasar dari suatu
konsep; seorang pengamat yang tekun dan waspada; mengingat dengan
tepat serta memiliki informasi aktual; selalu bertanya-tanya; cepat sampai
pada kesimpulan yang valid mengenai kejadian, fakta, orang atau benda.
(2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa ingin tahu yang
luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna
memecahkan  persoalan;  sering  mengajukan tanggapan yang unik dan
pintar; tidak terhambat  mengemukakan  pendapat;  berani mengambil
resiko; suka mencoba; elaboratif;  peka  terhadap  keindahan  dan  segi-
segi estetika dari lingkungannya. (3) Pengikatan diri terhadap tugas
sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk berprestasi, ciri-cirinya
mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas; sangat
tangguh dan ulet  menyelesaikan  masalah;  bosan  menghadapi  tugas 
rutin;  mendambakan  dan mengejar hasil sempurna; lebih suka bekerja

24
secara mandiri; sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-
nilai buruk; bertanggung  jawab,  berdisiplin;  sulit  mengubah pendapat
yang telah diyakininya.

4. Kurikulum Siswa Akselerasi


Kurikulum  siswa  akselerasi  adalah melaksanakan kurikulum
nasional 2004 dan kurikulum  lokal,  dengan  penekanan  pada materi
esensial serta kekhasan yang efektif dan fungsional membawa misi dan
visi siswa akselerasi, dengan mengacu pada tujuan-tujuan keunggulan.
Ward (dikutip Munandar, 1992) menyatakan bahwa untuk melayani
kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan suatu kurikulum
pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman
pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual
siswa.  Dalam  kaitan  ini Semiawan (1992) menjelaskan bahwa
kurikulum  berdiferensiasi  merupakan  kerangka berpikir  konsepsional 
dalam  memberikanpelayanan  secara  khusus  kepada  anak  berbakat
unggul atau juga memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
maupun bakat istimewa. Pengembangan kurikulum berdiferensiasi 
adalah  bagian  integral  dari lingkungan belajar total anak berbakat yang
tidak  boleh  dilihat  terlepas  dari  kelompok anak lainnya, namun
kemungkinan diferensiasi pada berbagai tingkat kreativitas, mencakup 
integrasi  dari  kondisi  empat  ranah, yaitu kognitif, afektif, psikomotor
dan intuitif. Keberbakatan adalah perkembangan optimal dari kreativitas.
Pengembangan kurikulum program akselerasi, harus memusatkan dan
mengkoordinasikan ide dan masalah serta tema yang lebih luas, rumit
dan mendalam.
Selain itu, juga mengintegrasikan ilmu pengetahuan secara
melintang dengan sistem pemikiran, namun tidak  terlepas  dari 
kurikulum  yang berlaku. Ini berarti, materi harus digali dari berbagai
sumber untuk memberikan kedalaman dan keasyikan dalam
penelaahannya. Hal ini dapat memberikan gairah untuk menjelajahi ilmu

25
pengetahuan itu dan kemungkinan untuk menghayati getaran penemuan
dalam pengalaman belajar, memacu kepada cita-cita yang lebih tinggi.
Sementara Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan
Balitbang Depdiknas (2004) menjelaskan isi program pengajaran
untuk siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa lebih
meningkatkan kemampuan siswa dalam bentuk pendalaman  dan 
perluasan  konsep-konsep,  pengertian serta nilai/perilaku tertentu,
sebagai anggota  masyarakat  dalam  mengadakan hubungan  timbal 
balik  dengan  lingkungan sosial,  budaya,  dan  alam  sekitar  serta 
meningkatkan  semaksimal  mungkin  pengetahuan, kemampuan dan
minat siswa dalam memilih program khusus sesuai dengan kemampuan,
bakat dan minat yang dimilikinya.
5. Sistem Proses Belajar Mengajar Siswa Akselerasi
Pengembangan  sistem  proses  belajar mengajar  siswa  akselerasi, 
diarahkan  pada terwujudnya  proses  belajar  tuntas  dengan
memperhatikan keselarasan dan keseimbangan antara: Depdiknas (2004)
(1)dimensi tujuan  pembelajaran,  (2)  pengembangan kreativitas  dan 
disiplin,  (3)  pengembangan persaingan dan kerja sama, (4)
pengembangan  kemampuan  holistik  dan  kemampuan berpikir
otomistik, (5) pelatihan berpikir induktif deduktif dan tuntutan prakarsa.
Keseimbangan-keseimbangan ini sangat diperlukan dalam rangka
pembekalan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memungkinkan
peserta didik berperilaku fleksibel, mempunyai ketegasan, penuh
keterbukaan, berorientasi ke masa depan, percaya kepada diri sendiri,
berinisiatif, penuh toleransi terhadap ketidakpastian, disiplin berani
mengambil  resiko  dan  bertanggung  jawab  serta berorientasi pada
penyelesaian tugas.
Moelyadi  (2000)  menjelaskan  bahwa dalam proses belajar
mengajar ada tiga kegiatan pokok yakni (1) kegiatan melalui tatap muka 
yang  terikat  oleh  struktur  program kurikulum, (2) belajar mandiri
untuk memperdalam materi yang dipelajari lewat tatap muka  secara 

26
mandiri,  (3)  kegiatan  ekstra kurikuler, untuk memperluas wawasan
mengenai materi yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka dengan
penugasan terstruktur. Munandar  (1992)  menyoroti  masalah sistem
belajar mengajar anak berbakat  (termasuk siswa akselerasi) lebih
diarahkan kepada  proses  belajar  kreatif   dengan menggunakan  proses 
berpikir  divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan
menghasilkan banyak alternatif  penyelesaian)  maupun  proses  berpikir 
konvergen (proses  berpikir  mencari  jawaban  tunggal yang paling
tepat). Dalam konteks ini, lebih jauh Munandar (1992) menjelaskan
bahwa guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator daripada pengarah
yang menentukan segala-galanya bagi siswa. Sebagai fasilitator guru
lebih banyak mendorong siswa (motivator) untuk mengembangkan
inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus lebih terbuka
menerima gagasan-gagasan siswa dan lebih berusaha menghilangkan
ketakutan dan kecemasan siswa yang menghambat pemikiran dan
pemecahan masalah secara kreatif.

6. Sarana dan Prasarana Bagi Siswa Akselerasi


Salah satu faktor yang amat mendukung tercapainya tujuan
penyelenggaraan program akselerasi adalah tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sarana
dan prasarana yang perlu dikembangkan pada program akselerasi
seyogyanya diperhatikan aspek efisiensi, yakni sarana dan prasarana
tersebut dapat memberikan kemudahan tercapainya proses belajar
mengajar secara efektif dan dapat mengembangkan potensi siswa. Selain 
itu,  juga  sesuai  dengan  kondisi lingkungan,  kebutuhan  setempat, 
karakteristik  program  dan  taraf   perkembangan psikologis siswa.
Sarana  dan  prasarana  yang  dimaksud, mencakup: ruang kelas, ruang
kantor, laboratorium, perpustakaan, ruang pengembangan  bimbingan 
bakat,  minat,  tempat peribadatan,  kamar  mandi,  kantin,  pusat sumber
belajar, tempat olah raga dan seni, layanan masyarakat dan tempat parkir,

27
tempat  penelitian  dan  pengembangan,  pusatpusat  pengembangan 
keunggulan,  pusat pengembangan  ilmu  pengetahuan  dan teknologi
(IPTEK).
7. Sistem Evaluasi Pengajaran Akselerasi
Evaluasi kegiatan dan kemajuan belajar pada hakikatnya adalah
upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan siswa.  Evaluasi pada
siswa akselerasi tidak hanya bertujuan untukmengetahui kemajuan
belajar siswa dalam rangka keperluan perbaikan dan peningkatan
kegiatan belajar siswa, melainkan juga untuk memperoleh umpan balik
dan masukan bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar dan perkembangan emosi siswa. Sedangkan  teknik  evaluasi 
pada  dasarnya  sama  dengan  siswa  reguler  hanya  penekanannya pada
pengukuran pola berpikir kritis dan sistematis serta penggalian
kemampuan  nalar  sebagai  perwujudan  berpikir tingkat tinggi. Evaluasi
seperti ini dilaksanakan  dengan  cara  memberikan  soal-soal ulangan 
harian  ataupun  ulangan  umum dalam bentuk uraian/essai dengan pola
jawaban divergen (terbuka) serta latihan penelitian sederhana dan
presentasi hasil penelitian.

28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kegiatan tindak lanjut evaluasi hasil belajar dapat dilakukan
baik berupa proses pebeljaran tuntas, perbaikan (remedial) bagi siswa-siswa
tertentu, maupun berupa penyempurnaan program pembelajaran seperti
program pengayaan dan program akselerasi/ percepatan. Tindak lanjut
tersebut bisa dilakukan tergantung dari hasil evaluasi belajar siswa tersebut.

29
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Belajar_tuntas (diakses pada 10 April 2018)

Adriani, Rini. Oktober 2014. Membumikan Pendidikan. “Pengertian dan prinsip


remedial”.
https://www.membumikanpendidikan.com/2014/10/pengertian-dan-
prinsip-pembelajaran.html?m=1 (diakses pada 10 April 2018)

Adriani, Rini. Oktober 2014. Membumikan Pendidikan. “Pengertian dan jenis-


jenis program pengayaan”.
https://www.membumikanpendidikan.com/2014/10/pengertian-dan-jenis-
jenis-program.html?m=1 (diakses pada 10 April 2018)

3 September 2012. Referensi Makalah. “ Pengertian Pembelajaran Remedial”.


http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-pembelajaran-
remedial.html?m=1(diakses pada 10 April 2018)

Maysyarah, Rahayu. 26 Maret 2016. PhysicsGo.“Makalah remedial dan


pengayaan”. http://fisikago.blogspot.co.id/2016/03/makalah-remedial-
dan-pengayaan.html (diakses pada 10 April 2018)

Hendrawati, Sri. 15 April 2012. Menguntai Makna. “Program Akselerasi”.


http://srihendrawati.blogspot.co.id/2012/04/program-akselerasi.html
(diakses pada 10 April 2018)

30
PEMBAGIAN TUGAS

1. Nama : Fatma Aidilia


NIM : A1F115045
Tugas : Membuat makalah penilaian psikomotorik dalam pembelajaran
“penilaian portofolio” pertemuan ke-10

2. Nama : Hayatun Nisa


NIM : A1F115046
Tugas : Membuat makalah program tindak lanjut dalam pembelajaran
pertemuan ke-12

3. Nama : Marida
NIM : A1F115212
Tugas : Membuat makalah pengolahan dan pemanfaatan hasil penilaian
pertemuan ke-13

4. Nama : Nellyana Nor Azizah


NIM : A1F115214
Tugas : Membuat makalah penilaian psikomotorik dalam pembelajaran
“penilaian proyek” pertemuan ke-9

31

Anda mungkin juga menyukai