Laporan Hiperkes Kel.1 (Sepatu Vans)
Laporan Hiperkes Kel.1 (Sepatu Vans)
Disusun oleh:
Kelompok : 1
Bagian: Penyakit Akibat Kerja/Kecelakaan Kerja*
Anggota Kelompok:
i
KATA PENGANTAR
dapat menyelesaikan Laporan Analisis Proses Produksi dan Lingkungan Kerja Industri
Sepatu Vans. Laporan ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas Pelatihan Hiperkes dan
KK Angkatan X. Pelatihan Hiperkes yang diadakan pada tanggal 14-19 September 2020
ini ialah hasil koordinasi Fakultas Kedokteran UMM dengan Direktorat Bina K3
ix
Laporan ini disusun berdasarkan pengamatan dari video berdurasi delapan menit
berjudul “Proses Pembuatan Sepatu Vans (Original) This Real Production” yang kami
analisis berdasarkan materi yang sudah disampaikan saat pelatihan. Kami menyadari
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
Penulis
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………...………………..………………ii
DAFTAR ISI……………………………………...…..………..…………………iii
KATA PENGANTAR.…………………………...…..………..…………………iv
RINGKASAN..............…………………………...…..………..…………………v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Umum Industri...................................................................1
1.2 Deskripsi Proses Produksi..................................................................6
1.3 Deskripsi Lingkungan Kerja...............................................................6
1.4 Deskripsi Tenaga Kerja......................................................................8
1.5 Proses Produksi...................................................................................8
BAB 2 ANALISIS RESIKO
2.1 Keselamatan Kerja ............................................................................10
2.1.1 Proses Produksi.........................................................................10
2.1.2 Lingkungan Kerja.....................................................................11
2.1.3 Tenaga Kerja............................................................................11
2.2 Kesehatan Kerja.................................................................................12
2.2.1 Penyakit Infeksi........................................................................12
2.2.2 Penyakit Non Infeksi................................................................12
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Keselamatan Kerja.............................................................................13
3.2 Kesehatan Kerja.................................................................................17
3.3 Rekomendasi......................................................................................
3.3.1 Keselamatan Kerja....................................................................21
3.3.2 Kesehatan Kerja........................................................................23
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................29
4.2 Saran..................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32
xi
RINGKASAN
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah hal vital yang dimiliki oleh suatu
perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja.
Pengendalian resiko dimulai dengan identifikasi resiko, yang datanya didapatkan dengan
survey, dalam hal ini kami mengamati lewat video berjudul “Proses Pembuatan Sepatu
Vans (Original) This Real Production”. Komponen yang kami amati meliputi proses
Potensi hazard pada proses produksi meliputi faktor fisika (bising, getaran mesin),
faktor biologi (kelembaban akibat ruangan panas kurang ventilasi), faktor kimia (lem
sepatu), faktor ergonomi (posisi pekerja berdiri secara kontinyu dan penggunaan
pergelangan tangan berulang). Potensi hazard pada lingkungan kerja ialah pencahayaan
yang minimal disertai tenaga kerja yang kurang kesadarannya dalam pemakaian APD.
akibat kerja cukup komprehensif, mencakup proses produksi, lingkungan kerja, kondisi
karyawan, kebijakan manajemen disertai regulasi dan Undang-Undang, yang akan kami
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1966 oleh Paul Van Doren dan Jim Van Doren serta dua rekannya bernama
Anaheim, California. yang dapat dilihat pada gambar 1.1. The Van Doren
berganti menjadi Vans. Beberapa produk yang telah di produksi oleh Vans
di antaranya sepatu dengan seri Authentic, SK8Hi, dan Old Skool serta Era
yang menjadi best seller, Clothing berupa T-shirt, shirt, jacket, jeans, pants,
tanks hingga shorts, dan Accessories berupa topi, tas, sabuk, dompet, kaos
membuat langsung di hari itu juga dan siap untuk diambil di sore hari.
1
Ketika itu nama series sepatu pertama mereka The Vans #44 deck
Vans, dan pada tahun 1975, Vans #95 atau yang sekarang dikenal
sebagai Vans Era dirancang oleh Tony Alva dan Stacy Peralta. Dengan
bagian kerah yang empuk dan kombinasi warna yang berbeda Vans Era
2
menjadi sepatu pilihan bagi generasi pemain skateboard pada masa itu,
Gambar 1.4
Vans Era
internasional.
3
Pada tahun 1980-an, Paul Van Doren mulai mengambil peran yang
perhatian dan daya tarik internasional ketika mereka dipakai oleh Sean
Penn pada 1982, film ikon anak muda pada kala itu "Fast Times at
yang kurang baik memaksa Vans memiliki hutang yang besar dan
keluar dari kebangkrutannya. dan pada tahun 1988 pemilik asli Vans
di seluruh dunia.
4
Vans diakui oleh Forbes pada tahun 2000 dan kemudian tahun
Dogtown and Z-Boys, Stacy Peralta telibat pada Film itu. Film ini
pada ajang Sundance Film Festival. Film diceritakan oleh Sean Penn.
ditahun yang sama Vans membeli dan membuat event the Vans Warped
Tour, dan merajai event action sports and music festival Amerika.
sendiri classic slip-ons dengan ratusan warna dan pola yang bisa dipilih
Pro-tec Pool Party 2005 yang berlangsung di the replica of the legendary
Combi Bowl di Vans Skate Park di the Block at Orange. Pada tahun yang
Buruh.
salah satu Industri yang besar di dunia, dan bisa dikatakan sejajar dengan
5
Nike, adidas dan industri besar lainnya.dan ini berawal dari hal kecil dan
runtut dan teratur. Dalam membuat sepatu di gunakan alat mesin dan juga
Lingkungan Fisik
kerja. Pada faktor kebisingan, terdapat mesin jahit yang berjalan bersamaan.
konsentrasi pekerja. Sumber kebisingan yang lain yaitu berasal dari mesin
pembuatan cetakan sol sepatu dan mesin pemotong sol sepatu. Pabrik sudah
Pencahayaan pada pabrik baik pada unit desain, pembuatan cetakan sol
merupakan faktor yang sangat penting karena cahaya yang kurang akan
6
Mesin jahit dan alat pemotong merupakan sumber vibrasi yang cukup
kerja
unit desain, produksi, penjahitan, serta finishing. Hal tersebut membuat suhu
ruangan yang cukup panas karena dalam satu ruangan terdapat banyak orang.
Selain itu, beberapa mesin dalam ruangan juga dapat meningkatkan suhu
ruangan, seperti mesin press dan mesin pemotong. Oleh karena itu ventilasi
Lingkungan Kimia
bagian sepatu para pekerja beresiko untuk terkena lem sepatu. Bahan dari lem
tersebut bereiko untuk terhirup oleh pekerja. Oleh karena itu pabrik
menyediakan masker untuk pekerja pada bagian tersebut. Selain itu, jika lem
Lingkungan Biologi
Posisi pekerja satu sama lain sangat berdekatan, banyak bahan baku yang
beresiko terinfeksi bakteri ataupun virus. Selain itu pekerja juga beresiko
Lingkungan Ergonomi
Pada sebagian besar unit kerja, posisi kerja pegawai berdiri. Selain itu
7
Lingkungan Sosial Budaya
Posisi kerja antar karyawan jaraknya dekat yang mana hal tersebut
Jumlah karyawan pada PT. VANS pada tahun 2019 di laporkan jumlah
tenaga kerja aktif keseluruhan berjumlah 13.788 orang, yang terbagi 7,756
ribu tenaga kerja perempuan, dan 6,032 ribu tenaga kerja laki-laki, tenaga
kerja pada PT. VANS rage usia pada usia 20th sampai 35th.
Proses kedua yaitu pembuatan cetakan sol, setelah menerima model dari
pencetak sol dengan bahan balok metal, membutuhkan waktu 10 jam untuk 1
jenis ukuran sol dengan ruangan tertutup. Pada tahap ketiga yaitu injeksi sol
komponen atas yaitu dengan membentuk bahan kulit dengan pola yang sudah
8
ditentukan menggunakan alat pemotong yang harus di kondisikan terlebih
dahulu dan secara manual menggunakan alat pemotong seperti gunting. Pada
tahap kelima yaitu penjahitan. Pola yang sudah dibentuk disatukan dengan di
mesin jahit dilakukan satu persatu. Pada tahap keenam yaitu proses
menggunakan lem dan di press menggunakan mesin press. Pada tahap terkhir
9
BAB 2
ANALISIS RISIKO
Faktor Fisika
sepatu saat di jahit sehingga getaran yang di hantarkan melalui mesin jahit
dan mesin press sol sepatu yang juga di tahan oleh tangan pekerja dapat
Faktor Biologi
yang berkeringat saat bekerja dan dapat memunculkan jamur atau bakteri
10
Faktor Kimia
dermatitis kontak iritan , ISPA dan konjuntivitis akibat terpapar zat yang
Faktor Ergonomi
meja terlalu tinggi kursi terlalu rendah dan ada beberapa tenaga kerja di
bagian produksi yang mengerjakan produksi sepatu dengan berdiri hal ini
dapat menimbulkan masalah pada pegawai berupa low back pain. Terlihat
pekerja untuk mengenakan APD lengkap dan bekerja dengan posisi yang
ergonomi dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dalam kasus ini low
11
2.2 Kesehatan Kerja
masker dan posisi kerja yang saling berdekatan hal ini rentan terjadinya
penularan penyakit infeksi apabila salah satu dari pekerja ada yang terkena
sarung tangan saat mengelem sepatu dan hal ini kemungkinan dapat
menerus. Terdapat juga pekerja yang mengelem tidak memakai masker hal
akut.
12
BAB 3
PEMBAHASAN
Berdasarkan kondisi pada video Pabrik Sepatu Vans, terdapat beberapa risiko
keselamatan kerja yang patut diperhatikan yakni jari terpotong/ terjepit akibat
mesin pemotong pola dan tertusuk jarum jahit. Risiko jari terpotong dapat terjadi
karena mesin pemotong bahan yang tidak terlindungi dan mengharuskan pekerja
untuk meletakkan bahan dan mengambil bahan setelah dipotong secara manual.
Tertusuk jarum juga hal yang tidak kalah membahayakan, baik tertusuk jarum
pada jari, pakaian berlengan panjang yang longgar, atau rambut yang panjang dan
Selain dua risiko di atas, risiko tersengat arus listrik juga dapat terjadi pada
pekerja yang menggunakan alat-alat seperti pada bagian pembuat pola sepatu,
penjahit pola sepatu, pemotong sol sepatu dan pengepres sepatu. Kurangnya
kesadaran pekerja dalam menggunakan APD yang standart, seperti pada proses
pembuat pola sepatu, penjahit pola sepatu, dan pengepres sepatu menyebabkan
menggunakan APD yang standar juga dapat berisiko terjadinya luka bakar saat
masih banyak pekerja melanggar prosedur kerja yang berlaku dimana pelanggaran
13
menurut Intitution Of Occupational Safety and Health (2010), sebanyak 73%
kecelakaan kerja dikarenakan oleh perilaku yang tidak aman, dan salah satu
perilaku yang tidak aman adalah tidak mengikuti standar prosedur kerja. Masia
Selain itu resiko keselamatan kerja yang lain adalah terjadinya kebakaran.
terjadi, karena bahan yang mudah terbakar bercampur menjadi satu, seperti lem
dan material kulit sepatu. Selain itu, gudang tempat penyimpanan material juga
digunakan sebagai tempat parkir mobil pribadi, serta tidak adanya tanda
peringatan dilarang merokok pada area tersebut. Demikian pula APAR tidak
sangat besar (Sukmandari, 2018). Oleh karena itu, harus rutin dilakukan
kepada para pekerja mengenai cara penggunaan APAR. Selain itu pekerja yang
kebakaran.
kerja yaitu terkena lemari atau sepatu yang terjatuh dari tempat yang seharusnya.
Beberapa penyebab kelelahan pada industri adalah intensitas dan lamanya kerja
14
fisik atau mental, lingkungan (seperti iklim, pencahayaan dan kebisingan), irama
penyakit yang dialami, dan nutrisi. Sedangkan gejala kelelahan yang penting
adalah perasaan letih, mengantuk, pusing dan tidak enak dalam bekerja. Gejala
kewaspadaan, persepsi yang lemah dan lambat, tidak semangat bekerja dan
penurunan kinerja tubuh dan mental (Khasanah, 2018). Oleh karena itu dalam
sebuah perusahaan harus mematuhi aturan batas jam kerja pada seluruh
lainnya dan sangat tergantung pada beban kerja, kondisi gizi, jenis kelamin dan
ukuran tubuh.
dengan aman dan memang alat yang tidak terlindungi dengan baik. Maka,
pelatihan pengenalan kerja yang aman saat awal dan rutin minimal 1 tahun sekali
2020). Selain itu, alat pemotong harus diberi pelindung agar menghindarkan
tangan pekerja dari risiko terpotong/ terjepit. Dalam pabrik ini, adjustable guard
dan interlocked guard adalah sesuai untuk diterapkan pada bagian pemotongan
lalu adjustable guard ditutup dan secara otomatis akan mengaktifkan mesin
15
Untuk mencegah kecelakaan kerja akibat mesin jahit baik tertusuk jarum
atau yang lainnya, perusahan juga bisa membuat kebijakan agar mewajibkan
pekerja memakai masker dan penutup kepala yang telah disediakan perusahaan
dengan benar, menyediakan tempat untuk bahan yang belum dan sudah dijahit di
luar meja jahit karena dapat mengganggu kinerja, serta melarang penggunaan
baju berlengan panjang dan longgar yang dapat berpotensi terjahit ke bahan
produksi (Selvam, Kumar and Maheswaran, 2016). Hal ini penting karena
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja. Hendaknya pada pabrik ini para pekerja atau buruh
terlebih dahulu perlengkapan APD yang sesuai dengan SOP, sehingga bila ada
pekerja yang tidak menggunakan APD yang sesuai dengan SOP bisa diberi
peringatan agar keselamatan kerja lebih terjamin. Sarung tangan yang digunakan
sebaiknya dari bahan kain untuk menghindari kontak dengan benda panas dan
alat berarus listrik seperti alat pada bagian pembuat pola sepatu, penjahit pola
16
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No 186
bagi pekerja.
jam kerja, harus diberikan waktu istirahat sekurang kurangnya 30 menit setelah
bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahata tidak termasuk jam
kerja. Istirahata mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari
hari kerja setelah bekerja selama 12 bulan terus menerus. Aturan ini harus ditaati
(Depkes) menunjukkan, sekitar 74% pekerja hingga saat ini belum terjangkau
pengamatan yang telah dilakukan pada Pabrik Sepatu Vans, terdapat beberapa
17
permasalahan kesehatan yang perlu menjadi pokok perhatikan guna
Salah satu penyakit yang ditemukan pada beberapa karyawan Pabrik Sepatu
Vans ialah, LBP akibat tidak tercapainya ergonomi saat berkerja. Pada tempat
kerja ditemukan beberapa meja terlalu tinggi dan beberapa lainnya terlalu rendah,
meningkatnya kejadian LBP pada Pabrik Sepatu Vans. Hal ini sesuai dengan
masalah kesehatan yang paling umum diidentifikasi oleh pekerja pada Pabrik
Pasokan Rotan IKEA, dimana penyakit tersering ialah nyeri punggung dan linu di
badan berkaitan dengan posisi mereka duduk atau berdiri untuk melakukan
pekerjaan mereka. Kelelahan dan sering sakit kepala juga merupakan masalah
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu kondisi kerja yang
kerusakan serta gangguan lingkungan. Pada Pabrik Sepatu Vans ini juga
pekerjaan. Pada Pabrik Sepatu Vans didapatkan masalah akibat faktor lingkungan
kimia yaitu penggunaan lem. Sama seperti pada beberapa pabrik sepatu lainnya
juga memiliki permasalahan yang sama akibat penggunaan lem, keluhan yang
muncul ialah berupa iritasi kulit dan mata disebabkan terjadinya kontak
anggota tubuh dengan bahan kimia. Pajanan lem sepatu bisa berlangsung
secara tidak sengaja, sengaja, sekali kontak, atau kontak berulang kali
18
(Biotech Week, 2017). Dalam kasus pekerja di bengkel sepatu, iritasi kulit
terjadi karena kontak antara bahan kimia dengan pekerja pada saat pekerja
tuntutan pekerjaan, maka kontak dengan lem terjadi setiap hari dan intensif.
Penggunaan lem secara langsung tanpa menggunakan alat bantu atau alat
pelindung diri akan meningkatkan pajanan bahan kimia berbahaya bagi para
pekerja.
Selain itu beberapa pekerja pada Pabrik Sepatu Vans juga merasakan sesak
terganggu di bagian saluran pernafasan seperti sesak nafas, batuk, dan pilek.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perilaku berisiko pekerja yang
hampir seluruh pekerja tidak menggunakan APD (masker) ketika bekerja, dimana
dalam lem putih. Darcey et al. pada penelitiannya yang dikutip oleh Laelasari E
pada tahun 2018, melaporkan bahwa gejala berupa infeksi pernafasan bagian
bawah, sesak nafas, dan mengi yang dialami oleh penduduk yang tinggal di
dekat pabrik pembuatan busa poliuretan. Berdasarkan hasil tes paru secara
objektif dan hubungan antara pajanan berupa emisi yang terlihat atau bau
yang berasal dari pabrik dengan gejala infeksi saluran pernafasan bagian
bawah.
keselamatan dan kenyamanan kerja. Penerangan yang baik merupakan salah satu
19
faktor untuk memberikan suatu kondisi penglihatan yang baik karena penerangan
cukup bagus maka obyek akan terlihat secara jelas dan cepat dalam mencarinya
ganguan kesehatan pada pekerja, salah satunya adalah kelelahan mata. Selain itu,
kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsifungsi mata seperti
terhadap otot-otot akomodasi pada pekerja yang perlu pengamatan secara teliti
Selain itu Kesehatan pada pekerja pada Pabrik Sepatu Vans juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan fisik yaitu kebisingan. Pada Pabrik Sepatu Vans terdapat
pekerja.
Dampak yang paling parah adalah ketulian secara permanen atau disebut Noise
Induced Hearing Loss (NIHL). Kebisingan yang terjadi di tempat kerja dapat
bersumber dari aktivitas pekerja maupun mesin yang beroperasi. Penelitian yang
dilakukan oleh Jamal pada tahun 2016 yang dikutip oleh Syah PB mengatakan
bahwa pada pekerja industri mobil di Pakistan menunjukkan hasil bahwa semakin
yang terpapar bising 85–90 dBA dan mengalami NIHL adalah sebanyak 15
20
mengalami NIHL. Pada Pabrik Sepatu Vans, banyak ditemukan para pekerja yang
alat dengan aman dan memang alat yang tidak terlindungi dengan baik. Maka,
pelatihan pengenalan kerja yang aman saat awal dan rutin minimal 1 tahun sekali
2020). Selain itu, alat pemotong harus diberi pelindung agar menghindarkan
tangan pekerja dari risiko terpotong/ terjepit. Dalam pabrik ini, adjustable guard
dan interlocked guard adalah sesuai untuk diterapkan pada bagian pemotongan
lalu adjustable guard ditutup dan secara otomatis akan mengaktifkan mesin
Untuk mencegah kecelakaan kerja akibat mesin jahit baik tertusuk jarum atau
yang lainnya, perusahan juga bisa membuat kebijakan agar mewajibkan pekerja
memakai masker dan penutup kepala yang telah disediakan perusahaan dengan
benar, menyediakan tempat untuk bahan yang belum dan sudah dijahit di luar
meja jahit karena dapat mengganggu kinerja, serta melarang penggunaan baju
berlengan panjang dan longgar yang dapat berpotensi terjahit ke bahan produksi
21
(Selvam, Kumar and Maheswaran, 2016). Hal ini penting karena kebijakan
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja. Hendaknya pada pabrik ini para pekerja atau buruh selalu
perlengkapan APD yang sesuai dengan SOP, sehingga bila ada pekerja yang tidak
menggunakan APD yang sesuai dengan SOP bisa diberi peringatan agar
keselamatan kerja lebih terjamin. Sarung tangan yang digunakan sebaiknya dari
bahan kain untuk menghindari kontak dengan benda panas dan alat berarus listrik
seperti alat pada bagian pembuat pola sepatu, penjahit pola sepatu, pemotong sol
22
kebakaran. Hal ini meliputi penyediaan APAR, pelatihan penggunaan APAR bagi
pekerja.
jam kerja, harus diberikan waktu istirahat sekurang kurangnya 30 menit setelah
bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahata tidak termasuk jam
kerja. Istirahata mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Dan cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari
kerja setelah bekerja selama 12 bulan terus menerus. Aturan ini harus ditaati oleh
berbahaya bagi kesehatan, pada pabrik sepatu Vans sendiri bahaya kesehatan
dapat diakibatkan karena proses produksi yang panjang, bahan yang digunakan
Bahaya kesehatan di pabrik sepatu Vans bisa kita bagi berdasarkan proses
produksi dan lingkungan kerja seperti yang kami jelaskan diatas, beberapa
masalah kesehatan diatas yaitu low back pain, kelelahan, iritasi kulit dan mata
23
Langkah 1: Proses Kerja atau proses Produksi
low back pain pada pekerja. Hal ini tentu tidak sesuai dengan anjuran Ditjen K3
mengenai posisi bekerja dimana harus disediakan tempat duduk pada pekerja
ataupun bagian lain sebelum dijahit terbukti sangat berbahaya jika tidak
menggunakan alat pelindung diri yang benar, kandungan benzene dan toluen
pada lem bisa menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernafasan.
berikut:
b) Penggunaan APD yang benar dan tepat guna terutama pada pekerja
(Laelasari, 2018)
bisa mengikuti tinggi tubuh pekerja pada pekerja yang duduk serta
penambahan jumlah kursi bagi pekerja yang cenderung berdiri lama. (Liu,
2016)
24
Langkah 2: Lingkungan Kerja
ruangan tersebut. Akan tetapi, mata yang terus fokus pada hal mendetail
oleh alat pemotong dan mesin jahit sekitar 85-88 dB, ditambah dengan waktu
2018)
melalui suara agar mata pekerja yang fokus bisa relaksasi (AGC,
2012)
25
b) Untuk kebisingan, kami merekomendasikan menggunakan ear-
(Liu, 2016)
gangguan muskuloskeletal serta iritasi kulit dan pernafasan akibat lem yang
26
b. Pengadaan alat-alat pelindung diri dan alat yang sesuai dengan ergonomic
c. Menjelaskan adanya sanksi dan hadiah pada tiap pelanggaran dan bagi
d. Pemberian label pada alat alat dan bahan kimia berbaya pada bahan bahan dan
alat produksi
f. Melakukan pengolahan limbah yang tepat dan benar agar tidak mencemari
lingkungan.
Jam kerja pekerja pabrik sepatu jika mengambil sampel pabrik sepatu di
kolkata, India rata rata adalah 12,2 jam sehari dengan hari aktif enam hari
27
berlaku di Indonesia sesuai Kepmenakertrans RI No. : KEP. 233 /MEN/2003
- 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
- 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
maka dari itu perlu adanya penysuaian waktu kerja pabrik vans dengan
28
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
29
5. Pencegahan / pengendaliaan kecelakaan kerja di tempat ini yaitu jika
pekerja merasa sudah lelah dia berhenti bekerja kemudian beristirahat
sejenak. Ini dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja akibat kelelahan.
1.2 Saran
30
gangguan kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan pada
petugas
31
DAFTAR PUSTAKA
Biotech Week, 2017. Chemical Riot Control Agents -Irritants; Patent Issued for
Compositions and Methods to Affect Skin Irritation ( USPTO 9833469 ).
NewsRx 964–971.
Gargouri, I., Khadhraoui, M., & Elleuch, B. (2016). What are the Health Risks of
Occupational Exposure to Adhesive in the Shoe Industry? Adhesives - Applications
and Properties. doi:10.5772/64936
Guntur Adi Putra, B., 2017. ANALISIS INTENSITAS CAHAYA PADA AREA PRODUKSI
TERHADAP KESELAMATAN DAN KENYAMANAN KERJA SESUAI DENGAN
STANDAR PENCAHAYAAN (Studi Kasus Di PT. Lendis Cipta Media
Jaya) (Doctoral dissertation, UPN" Veteran" Yogyakarta).
International Directory of Company Histories, Vol. 47. St. James Press, 2012.
IOSH. 2010. Materi Pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja Asing –
Bidang Konstruksi. Jakarta: Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: Kep.
233 /Men/2003
Khasanah, Uswatun. 2018. Analisis Risiko Kesehatan Kerja Pada Pekerja Pembuatan
Sepatu di Home Industry Sepatu Kulit Manding Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan
32
Laelasari, E., Kristanti, D. and Rahmat, B., 2018. PENGGUNAAN LEM SEPATU DAN
GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA INDUSTRI SEPATU DI CIOMAS,
BOGOR. Jurnal Ekologi Kesehatan, 17(2), pp.85-95.
Lim LL. Hubungan Kerja Dan Kondisi Kerja Di Sebuah Rantai Pasokan Rotan Ikea. xiv.
Jakarta: ILO; 2015.
Masia Uanda. 2011. Unravelling safety compliance in the mining industry: examining
the role of work stress, job insecurity, satisfaction and commitment as antecedents.
SA Journal of Industrial Psychology.Vol. 37, No. 1. 2011
Menteri Tenaga Kerja. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No
186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. Jakarta:
Kementrian Tenaga Kerja
Menteri Tenaga Kerja. 2004. Peraturan Menteri No 102 Tahun 2004. Jakarta:
Kementrian Tenaga Kerja
Ora, A., Dharani Kumar, K. and Dewan, R. (2018) ‘Recent Development in Machine
Safeguarding for Protecting Humans from Complicated Machines’, pp. 229–242.
doi: 10.1007/978-981-10-7281-9_19.
Rauf, S., Ashraf, M., Samad, A., Rahman, A., Muhammad, R., 2015.
Occupational Contact Dermatitis among workers of Small Shoe Making
Factories. Pakistan J. Med. Sci. 9, 911–913
Selvam, U. P., Kumar, G. S. and Maheswaran, M. (2016) ‘A Study on Job Safety Analysis
of Sewing Operation in Textile Industries’, 3(4), pp. 390–393.
Sukmandari, Erna Agustin. 2018. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko Pada Home
Industri Sepatu X Di Kabupaten Tegal. Slawi: STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi
33