Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Teori
Sibernetik dan PMRI ini hingga selesai.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dra. Roseli Theis, M.S selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar
Mengajar Matematika yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada kami
untuk menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah memberikan doa, motivasi, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan maupun materi penyampaiannya. Dengan menyadari hal tersebut maka
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya. Namun demikian, kami berharap makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi berbagai pihak yang
membutuhkan.
i
DAFTAR ISI
ii
2.2.7 Harapan .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah :
1. Apa yang dimaksud dengan teori Sibernetik?
2. Apa gagasan-gagasan para ahli tentang teori sibernetik?
3. Bagaimana proses pengolahan informasi?
4. Apa kelebihan dan kekurangan teori sibernetiik?
5. Bagaimana aplikasi teori belajar sibernetik?
6. Bagaimana contoh kasus pembelajaran yang menerapkan teori sibernetik?
7. Apa yang dimaksud PMRI?
8. Bagaimana sejarah PMRI?
9. Mengapa perlu mengembangkan PMRI?
10. Bagaimana kondisi peserta didik pada PMRI?
11. Bagaimana peran guru dalam PMRI?
12. Bagaimana konsep tentang pengajaran PMRI?
13. Apa harapan dari penerapan PMRI?
14. Apa prinsip-prinsip PMRI?
15. Bagaimana contoh proses pembelajaran dengan menggunakan PMRI?
2
12. Konsep pengajaran PMRI
13. Harapan dari PMRI
14. Prinsip-prinsip PMI
15. Contoh pembelajaran dengan PMRI
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus menuju ke
satu target tujuan tertentu. Sedangkan cara berpikir heuristic, yaitu cara berpikir
divergen, menuju ke beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep
yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk
menggunakan cara berpikir heuristic.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak
dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah teori sibernetik
adalah sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Materi
pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linear,
sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan
dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi
dan berpikir. Misalnya, agar siswa mampu memahami rumus matematika,
mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus terbut
disajikan dengan algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya
mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target
tertentu. Namun untuk memahami suatu konsep yang lebih luas dan banyak
mengandung interpretasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih
baik jika proses berpikir siswa dibimbing ke arah yang ”menyebar” atau berpikir
heuristic, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal,
monoton, dogmatic atau linier.
b. Teori belajar menurut Pask dan Scott
Ahli lain yang pemikirannya beraliran sibernetik adalah Pask dan Scott.
Menurut mereka, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara
berpikir wholist atau menyeluruh.
Pendekatan serialis yang di kemukakannya memiliki kesamaan dengan
pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah
berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi. Siswa tipe ini cenderung mempelajari sesuatu dari tahap
yang paling umum kemudian bergerak yang lebih khusus.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan
beberapa hal seperti ingatan jangka pendek, ingatan jangka panjang, dan yang
berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan
5
informasi. Namun, menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan
seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tapi
juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui.
Asumsi di atas direfleksikan ke dalam suatu model belajar dan
pembelajaran. Model tersebut menggambarkan proses mental dalam belajar yang
secara terstruktur membentuk suatu sistem kegiatan mental. Dari model ini
dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:
6
a. Sensory Receptor
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi
diterima dari luar. Di dalam SR informasi informasi ditangkap dalam bentuk
aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan
informasi tadi mudah terganggu atau berganti
b. Working Memory
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang
diberi perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi
oleh peran persepsi. Karakteristik WM adalah bahwa; 1) ia memiliki kapasitas
yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi di dalamnya hanya mampu bertahan
kurang lebih 15 detik apabila tanpa upaya pengulangan atau rehearsal. 2)
informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya,
agar informasi dapat bertahan dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak
melebihi kapasitas WM di samping melakukan rehearsal.
7
oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci.
Reigeluth, Bunderson, dan Memrl (1977) mengembangkan suatu strategi penataan
isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan empat bidang masalah, yaitu;
pemilihan, penataan urutan, rangkuman,dan sintesis (Budiningsih,2012:82-84).
Berdasarkan pembahasan di atas proses pengolahan informasi dalam ingatan
dimulai dari proses penyajian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan
informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-
informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan yang terdiri dari
struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara
hirarkhis dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling
umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
8
g. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat
unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang
diharapkan.
9
- Konsep abstrak Mengklasifikasikan contoh-
contoh dengan menggunakan
ungkapan verbal atau definisi
- Kaidah Menunjukkan aplikasi suatu
kaidah.
- Kaidah tingkat lebih tinggi Mengembangkan kaidah baru
untuk memecahkan masalah
10
2.1.7 Contoh Penerapan Teori Sibernetik dalam Proses Belajar Matematika
11
Luas persegi besar = luas persegi putih + luas 4 segitiga
(a+b)2 = c2 + 4. .a.b
a2 + 2ab + b2 = c2 + 2ab
a2 + b2 = c2
Dalam materi teorema pythagoras terdapat tripel pythagoras di mana tripel
Pythagoras adalah tiga bilangan asli yang memenuhi teorema/Dalil Pythagoras.
Untuk memperoleh Tripel Pythagoras dapat digunakan salah satu rumus yang
umum digunakan, yaitu: a = m2 - n2, b = 2mn, dan c = m2 + n2 di mana m dan n
adalah bilangan asli dengan m > n serta c dianggap sebagai sisi
terpanjang/hipotenusa. Salah satu manfaat dari tripel Pythagoras adalah untuk
menentukan apakah sebuah segitiga siku-siku atau tidak.
Persoalan pada materi teorema pythagoras dapat diselesaikan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Amati dan analisis soal ( amati jika persoalan dalam bentuk gambar dan
analisis jika soal berbentuk cerita)
2. Tentukan apa saja yang diketahui dari persoalan yang dipertanyakan pada
teori pythagoras
3. Gunakan rumus teorema pythagoras untuk menemukan hasil
4. Tarik kesimpulan dari hasil yang telah diperoleh
12
2.2 Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
2.2.1 Pengertian PMRI
13
2.2.2 Sejarah PMR
PMR tidak dapat dipisahkan dari institut Freudenthal. Institut ini didirikan
pada tahun 1971 berada di bawah Utrecht University, Belanda. Nama institut
diambil dari nama pendirinya, yaitu profesor Hans Freudenthal (1905-1990),
seorang penulis, pendidik, dan matematikawan berkebangsaan Jerman/Belanda.
Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan
teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic
Mathematics Edication). PMR menggabungkan pandangan tentang apa itu
matematika, bagaimana peserta didik belajar matematika, dan bagaimana
matematika harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa peserta didik tidak
boleh dipandang sebagai passive receivers of redy made mathemtics (penerima
pasif matematika yang sudah jadi). Menurutnya, pendidikan harus mengarahkan
peserta didik kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk
menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Banyak soal yang
diangkat dari berbagai situasi (konteks) yang dirasakan bermakna sehingga
menjadi sumber belajar. Konsep matematika muncul dari proses matematisasi,
yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkaitan dengan konteks ( context-link
solution). Peserta didik secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman
matematis ke tingkat yang lebih formal. Model-model yang muncul dari aktivitas
matematis peserta didik dapat mendorong terjadinya interaksi di kelas, sehingga
mengarah pada level berpikir matematis yang lebih tinggi.
14
relevan antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan pekerjaan, dan terlalu
berkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan
pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian.
Paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal
sistem persekolahan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) dari
pada mengajar (teaching)
2. Pendidikan diorganisasi dalam suatu struktur yang fleksibel.
3. Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki
karakteristik khusus dan mandiri.
4. Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa
berinteraksi dengan lingkungan.
PMRI sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti
kontruktivisme dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning, disingkat CTL). Namun, baik pendekatan konstruktivis maupun CTL
mewakili teori belajar secara umum. Jadi, PMR merupakan teori pembelajaran
yang dikembangkan khusus untuk matematika.
Konsep PMR sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
meningkatkan pemahaman peserta didik tentang matematika dan mengembangkan
daya nalar. Salah satu pertimbangan mengapa kurikulum 2006 direvisi adalah
banyaknya kritik yang mengatakan bahwa materi pelajaran matematika tidak
relevan dan tidak bermakna.
2.2.4 Konsepsi Tentang Peserta Didik
15
3. Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi
penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan
penolakan.
4. Pengetahuan baru yang dibangun oleh peserta didik untuk dirinya sendiri
berasal dari seperangkat ragam pengalaman.
5. Setiap peserta didik tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin
mampu memahami dan mengerjakan matematika.
2.2.5 Peran Guru
16
ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi
terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
2.2.7 Harapan
1. Mereka aktif diskusi, mengajukan pertanyaan dan gagasan, serta aktif dalam
mencari bahan-bahan pelajaran yang mendukung apa yang tengah
dipelajari;
2. Mampu bekerja sama dengan membuat kelompok-kelompok belajar.
3. Bersifat demokratis, yakni berani menyampaikan gagasan, mempertahankan
gagasan dan sekaligus berani pula menerima gagasan orang lain.
4. Memiliki kepercayaan yang tinggi.
(Daryanto,2013:161-165)
17
b. Pembukaan
1. Memperkenalkan masalah kontekstual kepada peserta didik.
2. Meminta peserta didik menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
c. Proses pembelajaran
1. Memperhatikan kegiatan peserta didik,baik secara individu ataupun
kelompok.
2. Memberi bantuan jika diperlukan.
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
mereka,dan mengomentari hasil kerja temannya
4. Mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan strategi terbaik untuk
menyelesaikan masalah.
5. Mengarahkan peserta didik untuk menemukan aturan atau prinsip yang
bersifat umum
d. Penutup
1. Mengajak peserta didik menarik kesimpulan tentang apa yang telah mereka
lakukan dan pelajari.
2. Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah(PR)
Materi : Pythagotas
a. Persiapan
1. Masalah
Masalah yang berhubungan dengan teorema pythagoras di
antaranya adalah pengukuran sisi miring baik sisi miring.
2. Alat peraga
Guru menyiapkan alat peraga seperti gambar dibawah ini untuk
menjelaskan maksud permasalahan yang diangkat untuk
menyampaikan tujuan dari belajar teorema pythagoras
18
b. Pembukaan
1. Memperkenalkan masalah kontekstual kepada peserta didik.
Guru meminta satu siswa untuk berdiri di luar kelas di bawah sinar
matahari dan siswa yang lain mengamati 1 siswa yang berdiri di
luar luar. Maksud perintah guru seperti gambar di bawah ini
Tentukan perbandingan dari panjang bayangan siswa dengan siswa
dan bayangan pohon dangan pohon yang sebenarnya?
19
c. Memperhatikan kegiatan peserta didik,baik secara individu ataupun
kelompok.
1. Memberi bantuan untuk setiap kelompok yang belum memahami
maksud permasalahan dan arah permasalahan dalam
penyelesaiannya
2. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyajikan hasil
diskusi,dan mengomentari hasil kerja kelompok lain.
3. Mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan strategi terbaik
untuk menyelesaikan masalah. Dengan melatih kerja siswa bermula
dengan pengamatan secara menyeluruh, lalu pengamatan terperinci
dengan menentukan apa yang diketahui dari permasalahan, lalu
analisis permasalahan yang ditanyakan dengan menghubungkan
pada materi yang sudah dijelaskan.
4. Mengarahkan peserta didik untuk menemukan aturan atau prinsip
yang bersifat umum dalam materi pythagoras
d. Penutup
1. Setelah menampilkan hasil diskusi masing-masing kelompok, guru
mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan secara umum dari
hasil belajar tantang teorema pythagoras, di mana kesimpulannya
adalah:
Teorema pythagoras adalah teorema yang sering digunakan
untuk menghitung luas bangun datar dengan rumus: a2 + b2 = c2.
Teorema pythagoras dapat diaplikasikan untuk kehidupan di
antaranya Bidang arsitektur, arsitek menggunakan untuk mengukur
kemiringan bangunan, misalnya kemiringan sebuah tanggul agar
mampu menahan tekanan air. Ini juga sangat membantu dalam
menentukan biaya pembuatan bangunan, seorang tukang kayu pun
untuk membuat segitiga penguat pilar kayu, Mengukur panjang
minimum tangga yang tersender dalam pohon
20
2. Memberi evaluasi berupa soal matematika dan pekerjaan rumah
(PR).
Contoh-contoh soal yang dapat dijadikan evaluasi dan Pekerjaan
Rumah (PR)
1. Hitunglah panjang PR dan QR pada gambar berikut !
R
4cm
P 2cm 8cm Q
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar yang telah ada. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi,
menurut teori sibernetik, belajar merupakan pengolahan informasi.
2. Gagasan-gagasan menurut para ahli tentang teori sibernetik di antaranya
adalah:
a. Menurut Landa:
Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu proses
berpikir algoritmik dan proses berpikir heuristic. Proses berpikir
algoritmik, yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap,
linear, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu.
Sedangkan cara berpikir heuristic, yaitu cara berpikir divergen, menuju
ke beberapa target tujuan sekaligus.
b. Menurut Pask dan Scott
Menurut mereka, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir
serialis dan cara berpikir wholist atau menyeluruh.
Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan
pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist)
adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke
gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
3. proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyajian
informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan
diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah
disimpan dalam ingatan (retrieval).
4. Kelebihan dan kekurangan teori sibernetik:
a. Kelebihan:
1) Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2) Penyajian pengetahuan yang luas.
22
3) Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4) Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin
dicapai.
5) Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang
sesungguhnya.
6) Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama
masing-masing individu.
7) Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang
tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk
kerja yang diharapkan.
b. Kekurangan:
Teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi
yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung
sehingga hal ini menyulitkan penerapannya, di antaranya :
1) Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri.
2) Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
5. Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
a. kapabilitas belajar,
b. peristiwa pembelajaran, dan
c. pengorganisasian/urutan pembelajaran.
6. Langkah-langkah aplikasi teori sibernetik:
a. Menentukan tujuan instruksional;
b. Menentukan materi pelajaran;
c. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi;
d. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi
(apakah algoritmik atau heuristik);
e. Menyusun materi dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasi;
f. Menyajikan materi dan membimbing peserta didik belajar dengan pola
yang sesuai dengan urutan pelajaran.
23
7. Contoh Penerapan Teori Sibernetik Dalam Proses Belajar seperti pada
materi Teorema Pythagoras.
8. PMRI (Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia) adalah teori
pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang riil atau pernah dialami
siswa, menekankan keterampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi,
berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan
sendiri sebagai kebalikan dari (teacher telling) dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara
individu maupun kelompok dalam kehidupan mereka sehari-hari.
9. PMR tidak dapat dipisahkan dari institut Freudenthal. Institut ini didirikan
pada tahun 1971 berada di bawah Utrecht University, Belanda. Nama
institut diambil dari nama pendirinya, yaitu profesor Hans Freudenthal
(1905-1990), seorang penulis, pendidik, dan matematikawan berkebangsaan
Jerman/Belanda.
10. Konsep PMR sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana
meningkatkan pemahaman peserta didik tentang matematika dan
mengembangkan daya nalar. Salah satu pertimbangan mengapa kurikulum
2006 direvisi adalah banyaknya kritik yang mengatakan bahwa materi
pelajaran matematika tidak relevan dan tidak bermakna.
11. Konsepsi tentang Pengajaran matematika dengan pendekatan PMR
meliputi aspek-aspek berikut (De Lange, 1995).
a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi
peserta didik sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya
sehingga peserta didik segera terlihat dalam pelajaran secara bermakna.
b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.
c. Peserta didik mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik
secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan.
12. PMR mempunyai konsepsi tentang guru sebagai berikut:
a. Guru hanya sebagai fasilitator belajar.
b. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif.
24
c. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara
aktif menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif
membantu peserta didik dalam menafsirkan persoalan riil.
d. Guru harus aktif dalam mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik
fisik maupun sosial.
13. Pengajaran berlangsung secara interaktif : peserta didik menjelaskan dan
memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami
jawaban temannya (peserta didik lain), setuju terhadap jawaban temannya,
menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan
melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap
hasil pelajaran.
14. Dengan penerapan PMR di Indonesia, diharapkan prestasi akademik
peserta didik meningkat, serta bersifat demokratis, yakni berani
menyampaikan gagasan, mempertahankan gagasan dan sekaligus berani
pula menerima gagasan orang lain.
15. Sutikno (2014:134-135) menyatakan bahwa ada beberapa prinsip
pembelajaran matematika realistik, yaitu : aktivitas konstruktivis, realitas,
pemahaman, keterkaitan inter-koneksi antar konsep, interaksi, dan
bimbingan (dari guru dalam penemuan).
16. Contoh Penerapan Teori Sibernetik Dalam Proses Belajar seperti pada
materi Teorema Pythagoras.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyaknya kekurangan dan
kekeliruan dan tentu tidak sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran pembuatan makalah
selanjutnya. Namun, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
khususnya tenaga pendidik.
25
DAFTAR PUSTAKA