Amirudin
amirudin.amin@lecturer.pelitaindonesia.ac.id
Abstrak
Artikel ini membahas tentang konsep teoritis dan penerapan Teori Budaya Konsumen dalam
Penelitian keputusan dan Perilaku Konsumen yang intinya membahas aspek sosiokultural,
eksperiensial, simbolis, dan ideologis dari konsumsi. Tujuan dari artikel ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang konsep dan teori budaya konsumen (CCT) dan bagaimana
penerapannya dalam penelitian keputusan dan perilaku konsumen. Disini akan diuraikan
bagaimana perkembangan dan tokoh dari teori budaya konsumen (CCT) untuk dikembangkan
dalam pengetahuan teoritis dan aplikatif yang khas tentang konsumsi dan perilaku pasar. Dalam
mengembangkan argumen ini, selain memaparkan tentang perkembangan teori ini juga
melakukan sintesa terhadap perkembangan teori ini, juga memaparkan tentang koreksi
kesalahpahaman yang bertahan lama tentang sifat dan orientasi analitik teori budaya konsumen
(CCT), kemudian penilaian terhadap bagaimana teori budaya konsumen (CCT) telah
berkontribusi pada penelitian keputusan dan perilaku konsumen dengan menjelaskan dimensi
budaya dari siklus konsumsi dan dengan mengembangkan teori baru mengenai empat domain
tematik yang menjadi minat penelitian yang disertai dengan beberapa penelitian yang berpijak
pada konsep dan teori budaya konsumen (CCT).
Kata Kunci : Teori Budaya Konsumen, Keputusan Pembelian dan Perilaku Konsumen
1. Pendahuluan
Teori budaya konsumen (CCT) adalah aliran penelitian yang berfokus pada pola
konsumsi sebagai praktik sosial dan budaya. Para ahli yang mendukung Teori budaya konsumen
(CCT) sebagian besar, meskipun tidak secara eksklusif, bekerja di departemen pemasaran atau
manajemen di universitas dan sekolah bisnis di Eropa dan Amerika Utara, meskipun ada minat
yang berkembang dalam jenis penelitian ini di Amerika Latin, misalnya. Berdasarkan warisan
pendekatan psikologis sosial sebelumnya terhadap sifat simbolis dari perilaku konsumen seperti
yang diekspresikan dalam, misalnya, karya Sidney Levy dari tahun 1950-an, Teori budaya
konsumen (CCT) perlahan-lahan tumbuh dari awal 1980-an dan seterusnya sebagai tambahan
yang semakin signifikan pada ekonometrik tradisional dan pendekatan psikologis kognitif untuk
mempelajari pengambilan keputusan konsumen dan perilaku konsumen.
Teori budaya konsumen (CCT) mengeksplorasi penyebaran heretogen dari pemaknaan
dan multiplikasi grup-grup yang saling tumpang tindih yang ada dalam kerangka sosiohistorik
globalisasi dan kapitalisme pasar yang lebih luas. Dengan demikian budaya konsumen
menunjukkan suatu pengaturan sosial di mana hubungan antara budaya yang hidup dengan
sumber daya sosial dan hubungan antara cara hidup yang bermakna dengan sumber daya
material dan simbolik diperantarai oleh pasar. Akibatnya, fenomena konsumsi hanya dapat
1
dipahami dalam konteks sosial budaya di mana mereka ada. Selanjutnya fenomena konsumsi
harus dilihat dalam kaitannya dengan siklus konsumsi lengkap termasuk akuisisi, kepemilikan,
konsumsi, dan disposisi. Tujuannya untuk membuat teori tentang kekuatan dinamik seperti siklus
konsumsi dan logika sosial pada tingkat mikro dan makro. Konteks yang demikian sama
pentingnya dengan bidang di mana fenomena konsumsi terungkap sebagai pengalaman yang
nyata dan hidup. Unsur sentral dalam budaya konsumen adalah konsumsi komoditas yang dibuat
oleh pasar serta simbol pemasaran yang dipengaruhi oleh keinginan. Dalam konsep Teori budaya
konsumen (CCT), bagian teori perspektif yang membahas hubungan dinamis antara
tindakan konsumen, pasar, dan budaya (Arnould dan Thompson, 2005)
Teori budaya konsumen (CCT) sekarang telah diformalkan menjadi asosiasi ilmiah yang
menyelenggarakan konferensi tahunan sejak tahun 2006. Mereka mempunyai publikasi ilmiah
signifikan dan bergengsi yaitu Journal of Consumer Research, walaupun jurnal ini digunakan
bersama dengan peneliti konsumen dari perspektif yang lebih dominan psikologi kognitif / teori
keputusan behavioral dan pemodelan ekonometrik perilaku konsumen. Publikasi lain yang tak
kalah penting adalah jurnal- jurnal Konsumsi, Pasar dan Kebudayaan, Journal of Consumer
Culture, Journal of Macromarketing, Journal of Marketing, Jurnal of Marketing Management,
Journal of Ritelling, dan Teori Marketing. Begitu pula Volume yang telah diedit seperti seri buku
"Research in Consumer Behavior" dan "Interpretive" dari Routledge Marketing Research” dari
Routledge. (Askegaard, 2015)
Tabel 1 menunjukkan contoh-contoh konteks penelitian dalam Teori budaya konsumen
(CCT) dan kepentingan teoritis yang sesuai seperti yang terlihat dibawah ini :
2
2. Konsep Teori dan Pengembangan Penelitian Teori Budaya Konsumen (CCT)
Budaya konsumen menurut definisi artikel oleh Arnould dan Thompson (2005),
"menunjukkan tatanan sosial di mana hubungan antara budaya yang hidup dan sumber daya
sosial, dan antara cara hidup yang bermakna dan sumber daya simbolis dan material di mana
mereka bergantung yang dimediasi melalui pasar ”. Oleh karenanya fenomena konsumsi hanya
dapat dipahami melalui pemahaman dalam konteks sosiokultural di mana mereka berada dan,
lebih jauh, harus dilihat dalam hubungannya dengan siklus konsumsi penuh termasuk perolehan,
kepemilikan, konsumsi, dan disposisi. Sementara pentingnya konteks sosiokultural membuat
para ahli Teori budaya konsumen (CCT) terutama berorientasi pada metode yang
memungkinkan konsepsi yang mendalam (paling sering pendekatan etnografis dan / atau
fenomenologis), ada keterbukaan terhadap keragaman metode dan representasi, termasuk yang
didasarkan pada survei atau data percobaan (Arnould dan Thompson 2005).
Teori budaya konsumen (CCT) adalah aliran penelitian berfokus pada pola konsumsi
sebagai praktik sosial dan budaya. Teori budaya konsumen (CCT) telah memajukan
pengetahuan perilaku konsumen dengan menjelaskan proses sosiokultural dan struktur
yang terkait dengan identifikasi empat program penelitian sebagai dasar pembangunan Teori
budaya konsumen (CCT) seperti yang diungkapkan oleh Arnould dan Thompson (2005), yaitu :
a. Proyek Indentitas konsumen
b. Kultur pasar
c. Pola sosiohistorik konsumsi
d. Ideologi pasar yang mass-mediated dan strategi interpretif konsumen
3
Gambar 2 : CCT : Struktur umum Peminatan Teoritis
Sumber : Arnaould dan Thompson 2007
b. Budaya pasar
Pada domain budaya pada intinya adalah melihat bagaimana konsumen membangun
komunitas budaya tertentu melalui kegiatan terkait pasar dan menganalisanya dalam hal
subkultur, komunitas merek, atau jaringan konsumen neo-tribalistik. Misalnya penelitian pada
subkultur Harley-Davidson, yang memandang konsumen sebagai produsen budaya. Program
5
penelitian ini dibangun terutama pada konsep Maffesoli tentang neo-tribal. Studi dari suku
konsumen telah menjadi lebih terfokus, misalnya, pada budaya clubbing dan budaya surfing.
(Arnould dan Thompson, 2005)
Schau, Muñiz, dan Arnould (2009) meneliti proses penciptaan nilai kolektif di dalam
komunitas merek. Mereka mengidentifikasi empat tema dari praktek penciptaan nilai : 1) jejaring
sosial, 2) manajemen pencitraan, 3) keterlibatan masyarakat, dan 4) penggunaan merek. Mereka
mencatat bahwa perusahaan dapat memperoleh manfaat yang signifikan melalui pemanfaatan
secara kreatif kontrol terhadap kesediaan pelanggan yang akan meningkatkan keterikatan
konsumen terhadap merek dan memperkuat komunitas merek. (Joy dan Li 2012)
Manajer branding dan perantara pasar lainnya berkontribusi dalam menciptakan
kesadaran regional, terutama di Asia. Merek dipandang sebagai cerita dalam imajinasi kolektif
konsumen. Dalam pandangan umum tentang globalisasi budaya konsumen, globalisasi lebih luas
dari pada hanya satu jalur orientasi Barat-ke-yang lain, namun banyak jalur, dari Hong Kong,
Beijing, Singapura, dan banyak perkotaan lain dengan budaya yang terjalin bebas. (Joy dan Li
2012)
8
dengan Teori adalah dengan melihat hubungan antara pengalaman luar biasa dalam kontek
budaya konsumen postodern.
Temuan dalam penelitian ini menggambarkan bahwa pengalaman festival yang luar
biasa terungkap melalui konsumen yang merangkul serangkaian ketegangan pasar dalam
Primavera, dengan pengalaman mereka tetap berada dalam keseharian. Penelitian di masa
depan mungkin bertujuan untuk menyelidiki pengalaman luar biasa tersebut dalam konteks
pengalaman lainnya dan menggali lebih dalam karakteristik pengalaman konsumsi tersebut.
Penyelidikan di masa mendatang juga dapat menerapkan pemahaman yang diperbarui
tentang konsep pengalaman luar biasa ini untuk memahami bagaimana konsumen mengalami
aspek duniawi dari kehidupan sehari-hari mereka melalui konsumsi. Selanjutnya dalam
konteks pengembangan strategi pemasaran berdasarkan pengalaman yang membahas dimensi
perilaku konsumsi sehari-hari dan struktural dalam terang budaya konsumen pasca-
postmodern.
b. From Marginalization to Boundary Solidification : CCT and its Implication for Aspiring
Scholars (Shahzeb Jafri) In Consumer Culture Theory. Published online: 26 Jan 2018;
191-205. Permanent link to this document: https://doi.org/10.1108/S0885-
211120180000019011
Adapun permasalahan dalam penelitian ini untuk menelaah Konsep Teori Budaya
Konsumen sebagai tradisi ilmiah dalam perspektif “ The Structure of Scietific Revolution”.
Metode Penelitian Kualitatif melalui literatur dari Jurnal Riset Konsumen dan Teori
Pemasaran untuk menunjukkan masalah metodologis dan praktis dalam disiplin konsep
Teori Budaya Konsumen (CCT). Keterkaitan Masalah dengan Teori adalah dengan
melalukan analisis mendalam berdasarkan pada kajian literatur perubahan akulturasi dalam
konsep Teori Budaya Konsumen (CCT).
Inti dan kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan
dalam literatur Teori Budaya Konsumen (CCT) tentang akulturasi imigran melalui lensa
Kuhnian yang membahas kritik metodologis dan kontekstual yang dihadapi oleh disiplin
ilmu tersebut. Selain itu, diskusi tentang dasar pemikiran di balik dimulainya temuan dan
tujuan penelitian yang dimilikinya yang menggambarkan Teori budaya konsumen (CCT)
sebagai tradisi ilmiah yang normal. Intinya, yang sebelumnya terpinggirkan. Disiplin
penelitian dengan tanpa batas dan kini bergerak menuju pemantapan batas yang akan
pendukung Teori budaya konsumen (CCT) sebagai tanggapan atas anomali yang ditunjukkan
sekarang dimana lebih fokus pada melakukan analisis tingkat makro dibandingkan dengan
penelitian tingkat individu (mikro). Dari perspektif Kuhnian, pemantapan bidang Teori
budaya konsumen (CCT) akan memberi para peneliti muda pertanyaan yang dapat digunakan
untuk memasuki laboratorium (dunia konsumen) bersama dengan pedoman agar berhasil
diterbitkan. Di sisi lain, pengetatan batas paradigmatik Teori budaya konsumen (CCT)
mungkin membatasi cendekiawan muda untuk tetap berpegang pada prosedur penelitian
tertentu.
9
c. Consumer Culture Theory (CCT) : Hubungan Timbal Balik antar Social Operant
Resources dan Operand Resources dalam Studi Empiris McDonald’s Indonesia (Ricky
Reksoprawiro, Gabriella Scarlett, Alexander Joseph Ibnu Wibowo, Novi Amelia) :
Kajian Branding Indonesia, Volume 2, Nomor 1, 2020
Adapun permasalahan dalam penelitian ini untuk menganalisis Kepuasan dari
perspektif konsumen dengan pendekatan perilaku konsumen dengan menggunakan konsep
Teori Budaya Konsumen (CCT) yang intinya adalah untuk menguji secara empiris secara
garis besar untuk mengetahui hubungan antara konsep social operant resources terhadap
operand resources yang dilandasi oleh Teori Budaya Konsumen (CCT). Secara spesifik,
penelitian ini ingin menguji sebagai berikut: (i) pengaruh social operant resources terhadap
economic operand resources; (ii) pengaruh social operant resources terhadap material
operand resources; (iii) pengaruh economic operand resources terhadap social operant
resources; dan (iv) pengaruh material operand resources terhadap social operant resources;
(v) hubungan timbal balik antara social operant resources dan economic operand resources;
(vi) hubungan timbal balik antara social operant resources dan material operand resources.
Metode Penelitian Kwantitatif dengan Pengumpulan data primer dilakukan
menggunakan kuesioner melalui survei online. Seluruh indikator diukur menggunakan skala
Likert tujuh poin. Penelitian ini berhasil memperoleh data responden sebanyak 358 orang
konsumen restoran McDonald’s. Teknik analisis faktor eksploratori exploratory factor
analysis (EFA) diterapkan untuk melakukan uji validitas konstruk. Selanjutnya, keenam
hipotesis diuji menggunakan teknik Structural Equation Modeling (SEM).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keenam hipotesis yang diajukan tidak
ditolak. Secara ringkas, social operant resources memengaruhi economic operand resources,
social operant resources memengaruhi material operand resources, economic operand
resources memengaruhi social operant resources, material operand resources memengaruhi
social operant resources, ada hubungan timbal balik antara social operant resources dan
economic material resources, dan ada hubungan timbal balik antara social operant resources
dan material operand resources. Keterkaitan Masalah dengan Teori Bahwa ada hubungan
timbal balik antara social operant resources dan operand resources konsumen, maka
McDonald’s sekarang memiliki kesempatan yang memungkinkan untuk menerapkan Konsep
Teori Budaya Konsumen (CCT).
10
DAFTAR PUSTAKA
Arnould, EJ., Thompson, CJ. 2005. Consumer Culture Theory: Twenty Years of Research.
Journal of Consumer Research Inc. Vol. 31. No. 4: 868-882.
Arnould, E J., Thompson, CJ. 2007. Consumer Culture Theory ( and We Really Mean
Theoretics) : Dilemmas and Opportunities Posed by an Academic Branding Strategy.
Research in Consumer Behavior. Vol. 11 : 3-22.
Joy, A., Li, E. 2012. Studying Consumption Behaviour through Multiple Lenses: An Overview of
Consumer Culture Theory. Journal of Business Anthropology. Vol. 1. No. 1: 141-173.
Jafri, S. From Marginalization to Boundary Solidification: CCT and its Implication for Aspiring
Scholars" In Consumer Culture Theory. Published online: 26 Jan 2018; 191-205
Reksoprawiro, R, dkk. Consumer Culture Theory: Hubungan Timbal Balik antar Social Operant
Resources dan Operand Resources dalam Studi Empiris McDonald’s Indonesia, Kajian
Branding Indonesia, Volume 2, Nomor 1, 2020
11