Anda di halaman 1dari 1

Toto menyatakan persoalan finansial perseroan sebetulnya bukan hal baru.

Pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto, Garuda Indonesia pernah nyaris bangkrut karena tumpukan
utang asing yang diperparah dengan depresiasi nilai tukar rupiah akibat krisis ekonomi 1998
hingga tembus Rp15 ribu per dolar AS.

Namun, Direktur Utama Garuda Indonesia kala itu, Robby Djohan berhasil menyelamatkan
perseroan melalui langkah restrukturisasi utang dengan debitur luar negeri. Persoalan Garuda
Indonesia, kata dia, kembali berlanjut akibat faktor mismanagement atau kesalahan tata kelola
perusahaan salah satunya kasus dalam pengadaan pesawat.

Seperti diketahui, mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar tersandung kasus
suap dan pencucian uang terkait pembelian pesawat dari Airbus dan mesin pesawat dari Rolls-
Royce selama periode 2005-2014.

Pada 2018, perusahaan dengan kode saham GIAA itu kembali tersandung permasalahan
laporan keuangan sehingga harus menyajikan kembali (restatement) neraca keuangannya.

Anda mungkin juga menyukai