Adenoma Pleomorfik Ichasia PDF Free
Adenoma Pleomorfik Ichasia PDF Free
Kata pengantar……………………………………………..
Daftar isi…………………………………………………...
Etiologi Adenoma Pleomorfik …………………………………..
Definisi Adenoma Pleomorfik…………………………………..
Gambaran klinis Adenoma Pleomorfik…………………………
Tatalaksana atau cara mengobati Adenoma Pleomorfik………..
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya saya dapat
menyelesaikan makalah saya dengan judul “ Smokers’s Melanosis” dengan
lancar. Saya pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan
pada makalah saya ini.
Oleh sebab itu, saya sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari
setiap pembaca untuk materi evaluasi saya mengenai penulisan makalah
berikutnya. Saya juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk saya
supaya saya lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.
JAKARTA,
Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti,
diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Pemaparan radiasi
dihubungkan dengan pekembangan tumor jinak dan carsinoma mukoepidermoid
malignant.
Satu studi mengatakan, bahwa simian virus (SV 40) memainkan peranan penting
dalam perkembangan Adenoma Pleomorfik. Virus Epstein-Barr merupakan salah
satu faktor didalam perkembangan tumor-tumor limphoephitelial kelenjar saliva.
Perubahan-perubahan genetik, seperti kehilangan allelic, monosomi dan polisomi,
dan penyusunan kembali strukturnya.
Study saat ini mengatakan, percobaan untuk memperjelas peran sel di dalam
onkogenesis dan sitodiferensiasi Adenoma Pleomorfik dan karsinoma dari
kelenjar saliva. Ekspresi dari -catenin adalah immunohistochemical yang di uji
dalam lesi- lesi maupun dalam kelenjar saliva normal.
Gen β-catenin adalah CTNNB1, yang dipetakan pada kromosom 3p21.9 β- catenin
tercakup didalam tranduksi isyarat (Wingless/WNT) dan spesifikasi dari sel selama
embryogenesis. Study terbaru menunjukkan β-catenin secara langsung
berhubungan dengan anggota keluarga dari faktor transkripsi yang melibatkan
aktifasi dari gen target yang spesifik.
eosin, 0,53). [Tokoh warna dapat dilihat dalam edisi online, yang tersedia di
www.laryngoscope.com.]
Luka operasi dan beberapa tumor baru dapat perlahan mulai tumbuh di bidang
bedah. Ini didukung oleh RPA dengan beberapa nodul mengikuti bekas luka
bedah (Gambar 2) dan dilaporkan kecil (5%) tetapi peningkatan yang signifikan
dalam kekambuhan dengan tumpahan tumor.6 Dalam banyak kasus, itu lebih
berlebihan dari tempat tidur bedah telah dianjurkan untuk pecahnya tumor dan
daripada usia rata-rata untuk mereka yang tetap bebas dari penyakit pada tindak
lanjut jangka panjang (45–50 tahun ) .7,13,23,24 Tidak semua penelitian mendukung
merupakan faktor risiko yang dilaporkan7,15,16 tetapi sekali lagi tidak dalam semua
penelitian.
Adenoma Pleomorfik adalah tumor pada kelenjar saliva minor intraoral yang
paling sering terjadi di daerah palatum keras (43%). Diikuti oleh bibir atas (20%)
dan mukosa bukol (10%)1,2,3 Insidensi terbanyak pada decade ke-4 sampai ke-6
chondromyxoid di alam, di mana ada tingkat yang lebih tinggi dari inkapsulasi
yang tidak lengkap, 2 pseudopodia, dan nodul satelit dibandingkan dengan subtipe
untuk nodus atau kista kelenjar getah bening, pendekatan peroral terhadap tumor
parapharyngeal, 15 dan pembenihan oleh jarum inti atau biopsi terbuka. Tumor
tumor multisentrik. Faktor biologis dan genetik telah dianggap sebagai penyebab
kekambuhan.
Penyebab adenoma pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti
diduga, karena keterlibatan faktor dan lingkungan genetik. Pada tumor genetik ini
tersusun atas tiga faktor komponen sel yaitu, komponen sel epitel, sel myoepitel
diketahui, akan tetapi keterlibatan gen p53 dilaporkan oleh beberapa penelitian
Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai
pada kelenjar parotid. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed
tumor), yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun
dalam beberapa variasi komponennya.
Tingkat akurasi FNAB dalam membedakan bentuk keganasan dan jinak adalah
79,1%, sedangkan sensitifitas untuk neoplasma kelenjar ludah 89,4% sehingga
pada kasus ini hanya dilakukan FNAB yang mengesankan suatu adenoma
pleomorfik. Computed tomography, dikatakan sudah cukup memberikan panduan
bagi seorang operator bedah untuk mendiagnosis suatu pleomorfik adenoma pada
kasus-kasus pleomorfik adenoma dengan ukuran kecil, membulat tanpa
pseudopodi dengan kapsel yang terlihat jelas.2,4 Pada kasus ini dari hasil CT scan
tampak massa di regio mandibula kiri bagian posterior dengan ukuran 3,6 x 3,3 x
4 cm berdensitas 38 HU yang dengan pemberian kontras tampak kontras
enhancemet menjadi 55 HU, berbatas tegas dengan jaringan sekitar.
Penderita tidak mempunyai riwayat merokok atau terpapar radiasi, tetapi sering
makan makanan yang diawetkan seperti ikan asin dan makanan yang dibakar.
Kelenjar saliva dikategorikan kedalam kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar
saliva mayor ada 3 (tiga ) : parotid, submandibularis, sublingualis. Kelenjar saliva
minor terdapat disepanjang aerodigestif bagian atas submukosa : palatum, bibir,
pharynx, nasophrynx, larynx, ruang parapharyngeal.Pada kelenjar saliva mayor
Adenoma Pleomorfik paling sering di jumpai pada kelenjar parotid, sedangkan
pada kelenjar saliva minor Adenoma Pleomorfik lebih sering dijumpai pada
palatum dan bibir atas.
Adenoma Pleomorfik dapat terjadi pada semua umur, baik anak-anak maupun
dewasa. Pada sebagian besar kasus menunjukkan 45% sampai 75% dari semua
neoplasma kelenjar saliva, timbulnya penyakit 2 sampai 35 kasus per 100,000
orang. Adenoma Pleomorfik lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki
dengan perbandingan 2:1. Adenoma Pleomorfik paling sering terjadi diantara
dekade ke- 3 sampai ke- 6, dengan presentase usia rata-rata 43-46 tahun. Di
Amerika, Adenoma Pleomorfik di jumpai sebanyak 80% dari seluruh tumor jinak
kelenjar saliva.
β-catenin adalah suatu molekul yang dihubungkan dengan invasi dan metastase dari
karsinoma–karsinoma dari kepala dan leher, esopagus, lambung, colon, hati, paru,
genital wanita, prostat, kandung kemih, pankreas dan melanoma.
Adenoma pleomorfik adalah tumor kelenjar ludah jinak yang muncul di parotid
selain kelenjar saliva submandibular, sublingual dan minor. Tumor sebagian besar
bermanifestasi antara 30 hingga 60 tahun sebagai benjolan yang tidak nyeri dan
lambat berevolusi. Pembesaran terjal, nyeri, paresis saraf wajah atau kepatuhan
kulit yang tertindas melibatkan konversi ganas. Evolusi menjadi karsinoma eks
adenoma pleomorfik dapat disaksikan pada lesi 3-4%.
Adenoma Pleomorfik adalah yang paling umum dari tumor kelenjar ludah jinak
(80%) 1. Ini adalah turunan epitel dan biasanya muncul sebagai tumor jinak yang
jinak, yang mungkin atau mungkin tidak dienkapsulasi.
Sekitar, 75% dari PA terjadi di kelenjar parotid. Situs umum lainnya adalah kelenjar
submandibular (15%) dan kelenjar saliva minor dari langit-langit dan septum
hidung (10%). Mereka muncul lebih jarang di kelenjar ludah minor dari bibir atas,
pipi, lantai mulut, laring dan trakea3. Lokasi yang paling sering dari adenoma
pleomorfik di kelenjar ludah minor adalah palatum keras, diikuti oleh bibir, lendir
mulut, dasar mulut, amandel, faring, retromolar dan rongga hidung4.
Secara histologi, ia dicirikan oleh arsitektur yang beragam terdiri dari unsur-unsur
stroma epitel dicampur dengan mucoid, myxoid, atau chondroid fibrohyaline4 yang
terletak di kedalaman submucus. Tumor di kelenjar ludah tidak memiliki
enkapsulasi fibrotik, memberikan penampilan infiltrasi palsu (meskipun, mereka
memiliki kapsul yang sangat tipis) 5.
1. Percepatan pertumbuhan brusque pada tumor yang telah ada selama 10 hingga
30 tahun.
Karena perilaku jinak awal, yang terbaik adalah menggunakan teknik bedah yang
paling konservatif kapan saja eksisi dimungkinkan. Prognosis sangat baik jika
reseksi telah efektif dilakukan. Pilihan terapeutik lainnya adalah radioterapi pasca
operasi yang mengurangi tingkat kekambuhan; di atas segalanya, ketika kapsul
telah rusak selama operasi dan untuk pasien yang perbatasan jaringan normal di
sekitar tumor yang direseksi sangat sempit12. Dalam kasus tersebut, pemeriksaan
berkala diperlukan karena kemungkinan kekambuhan lokal dan keganasan12.
Tujuan dari publikasi ini adalah untuk menggambarkan dua kasus klinis
Pleomorphic Adenoma, dirawat di Unit Bedah Rumah Sakit San Juan de Dios di
La Serena, dan melakukan tinjauan literatur tentang patologi ini.
Adenoma pleomorfik adalah tumor jinak kelenjar saliva yang paling sering terjadi
pada kelenjar ludah minor. Adenoma pleomorfik pada palatum berasal dari kelenjar
ludah minor dan lebih sedikit terjadi dibanding adenoma pleomorfik yang berasal
kelenjar saliva mayor. Adenoma pleomorfik paling sering ditemukan pada kelenjar
saliva mayor (50%), palatum (42,8%), bibir atas (10,1%), pipi (5,5%), tenggorok
(2,5%) dan region retromolar (0,7%).
Tumor ini merupakan tumor jinak dengan karasteristik tumbuh lambat, setelah
mencapai ukuran tertentu akan menetap dan tidak berkembang lagi, tanpa rasa
sakit, disertai pembengkakan dan tidak menyebabkan ulserasi mukosa yang
melapisinya. Adenoma pleomorfik mempunyai kapasitas tumbuh membesar dan
dapat berubah menjadi maligna. 1-3
Adenoma pleomorfik palatum dapat terjadi pada semua umur, namun paling sering
terjadi pada orang dewasa yaitu dekade ketiga sampai keenam kehidupan. Angka
kejadian pada wanita lebih sering dibandingkan laki-laki dengan perbandingannya
2:1. Penyebabnya belum diketahui secara pasti namun diduga terjadi akibat adanya
kelainan kromosom klonal 8q12 dan 12q15. Beberapa faktor yang juga dapat
berpengaruh diantaranya adalah pemakaian tembakau, virus serta paparan radiasi.
1,2,5-7
Adenoma pleomorfik ditemukan sekitar 3-10% dari neoplasma daerah kepala dan
leher. Pada kelenjar ludah mayor parotis sekitar 53-77%, tumor submandibular 44-
68% dan 33-43% dari kelenjar ludah minor. Palatum merupakan lokasi yang paling
sering pada intra oral yaitu sekitar 42,8%-68,8%. Di RS Moh. Hoesin Palembang
sendiri angka kejadian adenoma pleomorfik pada 5 tahun terakhir adalah sebanyak
2 kasus yaitu tumor pada palatum dan nasolabial.
Diagnosis banding dari adenoma pelomorfik palatum adalah abses palatum, kista
odontogenik, sarkoma, serta tumor jaringan lunak seperti limfoma, lipoma dan
fibroma. Perubahan kearah malignansi adalah 6% dari seluruh kasus adenoma
pleomorfik dengan gambaran klinis yaitu pertumbuhan yang cepat dan adanya
riwayat eksisi berulang. Pilihan penatalaksanaan dari adenoma pleomorik palatum
adalah eksisi tumor secara trans oral dengan angka kesembuhan mencapai lebih dari
95%. Resiko kekambuhan sangat rendah. Tumor ini biasanya tidak kambuh
kembali apabila dilakukan pengangkatan tumor secara keseluruhan.4,9,14
GAMBARAN KLINIS
Gambar 3.6. Adenoma Pleomorfik pada kiri parotid. Nodul elevasi dari lobus
telinga.
Gambar 3.7. Adenoma Pleomorfik pada palatum lunak
Meskipun Adenoma Pleomorfik tumor “jinak” tumor ini adalah aneuploid, dan
dapat kambuh setelah reseksi, menyerang jaringan normal, bermetastase jauh dalam
jangka waktu yang lama.
Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada lokasinya. Ketika di jumpai pada
kelenjar parotid kelumpuhan nervus fasialis jarang di jumpai, tetapi apabila tumor
ini bertambah besar mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai. Seperti
ketika tumor ini menjadi malignant.
Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor, gejala yang timbul
bermacam-macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang timbul seperti :
dysphagia, dyspnea, serak ,susah mengunyah, dan epistaxsis.
Pada kelenjar parotid, Adenoma Pleomorfik biasanya dikelilingi oleh sebuah kapsul
yang fibrous, dengan bermacam-macam ketebalan yang tidak sempurna terutama
dalam tumor-tumor mukoid (gambar 3.9 A dan B). Pada kelenjar saliva minor tidak
adanya kapsul bisa di lihat. Secara mikroskopis satelit tumor dengan nodul kecil-
kecil, pseudopodia, dan penetrasi kapsul bisa di lihat diluar kapsul (gambar 3.10).
Penyebab kambuhnya Adenoma Pleomorfik dalam kasus perawatan dengan simple
enuclease atau pada kasus dimana reseksi bedah inadequat dalam membuka
margin.
.
Gambar 3.9 : Kapsul di dalam Adenoma Pleomorfik. (a) Adenoma Pleomorfik
dengan kapsul fibrous yang memisahkan tumor dari jaringan normal kelenjar
parotid. (b) Adenoma Pleomorfik dengan lebih sedikit pokal kapsul yang absen.
Nodul- nodul kecil pada satelit tumor menonjol diluar massa tumor mayor.
Komponen epitel terdiri dari epitel dan mioepitel sel dengan pertumbuhan yang
menyimpang, termasuk trabekular, tubular, solid, cystic, dan papillary. (gambar
3.11) Sel epitel murni dan sebagian kuboidal. Sel-sel mioepitel memperlihatkan
gambaran plasmasytoid, epiteloid, spindle, oncocytic, dan bentuk sel jernih. Pada
beberapa studi, tipe myoepitel sel lebih sering muncul dengan bentuk sel
plasmasytoid kemudian tipe spindle sel. Semua elemen seluler muncul dengan
cytologic lembut tanpa akivitas mitotik.
Gambar 3.11 : Sel dalam Adenoma Pleomorfik. (a) Tubulus atau formasi duktus
pada Adenoma Pleomorfik. lnner epitel terdiri dari sel kuboidal, dengan sitoplasma
eusinopilic meliputi satu atau beberapa lapis sel dari mioepitel sel dengan
sitoplasma jernih. Diantara stroma berisi spindle dan epiteloid mioepitel sel. (b)
Susunan tubulur bisa di lihat, tetapi lipatan mioepitel tidak dapat digambarkan. Di
antara stroma menunjukkan spindle mioepitel sel. Pada gambar ini natur bland sel
absen dari atipi sel.
Beberapa kasus menunjukkan, 71% Adenoma Pleomorfik ukuran tumor rata- rata
3 cm menunjukkan gambaran yang tidak lazim secara histopatologi. Sel-sel
neoplastik dengan tampilan yang berbeda-beda, hypercelulery, dan
hyperhcromatism. Sel-sel yang tidak beraturan dengan nukleus dominan atau tanpa
hyprkromatism, dan nukleus kecil dengan mitosis yang sedikit. Proliferasi sel tumor
dapat dilihat di area yang padat atau lapisan-lapisan diantara struktur tubular,
kumpulan sel-sel hyalin yang rapat atau sel plasmocytoid dan kumpulan stelata
yang longgar atau sel polyhidral.
Diagnosa histopatologi Adenoma Pleomorfik dapat juga dilakukan dengan
prosedur-prosedur sampling termasuk fine needle aspiration biopsy (FNAB) dan
coore nedlee biopsy (bigger needle comparing to byopsi). Kedua prosedur ini bisa
dilakukan pada pasien rawat jalan.2 FNAB ini sangat akurat dan merupakan satu
cara yang dilakukan untuk mendiagnosa tumor dari inflamasi sebelum reseksi
bedah dilakukan. Alat-alat FNAB ini terdiri dari 22-25 gauge needle, 20mL
syringe,dan syringe holder spesial untuk vakum yang baik. Aspirasi preparat
sebelum teknik citology dilakukan.
Gambar 3.12 Pasien usia 69 tahun setelah operasi menentukan sifat bengkak FNAB
dilakukan.
Dengan CTI, deteksi tumor 77% pada bidang aksial dan 90% pada bidang aksial
dengan CE CT. Sedangkan dengan MRI, deteksi tumor 86% pada bidang aksial T1-
weighted dan 88% pada bidang aksial T2- weighted, dan 85% pada bidang aksial
CE T1- weighted.
Deteksi lesi dapat diklasifikasikan menjadi positif atau negatif. Pinggir lesi dapat
diklasifikasikan menjadi kurang jelas atau semuanya jelas. Batas lesi dapat
diklasifikasikan menjadi halus atau berlobus. Aspek lesi dapat diklasifikasikan
menjadi homogen atau tidak homogen. Kontras antara lesi dengan jaringan
sekitarnya dapat diklasifikasikan menjadi tinggi atau rendah. Gambaran intensitas
dari lesi dengan otot disebelah lesi diklasifikasikan kedalam empat kelompok:
tinggi, intrermediet, rendah, atau gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi
terhadap injeksi medium kontras diklasifikasikan menjadi homogen, tidak
homogen dan perifer. Deteksi kapsul nya dan resorpsi tulang diklasifikasikan
menjadi positif atau negatif.
Tsushima et al, dan Joe at al, melaporkan intensitas tinggi atau terang dengan T2-
weighted menunjukkan Adenoma Pleomorfik. Ikeda at al, melaporkan MRI
menunjukkan pola kapsul komplit, kontur lobus, intensitas signal T2 tinggi untuk
prediksi Adenoma Pleomorfik.
Gambar 3.13 : Adenoma Pleomorfik di palatum laki-laki, 59 tahun. Pinggir tumor,
batas tumor,dan resorpsi tulang dapat di deteksi dengan CT dan MRI. (A) Tumor
tidak homogen, intensitas signal intermediet pada CTI. (B) Setelah pemakaian
medium kontras tumor menunjukkan peningkatan yang tidak homogen pada CE
CTI. (C) T1- weighted MRI menunjukkan intensitas massa intermediet. (D) T2-
weighted MRI FS teknik menunjukkan intensitas massa tidak homogen. (E) Setelah
pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan CE T1- weighted
menggunakan FS teknik. (F) Resorpsi tulang pada tulang palatal dapat di deteksi
dengan koronal CE T1- weighted MRI menggunakan FS teknik.
Gambar 3.14 : Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotid wanita, 57 tahun. Pinggir
tumor, batas tumor di deteksi dengan CT dan MRI. Kalsifikasi di deteksi dengan
CTI (A) Tumor tidak homogen, intensitas signal intrermediet pada CTI. (B) Setelah
pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan yang tidak homogen
pada CE CTI. (C) T1- weighted MRI menunjukkan intensitas massa intermediet.
(D) T2- weighted MRI FS teknik menunjukkan intensitas massa tidak homogen. (E)
Tumor menunjukkan batas lobular pada korona T2- weighted MRI menggunakan
FS teknik. (F) Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan
CE T1- weighted menggunakan FS teknik.
Gambar 3.15 : Adenoma Pleomorfik pada kelenjar submandibularis wanita, 55
tahun. Pinggir tumor, batas tumor di deteksi dengan CT dan MRI. (A) Tumor tidak
homogen, intensitas signal intrermediet pada CTI. (B) Setelah pemakaian medium
kontras tumor menunjukkan peningkatan yang tidak homogen pada aksial CE CTI.
(C) Intensitas tumor ditunjukkan koronal CE CTI. (D) Pada aksial T1- weighted
MRI menunjukkan intensitas massa tinggi. (E) Pada aksial T2- weighted MRI
menggunakan FS teknik menunjukkan tumor tidak homogen intensitas massa
tinggi. (F) Tumor menunjukkan batas lobus tidak homogen dan intensitas signal
tinggi pada koronal T2- weighted MRI menggunakan FS teknik.
Gambaran klinis adenoma pleomorfik palatum yaitu massa tumor tunggal,
berbentuk bulat dengan permukaan licin, padat kenyal, keras, batas tegas, mobile,
pertumbuhan lambat, tidak nyeri serta tidak ditemukan adanya tanda-tanda
peradangan dan ulkus. Pasien sering datang dengan keluhan timbul benjolan di
langit-langit rongga mulut sehingga mengeluh terganggu untuk mengunyah dan
menelan makanan. Diagnosis adenoma pleomorfik dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan histopatologi, FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) serta biopsi
insisi. Pemeriksaan penunjang seperti radiologi dengan tomografi komputer atau
MRI untuk mengetahui lokasi, besar tumor, batas tumor serta perluasan tumor. 4,5,8
TATA LAKSANA ATAU CARA PENGOBATAN
Perawatan optimal untuk adenoma pleomorfik adalah eksisi lebar dengan margin
negatif. Mayoritas timbul di kelenjar parotid dan, untuk ini, pengobatan yang
lebih disukai adalah parotidektomi dangkal atau parotidektomi total dengan
diseksi dan preservasi saraf wajah. 1,2,16,16 Meskipun marjin lebar lebih disukai,
mayoritas parotid pleomorfik aden nomas berbatasan dengan batang utama dan /
atau cabang dari saraf ke-7 sehingga enukleasi terbatas atau diseksi kapsuler
diperlukan dalam banyak kasus.6 Meskipun demikian, tingkat kontrol lokal
biasanya 95% atau lebih tinggi setelah operasi optimal saja. Risiko komplikasi
mayor relatif rendah setelah operasi untuk adenoma pleomorfik yang sebelumnya
tidak diobati. Namun, risiko komplikasi, terutama cedera saraf ke-7, meningkat
setelah operasi penyelamatan untuk tumor lokal berulang (Tabel 1) .17
Radioterapi pasca operasi (RT) disarankan untuk sebagian kecil pasien dengan
margin positif dan / atau rekurensi multi-fokal. Meskipun tumpahan tumor dan
margin samar-samar pernah menjadi indikasi untuk pasca operasi RT di lembaga
kami, kemungkinan kontrol lokal setelah pembedahan mungkin melebihi 90% dan
kami tidak lagi menyarankan adjuvant RT dalam situasi ini.6,9,16,18 kadang-
kadang pasien yang datang dengan adenoma pleomorfik saliva minor yang tidak
bisa menerima reseksi total dapat diobati dengan RT saja.
Jadwal dosis-fraksinasi mirip dengan yang digunakan untuk maligna. Pasien
dengan penyakit sisa mikroskopik menerima 66 Gy dalam 33 fraksi sekali sehari
atau 69,2 hingga 74,4 Gy pada 1,2 Gy per fraksi dua kali sehari. Mereka dengan
penyakit kotor menerima 70 Gy dalam 35 fraksi sekali sehari atau 74,4 Gy dalam
62 fraksi dua kali sehari.
Reseksi lokal tumor telah digunakan setelah beberapa rekurensi atau setelah total
parotektomi sebelumnya ketika itu adalah satu-satunya pilihan untuk
mempertahankan saraf wajah. 28 Tingkat kegagalan yang lebih tinggi dengan
biopsi eksisi dibandingkan dengan parotidektomi formal untuk RPA telah
dilaporkan, 39 tetapi yang lain membantahnya.24,40
Banyak penulis menganjurkan bahwa kekambuhan uninodular atau multi-nodular
setelah parotidektomi superfisial diobati dengan parotidektomi total karena multi-
nodularitas yang tak terduga.3,15,20,25,36 Parotidektomi total dapat mengurangi,
tetapi tidak mencegah, meninggalkan residu mikroskopis. Tingkat kekambuhan
setelah 15 tahun dilaporkan sebesar 75% dengan parotidektomi yang diperluas
tidak diikuti oleh radioterapi (RT) .7
Tingkat kontrol utama untuk operasi redo pertama saja dilaporkan mulai dari 36%
hingga 98% .7,12,15,24,25,30,42 Patey, pada tahun 1940-an, menunjukkan enukleasi
yang diikuti oleh implan jarum radium memiliki tingkat kontrol.Hari ini orang
dapat mempertimbangkan RT untuk istirahat mikroskopik penyakit jinak ini (lihat
Radioterapi di bawah); penyakit sisa kotor tidak mungkin disembuhkan oleh RT.42
Penelitian sitologi memiliki nilai diagnostik yang sangat baik dengan sensitivitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan scan MRI. Menurut Seifert et al.
klasifikasi asli sebagian direvisi oleh Stennert et al., pada tahun 2001 sampel kami
dinilai dalam empat jenis [11,12]. Tipe I terdiri dari 13 pasien (15,4%), tipe II
terdiri dari 44 pasien (52,4%), tipe III termasuk 18 subyek (21,4%) dan akhirnya 9
pasien (10,7%) ditugaskan untuk tipe IV. Hasil pengukuran kapsul dilakukan
dengan menggunakan analisis perangkat lunak gambar dirangkum dalam Tabel 1.
Tumor yang kaya parenkim menunjukkan kapsul ticker dibandingkan pada tumor
stroma-kaya. Dalam sampel kami, PA hip seluler memiliki kapsul tebal (Gambar
1 (A) dan (B)).
Tumor hiposeluler memiliki kapsul tipis dan merupakan tipe histologis yang
paling sering ditemui dalam rekurensi (Gambar 1 (C) dan (D)). Pada tumor stroma
yang kaya, jumlah diferensiasi stromal terbesar diwakili oleh jaringan myxoma-
tous diikuti oleh stroma mukokondroid chondroid dan campuran.
Menurut literatur tumor lobus dalam memiliki kapsul lebih tebal daripada yang
terletak di lobus superfisial. Tumor pseu- dopias atau tumbuh melalui pelanggaran
kapsular untuk memperpanjang ke parotis yang berdekatan atau adiposa atau
jaringan lunak lainnya. Pseudopodias atau tonjolan kapsul dianggap sebagai
faktor tambahan dalam kekambuhan. Dimensi dan integritas kapsul mewakili alat
yang baik untuk membentuk teknik bedah yang lebih baik.
Diagnosis banding dari adenoma pelomorfik palatum adalah abses palatum, kista
odontogenik, sarkoma, serta tumor jaringan lunak seperti limfoma, lipoma dan
fibroma. Perubahan kearah malignansi adalah 6% dari seluruh kasus adenoma
pleomorfik dengan gambaran klinis yaitu pertumbuhan yang cepat dan adanya
riwayat eksisi berulang. Pilihan penatalaksanaan dari adenoma pleomorik palatum
adalah eksisi tumor secara trans oral dengan angka kesembuhan mencapai lebih
dari 95%. Resiko kekambuhan sangat rendah. Tumor ini biasanya tidak kambuh
kembali apabila dilakukan pengangkatan tumor secara keseluruhan.4,9,14
1. Bhaskar SN ( 1981 ) Synopsis of oral pathology. 6th ed. ST. Louis; The C. V.
Mosby Company. Hal 602-607.
2. Hine, Shafer and Levy ( 1983 ) A Textbook of oral pathology. 4th ed.Philadelphia;
W. B. Saunders Company. Hal 230-235.
3. Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomi FKUI ( 1990 ) Patologi. 1st ed. Jakarta;
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 193
4. Andirius, C. 2009. Neoplasma Kepala dan Leher. Available at http://www.
scribd.com/doc/15170620/Referat- Neoplasma-Kepala-dan-Leher. [28 Mei 2010].
5. Ansori, H. 2009. Gambaran Radiografi Adenoma Pleimorfik pada Kelenjar
Saliva. Skripsi.
6. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.
7. Asih, B. 2008. Referat THT: Tumor Parotis. Avalilable at http://koasku.
blogspot.com /2008/12/referat-tht-tumor-parotis.html. [28 Mei 2010].
8. Elsoin, Y. 2009. Tumor Kelenjar Liur. Available at http://adamelsoin.blogspot.
com/2009/05/tumor-kelenjar-liur.html. [28 Mei 2010].
9. Miloro, M and Schow, SR. 2003. Diagnosis and Management of Salivary Gland
Disorders. Chapter 20. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 442.
10. Syafriadi, M. 2008. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik
Rongga Mulut. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. 31-82.
11. Young SO, David WE. Salivary gland neoplasms. Dalam: Bailey Byron J,
Johnson Jonas T, Newlands Shawn D, penyunting. Head & Neck Surgery-
Otolaryngology. Edisi ke-4. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. h.
1515-32.
12. Wagner AL. Parotid pleomorphic adenoma [diakses 9 Maret 2010]. Diunduh dari:
URL: http:// emedicine.medscape.cpom/ article/384327.overview
13. Sheedy SP, Welker K.M, DeLone DR, Gilbertson JR. Case report: CNS
metastases of Carcinoma ex pleomorphic adenoma of the parotid gland. AJNR
Am J Neuroradiol. 2006;27:1483-5.
14. Sunwoo JB, James S, Lewis J, McJunkin J, Sequeira SS. Malignant Neoplasms of
the salivary glands. Dalam: Flint PW, Haughey BH, Lund VJ, Niparko JK,
Richardson MA, Robbins KT, dkk., penyunting. Cummings Otolaryngology Head
& Neck Surgery. Edisi ke-5. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2010. h. 1179-84.
15. Putz R, Pabst R. Groâe Speicheldrüsen, Glandulae salivariae majores. Dalam:
Putz R, Prabst R, penyunting. Anatomie des Menschen. Edisi ke-22. GmbH
München: Elsevier; 2007. h. 109.
16. Anatomy Atlases: Illustrated Encyclopedia of Human Anatomic Variation: Opus
IV: Organ Systems: Lip [diakses 5 Juni 2010]. Diunduh dari: URL: http://
www.anatomyatlases.org/ AnatomicVariants/ OrganSystem/Text/
ParotidGland.shtml.
17. Mireya BL, Miguel AC, John GM, Jorge BA. Multicentric
18. recurrent parotid pleomorfic adenoma in child [diakses 5 Juni 2010]. Diunduh
dari: URL: http:// www.medicinaoral.com/ medoralfree01/aop/ 20173712.pdf.
19. Spiro JD, Spiro RH. Salivary gland neoplasms. Dalam: Evans PHR, Montogmery
PQ, Gullane PJ, penyunting. Principles and practice Head and Neck Oncology.
Edisi ke- 1. London: Martin Dunitz; 2006. h. 662-91.
20. Widodo AK. Petunjuk diseksi parotidektomi, kursus dan workshop (demo operasi
dan diseksi kadaver) RSU Dr. Sutomo. Surabaya; Juli 2007. Holsinger FC, Bui
DT. Anatomy, function, and evaluation of salivary glands. Dalam: Myers EN,
Ferris RL, penyunting. Salivary gland disorders. Berlin: Springer- Verlag; 2007.
h. 1-15. Fernandez JR, Mateos MM, Martines TFJ, Berjon J, Montalvo JJ.
Metastatic benign pleomorphic adenoma. Report of a case and review of the
literature. Med Oral Patol Oral Cir Bucal [diakses Maret 2008]. Diunduh dari:
URL: http://www. Medicinaoral.com/ medoralfree01/v13i3p193.pdf Sit KY, Chui
WH, Wang E, Board DP, Chiu SW. Case study: Multiple Pulmonary Metastases
from Benign Pleomorphic Adenoma. Asian Cardiovascular & Thoracic Trauma
Ann. 2008;16:62-4. Takahama A Jr, Perez DE, Magrin J, Paes de Almeida O,
Kowalski LP. Giant pleomorphic adenoma of the parotid gland. Med Oral Patol
Or Oral Cir Bucal. 2008;13(1):E58-60.
21. Ragona RM, De Filippis C, Marioni G, Staffieri A. Treatment of complications of
parotid gland surgery. Department of Otolaryngology-Head Neck Surgery,
University of Padua, Padua, Italy. Acta Otorhinolaryngol. 2005;25:174-8.
22. Eisele DW, Johns ME. Salivary Glan Neoplasms. In : Bailey BJ, Calhoun KH,
editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 3 ed vol 2. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p. 1279-97
23. Lee J, MD. Benign Parotis Masses. Available from: http://www.BCM.Com
Accessed September 19, 2009.
24. Wagner AL, Haag J. Parotid, Pleomorphic Adenoma. Available from:
http://www.emedicine.com. Accessed September 25, 2009.
25. Carroll WR, Morgan CE, DMD, MD. Diseases of the Salivary Glands. In:
Balanger editor. Otorhinolaryngology head and neck surgery. BL.Dekler, London;
2002. p.1441-54.
26. Rea JL, MD. Partial Parotidectomies: morbidity and benign Tumor Recurrence
Rates in a Series of 94 Cases. The Laryngoscope 2000; 110: 924- 7.
27. Witt RL. Minimally Invasive Surgery for Parotid Pleomorphic Adenoma. ENT
Journal [serial on the internet]. 2005 [cited 2005 May 1]; [about 3p.]. Available
from: http://www.thefreelibrary.com
28. Nagarkar NM, Bansal S, Dass A, Singhal SK, Mohan H. Salivary Gland Tumors-
Our Experience. Indian J of Otolary and HNS 1967; 56:31-4
29. Sharma N, Singh V, Malhotra D. Pleomorphic adenoma of the hard palate. A
Case Report. Indian Journal of Dental Sciences 2010; 2(1): 18-20.
30. Gothwal AK, Kamath A, Pavaskar RS, et al. Pleomorphic adenoma of the palate.
A Case Report. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2012; 6(6): 1109-
11.
31. Rahnama M, Urzula O, Czupkallo L, et al. Pleomorphic adenoma of the palate. A
Case Report and Review of The Literature Wspolczesna Onkol. 2013; 17(1): 103-
6.
32. Singh RB, Baliarsingh RR, Satpathy AK, Naik CB, Nayak A, Lohar TP et al.
Pleomorphic adenoma of both hard and soft palate. a case report. annals and
essences of dentistry. 2012; 4(3): 30-3.
33. Lazarro B, Cleveland D. P53 and ki 67 antigen expression in small oral biopsy
specimens of salivary gland tumours. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral
Endod. 2000; 89: 613-17.
34. Jorge J, Pires FR, Alves FA, Peres DE, Kowalski LP, Lopes MA, Almeida OP.
Juvenile intra-oral pleomorphic adenoma: report of five cases and review of the
literature. Int J Oral Maxillofa Surg. 2002; 31: 273-75.
37. Chen YK, Lin LM, Lin CC, Yan YH. Palatal pleomorphic adenoma in a child
with osteoid formation: report of a case. ASDC J Dent Child. 1998: 65: 209-11.
38. Bayles SW, Todd NW, Muller S, Rabkin D. Pleomorphic adenoma of the
pediatric tongue. Otolaryngol Head Neck Surg. 1999; 120: 934-6.
39. Waldron CA, Gnepp TR. Tumors of the intraoral minor salivary glands: a
demographic and histology study of 426 cases. Oral surg. Oral med. Oral pathol
1998 ;66:323-33.
40. 2. Lucas RB. Pathology of tumors of the oral tissues. 4th ed. Edinburgh :
Churchill livingstone 1984.p. 298.
41. 3. Frezell EL. Clinical aspects of tumors of the major salivary glands. Cancer
1984;42(7):637-42.
42. 4. Torske K. Benign neoplasm of the salivary glands. In: Thompson LDR(ed.)
head and neck pathology, 1st edn. Elsevier, Philadelphia, 2006.p. 295-300.
43. 5. Seifert GD. Multiple tumors of the salivary glands: terminology and
nomenclature. Eur J Cancer. Oral oncol 1996;32:3-7.
44. 6. Compagno JW. Intranasal mixed tumor. Am J Clin Pathol 2010;68: 213-8.
45. 7. Ogata H, Ebihara S, Mukai K.Salivary gland neoplasms in children. Jpn J Clin
Oncol 1994;24:88-93
46. 8. Toida M, Shimokava K, Makita H, Kato K, Kobayashi A, Kusunoki Y.
Intraoral minor salivary gland tumors: A clinicopathological study of 82 cases. Int
J Oral Maxillofac Surg 2005;34:528- 532.
47. goscope 1991;101:1060–1062.
43. Smith GI, Brennan PA, Webb AA, Ilankovan
V. Vertical ramus osteotomy
48. combined with a parasymphyseal mandibulotomy for improved access to
49. the parapharyngeal space. Head Neck 2003;25:1000–1003.
44. Teng MS,
Genden EM, Buchbinder D, Urken ML. Subcutaneous mandibu- lotomy: a new
surgical access for large tumors of the parapharyngeal
50. space. Laryngoscope 2003;113:1893–1897.
45. Lazaridis N, Antoniades K.
Double mandibular osteotomy with coronoidec-
51. tomy for tumours in the parapharyngeal space. Br J Oral Maxillofac
52. Surg 2003;41:142–146.
46. Kolokythas A, Eisele DW, El-Sayed I, Schmidt BL.
Mandibular osteoto-
53. mies for access to select parapharyngeal space neoplasms. Head Neck
54. 200931:102–110.
47. Chan JY, Tsang RK, Eisele DW, Richmon JD. Transoral
robotic surgery of
55. The parapharyngeal space: A case series and systematic review [pub- lished
online ahead of print November 29, 2013]. Head Neck. doi:10.1002/hed.23557.
56. 35. Hanna D, Dickison W, Richardson G, dkk. Manajemen sali-berulang
57. tumor kelenjar bervariasi. Am J Surg 1976; 132: 453–458.
58. 36. Conley J, Clairmont AA. Saraf wajah pada pleomorphic jinak rekuren
59. adenoma. Arch Otolaryngol 1979; 105: 247–251.
60. 37. Makeieff M, Venail F, Cartier C, Garrel R, Crampette L, Guerrier B. Con-
61. pemantauan saraf wajah terus menerus selama kekambuhan adenoma pleomorfik
62. operasi. Laringoskop 2005; 115: 1310–1314.
63. Jaber S, Rudic M, Keogh IJ. Pleomorphic Adenoma of the External Auditory
Canal: A Rare Presentation. Case reports in otolaryngology 2015:696531.
64. Sood A, Chung S, Datiashvili RO. An Incidental Finding of Pleomorphic
Adenoma of the Minor Salivary Glands in the Skin Area of the Lower Lip.
Eplasty. 2014;14:317-321.
65. Debnath SC, Adhyapok AK. Pleomorphic adenoma (benign mixed tumour) of the
minor salivary glands of the upper lip. Journal of maxillofacial and oral surgery
2010;9(2):205-208.
66. V erma P , Sachdeva SK, V erma KG, Sachdeva K. Pleomorphic adenoma of
cheek: A rare case report and review of literature. Indian Journal of Dental
Research 2014;25(1):122 -124.
67. Sengul I, Sengul D, Aribas D. Pleomorphic adenoma of the lower lip: A rare site
of location. North American journal of medical sciences 2011;3(6):299-301.
68. Kato H, Kanematsu M, Mizuta K, Ito Y, Hirose Y. Carcinoma ex pleomorphic
adenoma of the parotid gland: radiologic-pathologic correlation with MR imaging
including diffusion-weighted imaging. American Journal of Neuroradiology
2008;29(5):865-7.
69. Binatli Ö, Yaman O, Özdemir N, Erdoğan IG. Pleomorphic adenoma of lacrimal
gland. Journal of surgical case reports 2013;10:rjt089.
70. Jahangirnezhad M, Moghadam SA, Mokhtari S, Taravati S. Different
histolopathologic features of pleomorphic adenoma in salivary glands.
International Journal of Oral and Maxillofacial Pathology 2013;4(2):7-11.
71. Khan MN, Raza SS, Zaidi SA, Hussain AK, Nadeem MD, Farid K. Pleomorphic
adenoma of minor salivary glands. Journal of Ayub Medical College Abbottabad
2016;28(3):620-2.
72. Dhillon M, Agnihotri PR, Raju SM, Lakhanpal M. Pleomorphic adenoma of the
palate: Clinicoradiological case report. J Indian Acad Oral Med Radiol
2011;23:286-8.
73. Gothwal AK, Kamath A, Pavaskav RS, Satoskar SK. Pleomorphic adenoma of the
palate: A case report. J Clin Diagn Res 2012;6:1109-11.
74. Lenka SP, Subrat KP, Santosh KS, Harshmohan P, Sujit S. Pleomorphic adenoma
of the palate-a case report. Int J Sci Res Publ 2013;3:1-3.
75. Kaur S, Thami GP, Nagarkar NM. Pleomorphic adenoma of the hard palate. J
Dermatol Venereol Leprol 2003;69:75-5.
76. Byakodi S, Charanthimath S, Hiremath S, Kashalikar JJ. Pleomorphic adenoma of
palate: A case report. Int J Dent Case Rep 2011;1:36-40.
77. Chintamaneni RL, Sujana MB, Sudhakar MR, Sai NM. Pleomorphic adenoma of
palate - A unique presentation. J Evol Med Dent Sci 2013;2:7211-4.
78. 1. Villar R, Monleón V. Adenoma pleomorfo en paladar duro. Revisión
casuística. Gaceta Dent. 2008;198: 156-163. 2. Ethunandan M, Witton R,
Hoffman G, Spedding A, Brennan P. Atypical features in pleomorphic
adenoma—a clinicopathologic study and implications for management. Int J Oral
Maxillofac Surg. 2006; 35: 608–612
79. 3. Spencer J, Mohammed I, Sumangala B. Pleomorphic Adenoma of the Palate in
Children and Adolescents: A Report of 2 Cases and Review of the Literature. Oral
Maxillofac Surg 2007; 65: 541-549. 4. Vernetta P, García F, Ramírez J, Orts M,
Morant A, Algarra J. Adenoma pleomorfo gigante de glándula salivar menor.
Extirpación a través de un abordaje transoral. Rev Esp Cir Oral Maxilofac. 2008;
30: 201-204
80. 5. Jorge J, Pires FR, Alves FA, Perez DE, Kowalski LP, Lopes MA, Almeila OP.
Juvenile intraoral pleomorphic adenoma: report of five cases and review of the
81. literature. Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2002; 31: 273–275.
6. Reiland D,
Koutlas I, Pearson A, Basi D. Metastasizing Pleomorphic Adenoma Presents
Intraorally: A Case Report and Review of the Literature. J Oral Maxillofac Surg
2012; 70: 531-540.
82. 7. González de Santiago M, Alatorre S, Moreno H, Muñoz L, Tovar C, Ávalos M,
Muñoz D, Hernández V. Tumor mixto maligno de glándulas salivales menores de
paladar. Revisión de literatura, presentación de un caso clínico. Rev Mex Cir
Bucal Maxilofac. 2012; 8: 64-72
83. 8. Carrillo E, Miranda E. Adenoma pleomorfo en labio. Rev Odontol Mex. 2012;
16: 102-104.
9. Marques KD, Andrade FR, Castro LA, Vêncio EF, Mendonça
EF, Ribeiro-Rotta RF, Silva TA, Batista AC. Slow-Growing Palatal Mass: A
Challenging Differential Diagnosis. J Oral Maxillofac Surg 2010; 68: 1884-1889,
84. 10. Barnes L, Eveson J, Reichart P, Sindransky D. World Health Organization
Classification of Tumours: Pathology and
85. Genetics of Head and Neck Tumors. Lyon: IARC Press; 2005.
11. Pires F,
Pringle G, De Almeida O, Chen S. Intra-oral minor salivary gland tumors: A
clinicopathological study of 546 cases. Oral Oncol. 2007; 43: 463-470.
86. 12. Piekarski J, Nejc D, Szymczak W, Wronski K, Jeziorski A. Results of
Extracapsular Dissection of Pleomorphic Adenoma of Parotid . J Oral Maxillofac
Surg. 2004; 62: 1198-1202.
87. 13. Marx RE. Oral and Maxillofacial Pathology: A Rationale for diagnosis and
treatment. Illinois: Quintessence Publishing; 2003.
88. 14. Pedemonte C, Basili A, Montero S. Adenoma Pleomorfo de Glándulas
Salivales Menores. Rev Dent Chile 2003; 94: 18-21. 15. Shaaban H, Bruce J,
Davenport PJ. Recurrent pleomorphic adenoma of the palate in a child. Br J Plast
Surg 2001; 54: 245-7.
89. 16. Agreda-Moreno B, Urpegui-Garcia A, Alfonso-Collado JL, López-Vásquez
A, Valles-Varela H. Adenoma Pleomorfo de paladar. ORL Aragón 2010; 13; 8-
10.
90. Laurie SA, Licitra L: Systemic therapy in the palliative management of advanced
salivary gland cancers. J Clin Oncol 2006, 24:2673-2678.
91. Olsen KD, Lewis JE: Carcinoma ex pleomorphic adenoma: a
clinicopathologicreview. HeadNeck2001,23:705-712.
92. Wahlberg P, Anderson H, Biorklund A, Moller T, Perfekt R: Carcinoma of the
parotid and submandibular glands--a study of survival in 2465 patients.
OralOncol2002,38:706-713.
93. Surakanti SG, Agulnik M: Salivary gland malignancies: the role for chemotherapy
and molecular targeted agents. Semin Oncol 2008, 35:309-319.
94. Schaller G, Fuchs I, Gonsch T, Weber J, Kleine-Tebbe A, et al.: Phase II study of
capecitabine plus trastuzumab in human epidermal growht factor receptor 2-
overexpressing metastatic breast cancer pretreated with anthracyclines or taxanes.
J Clin Onc 2007, 25:3246-3250.
95. Sugano S, Mukai K, Tsuda H, et al.: Immunohistochemical study of c- erbB-2
oncoprotein overexpression in human major salivary gland carcinoma: an
indicator of aggressiveness. Laryngoscope 1992, 102:923-927.
96. Lewis JE, Olsen KD, Sebo TJ: Carcinoma ex pleomorphic adenoma: pathologic
analysis of 73 cases. Hum Pathol 2001, 32:596-604.
97. Haddad R, Colevas AD, Krane JF, et al.: Herceptin in patients with advanced or
metastatic salivary gland carcinomas. A phase II study. Oral Oncol 2003, 39:724-
727.
98. Agulnik M, Cohen EW, Cohen RB, et al.: Phase II study of lapatinib in recurrent
or metastatic epidermal growth factor receptor and/or erbB2 expressing adenoid
cystic carcinoma and non adenoid cystic carcinoma malignant tumors of the
salivary glands. J Clin Oncol 2007, 25:3978-3984.
99. Nashed M, Casasola RJ: Biological therapy of salivary duct carcinoma. J
Laryngol Otol 2009, 123:250-252.