Anda di halaman 1dari 2

Nama : Taufiqurrihan Firdaus

NIM : 2501420149

A.Tembang Macapat
Macapat merupakan karya sastra berbentuk puisi menggunakan bahasa Jawa baru diikat
persajakan meliputi guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Pada dasarnya macapat
merupakan puisi yang terikat oleh persajakan dan mengandung nada membentuk lagu. Pola
persajakan macapat ada beberapa macam, masing masing mempunyai guru gatra, guru lagu,
guru wilangan, dan lagu sendiri.
B. Peryaratan sebelum melagukan
Tembang macapat memiliki dua unsur pokok, yakni sastra (cakepan) dan lagu. Apabila
hendak menyajikan tembang macapat, seorang harus mengerti, memahami kedua unsur itu,
baik yang menyangkut konvensi struktural dan kaidah estetik lagu sesuai kegunaan tembang.
Beberapa hal yang perlu dipahami sebagai berikut:
1. Paham laras slendro dan pelog
Dalam karawitan Jawa terdapat dua macam laras, yakni slendro dan pelog. Kedua
laras tersebut juga sering disebut sebagai tangga nada pentatonic. Laras slendro
terdapat lima nada, yakni 1(ji), 2(ro), 3 (lu), 5 (ma), dan 6 (nem). Laras pelog
terdapat tujuh nada, yakni: 1(ji), 2(ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (ma), 6 (nem), dan 7 (pi).
2. Paham ragam lagu macapat
Dalam kegiatan itu umumnya teks lagu tidak disertai notasi. Pelaguan teks macapat
mengandalkan daya ingat penembang terhadap suatu jenis lagu yang akan
ditembangkan. Untuk keperluan seperti itu, dan juga keperluan lainnya, penguasaan
terhadap jenis lagu macapat diperlukan.
3. Paham letak pernapasan
Penggunaan wilet dan pemutusan kata dilakukan secara berhati-hati agar kejelasan
makna teks tidak terganggu. Untuk itu penggunaan wilet untuk setiap wanda
ditentukan tidak lebih dari tiga nada. Di samping itu pengambilan nafas saat nembang
diusahakan tidak memutus kata.
4. Paham laya (tempo) waosan tembang macapat.
Agar pesan teks dapat disampaikan dengan jelas dan pelaguannya menarik, maka
tempo
(laya) pembacaan waosan tembang macapat dilakukan dengan tidak terlalu cepat dan
terlalu lambat
C. Teknik nembang
Teknik yang dimaksud meliputi cara yang dapat dilakukan dalam nembang macapat agar
penyajiannya berjalan sebagaimana mestinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
tujuan itu, antara lain:
1. Melakukan grambyangan
Grambyangan adalah menyuarakan urutan nada dan atau unit musikal untuk
memasuki suasana rasa patet tertentu. Grambyangan dalam konteks tembang
dilakukan untuk pengambilan ngeng agar nada yang hendak disuarakan tepat tinggi
rendahnya.
Grambyangan dilakukan sebelum penembang menyajikan tembang.
2. Membaca notasi
Kehadiran notasi dalam dunia karawitan Jawa termasuk tembang amat bermanfaat
untuk mendokumentasikan lagu atau gending karya karawitan. Selain itu kehadiran
notasi juga mempermudah proses belajar mengajar karawitan dan tembang.
3. Melagukan cakepan (teks, syair) lagu
Apabila dalam satu wanda dilagukan dengan lebih dari satu nada dalam sistem notasi
kepatihan, di bawah notasi lagu diberi tanda garis lengkung untuk menunjukkan
bahwa wanda tersebut dilagukan dengan wilet lagu sesuai nada yang diberi garis.
4. Sambungan pada kata-kata tertentu luluh
Penyambungan kata-kata tertentu pada cakepan tembang sering dilafalkan secara
luluh (menyambung) agar suara yang terucap lebih terasa indah

Anda mungkin juga menyukai