Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS INTERNAL DAN EKSTERNAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU PADA

MASA PANDEMI

PANDEMI Covid-19 yang masih mengepung dunia nampaknya belum bisa diredam. Untuk
memutuskan rantai penularan virus Corona di Riau, orang-orang diimbau untuk melakukan
social distancing dan berdiam diri di rumah, termasuk kegiatan perkuliahan yang
dilaksanakan secara online.

Sistem kuliah daring/online adalah hal baru bagi dosen terutama mahasiswa, namun
merupakan suatu keharusan agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan dalam
penyampaian pembelajaran serta memiliki jangkauan luas.

Kuliah online tidak terbatas ruang dan waktu, memungkinkan para mahasiswa untuk aktif
mencari bahan pembelajaran secara mandiri serta memberikan manfaat agar mahasiswa
bisa lebih kritis dalam melihat kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan dalam kuliah
online.

Selama perkuliahan online, mahasiswa dan dosen diminta untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar menggunakan aplikasi seperti whatsapp, googleclassroom, zoom, sikuli dan meet.
Lantas, apakah sejauh ini perkuliahan secara daring sudah berjalan efektif?

Muncul berbagai keluhan-keluhan seperti kesulitan mahasiswa yang tinggal di daerah


terpencil maka terkendala dengan akses jaringan yang sudah pasti sulit untuk mengikuti
kelas perkuliahan, belum lagi mahasiswa yang hidup dengan kondisi ekonomi pasang surut.

Tidak hanya itu, beberapa diantara mahasiswa menuntut agar kampusnya memberikan
subsidi untuk membeli kuota internet. Walaupun pada akhirnya kampus memberikan kuota
subsidi tetap saja belum cukup karena hanya diberikan sekali, namun kuliah online akan
dilaksanakan hingga akhir semester genap.

Sampai sejauh ini perkuliahan daring dinilai hanya sebatas pemberian tugas secara online
dan dengan sedikitnya transformasi ilmu yang terjadi antara mahasiswa dan dosen.

Berangkat dari kasus ini, penulis mencoba membuat manajemen strategi Analisis Internal
dan Analisis Eksternal Universitas Muhammadiyah Riau Pada Masa Pandemi dengan
menerapkan teori RBV dan SWOT untuk Analisis Internal serta Porter's Five Forces untuk
Analisis Eksternal.

A. Analisis Internal
a) Teori RBV (Resources Based View)
Resources diklasifikasikan ke dalam tiga kategori:
1. Tangible assset (sumber daya berwujud),
2. Intangible asset (sumbr daya tidak berwujud) dan
3. Kemampuan organisasi (organizational capability)

Dalam menghadapi pandemi ini, Universitas Muhammadiyah Riau sebaiknya


membuat analisis RBV untuk manajemen stategi kuliah sistem online /
daring. Adapun analisis RBV nya sebagai berikut :
1. Tangible asset
Universitas Muhammadiyah Riau seharus nya menyediakan sumber
daya berwujud untuk menghadapi kuliah online pada masa pandemi
ini. Seperti akses internet yang memadai untuk para mahasiswa dan
dosen sebagai pengguna layanan online.
Menyediakan tempat akses di kampus yang free (wifi) dengan
jaringan yang kuat sehingga mahasiswa dan dosen tidak perlu
mencari ke tempat lain seperti kafe - kafe.
2. Intangible Asset
Untuk sumber daya tidak berwujud. Universitas Muhammadiyah Riau
menyediakan service center untuk gangguan jaringan, cara akses
situs untuk kuliah daring dll. Untuk itu UMRI memiliki sumber daya
manusia yang berkompetensi di bidang IT.
3. Kemampuan Organisasi
Universitas Muhammadiyah Riau bisa memiliki kemampuan untuk
menyediakan akses - akses yang dibutuhkan dalam menjalankan
Kuliah online / Daring. Karena bisa kita lihat. Para Dosen dan
karyawan UMRI umum nya adalah berusia di bawah 50 tahun.
Sehingga pemikiran mereka lebih berwawasan ke depan dan melek
teknologi.
Potensi UMRI dalam menjalankan aktivitas kuliah online tidak akan
sulit karena memiliki Dosen dan karyawan yang cakap dalam
teknologi.
Sehingga nantinya Umri bisa menjadi kampus yang mengutamakan
mutu pembelajaran di dalam situasi apapun, yang sangat berorientasi
internasional, mendorong terjadinya inovasi atau sangat agresif dalam
bersaing di dunia pendidikan.

b) Teori SWOT
Untuk memperjelas posisi Universitas Muhammadiyah Riau serta peran dan
fungsi teknologi informasi salah satunya bisa memanfaatkan analisis SWOT
yang akan dilihat antara menggunakan kekuatan, mengatasi kelemahan,
memanfaatkan peluang serta menghindari ancaman yang ada.

Strenght/kekuatan: mahasiswa lebih aktif mencari materi, menambah


keterampilan mengenai internet dengan menggunakan berbagai macam
aplikasi penunjang, melatih mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab,
kreatif, dan juga mandiri.

Weakness/kelemahan: memerlukan biaya yang mahal karena harus membeli


kuota, sangat tergantung pada jaringan internet, banyaknya tugas sedangkan
fasilitas rendah.

Opportunity/kesempatan: Mahasiswa dan Dosen dapat mengatur jam


perkuliahan menjadi lebih fleksibel (kapan dan dimana saja), untuk
menghemat biaya bisa pergi ke tempat wifi, serta dapat meningkatkan
wawasan berpikir mahasiswa untuk mendalami lebih giat lagi materi yang
sudah diberikan oleh Dosen.

Treat/ancaman: Sinyal dan jaringan internet bagi mahasiswa kerapkali


menghambat koneksi untuk bergabung ke ruang kelas, apabila kuliah online
menggunakan wifi jika banyak yang menggunakannya maka jaringan internet
sudah pasti jelek. Keterlambatan menjadi lumrah karena mahasiswa
membutuhkan waktu untuk tersambung ke internet.

Kuliah daring memang tidak sesempurna perkuliahan di kelas secara


langsung. Pelaksanaannya memerlukan kombinasi yang baik antara fasilitas
yang digunakan serta kemampuan dari sumber daya manusianya.
Kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi saat ini penting untuk
diperhatikan.

Penerapan SWOT Dalam Kuliah Online dapat dilakukan pengembangan


strategi secara alternative. Dengan melihat kondisi kuliah online sekarang,
penulis menyarankan sekaligus menawarkan solusi agar mahasiswa mampu
menentukan strategi ke depan tentang apa yang perlu diperhatikan dan
diwaspadai.

Strategi Kekuatan Dan Peluang (SO),maksudnya harus bisa menentukan


strategi berdasarkan kombinasi keduanya. Jika mahasiswa fasih dalam
penggunaan internet, maka harus dimanfaatkan agar bisa mengambil
kesempatan untuk meningkatkan wawasan berpikir kritis dengan cara
mencari bahan dan mendalaminya. Lalu Strategi Kelemahan Dan Peluang
(WO),maksudnya jika mahasiswa tidak mampu membeli kuota internet
karena biayanya mahal, maka bisa memanfaatkan kesempatan yang ada
seperti ketempat wifi agar tetap bisa mengikuti perkuliahan.

Kemudian untuk Strategi Kekuatan Dan Ancaman (ST), maksudnya


mahasiswa harus siap siaga dan lebih aktif mengumpulkan materi-materi
yang diperlukan terlebih dahulu jikalau nantinya sinyal atau jaringan internet
buruk.

Terakhir Strategi Kelemahan Dan Ancaman (WT), mahasiswa harus mampu


meminimalkan kelemahan seperti jangan terlalu bergantung pada jaringan
internet di tempat wifi, jika penggunanya banyak maka bisa saja jaringan
akan buruk.

Dengan adanya kuliah online mahasiswa mampu meningkatkan skill dengan


meng-uptodate materi perkuliahan, mempertahankan dan memperbaiki
kualitas dengan research dan development, mempertahankan citra dengan
cara meningkatkan kualitas skill mahasiswa. Dengan menggunakan analisis
SWOT mahasiswa akan mampu memecahkan setiap persoalan dan masalah
yang sering menjadi penghambat dalam proses perkuliah agar proses belajar
dengan sistem online dapat berjalan dengan baik.
B. Analisis Eksternal
a) Teori Porter's Five Forces
1. Threat of new entrants (Hambatan bagi Pendatang Baru)
Dari strategi kompetitif ini, UMRI harus memiliki sasaran, peluang dan sumber
daya yang dapat menunjang posisi kampus dalam persaingan di masa pandemi
ini. Universitas harus mampu menggunakan kekuatan-kekuatan tersebut untuk
meraih keuntungan dan keunggulan. Keseriusan dari ancaman pendatang baru
yang potensial tergantung dari dua faktor, rintangan untuk masuk dan reaksi dari
universitas yang lebih dahulu kepada pendatangnya. Ada beberapa jenis dari
rintangan saat pendatang baru masuk; dari segi ekonomi, biaya dan sumber
daya, pengalaman, ketidakmampuan pendatang baru dalam menggunakan
teknologi, preferensi brand tertentu dan kesetiaan pelanggan, besarnya modal
yang dibutuhkan, kerjasama dengan para distributor yang minim, peraturan
kebijaksanaan, dan pembatasan tarif.
Hambatan Masuk bagi pendatang baru :
● Kebutuhan Modal: Ancaman Sedang
● Tingkat Loyalitas Pelanggan: Ancaman Sedang
● Akses Ke Jalur Distribusi: Ancaman Rendah
● Kebijakan Pemerintah: Ancaman Sedang

2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)


Tekanan persaingan dari pihak penyedia kuat atau lemah tergantung dari apakah
penyedia dapat melaksanakan kekuatan tawar menawar yang cukup
mempengaruhi hubungan dan kondisi untuk menyediakan barang yang diminati,
dan dapat memperluas kolaborasi penyedia-penjual dalam industri tersebut.
Kegiatan pemasaran yang menarik dan bagus akan menarik minat konsumen
(masyarakat) tertarik melanjutkan sekolah nya ketingkat universitas di
Universitas Muhammadiyah Riau. Kekuatan tawar menawar (promosi) terletak
pada strategi kompetitif yang dirancang dengan brilian.
● Tingkat dominasi pemasok : Kekuatan Pemasok Rendah
● Kekuatan tawar pemasok : Kekuatan Pemasok Rendah
● Alternatif Pemasok : Kekuatan Penawaran Pemasok Rendah
● Switching Cost: Kekuatan Penawaran Pemasok Rendah

3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)


Tekanan persaingan dari pihak pembeli kuat ketika pembeli (masyarakat)
mampu melaksanakan pembelian dan meningkatkan kekuatan tawar menawar
melebihi harga, kualitas, service atau atribut lainnya dalam penjualan tersebut.
Para pembeli yang kuat akan memaksa agar harga turun atau menuntut lebih
banyak nilai dalam produk, sehingga mereka dapat menangkap lebih banyak nilai
bagi diri mereka sendiri. Di dalam prakteknya, setiap kegiatan pemasaran
pendidikan atau lebih tepatnya pada saat PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru)
masyarakat memiliki andil penting dalam (membeli) memilih UMRI sebagai
tempatnya melanjutkan sekolahnya. Mereka akan memikirkan, memilih dan
melihat berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk kuliahnya di masa
pandemi ini. Apakah biaya yang dikeluarkan pantas terhadap jasa pendidikan
yang akan diterimanya? menyesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan melihat
kampus lain yang memiliki kelebihan lain dan biaya yang lebih murah.
● Tingkat Dominasi Pembeli: Kekuatan Tawar menawar Pembeli Tinggi
● Switching Cost pembeli : Rendah (Karena untuk beralih dari 1 merek ke
merek lain tidak membutuhkan pengorbanan yang besar)

4. Threat of substitutes (Hambatan bagi Produk Pengganti)


Ancaman dari barang pengganti kuat ketika barang pengganti sudah siap
tersedia dan memiliki harga yang menarik dan relatif lebih rendah dari barang
yang sudah ada dan terjangkau oleh pelanggan, pelanggan merasa barang
pengganti tersebut dapat dibandingkan atau memiliki karakteristik yang lebih
baik, dan
biaya yang dikeluarkan untuk produk pengganti tersebut murah. Dalam
persaingan universitas pada masa pandemi ini, ancaman yang sering muncul
adalah kampus lain atau pesaing terdekat yang memiliki program
unggulan yang dapat menggantikan program yang telah ada di kampus. Baik itu
berupa program kuliah online free, kelas tatap muka dengan jumlah mahasiswa
yang di batasi dan kelas khusus di luar kampus yang bisa di adakan di mana saja
dengan menggunakan protokol kesehatan yang berstandar, program paket
internet gratis selama masa pandemi dengan akses sepuasnya.
● Tingkat Kebutuhan Terhadap Produk Pengganti: Ancaman Sedang
● Kemudahan dalam mendapatkan produk Pengganti: Ancaman Tinggi

5. Rivalry among existing competitors (Tingkat Persaingan dengan Kompetitor)


Dalam intensitas persaingan yang terjadi dalam lembaga pendidikan tersebut,
strategi yang terbaik dari sebuah universitas tergantung pada kemampuan
kompetitif dan strategi yang dimiliki oleh kampus kompetitor. Seperti keadaan
saling tergantung berati dimanapun sebuah kampus membuat strateginya untuk
dapat
dilaksanakan, kampus kompetitor sering membuat langkah pembalasan dengan
cara membuat benteng pertahanan ataupun penyerangan baliknya. Intensitas
persaingan antar kampus merupakan fungsi dari beberapa faktor, di antaranya :
a) Ada beberapa pesaing yang seimbang
b) Pertumbuhan kampus yang lambat
c) Pertambahan kapasitas yang tinggi
d) Pesaing yang berbeda – beda

● Jumlah Pesaing: Persaingan Tinggi


● Peningkatan jumlah pesaing: Persaingan Tinggi
● Biaya Produksi: Persaingan Sedang

Dapat disimpulkan dari analisis Five Forces diatas, persaingan dalam bisnis pendidikan
di tingkat Universitas pada masa pandemi ini cukup tinggi. Maka dari itu kita
membutuhkan strategi yang agresif dibandingkan dengan kompetitor, karena pelanggan
(masyarakat) menginginkan kampus yang tidak membuat mereka berat untuk
memikirkan biaya selanjutnya.

Strategi yang dipilih berdasarkan analisis ini adalah melakukan pembentukan brand
image yang mudah dikenal oleh calon pelanggan (mahasiwa), kemudian melakukan
promosi pada setiap pembelian produk (prodi - prodi) dengan paket akses internet dan
kelas sesuai prokes yang menunjang selama pandemi. Promosi ini merupakan hal
penting karena di masa pandemi ini menjadi sesuatu hal rumit untuk melaksanakan
proses belajar mengajar.

Strategi selanjutnya adalah melakukan diferensiasi produk agar pelanggan (mahasiswa)


mendapatkan pilihan prodi yang sesuai dengan kemampuan dirinya baik pada saat
masa pandemi maupun ketika pandemi telah berakhir.

Anda mungkin juga menyukai