Seorang wanita berusia 33 tahun datang ke dokter dengan keluhan utama rasa
terbakar di dada. Gejalanya terjadi sejak setahun lalu, semakin parah dalam dua
bulan terakhir. Pasien menggambarkan sensasi terbakar di belakang tulang dada
yang menjalar ke lehernya. Sakit maag kadang membangunkannya dari tidurnya di
malam hari, terutama setelah makan berat di malam hari. Dia jarang mengalami
rasa asam atau pahit di mulut. Dia menyangkal disfagia, odynophagia, nyeri dada,
rasa kenyang dini, nyeri atau ketidaknyamanan epigastrium, kembung, mual,
muntah dan perdarahan gastrointestinal. Nafsu makannya bagus, dan berat
badannya tidak turun. Dia menganggap ada hubungan antara rasa terbakar di dada
dan kehidupannya yang penuh tekanan. Dia menyangkal merokok atau minum
alkohol. Namun, dia sesekali mengaku makan malam pada jamuan bisnisnya.
Pemeriksaan fisik menunjukkan: tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, denyut
jantung 84x / menit, frekuensi pernafasan 20x / menit, suhu 36,7 0C. Pemeriksaan
dada dan perut masih dalam batas normal. Pemeriksaan fisik lainnya biasa-biasa
saja kecuali untuk obesitas borderline. Pasien awalnya diperiksa oleh dokter
perawatan primernya 6 bulan lalu, yang menyarankan agar dia menjalani
modifikasi gaya hidup, berusaha menurunkan berat badan, dan mengurangi jadwal
kerja yang sibuk. Dia juga mulai diberikan dengan antagonis reseptor H2 (H2RA),
Ranitidine 150 mg dua kali sehari. Pasien menyatakan bahwa dia tidak merasakan
perbaikan pada gejalanya meskipun sudah 2 bulan terapi dengan H2RA. Selain itu,
dia tidak dapat menurunkan berat badan atau mengubah jadwal kerjanya. Tiga
bulan lalu, dia mulai menggunakan proton pump inhibitor (PPI), Omeprazole 20
mg, satu kali sehari setengah jam sebelum sarapan. Dia menyatakan bahwa PPI
tampak membantunya selama 2 minggu pertama, tetapi gejala kambuh, meskipun
gejalanya lebih ringan. Dia telah melengkapi PPI-nya sekali sehari dengan antasida,
H2RA yang dijual bebas, dan kadang-kadang dengan menambahkan PPI lain
sebelum waktu tidur. Dokter menyarankan untuk menjalani gastro esofago
duodenoskopi.
Pathway
Obat-obatan,
Hernia Heatus Pengosongan Obesitas
Hormonal, Pendeknya
lambung lambat,
LES, Infeksi H. Pylori
dilatasi lambung
dan korpus pedominas
gastritis
Bagian dari lambung Tekanan intra
atas yang terhubung Transient LES
abdomen meningkat
dengan esophagus akan Relaxtion
Kekuatan lower mendorong ke atas
Esophagheal Sphincter melalui diafragma
(LES) menurun
Penurunan Tekanan
penghambat refluks
Trauma mukosa
esofagus Defisit Nutrisi
Ganguan
Rupture pembuluh
peristaltik pada
darah
esofagus
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi dan Histopatologi
Endoskopi saluran gastrointestinal atas dan pemeriksaan histopatologi merupakan
pemeriksaan baku emas untuk GERD dengan komplikasi. Histopatologi juga dapat
menunjukkan metaplasia, displasia, atau malignansi. Pemeriksaan dengan endoskopi
pemerilsaan invasive Pemeriksaan hanya dilakukan pasien gejala bahaya/alarm symptoms.
[4,6,14]
Pemantauan pH (pH-Metri)
Pemantauan/monitoring pH adalah salah satu metode diagnostik GERD yang paling baik dan
cukup sederhana. Pemeriksaan ini merupakan salah satu pemeriksaan yang disarankan dalam
konsensus nasional di Indonesia, terutama pada pasien dengan memiliki gejala
ekstraesofageal sebelum terapi PPI atau pasien yang gagal terapi PPI. Pengukuran pH dapat
dilakukan dalam 24 jam atau 48 jam (bila tersedia) dengan atau tanpa terapi supresi asam
lambung. Konsensus Lyon tahun 2018 merekomendasikan untuk melakukan pH metri tanpa
terapi PPI terutama pada pasien-pasien yang belum pernah didiagnosis GERD sebelumnya.
Apabila pasien sudah pernah terbukti GERD atau memiliki komplikasi dari GERD, pH-metri
dilakukan dengan dosis PPI 2x lebih banyak. Pasien-pasien dengan GERD akan
menunjukkan perbaikan pH bila diberikan terapi PPI
Manometri Esofagus (Studi Motilitas Esofagus) Manometri berguna untuk mengevaluasi
gangguan motor seperti akalasia, spasme esofagus 2315 yang difus, akan tetapi kurang
berguna untuk menilai GER karena adanya overlapping tekanan LES yang rendah pada
penderita dengan dan tanpa refluks. Pada penderita dengan tekanan LES yang sangat rendah
(< 6 mmHg) lebih mudah untuk mengalami esofagitis.
Esofagografi Barium (Upper Gastrointestinal Series)
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan adanya abnormalitas anatomik, mendeteksi esofagitis,
ulkus peptikum, striktur dan hernia hiatus serta memberikan informasi fungsi menelan .
Karena pemeriksaan ini tidak spesifik dan tidak sensitif untuk GER maka hasil yang normal
tidak menyingkirkan adanya GER
Pengkajian Gordon
I. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Jenis Kelamin : Perempuan
No. Register :0
Diagnosa Medis :-
II. Status Kesehatan