Anda di halaman 1dari 4

Public Speaking : Kemampuan Penyokong Utama Manusia Sebagai Mahluk Sosial

A. Pemahaman Public Speaking


Tidak dapat kita pungkiri lagi jika public speaking sudah menjadi suatu skill yang banyak dibutuhkan
pada masa pengembangan dan pembangunan era digital. Berbicara depan publik memang menjadi kemampuan
yang menunjang bagaimana kapasitas dan kualitas diri kita atas ilmu yang kita miliki, terbukti kemampuan
public speaking memang dapat memberikan nilai-nilai tambah terhadap setiap individu yang melatih dan
memahami ilmu tersebut.

Mungkin public speaking terlihat mudah untuk dilakulan, layaknya berbicara dengan teman atau keluarga
menjadi pemikiran awal mengenai public speaking itu sendiri. Padahal kemampuan ini tidak bisa di samakan
dengan bagaimana kita berbincang biasa. Kemampuan ini bukanlah kemampuan yang bisa disepelekan, ada
beberapa ketentuan dari kenapa public soeaking dapat dikatakan ilnu yang penting, ada pula aspek penting di
dalam public speaking yang menimbulkan esensi menarik kepada setiap manusia yang memabaminya, tentunya
juga beberapa teknik-teknik yang menopang diri kita dalam mematenkan ilmu public speaking.

Menurut saya pribadi, public speaking juga merupakan salah satu kemampuan yang dapat membuat kita
menemukan jati diri kita. Dengan public speaking kita dapat mengetahui karakter diri kita, bagaimana sikap kita
di depan banyak orang, bagaimana suasanya berbicara yangmembuat kita nyaman, karakteristik khalayak yang
ingin kita tuju, dan berbagai macam hal lainnya yang memberikan kita bantuan untuk menemukan panggung
manakah layaknya kita berdiri.

Saya sendiri sudah menemukan style sendiri dalam membawakan suatu acara atau menjadi seorang
pembawa acara, khalayak yang saya rasa cocok menjadi tumpuan saya, lalu apa topik yang bisa saya kuasai dan
maksimalkan. Inilah yang menjadi keunggulan utama karena saya sudah memahami diri saya sendiri dan
karakter khas yang saya punya saat berada di panggung, itu juga menjadi daya tarik utama dalam menyokong
para peserta di dalam acara sehingga mereka ikut terhanyun di dalam acar yang kita bawakan. Lalu bagaimana
langkah sederhana yang saya lakukan untuk menmukan “Style apa sih yang paling cocok aku bawakan saat
diatas panggung?. Maka dari itu, hal ini akan saya bahas pada pemabahasan berikutinya yang akan meliputi
pula beberapa pengalaman saya dalam public speaking.
B. Pengalamn Adalah Emas Kehidupan
Menjadi seorang yang memiliki kualitas dalam diri bukan berarti tidak luput dari kegagalan, pasang-surut
kehipan tentunya selalu hadir bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Mau sejauh apapun kita berlari dan
bersembunyi, kegagalan pasti tidak akan pernah musnah, sudah menjadi byanag-bayang dalam kehidupan.
Namun dari pahitnya kegagalan, munculah manis-manisnya keberhasilan. Tanpa disadari pula ada kenaikan
kapasitas dalam diri kita yang terkadang tidak kita sadari namun ternyata kita sudah menjadi pribadi yang sekuat
dan sejauh itu.

Segala jernih payah yang telah kita lakukan akan menjadi suatu cerita yang kita ukir dalam kehidupan kita,
menjadi pengalaman yang memulai satu langkah kesuksesan yang ingin kita raih. Maka dari itu, pengalaman
adalah salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi perkembangan diri kita.

(Beberapa pengalaman menjadi pemamandu suatu webinar dan rapat organisasi)

“Lalu bagaimana dengan pengalaman yang kamu lalui dari salah satu kemampuan yang kamu miliki?”

Tentu ada, salah satu pengalaman dari kemampuan yang saya ras acukup saya kuasai yaitu Public
Speaking. Namun, saya akan memulai menceritakan awal mula saya terjun menjadi seorang pembicara. Saya
akan mencoba menuangkan perjalanan yang pada awalnya saya tidak menyadari jika bakat ini lahir mengalir
dalam hidup dan dapat saya kembangkan bahkan menjadi pekerjaan yang kelak akan saya dalami.

Sedari saya masih Play Group dan TK (Taman Kanak-kanak), kepribadian saya memang sudah menonjol
di banding beberapa anak lainnya karena saya dikenal sebagai seorang anak yang cukup nakal. Sederhananya,
orang-orang mengikat saya dengan mudah karena sifat aktif saya yang memang senang sekali menggagu anak
kecil lain, senang sekali berbicara, dan bermain. Mungkin di umur-umur tersebut, masih banyak akan kecil yang
malu-malu untuk bertemu orang dan lepas dari orang tuanya, walau banyak pula anak yang memiliki karakter
seperti saya. Semenjak itu pula Ibu saya sepertinya sudah menyadari jika saya anak yang aktif dan menyukai
kegiatan. Di umur-umur 4 dan 5 tahun, saya ingat sekali ketika saya diminta untuk bercerita di depan keluarga
ayah saya, dongeng kancil yang saat itu saya bawakan dan menjadi suatu hal yang terus menerus saya lakukan
saat keluarga besar saya sedang berkumpul. Kedua orang tua saya tidak pernah melarang atau mengatur
Tindakan yang perlu saya lakukan setiap kali saya berada di depan keluarga saya dan menceritakan berbagai
macam dongeng yang saya ketahui dari guru saya di TK. Bahkan tidak berhenti bercerita di depan keluarga,
terkadang saya juga senang jika diminta untuk bercerita di depan teman-teman Tk saya.

Lanjut pada pengalaman di SD, bangku SD yang menjadi pembangunan keilmuan mengenai public
speaking agar lebih terarah, buka maksud hati menggap pengalaman semasa sekolah dasar tidaklah penting, akan
tetapi pada masa sekolah dasar saya hanya mengisi landasa-landasan paling awal dalam berbicara depan publik,
seperti membaca puisi, berpidato, menjadi mc saat upacara, membawakan janji siswa, dan berbagai pengalaman
lainnya. Berbagai tata cara yang baik saya dapati di masa-masa tersebut, termaksud bagaimana ilmu mengenai
intonasi suara dan gestur.

Masuk ke masa SMP dimana saya berusaha menemukan karakter saya dalam menjadi seorang pembicara.
Berawal dari kegiatan siaraman rohani yang meminta setiap kelas memberikan satu orang perwakilan untuk
memberikan kultum (Cara berdakwah dalam ajaran Islam) di depan tiga angkatan. Saat itu saya masih duduk di
bangku kelas 1 SMP, satu kelas kebingungan mencari-cari siapa yang akan mewakili kelas untuk menjadi
pembawa kultum. Dengan keyakina penuh, saya mencoba mengajukan diri menjadi seorang pembawa kultum
mewakili kelas, naska kultum saya persiapakan, latihan membawakannya pun juga saya lakukan dua hari
sebelum kultum akan di adakan. Sampailah pada hari untuk membawakan kultum tersebut, beberapa menit
sebelum saya membawakan kultum, saya mencoba santai, dibenak saya terpikirkan, “Anggep saja semua
penonton itu adalah teman dekatmu, sehingga saat berada di panggung kamu sedang berbincang biasa layaknya
kamu ngobrol dengan mereka.”. Hingga waktu menaiki panggung pun tiba, tidak lupa tepat saat saya sudah di
atas panggung, tangan saya sudah menggenggam erat mic yang diberikan oleh panitia, kepala saya menunduk
untuk beberapa detik mengucapkan kalimat bismillah sebagai bentuk terakhir saya mempastrahkan diri atas
apapun yang terjadi nanti saat saya membawakan kultum.

Saya sadar sepenuhnya, naik ke atas panggung itu bagaikan candu, saya seperti tidak mau meninggalkan
panggung dan satu pertanyaan muncul dalam pikiran saya, “Mengapa waktunya terlalu sebentar?” tepat saat
pertanyaan tersebut berada dibenak saya, saya sadar juga banyak tepuk tangan yang diberikan kepada saya,
bukan maksud menyombongkan diri namun ada rasa puas yang mengukir senyum di wajah saat sesaat turun dari
panggung. Sampai salah seorang panitia acara menghampir saya dan berkata, “Raisha kalua minggu besok jadi
MC mau gak?” ditambah dengan guru saya yang setelah itu berkata, “Kamu pasti udah punya banyak
pengalaman ya dalam berbicara di depan umum.” Tepat saat itulah saya menyadari salah satu hal yang saya
rasa merupakan bakat yang tidak boleh saya acuhkan.

Saat saya maju membawakan kultum, saya mebawakan layaknya saya bercerita dengan teman saya,
Teknik-teknik vocal dan gestur yang saya pelajari di sekolah dasar juga saya masukan namun saya tambah
dengan karakter diri saya yang santai dan bersemangat untuk menimbulkan ciri khas pada diri saya. Sehingga
Ketika para penonton tau bagaimana karakter saya membawakan acara, mereka pun dapat tertarik jikalau merasa
ada acara berikutnya yang dapat cocok dengan pembawaan saya.

Namun pengalaman tersebut tidak selalu berjalan mulus, ada pula beberapa pengalaman saya mengenai
kegagalan yang saya terima di atas panggung. Tepat saat saya alami saat menjadi seorang MC di acara
pembukaan Bazaar Rmadhan dari angkatan SMP saya, saat itu kami (Saya dan salah seorang rekan MC saya)
mengalami kesalahan penyebutan nama pemilik Yayasan sekolah, rekan saya panik dan menggunakan sikutnya
untuk memukul-mukul tangan saya sambal terus berbicara. Fatal sekali saat itu, salah penyebutan sampai rasa
panik yang tidak dapat kami tutupi. Tetapi apa yang sudah terjadi hanya menjadi cerita pahit awal mula
perjalanan saya sebagai seorang pembawa acara, kedepannya saya pun memahami kesalahan fatal akibat
kurangnya bonding antara rekan kerja, kurangnya persiapan, minimnya research, dan berbagai factor lainnya
yang menyebabkan hal-hal kurang baik terjadi di panggung. Semenjak itu pula, saya mecoba untuk lebih
mematangkan setiap persiapan saya dalam mebawakan beberapa acara ataupun kegiatan di atas panggung karena
apapun kejadian pahit yang saya lalui, saya tidak akan pernah berhenti berada mencoba dan mempelajarinya
kembali.

Nama : Raisha Thahira


Kelompok : 1 (Satu)

Anda mungkin juga menyukai