Anda di halaman 1dari 1

Judul : Antara dia dengan Public Speaking

(diangkat dari kisah nyata dengan sedikit bumbu drama)

Kisah ini benar-benar terjadi padaku saat aku masih duduk di kelas 1 SMA, saat itu aku masih malu-
malu kucing , belum mengerti dan berani mengungkapkan opini, perkataan dan lain sebagainya. Tak
hanya itu cinta ku pada seseorang yang aku idamkan tak luput dari penyesalan perihal diri ini yang
tak bisa mengungkapkan.

Untuk sekedar berpapasan pun bergetar tubuh ini, apalagi menjadi seorang public speakir yang di
depan banyak orang, apakah mungkin?

Public speaking adalah mustahil menurut diriku saat itu. Terlalu nyaman berada di kesunyian
lingkungan sekolah ku yang dulu merasa diriku sangat tertekan ketika aku berhadapa dengan public
& speaking.

Di tingkatan sekolah ku yang menginjak dewasa. Aku pun memutuskan untuk berani berbicara.
Setiap mata pelajaran saya rutin bertanya. Tetapi aku masih tak sanggup untuk berbicara
dengannya.

Mendengar hatiku ku yang tertuju padanya setengah mati. Akhirnya rasa maluku melunak untuk
mulai berbicara dengan dirinya. Keluar satu kalimat pembukaa “hai apakabar” di tengah lalu lalang
siswa di lorong kelas sekolahku.

Percakapan kami mulai sering terlontar seusai sapaan tersebut. Hingga akhirnya aku mengetahui
bahwa dia merupakan wanita yang aktif. Bagaikan langit dan bumi, pikiran ku terburai kelimpungan
untuk menyelalaraskan diriku dengan dirinya.

Syukurlah dirinya tidak menuntut aku untuk menjadi seperti dia. Bebagai kisah sudah kami lewati
sehingga kami mulai merangkai komitmen. Namun baru menginjak beberapa bulan entah badai apa
yang sudah kita lewati. Perahu kita berdua pecah di tengah perjalanan sehingga kita harus terpisah.

Setelah kejadian itu jiwa dan fisik saya terluka. Terdampar di sebuah pulau dengan kehampaan tak
tahu kemana arah pulang. Rintangan di depan lebih berat dilalui hati pun berbisik “sudahlah anak
tinggalkan saja perahu itu mari buat rakit bersamaku, pulang lah nak, kemana dirimu merasakan apa
itu indahnya sebuah dunia”.

Setelah itu tekadku terkumpul untuk menjadi diri yang lebih baik. Aku mulai mencari sebuah
kebahagiaan dalam hidup sehingga akhirnya aku terdampar di sebuah dunia yang baru dimana dunia
tersebut membuat saya berani untuk berbicara. Aku berkenalan dengan berbagai macam orang yang
membuat hidupku berwarna.

Akupun mulai di percaya di lingkungan tersebut untuk mnjadi mc di sebuah acara anak anak. Aku
yang tadinya pemalu menjadi berani disebabkan oleh dorongan hati.

Menjadi mc di sebuah acara anak-anak bukanlah hal yang mudah untuk aku yang baru memulai.
Perasaan diriku terhadap dirinya yang dulu oernah terjadi. Terjadi pula pada saat aku membawakan
acara di sebuah kegiatan anak kecil tersebut.

Syukurlah tidak banyak kendala untuk pengalaman pertama saya menjadi seorang mc. Dari
pengalaman tersebut. Aku semakin tertarik terhadap public sepaking. Namun ada perasaan yang
masih janggal dalam hidup ini. Perasaan itu seperti ada bayangan antara dia dengan public speaking.
Gelisah untuk memulai, takut tidak sesuai harapan, grogi menjadi salah satu kenapa sampai saat ini
dia dan public speaking menjadi ruang berbeda dalam hidup.

Anda mungkin juga menyukai