Anda di halaman 1dari 15

FIS 40 (1) (2013)

FORUM ILMU SOSIAL


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS JURNAL
FORUM ILMU SOSIAL

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN


KONSERVASI NILAI-NILAI SOSIAL

Maman Rachman*
Universitas Negeri Semarang, Semarang, Jawa Tengah Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel Pengembangan pembangunan bangsa dan karakter telah menjadi komitmen
Diterima Mei 2013 para pendiri Indonesia sejak berdiri tanah air. Mengingat Pancasila adalah
Disetujui Juni 2013 dasar dan bangsa, Pancasila merupakan acuan dasar untuk membangun
Dipublikasikan Juni 2013 bangsa karakter. Dalam perjalanan ini, upaya akan pasang. Oleh karena itu,
karakter pendidikan nilai-nilai sosial konservasi berpikiran sangat penting.
Keywords: Karakter terbentuk karena tindakan berulang-ulang sehingga menjadi
character education, kebiasaan yang internalisasi dalam kehidupan manusia. Konservasi memiliki
conservation’s social values, makna pelestarian, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan rehabilitasi nilai
community life tidak hanya secara fisik tapi juga sosial. Nilai-nilai sosial konservasi
merupakan upaya untuk melestarikan, melindungi, dan menolak untuk
menerima satu set nilai yang dianut masyarakat dari apa yang merupakan
baik dan buruk. Nilai sosial dapat diidentifikasi dengan mengamati dan nilai-
nilai sosial yang didasarkan pada karakteristik seperti interaksi sosial,
transformasi, proses pembelajaran, pemenuhan, keragaman, penerimaan,
influensa dan asumsi. Nilai-nilai sosial belajar akan sangat menguntungkan
jika nilai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Abstract
Nation-building and character development has been became the
commitment of the founding fathers of Indonesia since homeland standing.
Given the Pancasila philosophy is basic and the nation, the Pancasila is
the basic reference for building a nation of character. In this journey, the
effort going tides. Therefore, the educational character of the conservation-
minded social values are very important. Character is formed due to the
repetitive actions that it becomes a habit that internalization in man’s
life. Conservation has meaning preservation, restoration, reconstruction,
adaptation and rehabilitation of not only physical but also social values.
Conservation social values is an effort to preserve, conserve, and refused
to accept a set of values embraced the community of what constitutes
good and bad. Social value can be identified by observing and social
values based on characteristics such as social interaction, transformation,
the process of learning, fulfillment, diversity, acceptance, influencet and
assumptions. Studying social values would be very beneficial if the value
is applied in everyday life.
2013 Universitas Negeri Semarang
* Alamat korespondensi
Jurusan PKn, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang
email: marachman102@yahoo.com

Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 1


PENDAHULUAN sendiri, seperti dengan menegakkan semangat
Seminar Nasional “Pembangunan Berbasis berdikari dalam membangun sistem produksi
Nilai-nilai Sosial-Budaya” Tahun 2004 dalam negeri. Hal ini menjadi penanda bahwa
menghasilkan rekomendasi antara lain bahwa Pancasila yang mengandung makna ideologi,
pembangunan bangsa ke depan perlu dikaitkan memuat cita-cita, dan t ujuan telah
langsung denganpengembangan nilai-nilaisosial- diimplementasikan dalam kehidupan
budaya dasar yang bisa menjadikan Indonesia bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
sebagai bangsa besar di abad 21 (Pranadji, Kini, dalam perjalanan dekade berikutnya
2004). Rekomendasi itu, mengingatkan bangsa Pancasila sebagaiideologinasional, acuan nation
Indonesia terhadap prioritas pembangunan yang and character building, meredup. Karakter
dikumandangkan oleh pendiri (the founding Pancasila kehilangan roh sejatinya apalagi
fathers) Negara Kesatuan Republik Indonesia ditunjang oleh arus teknologi, informasi, dan
yaitu nation and character building – komunikasi terbuka yang vulgar tanpa batas tak
pembangunan bangsa dan pembangunan terkendali. Tanda-tanda meredupnya nilai-nilai
karakter. Mengingat Pancasila sebagai falsafah Pancasila dapat terlihat sepert i pada
bangsa dan dasar negara, maka Pancasila meningkatnya kekerasan di kalangan remaja,
merupakan acuan dasar pembangunan bangsa penggunaan bahasa dan kata-kata yang
dan karakter bangsa. Dengan demikian, memburuk, pengaruh peer group yang kuat
Pancasila diidealkan menjadi basis bagi dalam tindak kekerasan, meningkatnya perilaku
pembangunan bangsa dan negara yang merdeka, merusak diri, makin kaburnya pedoman moral
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. baik dan buruk, menurunnya etos kerja, semakin
Berdasarkan pengalaman NKRI, pada dua rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan
dekade setelah merdeka, bangsa Indonesia guru, rendahnya rasatanggung jawab individu dan
dikenal memiliki nilai-nilai dan semangat warga negara, membudayanya ketidakjujuran,
kebangsaan yang dapat dijadikan acuan untuk dan adanya rasa saling curiga, dan kebencian di
menjadi bangsa yang besar, walaupun saat itu antara sesama (Lickona dalam Megawangi,
kemajuan di bidang material dan ekonomi 1992). Selain itu, ada banyak praktik bullying
tergolong rendah. Nilai yang mengangkat yang selalu terjadi pada para pelajar.
martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah Berdasarkan data yang dirilis Komisi
terpompanya harga diribangsa, sehingga sebagai Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 87,6%
bangsa yang baru merdeka sudah bisa berdiri anak mengaku pernah mengalami kekerasan di
sama tinggi dengan negara-negara yang sudah lingkungan sekolah dalamberbagai bentuk. Dari
lama merdeka. Harga diri ini kemudian diikuti angka 87,6% tersebut, sebanyak 29,9%
dengan upaya menegakkan kemandirian yang kekerasan dilakukan olehguru, 42,1% dilakukan
tinggi, menjauhkan diri dari bantuan negara lain oleh teman sekelas, dan 28,0% dilakukan oleh
dan seluruh aktivitas pembangunan sejauh teman lainkelas. Itu hanyalah kasus yang terkuak
mungkin dijalankan berdasar kemampuan di antara sekian banyak kasus bullying yang
tersimpan (Muhammad, 2012). Lebih lanjut,

2 Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013


sepertinya peristiwa kematian bukan dari perang bermaksud untuk melahirkan lulusan yang
melawan penjajah, tetapi nyawa seakan tak ada memiliki karakter yang berwawasan konservasi.
harganya saat para pelajar melakukan aksi Sejalan dengan haltersebut, maka setiap fakultas
tawuran. Dalam minggu ini terhitung dua siswa berupaya mengembangkan dukungan melalui
SMU tewas akibat tawuran pelajar. Sungguh wawasan konservasi sesuai dengan kekhasan
tragis mendengarnya. Berikut data yang diperoleh fakultasnya masing-masing. Satu di antara
dari Polda Metro Jaya seputar kasus tawuran fakultas yang menopang konservasi tersebut
pelajar. Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus adalah Fakultas Ilmu Sosial dengan konservasi
tawuran antar pelajar.Angka itu melonjak tajam sosial budaya. Pertanyaannya adalah (1)
lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus bagaimana cara mengeksplorasi nilai-nilai
tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada karakter sebagai konservasi nilai-nilai sosial, (2)
Januari-Juni2012, telahterjadi139 tawuran yang bagaimanakah mengeksplorasi nilai-nilai
menewaskan 12 pelajar (Adminjakarta, 2012). konservasi berwawasan nilai-nilai sosial, (3)
Upaya menemukan kembalinilai-nilaiuntuk bagaimanakah rumusan nilai-nilai konservasi
membangun kehidupan Indonesia ke depan yang berwawasan sosial yang dipandang mampu
intinya membentuk warga negara yang baik saat mempresentasikan pendidikan karakter, (4)
ini sangat mendesak. Tidak berarti bahwa sampai bagaimanakah cara mengimplementasikan
saat iniupaya untuk itu tidak dilakukan. Upaya- konservasi nilai-nilai sosial dalam kehidupan
upaya tersebut telah banyak dilakukan. Pada bermasyarakat.
dunia pendidikan, misalnya pada pendidikan
dasar dan menengah ada mata pelajaran EKSPLORASI PENDIDIKAN
Pendidikan Pendidikan Moral Pancasila (PMP). KARAKTER
PMP berubah nama menjadi Pendidikan Secara umum, istilah karakter sering
Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn. PPKn disamakandengan istilahtemperamen, tabiat atau
berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan akhlak. Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan,
(PKn), selain PendidikanAgama. Selanjutnya ada akhlak atau budi pekerti yang membedakan
Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan seseorang dari orang lain. Secara harfiah,
Karakter yang diintegrasikan pada semua mata karakter mempunyai makna psikologis atau sifat
pelajaran. Sementara itu, diperguruan tinggiada kejiwaan karena terkait dengan aspek
mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan kepribadian. Akhlak atau budi pekerti, tabiat,
Pancasila, dan Pendidikan Kewiraan, sebagai watak, atau sifat kualitas yang membedakan
salah satu dari komponen Mata Kuliah seseorang dari yang lain. Karakter mengandung
Pengembangan Kepribadian (Daroeso, 1987; unsur moral, sikap, bahkan perilaku karena untuk
Djahiri, 1996; Wiranatapura, 2004; Samsuri, menentukan apakah seseorang memiliki akhlak
2004, Masrukhi, 2008; Rachman, 2011). atau budi pekerti yang baik, hanya terungkap
Berpayung pada pembangunan bangsa dan pada saat seseorang melakukan perbuatan atau
pembangunan karakter, perguruan tinggi perilaku tertentu (Achmad, dkk, 2010; Kusuma,
khususnya UniversitasNegeriSemarang (Unnes) 2007)

Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 3


Membentuk karakter tidak semudah dan alam semesta beserta isinya; (2) tanggung
memberi nasihat, tidak semudah memberi jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; (3)
instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, kejujuran; (4) hormat dan santun; (5) kasih
pembiasaan dan pengulangan. Membentuk sayang, kepedulian, dan kerjasama; (6) percaya
karakter merupakan proses yang berlangsung diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah;
seumur hidup. Simak pernyataan Lickona (1992) (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan
bahwa karakter terbentuk karena kebiasaan, rendah hati; dan (9) toleransi, cinta damai, dan
kebiasaan merupakan perbuatan yang berulang- persatuan. Karakter harus dipelihara dan
ulang. Oleh karena itu, kehati-hatian sangat ditumbuhkembangkan sejak dini. Hasil riset,
diperlukan, kata-kata akan menjadi perbuatan, berkaitan dengan otak mutakhir, menyebutkan
perbuatan akan menjadi kebiasaan dan usia di bawah tujuh tahun merupakan masa
kebiasaan akan menjadi karakter, dan karakter terpenting membentuk karakter. Salah didik
akan menjadi takdir. Anak-anak akan tumbuh mempengaruhi saat dewasa. Oleh karena itu,
menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada usia seperti inilah pembangunan watak,
pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan akhlak atau karakter bangsa (nation and
begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkansucibisa character building) harus mulai dilakukan.
berkembang optimal. Ada tiga pihak yang Selain itu, dalam membangun karakter
berperan penting dalam tumbuh tidaknya bangsa, perlu memperhatikanjatidirimasyarakat
karakter yaitu pihak keluarga, sekolah, dan Indonesia yang beraneka ragam (bhineka) baik
masyarakat. asal usulnya maupun latar belakang sosial
Sementara itu, dilihat dari prosesnya budayanya. Pembinaan sikap dan wawasan
terdapat tiga proses yang perlu diintegrasikan kebangsaan (nasionalisme), pemantapan
dalam pembentukan karakter yang saling terkait persatuan dan kesatuan bangsa perlu menjadi
yakni moral knowing, moral feeling, dan moral pertimbangan yang utama. Memasuki era global
action (Lickona, 1992). Lebih lanjut Lickona yang penuh persaingan (kompetitif), pembinaan
mengemukakan bahwa karakter yang baik karakter bangsa harus diarahkan pada upaya
mengandung tiga kompetensi, yaknimengetahui untuk lebih membina dan meningkatkan
hal yang baik (knowing the good), ada keinginan intelektualisme, emosionalisme, spiritualisme, dan
terhadap hal yang baik (desiring the good), dan profesionalisme. Secara normatif, pendidikan
melakukan hal yang baik (doing the good). dalam rangka pembangunan karakter bangsa
Kulminasi dari proses tersebut, seseorang akan perlu mendasarkan pada visi, misi, dan fungsi
menjadi terbiasa berpikir (habits of the mind), pendidikan sebagaimana tercantum dalam UU
kebiasaan hati (habits of heart), dan kebiasaan Sistem Pendidikan NasionalNo. 20 Tahun 2003.
bertindak (habits of action). UU tersebut mengisyaratkan beberapa kunci
Megawangi (2004) menyatakan terdapat yang perlu diperhatikan dan signifikan dengan
sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan upaya pembangunan karakter bangsa yaitu
pada anak. Pilar-pilar itu adalah (1) cinta Tuhan meliputi; (1) manusia yang beriman dan bertaqwa

4 Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013


kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) kecerdasan, EKSPLORASI NILAI-NILAI
KONSERVASI
(3) kemampuan, (4) watak dan akhlak mulia, (5)
sehat, (6) berilmu, (7) cakap, (8) kreatif, (9) Konservasi, secara umum mempunyai arti
mandiri, (10) manusiaIndonesia yang demokratis, pelestarian yaitu melestarikan/ mengawetkan
(11) bertanggung jawab, dan (12) menghargai daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan
HAM. lingkungan secara seimbang (MIPL, 2010;
Perwujudan visi, misi, dan fungsi dalam Wahyudin dan Sugiharto, (ed), 2010). Adapun
rangka pembangunan karakter bangsa, 56 (lima tujuan konservasi: (1) mewujudkan kelestarian
puluh enam) sifat-sifat budi pekerti luhur dapat sumberdaya alam hayati serta keseimbangan
saja dirujuk (Sedyawati, dkk., 1999). Sifat-sifat ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung
budi luhur tersebut yaitu: bekerja keras, berani upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu
memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati kehidupan manusia, (2) melestarikankemampuan
lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikir jauh dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan
ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap ekosistemnya secara serasidan seimbang. Selain
konstruktif, bersyukur, bertangung jawab, itu, konservasimerupakansalah satu upaya untuk
bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, mempertahankan kelestarian satwa. Tanpa
dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan konservasi akan menyebabkan rusaknya habitat
keras, kreatif, kukuhhati, lugas, mandiri, mawas alami satwa. Rusaknya habitat alam ini telah
diri, menghargai karya orang lain, menghargai menyebabkan konflik manusia dan satwa.
kesehatan, menghargaiwaktu, pemaaf, pemurah, Konflik antara manusia dan satwa akan
pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, merugikan kedua belah pihak; manusia rugi
ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya karena kehilangan satwa bahkan nyawa,
diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sedangkan satwa rugi karena akan menjadi
sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan sasaran balas dendam manusia (Siregar, 2009).
santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tepat Konservasi lahir akibat adanya semacam
janji, terbuka, dan ulet. Disamping itu yang tidak kebutuhan untuk melestarikansumber daya alam
boleh dilupakan adalah pilar belajar bagi bangsa yang diketahuimengalamidegradasimutu secara
Indonesia yaitu learning to believe and to tajam. Dampak degradasitersebut menimbulkan
convince the almighty God (belajar untuk kekhawatiran dan jika tidak diantisipasi akan
berimtak kepada Tuhan Yang Maha Esa), membahayakan umat manusia, terutama
learning to know (belajar untuk memahami dan berimbas pada kehidupan generasi mendatang
menghayati), learning to do (belajar untuk pewaris alam ini. Sisi lain, batasan konservasi
mampu melaksanakan dan berbuat secara dapat dilihat berdasarkan pendekatan tahapan
efektif), learning to live together (belajar untuk wilayah, yang dicirikan oleh: 1) pergerakan
hidup bersama dan berguna bagi orang lain), dan konservasi, ide-ide yang berkembang pada akhir
learning to be (belajar untuk membangun dan abad ke-19, yaitu yang hanya menekankan
menemukan jati diri).

Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 5


keaslian bahan dan nilai dokumentasi, 2) teori melestarikan, danmenerima perubahan dan/atau
konservasi modern, didasarkan pada penilaian pembangunan baik fisik maupun non fisik/nilai.
kritis pada bangunan bersejarah yang Perubahan yang dimaksud bukanlah perubahan
berhubungan dengan keaslian, keindahan, yang terjadi secara drastis dan serta merta,
sejarah, dan penggunaan nilai-nilai lainnya melainkan perubahan secara alami yang
(Jokilehto, dalamAntariksa, 2009). terseleksi.
Sementara itu, Piagam Burra menyatakan Boleh jadi, ada yang terlupakan dalamsistem
bahwa pengertian konservasi dapat meliputi pendidikan di negara Indonesia, yakni belum
seluruh kegiatan pemeliharaandan sesuaidengan masuknya pendidikan konservasi atau alam
situasi dan kondisi setempat. Oleh karena itu, lingkungan sekitar di sekolah-sekolah, walaupun
kegiatan konservasidapat pula mencakupiruang ada masih dalam wacana yang belum digarap
lingkup preservasi, restorasi, rekonstruksi, secara sinergis dan terorganisasi oleh perangkat
adaptasi dan revitalisasi (Marquis-Kyle & sekolah (wawancara terbatas dengan guru dan
Walker, 1996; Alvares, 2006). Pemeliharaan siswa, 2010). Dampaknya seperti tampak pada
adalah perawatan yang terus menerus mulai dari perilaku yang berlebihan dari para siswa setiap
bangunan dan makna penataan suatu tempat. kali pengumuman kelulusan Ujian Nasional.
Dalam hal ini, perawatan harus dibedakan dari Siswa yang lulus melakukan konvoi dengan
perbaikan. Perbaikan mencakupi restorasi dan sepeda motor keliling kota disertai aksi corat-
rekonstruksi dan harus dilaksanakan sesuai coret baik dibaju maupun ditempat-tempat yang
dengan makna bangunan dan nilai yang semula dilalui. Tentu aksiinitidak akanterjadi, jika materi
ada. Preservasi adalah mempertahankan pendidikan konservasi sudah diberikan secara
(melestarikan) yang telah dibangun disuatu tepat, progresif, dankontekstualpada semua jalur
tempat dalam keadaan aslinya tanpa ada dan jenjang pendidikan.
perubahan dan mencegah penghancuran. Demikianpuladengan kerusakan lingkungan
Restorasi adalah pengembalian yang telah yang terjadi di sejumlah kawasan hutan lindung
dibangun disuatu tempat ke kondisi semula yang dan konservasi akibat aktivitas perambahan,
diketahui, dengan menghilangkan tambahan atau pembakaran hutan, dan pertambangan batu bara
membangun kembali komponen-komponen dan pasir. Kegiatan itu tidak akan terjadi jika
semula tanpa menggunakan bahan baru. masyarakat memilikikesadaran akan konservasi
Rekonstruksi adalah membangun kembali suatu lingkungan. Siswa sekolahadalah generasimuda
tempat sesuai mungkin dengan kondisi semula yang mewarisinegeriini, sehingga harus dibekali
yang diketahui dan diperbedakan dengan ilmu untuk berinteraksi dengan lingkungan alam
menggunakan bahan baru atau lama. Sementara sekitar.
itu, adaptasiadalah merubah suatu tempat sesuai Pendidikan konservasiyang diberikan sedini
dengan penggunaan yang dapat digabungkan. mungkin kepada anak-anak akan lebih tertanam
Berdasarkan konsep, cakupan, dan arah di dalam hatisanubari mereka, sehingga mereka
konservasi dapat dinyatakan bahwa konservasi kelak pada saat dewasa akan semakin bijak
merupakan sebuah upaya untuk menjaga, dalam berinteraksi dengan lingkungan alam.

6 Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013


Pendidikan konservasi merupakan salah satu memfokuskan pada beberapa hal antara lain:
bentuk usaha menjaga dan melindungi nilai-nilai (a) untuk mendukung kepedulian dan perhatian
luhur, keanekaragaman hayati, dan peningggalan terhadap ekonomi, sosial dan keterkaitannya
bangunan bersejarah yang ada. Pendidikan terhadap lingkungan ekologis baik di perkotaan
konservasi itu sendiri bertujuan untuk maupun di pedesaan, (b) untuk menyediakan
memperkenalkan alam kepada masyarakat dan setiap orang dengan kesempatan mendapatkan
meningkatkan kesadaran akan nilai penting pengetahuan, nilai, perilaku, komitmen,
sumber daya alam yang beraneka ragam dalam kemampuan yang diperlukandalam menjaga dan
sebuah ekosistem kehidupan. meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dan
Proses memperkenalkan alam dan isinya (c) untuk menciptakan pola sikap hidup yang
dengan cara berada langsung di alam bebas, positif baik lingkup individu, kelompok, dan
dengan melakukan pengamatan merupakan cara masyarakat secara keseluruhan terhadap
yang efektif untuk menghadirkan kesadaran lingkungan alamnya.
pentingnya keseimbangan dan keberadaan
sebuah ekosistem. Program ini merupakan KEBERFUNGSIAN KONSERVASI
sebuah cara dalam menyebarkan informasi NILAI-NILAI SOSIAL
tentang usaha pelestariandan perlindungan pada Konservasi nilai sosial merupakan upaya
suatu kawasan yang dilindungi atau kawasan- untuk menjaga, melestarikan, dan menerima
kawasan yang perlu dilindungi beserta isinya. sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu
Program pendidikan konservasi adalah sebuah masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
program jangka panjang yang tiada batas kapan dan apa yangdianggap buruk. Untuk menentukan
akan berakhir, karena program ini setiap waktu sesuatu itudikatakan baik atau buruk, pantas atau
terus berkembang, seiring dengan perubahan dan tidak pantas harus melalui proses menimbang.
perkembangan zaman. Pertimbangan, tentu sangat dipengaruhi oleh
Pendidikan konservasi masuk dalam kebudayaan yang dianut masyarakat. Tidak
pendidikan lingkungan yang mengandung heran apabila antara masyarakat yang satu dan
pengertian sebuah proses yang ditujukan untuk masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata
membangun spirit penduduk dunia yang sadar nilai. Nilai sosial dapat diidentifikasi dengan
dan memperhatikan lingkungan secara memperhatikan dan berdasar ciri nilai sosial
keseluruhan termasuk masalah-masalahnya. sebagaiberikut:
Lebih lanjut dengan pendidikan konservasi, 1. Interaksisosial, artinyanilaisosialmerupakan
diharapkan mereka memiliki pengetahuan, sikap sebuah bangunan kukuh yang berisi
motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk kumpulan aspek moraldan mentalitas yang
bekerja secara individu dan kelompok dalam baik yang tercipta dalam sebuah masyarakat
mencari solusi masalah saat ini dan mencegah melalui interaksi yang dikembangkan oleh
masalah yang akan datang. anggota kelompok tersebut.
Pendidikan konservasimerupakan salah satu
pembelajaran secara eksperimental. Program ini

Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 7


2. Transformasi, artinya tidak ada seorang pun 7. Keterpengaruhan, artinya adanya pengaruh
yang sejak lahir telah dibekali oleh nilai yang berbeda akan membentuk kepribadian
sosial. Mereka akan mendapatkannya individu yang berbeda pula. Nilai yang baik
setelah berada di dunia dan memasuki akan membentuk pribadi-pribadi yang baik,
kehidupan nyata. Hal ini disebabkan karena begitu pula sebaliknya. Contohnya, orang
nilai sosial diteruskan dari satu orang atau yang hidup dalam lingkungan yang lebih
kelompok kepada orang atau kelompok lain mengutamakan kepentingan individu
melalui proses sosial, seperti kontak sosial, daripada kepentingankelompok mempunyai
komunikasi, interaksi, sosialisasi, difusi, dan kecenderungan membentuk pribadi
lain-lain. masyarakat yang egois dan ingin menang
sendiri.
3. Proses belajar, artinya nilai sosial diperoleh
individu atau kelompok melalui proses 8. Asumsi, artinya kemunculan nilai sosial
pembelajaran secara bertahap, dimulai dari tergantung dari bemacam-macam asumsi
lingkungan keluarga. Proses ini disebut yang terdapat pada bermacam-macamobjek
dengan sosialisasi, dimana seseorang akan dalam masyarakat. Asumsi adalah
mendapatkan gambaran tentang nilai dan pandangan-pandangan orang mengenai
norma yang berlaku dalam masyarakat. suatu hal yang bersifat sementara karena
belum dapat diuji kebenarannya. Biasanya
4. Pemenuhan kebutuhan, artinya dengan nilai
asumsi-asumsiinibersifat umumserta melihat
tersebut, manusia mampu menentukan
objek-objek faktual yang ada dalam
tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan
masyarakat.
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesesuaian antara kemampuan dan tingkat Setelah nilai-nilai sosial teridentifikasi, lebih
kebutuhaniniakan mengakibatkan kepuasan lanjut nilai nilai sosial tersebut akan difungsikan
bagi dirimanusia. dalam kehidupan masyarakat. Fungsi sosial
dapat dilihat dari tiga hal yaitu : (1) Sebagai
5. Keragaman, artinya kebudayaan lahir dari
petunjuk arah dan pemersatu. Cara berpikir dan
perilaku kolektif yang dikembangkan dalam
bertindak masyarakat, pada umumnya
sebuah kelompok masyarakat, maka secara
diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang berlaku.
otomatis sistem nilai sosial yang terbentuk
Pendatang baru pun secara moral diwajibkan
juga berbeda, sehingga terciptalah sistem
mempelajari aturan-aturan sosial-budaya
nilai yang bervariasi.
masyarakat yang didatangi, mana yang dijunjung
6. Penerimaan, artinya tingkat penerimaan nilai tinggi dan mana yang tercela. Dengan demikian,
antarmanusia dalamsebuah kelompok atau dia dapat menyesuaikandiri dengan norma, pola
masyarakat tidak sama, sehingga pikir, dan tingkah laku yang diinginkan, serta
menimbulkan pandangan yang berbeda- menjauhi hal-hal yang tidak diinginkan
beda antara satu dan yang lainnya. masyarakat. Sebagai pemersatu karena dapat
mengumpulkan orang banyak dalam kesatuan

8 Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013


atau kelompok tertentu. Dengan kata lain, nilai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu
sosial menciptakandan meningkatkan solidaritas sendiri. Setidaknya terdapat dua belas nilai sosial-
antarmanusia, (2) Sebagai benteng perlindungan. budaya yang dapat dihubungkan dengan empat
Nilaisosialmerupakantempat perlindungan bagi komponen at au kumpulan yang dapat
penganutnya. Daya perlindungannya begitu membentuk bingkaikemajuan masyarakat. Nilai-
besar, sehingga para penganutnya bersedia nilai sosial budaya tersebut adalah rasa malu,
berjuang mati-matian untuk mempertahankan kerja keras, rajin dan disiplin, hidup hemat dan
nilai-nilai itu. Misalnya perjuangan bangsa produktif, gandrung inovasi, menghargaiprestasi,
Indonesia mempertahankan nilai-nilai Pancasila bekerja sistematik dan terorganisasi, empati
dari nilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai tinggi, rasional/impersonal, sabar dan syukur,
dengan budaya kita, seperti budaya minum- amanah, bervisi jangka panjang. Sementara itu,
minuman keras, penyalahgunaan narkotika, dan nilai komponen kemajuan adalah produktif dan
lain-lain. Nilai-nilai Pancasila seperti sopan humanistik, keadilan dan berbudi pekerti tinggi,
santun, kerja sama, ketuhanan, saling menjunjung tinggi solidaritas, mengutamakan
menghormati dan menghargai merupakan keberlanjutan dan ketegaran diri yang tinggi
benteng perlindungan bagiseluruh warga negara (Pranadji, 2004). Dari sisi ini tampak bahwa
Indonesia dari pengaruh budaya asing yang tumbuhnya nilaisosialsepertirasa maludan harga
merugikan, (3) Sebagai pendorong. Nilai sosial diri, kerja keras, rajin dan hidup hemat
sebagai alat pendorong dan sekaligus menuntun merupakansekumpulan nilaisosialyang berperan
manusia untuk berbuat baik. Adanya nilai sosial dalam kemajuan bangsa. Nilai sosial lain seperti
yang luhur, muncullah harapan baik dalam diri yang juga penting diimplementasikan adalah
manusia. Berkat adanya nilai-nilai sosial yang penerapan berpikir sistematik, rasional, serta
dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai cita-cita sabar dan syukur. Nilai amanah bisa dipandang
manusia yang berbudi luhur dan bangsa yang sebagai kombinasi antara nilai rasa malu dan
beradab itulah manusia menjadi manusia yang harga diri, berpikir kritis sitematik, empati tinggi
sungguh-sungguh beradab. Contohnya nilai dan visi jangka panjang.
keadilan, nilai kedisiplinan, nilai kejujuran, dan Mempelajari dan mengeksplorasi nilai-
sebagainya (Rachim, 2010). nilai sosial akan semakin terasa manfaatnya
apabila nilai-nilai sosial tersebut dapat dikaji dan
IMPLEMENTASI KONSERVASI NILAI- diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
NILAI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN Bentuk-bentuk penerapan dari berbagai nilai
BERMASYARAKAT
sosial itu bisa dalam banyak bidang kehidupan
Kulminasi bermasyarakat adalah kemajuan antara lain sebagai berikut ini.
masyarakat itu sendiri. Indikatornya adalah 1. Penerapan nilai-nilai sosial dalam interaksi
adanya perubahan menuju kualitas masyarakat. sosial merupakan bentuk hubungan dan
Kualitas itu sendiribersifat progresif dan dinamis. pengaruh timbal balik antarmanusia, baik
Dengan demikian, kemajuan suatu bangsa bisa secara individualmaupun secara kelompok.
dijelaskan dari konservasinilai sosial yang hidup Dalammelaksanakaninteraksisosial sebagai

Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 9


perwujudan nilai sosial yang dimiliki harus yang menyimpang dalam proses sosialisasi
didasarkan pada nilai dan norma yang yang dilakukannya. Ini berarti bahwa
berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, tindakan antisipasidalam proses sosialisasi
penerapan nilai sosial dalam interaksi sosial mutlak diperlukan bagi orang tua maupun
perlu dilakukan karena adanya bentuk- pendidik untuk mengawasi perkembangan
bentuk nyata dari interaksisosialberikut ini. kepribadian bagi anak/anak didiknya.
a. Interaksi di dalam keluarga harus Penerapan nilai sosial tentang proses
memperhatikan norma-norma keluarga dan sosialisasi dan pembentukan kepribadian
kekerabatan. b. Interaksi dalam lingkungan membantu seseorang untuk memahami
masyarakat berpedoman pada adat dan bagaimana ia harus bersosialisasi dalam
istiadat dan sistem norma yang berlaku. c. masyarakat agar mempunyai kepribadian
Interaksi dalam lingkungan kedinasan (bagi yang baik.
para pegawai/karyawan) harus
3. Penerapan nilai sosial dalam norma sosial.
memperhatikan norma-norma hukum yang
Nilai dan norma pada dasarnya merupakan
berlaku. d. Interaksisosialdalammasyarakat
perangkat pengatur aktivitas individu dalam
luas juga harus memperhatikan sistem tata
masyarakat. Tiap-tiap masyarakat yang
kelakuan dan hubungan yang berlaku dalam
memiliki struktur budaya tertentu akan
kalangan masyarakat luas tersebut.
memilikisistemnilaidan norma yang berbeda
Penerapan nilai sosial tentang interaksi dan
pula. Dengan demikian, nilaidan norma dari
peran sosial dapat membantu keberhasilan
suatu masyarakat tidak dapat dipaksakan
seseorang menjalankan peran sosialnya
untuk diberlakukan pada daerah lain yang
berhubungan dengan anggota masyarakat
mempunyai struktur budaya yang berbeda.
yang lain. Misalnya, seseorang yang
Misalnya, kebiasaan bersalaman dan
memperhatikan kaidah atau norma yang
mencium tangan orang yang lebih tua di
menjadi aturan di tempat kerjanya, maka ia
masyarakat Jawa akan menjadikan anak
akan diterima baik sebagai anggota dari
tersebut sebagai anak yang tahu bertata
mereka yang berada di lingkungan kerja
krama. Penerapan pengetahuan sosiologi
tersebut.
tentang nilai dan norma sosial dapat
2. Penerapan nilai sosial dalam proses membantu keberhasilan seseorang dalam
sosialisasi dan pembentukan kepribadian. kedudukannya sebagaianggota masyarakat
Sebagaimana diketahui bahwa proses dalam struktur sosial dimana ia berada.
sosialisasi itu berlangsung sepanjang hidup
4. Penerapan nilai sosial dalam konteks
dan akan terus berpengaruh terhadap corak
perilaku menyimpang dan pengendalian
kepribadian individu. Bertolak dari hal
sosial. Perilaku menyimpang merupakan
tersebut, maka sebaiknya proses sosialisasi
fenomena sosial yang selalu terjadi di
bagi seorang anak harus diperhatikan secara
masyarakat. Apabila prilaku menyimpang
baik agar tidak menyerap nilai-nilaiperilaku
terjadi dalam jumlah dan skala yang besar,

10 Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013


maka keamanan dan ketertiban masyarakat tentang perubahan sosial dapat dilakukan
dapat terganggu. Olehkarena itu, diperlukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.
langkah-langkah sosial. Langkah-langkah a. Apabila seseorang berkedudukan sebagai
tersebut dinamakan pengendalian sosial. pemimpin atau sebagai agen perubahan
Pengendalian sosial ini dapat dilakukan sosial, yaitu pihak yang menghendaki
dengan berbagai macamcara, sesuai dengan perubahan, maka setiap kali merencanakan
tingkat dan jenis penyimpangan perilaku suatu perubahan harus mempertimbangkan
yang dilakukan. Penerapan nilai sosial matang-matang hasil atau pengaruh
berkaitan dengan munculnya perilaku perubahan tersebut. Sedapat mungkin,
menyimpang yang dapat mengganggu perubahan yang terjadi dapat memperbaiki
keteraturan sosial akan memberikan suasana serta lebih banyak menguntungkan
pengetahuan tentang upaya pengendalian masyarakat luas daripada just ru
sosial. Upaya pengendalian sosial diciptakan memunculkan kegelisahan dan penderitaan.
agar keteraturan sosial dapat dibangun dan b. Apabila bertindak sebagai pihak yang
terus terjaga didalam masyarakat. Misalnya, dikenal proses perubahan, maka seseorang
banyaknya penyalahgunaan narkotika harus berhati-hati untuk menentukan sikap
dikalangan remaja.Akibat yang ditimbulkan apakah seseorang mengikutiperubahan atau
dari tindakan ini yaitu ketidakstabilan fisik menentang arus perubahan. Apabila
dan mental, bahkan gangguan ketenangan perubahan yang terjadi itu menguntungkan,
umum. Oleh karena itu, dapat diupayakan maka sebaiknya mengikuti arus perubahan
pengendalian sosial dengan cara itu dengan baik sehingga tidak menjadibagian
memberikan penyuluhan dan meningkatkan dari pihak yang dirugikan. Sebaliknya,
kesigapan aparat penegak hukum dalam apabila perubahan itu bersifat tidak
mewujudkan keteraturan sosial. menguntungkan, maka sebaiknya orang
berada pada posisi defensif, artinya lebih
5. Peranan nilai sosial dalam penyesuaian
bersifat melihat dan menunggu, mencari
terhadap perubahan sosial. Perubahan sosial
peluang-peluang yang lebih baik untuk
adalah sesuatu yang pasti terjadi pada setiap
menghindariperubahan itu.
masyarakat, tidak ada satu masyarakat pun
yang berhenti dariperubahan dan dinamika.
Namun, harus dimengerti bahwa tidak PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI SOSIAL
selamanya perubahan sosial yang terjadi BERBASIS KONSERVASI DALAM
SIKAP DAN PERILAKU HIDUP
dalam masyarakat itu mengarah pada
perbaikan dan penyempurnaan kualitas Proses pembudayaan nilai-nilai sosial dapat
hidup. Adakalanya justru sebaliknya. Pada dilakukan melalui internalisasi, sosialisasi,
setiap perubahan sosialpastiada pihak-pihak enkulturasi, difusi, akulturasi, dan asimilasi.
yang diuntungkan danada pihak-pihak yang 1. Internalisasi, merupakan proses panjang
dirugikan. Untuk menerapkan pengetahuan sejak seorang individu dilahirkan sampai ia

Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 11


hampir meninggal, menunjukkan tempat komunitas budaya suatu suku, atau
dimana dia belajar menanamkan dalam komunitas budaya suatu wilayah. Proses
kepribadiannya segala perasaan, hasrat nafsu pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh
serta emosi yang diperlukan sepanjang orang tua, atau orang yang dianggap senior
hidupnya, waktu dari hari ke hari dalam terhadap anak-anak, atau terhadap orang
kehidupannya, sehingga bertambahlah yang dianggap lebih muda. Tata krama, adat
pengalaman seorang manusia mengenai istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga
bermacam-macam perasaan baru. biasanya diturunkan kepada generasi
berikutnya melaluiproses enkulturasi.
2. Sosialisasi, menunjukkan proses seorang
individu dari masa anak-anak hingga masa 4. Difusi, menunjukkan bahwa kebudayaan
tuanya belajar pola-pola tindakan dalam adalah proses penyebaran unsur kebudayaan
interaksi dengan segala macam individu di dari satu individu ke individu lain, dan dari
sekelilingnya yang menduduki beraneka satu masyarakat ke masyarakat lain.
macam peranan sosial yang mungkin ada Penyebaran dari individu ke individu lain
dalam kehidupan sehari-hari. Keterjadian dalam batas satu masyarakat disebut difusi
proses sosialisasi yang terjadi tentu saja intramasyarakat. Sedangkan penyebaran
berbeda-beda satu sama lainnya. Golongan darimasyarakat kemasyarakat disebut difusi
sosial yang satu dengan lain atau dalam intermasyarakat. Difusi mengandung tiga
lingkungan sosialdari berbagaisuku bangsa proses yang dibeda-bedakan seperti proses
di Indonesia atau dalam lingkungan sosial penyajian unsur baru kepada suatu
bangsa-bangsa lain di dunia. masyarakat, penerimaan unsur baru. dan
proses integrasi.
3. Enkulturasi, menunjukkan seorang individu
mempelajari dan menyesuaikan alampikiran 5. Akulturasi, menunjukkan bahwa akulturasi
serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem meliputi fenomena yang timbul sebagaihasil,
norma dan peraturan yang hidup dalam jika kelompok-kelompok manusia yang
kehidupannya. Sejak kecil proses ini sudah mempunyaikebudayaanyang berbeda-beda
mulai tertanam dalam alam pikiran warga bertemu dan mengadakan kontak secara
suatu masyarakat.Mula-mula dari orang- langsung danterus-menerus, yang kemudian
orang di dalam lingkungan menimbulkan perubahan dalam pola
keluarganya,kemudian teman-teman kebudayaan yang original dari salah satu
bermainnya.Seorang individu akan belajar kelompok atau pada kedua-duanya. Selain
meniru berbagai macam tindakan. Dengan itu, bahwa akulturasi adalah proses dimana
berkali-kali meniru maka tindakannya masyarakat yang berbeda-beda
menjadi pola yang mantap dan norma yang kebudayaannya mengalami perubahan oleh
mengatur tindakannya “dibudayakan”. kontak yang lama dan langsung, tetapi
Proses pembudayaan enkulturasi biasanya dengan tidak sampai kepada percampuran
terjadi secara informal dalam keluarga, yang komplit danbulat dari dua kebudayaan

12 Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013


itu. Dapat juga dikatakan bahwa akulturasi masyarakat penerima yang terkena pengaruh
adalah proses yang timbul bila suatu unsur-unsur kebudayaan asing tadi. Dan
kelompok manusia dengan suatu reaksipara individuyang terkena unsur-unsur
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan kebudayaan asing.
unsur dari suatu kebudayaan asing yang
Sementara itu, proses akulturasi
berbeda sedemikian rupa , sehingga unsur
biasanya terjadi secara formal melalui
kebudayaan asing itu lambat laun diterima
pendidikan. Seseorang yang tidak tahu,
dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri,
diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
suatu budaya, kemudian orang tersebut
kebudayaan sendiri.
mengadopsi budaya tersebut. Misalnya,
Bentuk-bentuk kontak kebudayaan seseorang yang pindahke suatu tempat baru,
yang dapat menimbulkan proses akulturasi kemudian mempelajari bahasa, budaya,
seperti kontak dapat terjadi antara seluruh kebiasaan dari masyarakat di tempat baru
masyarakat, atau antar bagian-bagian saja tersebut, lalu orang itu akan berbahasa dan
dalam masyarakat, atau dapat pula terjadi berbudaya, serta melakukan kebiasaan
antar individu-individu dari dua kelompok, sebagaimana masyarakat di tempat itu.
antar golongan yang bersahabat dan
6. Asimilasi adalah satu proses sosialyang telah
go longan yang bermusuhan, antar
lanjut dan yang ditandai oleh makin
masyarakat yang menguasai dan masyarakat
kurangnya perbedaanatara individu-individu
yang dikuasai, antar masyarakat yang sama
dan antar kelompok-kelompok, dan makin
besarnya atau antar masyarakat yang
eratnya persatuan aksi, sikap dan proses
berbeda besarnya. Selain itu, bentuk
mental yang berhubungan dengan
kebudayaan dapat dilihat dari aspek aspek-
kepentingan dan tujuan yang sama. Faktor-
aspek yang material dan yang non material
faktor yang memudahkan asimilasi adalah
dari kebudayaan yang sederhana dengan
faktor toleransi, faktor adanya kemungkinan
kebudayaan yang komplek, dan antar
yang sama dalam bidang ekonomi, faktor
kebudayaan yang komplek dengan yang
adanya simpati terhadap kebudayaan yang
komplek pula.
lain, dan aktor perkawinan campuran.
Hal penting yang harus diperhatikan
dalam proses akulturasi adalah keadaan
PENUTUP
masyarakat penerima sebelum proses
akulturasi mulai berjalan. Individu-individu Pada prosesnya, untuk menjadi bangsa yang
dari kebudayaan asing yang membawa besar, pembangunan bangsa perlu dikaitkan
unsur-unsur kebudayaan asing, saluran- dengan pengembangan nilai sosial-budaya.
saluran yang dilalui oleh unsur-unsur Dewasa ini, Pancasila sebagai ideologi nasional
kebudayaan asing untuk masuk ke dalam dan acuan pengembangan karakter bangsa
kebudayaan penerima, bagian-bagian dari tengah meredup. Penyebabnya adalah kemajuan

Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 13


zaman dan arus teknologi yang berkembang perlindungan, dan sebagai pendorong untuk
pesat. Upaya untuk menemukan kembali nilai- berbuat baik.
nilai tersebut adalah dengan diterapkannya Mempelajari nilai-nilai sosial akan lebih
pendidikan karakter yang berwawasan terasa manfaatnya apabila nilai tersebut dapat
konservasi nilai-nilaisosial. diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter dapat dimaknaisebagaisuatu sifat Bentuk penerapan darinilai sosialtersebut antara
atau akhlak seseorang yang menjadi pembeda lain; penerapan nilai-nilai sosial dalam interaksi
antara dirinya dengan orang lain. Membentuk sosialmerupakan bentuk hubungan dan pengaruh
karakter seseorang tidaklah mudah. Karakter timbal balik antarmanusia baik secara individual
terbentuk melaluiproses yang panjang, salah satu maupun kelompok, penerapan nilai sosial dalam
prosesnya adalah kebiasaan. Kebiasaan proses sosialisasidan pembentukan kepribadian,
diperoleh dari perbuatan yang berulang-ulang. penerapan nilai sosial dalam norma sosial,
Ada tiga pihak yang berperan besar dalam penerapan nilai sosial dalam konteks perilaku
pembentukan karakter, yaitu keluarga, sekolah, menyimpang dan pengendalian sosial, peranan
dan masyarakat. Diperlukan sinergi dan nilai sosial dalam penyesuaian terhadap
harmonisasi yang baik antarketiga pihak tersebut perubahan sosial.
agar proses pendidikan karakter dapat berjalan Pembudayaan nilai-nilai sosial berbasis
dengan baik. konservasi dalam sikap dan perilaku hidup dapat
Konservasi secara umum mengandung arti dilakukan melaluiproses internalisasi, sosialisasi,
pelestarian. Dalam konteks ini, konservasi enkulturasi, difusi, akulturasi, dan asimilasi.
merupakan upaya untuk menjaga dan
melestarikan nilai. Nilai-nilai konservasi harus DAFTAR RUJUKAN
dikenalkan sejak dini agar anak mempunyai
tanggung jawabterhadap kelestarian lingkungan. Achmad, Husen; Muhamad Japar; Yuyus
Kardiman. 2010. Model Pendidikan
Konservasi nilai-nilai sosial merupakan Karakter Bangsa: Sebuah
upaya untuk menjaga dan melestarikan nilaiyang Pendekatan Monolitik di Universitas
dianut oleh masyarakat. Nilaimerupakan sesuatu Negeri Jakarta: Jakarta: UNJ.
yang dianggap baik atau buruk. Untuk Adminjakarta, 2012. Data Kasus Tawuran
menentukan baik-buruknya atau pantas-tidaknya Pelajar 201-2012. Tersedia pada
diperlukan suatu pertimbangan. Antara satu infojakarta.com/data kasus tawuran-
pelajar 2010-2012.
daerah dengan yang lainnya bisa saja memiliki
pertimbangan yang berbeda. Nilai sosial dapat Alvares, 2006. Kegiatan Budaya. Tersedia pada
http://en.Wikipedia.
teridentifikasi dari interaksi sosial, transformasi,
pro ses belajar, pemenuhan kebutuhan, Antariksa, 2009. Makna Budaya dalam
keragaman, penerimaan, keterpengaruhan dan Konservasi Bangunan dan Kawasan.
http://antariksaarticle.blodspot.com.
asumsi. Setelah nilai sosial teridentifikasi, nilai Diunduh 27 November 2010.
sosial dapat difungsikan dalam masyarakat
sebagai petunjuk dan arah pemersatu, benteng

14 Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013


Daroeso, Bambang. 1987. Dasar dan Konsep Rachim, L.A.N. 2010. Klasifikasi nilai Sosial.
Pendidikan Moral Pancasila. www.isi.dps.ac.id.berita/klasifikasi
Semarang:Aneka Ilmu. nilai-nilai sosial.
Djahiri , A. Kosasih dan A. Azis Wahab. 1996. Rachman, Maman. 2011. Penelitian Pendidikan
Dasar dan Konep Pendidikar Moral. Moral dalam Pendekatan Penelitian
Jakarra: Kuantitatif, Kualitatif, Campuran,
Tindakan, dan Pengembangan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Semarang: Unnes Press.
Dikti Proyek Penchdrkan Tenaga
Akademik. Samsuri, 2004. Civic Virtues dalam Pendidikan
Moral dan Kewarganegaraan di
Kusuma, Doni A. 2007. Pendidikan Karakter, Indonesia Era Orde Baru. Jurnal
Strategi Mendidik Anak di Zaman Civics, Vol. 1, No. 2, Desember 2004.
Global. Jakarta: Grasindi.
Sedyawati, Edi, dkk. 1999. Pedoman
Lickona, Thomas. 1992. Educating for Penananam Budi Pekerti Luhur.
Character: How our Schools can Jakarta: Balai Pustaka.
Teach Respect and Responsibility.
New York: Bantam Books Publishing Siregar, Parpen. 2009. Konservasi sebagai
History. Upaya Mencegah Konflik Manusia-
Satwa. Jurnal Urip Santoso. http://
Masrukhi. 2008. Manajemen Pembelajaran uripsantoso.wordpress.com.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
Pembangun Karakter. Disertasi (tidak Wahyudin,Agus danDYP Sugiharto (ed). 2010.
dipublikasikan). Semarang: Program Unnes Sutera: Pergualatan Pikir
Pascasarjana Universitas Negeri Sudijono Sastroatmodjo Membangun
Semarang. Sehat, Unggul, Sejahtera. Semarang:
Unnes Press.
Marquis-Kyle, P. & Walker, M. 1996. The
Illustrated BURRA CHARTER. Winataputra, Udin S. H., (2004). Pendidikan
Making good decisions about the kewarganegaraan sebagai wahana
care of important places. Australia: psiko-pedagogis untuk mewujudkan
ICOMOS. masyarakat madani. Makalah Bahan
Sajian dan Diskusi Dalam
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Lokakarya Pendidikan
Karakter: Solusi yang tepat untuk Kewarganegaraan di Perguruan
membangun bangsa. Jakarta: Star Tinggi. Jakarta : Dirjen Dikti-
Energy (Kakap) Ltd. Depdiknas. 21-22.
MIPL. 2010. Konservasi. Purwokerto: STMIK
AMIKOM.
Muhammad, N. Dari bulying hingga tawuran
pelajar. Tersedia pada
www.wordpress.com/2012/
Pranadji, Tri. 2004. Persepektif Pengembangan
Nilai-Nilai Sosial-Budaya. Jurnal
AKP.Volume 2 No.4 Desember
2004: 324-339.

Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No. 1 Juni 2013 15

Anda mungkin juga menyukai