Anda di halaman 1dari 154

i

UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas
hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Pelindungan Pasal 26


Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
1. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
2. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
3. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
4. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan
suatu Ciptaan dan/ atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser
Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

ii TATA KELOLA KEUANGAN


PENGELOLAAN KEUANGAN
PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Dr.Ardiles Mewoh, S.IP., M.Si Efvendi Sondakh, S.IP., M.IP


Franky Rengkung, S.IP., MA Dr. Viktory Rotty m.Teol., M.Pd.
Dr. Felly Ferol Warouw, SH, ST,M.Eng Zulkifli Golonggom, S,Pd, M.Si
Stenly Kowaas SP Charles Worotitjan, SH., MH
Ferdynand Raintung, ST Yohanes Pahargyo, SS

iii
PENGARAH :
Ardiles M.R Mewoh
Yessy Y. Momongan
Lanny A. Ointu
Salman Saelangi
Meidy Y. Tinangon

PENANGGUNG JAWAB :
Pujiastuti

EDITOR :
Dr.Ardiles Mewoh, S.IP., M.Si
Stenly Kowaas SP
Yohanes Pahargyo, SS

DESAIN DAN TATA LETAK :


Febriano Purnawinata
Ikwila Rewur

UKURAN :
Jumlah Halaman Judul, Jumlah halaman isi: 154, Uk: 14,8 X 21 cm

ISBN :
No ISBN

CETAKAN :
2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2021 by KPU PROVINSI SULAWESI UTARA
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT :
(KPU PROVINSI SULAWESI UTARA)
Jalan Diponegoro No. 25, Teling Atas, Wenang, Mahakeret Tim., Kec.
Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara 95112

Website: www.sulut.kpu.go.id

iv TATA KELOLA KEUANGAN


KATA PENGANTAR
Simpul semua tahapan pemilihan serentak berawal dari
ketersediaan anggaran. Tanpa itu, bahkan ketika semua tahapan
sudah direncanakan dengan sangat telaten, tidak akan bisa berjalan.
Makanya buat penyelenggara, entah KPU, Bawaslu dan DKPP, start
tahapan sesungguhnya baru dimulai setelah anggaran hibah dari
pemerintah daerah ditanda-tangani.
Mengelola anggaran dalam kaidah yang baik, benar dan terukur
adalah kebutuhan hakiki dalam setiap kegiatan. Jika tidak, bukan
hanya tahapan pemilihan yang terganggu. Konsekuensi hukum
di kemudian hari bisa menjerat pihak-pihak yang terlibat dalam
pengelolaan keuangan. Tentu saja tidak ada yang menginginkan hal
itu terjadi.
Tak berlebihan jika dalam pengelolaan keuangan tahapan
pemilihan, individu-individu yang terlibat di dalamnya harus
benar-benar punya standar tinggi soal pemahaman regulasi dan
integritas, plus memiliki dedikasi kerja yang maksimal. Jika tiga
aspek ini dibungkus dalam semangat team work, sukses pemilihan
dari aspek pengelolaan keuangan tinggal menunggu waktu.
Memang terkesan simple menginterpretasikan dalam tulisan,
tapi dalam praktiknya hal-hal di atas bukan hal yang mudah. Dalam
momen-momen tertentu malah bisa menjadi ribet dan penuh
dinamika karena tahapan semua divisi rata-rata berjalan beririsan.
Ditambah dengan terbatasnya jumlah SDM di KPU Provinsi serta
kabupaten/kota, jadilah pengelolaan keuangan menjadi semakin
kompleks. Apalagi kali ini pemilihan serentak digelar di masa
Pandemi Covid-19, dimana aktivitas menjadi sangat terbatas ruang
geraknya.
Tantangan-tantangan alamiah ini tentu saja harus dicarikan
solusi. Salah satu cara mengurai benang masalah adalah koordinasi.
Rapat rutin antara komisioner dengan sekretariat adalah momentum

KATA PENGANTAR v
istimewa untuk saling sharing ide dan gagasan, agar problematika
yang muncul secepatnya diselesaikan. Kalaupun masih ada hal
yang menggantung, koordinasi dengan pihak eksternal seperti
Inspektorat KPU RI, BPK dan BPKP menjadi sebuah keniscayaan.
Dengan segala dinamika pengelolaan keuangan yang terjadi
selama tahapan pemilihan serentak, menjadi semacam tanggung-
jawab moral buat KPU Provinsi untuk meninggalkan legacy nyata
buat dunia kepemiliuan dalam bentuk buku. Berbagai aspek
pengelolaan keuangan mulai dari regulasi, efisiensi, managemen
serta strategi dan inovasi, disajikan dengan narasi sederhana dalam
dimensi konsep dan best practice di lapangan.
Meski dalam kesadaran penuh bahwa buku yang sedang Anda
baca ini masih jauh dari kesempurnaan, tapi karya yang disusun
beberapa penulis ini diharapan bisa menambah daftar literasi
pengelolaan keuangan pemilihan, serta berkontribusi nyata untuk
penatakelolaan anggaran dan keuangan di pemilu dan pemilihan
kepala daerah jilid-jilid selanjutnya yang lebih profesional dan
berintegritas.

Manado, April 2021


Stenly Kowaas
(Penulis)

vi TATA KELOLA KEUANGAN


SAMBUTAN
Oleh:
Pramono Ubaid Tanthowi
Kalau ada aspek yang benar-benar harus zero kesalahan,
hal itu semestinya berlaku untuk pengelolaan keuangan saat
tahapan pemilu dan pemilihan serentak. Kecerobohan kecil
saja sudah beresiko, apalagi jika kesalahan terjadi dalam skala
signifikan, dampaknya pasti akan fatal buat individu maupun
kelembagaan.
Profesionalitas dan integritas pihak-pihak yang ada dalam
lingkaran pengelolaan keuangan harus benar-benar mumpuni.
Tidak hanya karena dampak hukum yang bisa timbul di
kemudian hari, tapi keberlangsungan semua kegiatan di setiap
tahapan begitu bergantung dari kemampuan manajerial tim
pengelola keuangan. Dalam konteks ini peran komisioner
dan sekretaris menjadi sangat strategis dalam menciptakan
harmonisasi antara pelaksana kegiatan dengan pengelola
kegiatan.
Tidak bisa ditepikan jika buku-buku terkait pengelolaan
keuangan pemilihan dari sudut pandang best practice masih
kurang. Literasi yang tersedia masih bersifat kajian dan riset
akademik, yang mana bahasannya belum secara komprehensif
menggambarkan detil-detil kecil pengelolaan anggaran dan
keuangan pemilihan serentak.
Hadirnya buku Tata Kelola Keuangan Pemilihan Serentak
yang diprakarsai Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi

SAMBUTAN vii
Sulawesi Utara tentu perlu disyukuri sekaligus diapresiasi.
Dunia kepemiliuan khususnya KPU di semua tingkatan
membutuhkan referensi-referensi konkrit seperti buku
ini. Landasan teori, regulasi serta pengalaman empirik
pengelolaan keuangan pemilihan serentak KPU Provinsi Sulut
yang diulas di buku ini sungguh merupakan kontribusi yang
sangat berharga.
Tentu saya berharap langkah maju KPU Provinsi Sulut
menyusun dan menerbitkan buku pengelolaan keuangan
pemilihan serentak bisa menjadi trigger buat provinsi lain
agar melakukan hal yang sama. Berkompetisi untuk kebaikan
dan perbaikan pemilu di waktu yang akan datang sudah
saatnya jadi habbit penyelenggara pemilu, karena banyak
pihak membutuhkan literasi yang menggambarkan detail-
detail kecil yang hanya bisa diurai sedetail mungkin oleh
penyelenggara itu sendiri.

viii TATA KELOLA KEUANGAN


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ v
SAMBUTAN oleh Pramono Ubaid Tanthowi
(Komisioner KPU RI).................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN..................................................................... xii

BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penulisan............................................................. 4
Pembiayaan Pemilu (Electoral Cost)............................................ 10
Metode kajian/Penulisan Buku................................................... 18

BAGIAN KEDUA
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
Konsep Pengelolaan Anggaran.................................................... 24
Anggaran Sektor Publik............................................................... 27
Pengelolaan Keuangan Negara.................................................... 34
Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik yang baik.............. 37
Regulasi pengelolaan Anggaran Pemilihan Kepala Daerah.......... 45
Pelaksanaan Anggaran di KPU Provinsi Sulawesi Utara............... 53 

BAGIAN KETIGA
MANAJEMEN ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Pengelolaan Keuangan Dana Hibah Pemilihan............................ 62
Penyaluran Dana Hibah untuk Kegiatan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur.................................................................... 64
Penggunaan Dana Hibah dan Mekanisme Pembayaran.............. 68
Pertanggungjawaban Dana Hibah Pemilihan.............................. 75

DAFTAR ISI ix
Pembukuan dan Pelaporan Dana Hibah Pemilihan..................... 91

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
Efisiensi Pengadaan Barang dan Jasa........................................... 87
Festival Anggaran Untuk Transparansi Publik.............................. 96
Pengendalian Internal, Monitoring, Supervisi, dan Review
untuk Akuntabilitas Anggaran..................................................... 115

BAGIAN KELIMA
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Efisiensi dan Pengendalian Operasional Dukungan Sekretariat...... 122
Dukungan optimal Pencairan Anggaran Tahapan Pemilihan...... 130
Negosiasi Barang dan Jasa yang berintegritas ........................... 135
Monitoring dan Pengendalian penggunaan anggaran di badan
penyelenggara adhoc.................................................................. 138
Strategi Pelaporan Keuangan Tepat waktu di daerah kepulauan........ 145
Strategi Penyetoran Pajak yang Tepat Waktu............................. 155
Pengelolaan Anggaran Operasional Badan Adhoc...................... 160

DAFTAR PUSTAKA
Sumber media online:.................................................................. 170
Peraturan Perundang-undangan:................................................ 172

x TATA KELOLA KEUANGAN


DAFTAR TABEL
Tabel 1 Belanja Bahan................................................................. 75
Tabel 2 Belanja Alat Tulis Kantor................................................. 76
Tabel 3 Belanja Honor Output Kegiatan...................................... 77
Tabel 4 Belanja Perjalanan Dinas................................................ 78
Tabel 5 Belanja Sewa.................................................................. 79
Tabel 6 Rapat Dalam Kantor....................................................... 80
Tabel 7 Paket Meeting................................................................. 81
Tabel 8 Bukti Pertanggungjawaban penggunaan anggaran Hibah
Pemilihan untuk PPK, PPS, PPDP dan KPPS................................. 82
Tabel 9 Jangka Waktu Pembayaran/Penyetoran Pajak............... 83

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR SINGKATAN
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APD : Alat Perlindungan Diri
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Bawaslu : Badan Pengawas Pemilu
BPP : Bendahara Pengeluaran Pembantu
BP : Bendahara Pengeluaran
BAPP : Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
BKU : Buku Kas Umum
CORE : Cost of Registration and Election
DKPP : Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
GGG : Good Government Governance
GASB : German Accounting Standards Board)
HPS : Harga Perkiraan Sendiri
IFES : International Foundation for Electoral System
IDEA : International Institute Democracy and Electoral Assistance
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KPPS : Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
KPU : Komisi Pemilihan Umum
KPJM : Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
KUL : Keuangan Umum Logistik
LPJ : Laporan Pertanggungjawaban
LPSE : Layanan Pengaadan Secara Elektronik
NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak
NPHD : Nota Perjanjian Hibah Daerah
NCGA : National Committee on Governmental Accouinting
Permendagri : Peraturan Menteri Dalam Negeri
Pemilu : Pemilihan Umum
Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah
PKPU : Peraturan Komisi Pemilihan Umum

xii TATA KELOLA KEUANGAN


PA : Pengguna Anggaran
PPK : Panitia Pemilihan Kecamatan
PPS : Panitia Pemungutan Suara
PPBS : Planing Programing Budgeting System
PPDP : Petugas Pemutahiran Data Pemilih
PPh : Pajak Penghasilan
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PPN : Pajak Pertambahan Nilai
PKP : Pengusaha Kena Pajak
PMK : Peraturan Menteri Keuangan
PPBJ : Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
RPL PDHL : Rekening Penampungan Dana Hibah Langsung
RKA : Rencana Kegiatan Anggaran
RAB : Rencana Anggaran Belanja
TPS : Tempat Pemunggutan Suara
SK : Surat Keputusan
SPB : Surat Perintah Bayar
SSP : Suarat Setoran Pajak
SAP : Standar Akuntansi Pemerintah
SPML : Surat Perintah Membayar Langsung
SDM : Sumber Daya Manusia
SPTJ : Surat Pernyataan Tanggung Jawab
SP2HL : Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung
SPHL : Penerbitan Surat Pengesahan Hibah Langsung
SP4HL : Surat Perintah Pengesahan Pengembalian
Pendapatan Hibah Langsung
SP3HL : Surat Pengesahan Pengembalian Pendapatan
Hibah Langsung
SPIP : Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
SPJ : Surat Pertanggungjawaban
SPT : Surat Perintah
RPR : Rapat Pleno Rutin
UKPBJ : Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
UNDP : United Nation Development Programme
3E : Efisien Efektif Ekonomis
ZBB : Zero Based Budgeting

DAFTAR SINGKATAN xiii


Sengaja Di kosongkan

2 TATA KELOLA KEUANGAN


BAGIAN
I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Tata kelola pemilu (electoral governance) semakin menjadi


kebutuhan pembelajaran publik. Tidak hanya penyelenggara
pemilu saja yang berbicara atau mendalami hal tersebut, tapi
para akademisi dan penggiat pemilu, serta masyarakat luas
ikut bersama. Bahkan tidak sedikit literatur dalam bentuk
buku, jurnal, artikel atau tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang
dapat ditemukan saat ini terkait pemilu atau pemilihan kepala
daerah. Tentu hal ini adalah atmosfer yang sangat baik dalam
rangka upaya semua pihak untuk terus melakukan perbaikan
dalam penyelenggaraan pemilu di Indonesia ke depan.

Tata kelola pemilu (electoral governance) terdiri dari dua


konsep yaitu konsep tata kelola (governance) dan konsep
pemilu. Governance seringkali diartikan sebagai proses
pengambilan keputusan dan proses dimana keputusan
diimplementasikan atau tidak diimplementasikan (World
Bank, 1989)1 Selain itu, konsep governance dapat digunakan
dalam beberapa konteks seperti perusahaan, internasional,
pemerintahan nasional dan pemerintahan lokal. Selama
“governance” merupakan proses pengambilan keputusan
dan proses dimana keputusan tersebut diimplementasikan.
Secara sederhana dapat dipahami bahwa tata kelola
adalah rangkaian proses, kebijakan, aturan, budaya, dan
organisasi dalam mengelola sesuatu untuk mencapai tujuan.

1 World Bank. 1989. Sub-Saharan Africa: From Crisis to Sustainable


Growth. Washington: World Bank

4 TATA KELOLA KEUANGAN


Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara periodik, maka penyelenggaraan pemilu
tersebut harus dikelola agar dapat terlaksana dengan baik,
demikianlah konsep tata kelola pemilu secara harfiah.

Menurut Surbakti (2016), tata kelola pemilu adalah


salah satu dari empat topik besar dalam studi kepemiluan
selain sistem pemilu, perilaku pemilih, dan pemasaran
politik. Seiring dengan perkembangan demokrasi, studi
kepemiluan terutama terkait dengan tata kelola pemilu
semakin berkembang. Hal ini tentu oleh karena kebutuhan
dari semakin banyak negara yang berdemokrasi dan salah
satu ukuran keberhasilannya adalah penyelenggaraan pemilu
yang demokratis. Pengelolaan anggaran pemilu adalah salah
satu pembahasan dari tata kelola pemilu. Catt. Et. Al (2014)
menggambarkan dalam bagan siklus kepemiluan bahwa
salah satu tahapan dalam perencanaan dan implementasi
pemilu adalah pembiayaan dan pendanaan pemilu. Sejalan
dengan itu, Ramlan Surbakti, dkk, dalam buku perekayasaan
sistem pemilu untuk pembangunan tata kelola politik
demokratis (2008)2 menjelaskan bahwa untuk mendukung
proses penyelenggaraan pemilihan umum diperlukan sistem
pendukung yang memadai, yaitu (a) organisasi yang sesuai
dan personel yang professional, (b) sistem anggaran yang
sesuai dan dengan jumlah anggaran yang memadai, (c) sistem
pengadaan dan distribusi logistik pemilihan umum yang
sesuai, dan (d) sistem dokumentasi data dan informasi yang
sesuai pula.

Sebagai bagian dari tahapan pemilu dan salah satu bagian


2 Ramlan Surbakti, dkk, Perekayasaan Sistem Pemilu untuk pemban-
gunan Tata kelola politik demokratis, 2008, Kemitraan, hal. 17

BAGIAN PERTAMA
5
PENDAHULUAN
dari sistem yang mendukung proses penyelenggaraan
pemilu, maka tata kelola anggaran pemilu harus menjadi
perhatian besar dari penyelenggara pemilu. Kesalahan dalam
menata kelola pembiayaan pemilu dapat berdampak pada
keberlanjutan tahapan-tahapan yang lain, karena bergitulah
cara kerja sebuah siklus.

Buku ini ditulis berangkat dari penulusuran bahwa buku


yang membahas tentang pengelolaan anggaran pemilu atau
pemilihan kepala daerah di Indonesia masih sangat terbatas.
Padahal kebutuhan literasi terhadap hal tersebut sangat
tinggi. Tidak sedikit kita ikuti melalui pemberitaan media baik
cetak maupun elektronik adanya persoalan penyalahgunaan
anggaran pelaksanaan pemilu atau pemilihan kepala daerah,
yang berdampak pada jajaran penyelenggara pemilu atau
yang terkait dengannya mengalami permasalahan hukum,
dan akhirnya dipenjara.

Memang, perbuatan melawan hukum atau lebih khusus


yang terkait dengan penyalahgunaan keuangan negara yaitu
tindak pidana korupsi sebagian besar disebabkan oleh moral
dari pelaku yang tidak baik. Namun demikian tindak pidana
korupsi juga dapat terjadi oleh karena tata kelola keuangan
atau pengelolaan anggaran negara yang tidak baik pada
institusi dimana pelaku berkaitan, apakah penyelenggara
instutusi tersebut atau pihak lain yang terlibat pekerjaan
dengan institusi tersebut. Atau dengan kata lain tata kelola
keuangan lembaga negara yang memberi peluang terjadinya
tindak pidana korupsi. Hal ini sebagaimana juga yang dikatakan
oleh Arifin (2000)3, dimana menurut identifikasinya, faktor-
3 Arifin, Johan, (2000), Korupsi dan Upaya Pemberantasannya Melalui
Strategi Auditing: Audit Forensik, Media Akuntansi, No.13 Th VII,

6 TATA KELOLA KEUANGAN


faktor penyebab korupsi antara lain :

• Aspek perilaku individu

• Aspek organisasi

• Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi


berada

Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di mana


korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi
karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya
korupsi. Bilamana organisasi tersebut tidak membuka
peluang sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi,
maka korupsi tidak akan terjadi.4 Maka dari itu, pencegahan
terhadap terjadinya tindak pidana korupsi tidak hanya
dalam bentuk perbaikan moral dari penyelenggara negara,
tapi juga harus perbaikan sistem atau tata kelola keuangan
lembaga negara. Dalam hal permasalahan-permasalahan
pengelolaan anggaran pemilu yang masih saja terjadi,
maka perbaikan terhadap tata kelola keuangan organisasi
penyelenggara pemilu mutlak untuk dilakukan. Semakin baik
tata kelola keuangan organisasi penyelenggara pemilu maka
akan semakin memperkecil potensi tindakan pidana korupsi
dilakukan oleh jajaran penyelenggara pemilu.

Tidak dapat dipungkiri, penyelenggaraan pemilu atau


pemilihan kepala daerah masih membutuhkan biaya yang
tinggi, karena iven pemilu atau pemilihan kepala daerah

September, hlm II-IX


4 Tunggal I.S. dan Tunggal A.W (2000), Audit Kecurangan dan Akun-
tansi Forensik, Jakarta: Harvarindo

BAGIAN PERTAMA
7
PENDAHULUAN
adalah sebuah iven yang kolosal, yang melibatkan seluruh
rakyat Indonesia, bahkan sering disebut orang sebagai sebuah
pesta demokrasi. Layaknya sebuah pesta, tentu dibutuhkan
biaya agar penyelenggaraannya sukses. Misalnya saja,
menurut penghitungan dari Direktorat Jenderal Anggaran,
alokasi anggaran penyelenggaraan Pemilu 2019 (realisasi
dan pagu) membutuhkan biaya Rp25,59 triliun, jumlah ini
naik dari Pemilu 2014 yang telah mengeluarkan total biaya
sebesar Rp.15,62 triliun. Untuk pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Sulawesi Utara tahun 2020 saja membutuhkan
biaya sebesar 220 Miliar, atau naik dari kebutuhan biaya
penyelenggaraan tahun 2015 yaitu sebesar 116 Miliar.

Tentu biaya penyelenggaraan yang tidak sedikit ini harus


dikelola dengan prinsip-prinsip pengelolaan yang baik. Dalam
melaksanakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sulawesi Utara tahun 2020, prinsip-prinsip pengelolaan
anggaran yang baik adalah hal yang selalu menjadi perhatian.
Di berbagai kesempatan terhadap jajaran penyelenggara
pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020 di Sulawesi
Utara, penulis selalu menyampaikan bahwa sukses suatu
penyelenggaraan pilkada serentak tahun 2020 harus
komprehensif, sukses penyelenggaraan teknisnya maupun
sukses pengelolaan keuangannya. Sukses penyelenggaraan
secara teknis akan terasa tidak bermanfaat jika pengelolaan
anggaran pemilihan bermasalah, apalagi ditemukan adanya
tindak pidana korupsi penyelenggaranya. Karena tindakan
korupsi secara keseluruhan akan merusak proses demokrasi
itu sendiri. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Caiden
(2001: 227): “…corruption in all its manifest forms gnaws at,
undermines, and contradicts all the democratic elements”

8 TATA KELOLA KEUANGAN


Salah satu hal yang penting adalah akuntabilitas dari
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggaranya.
Dana yang berasal dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat,
harus jelas pertanggungjawabannya. Selain pelaporan
dan pertanggungjawaban anggaran pemilihan mengikuti
ketentuan yang berlaku yang mengatur pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan negara yang kemudian
diaudit oleh instansi yang berwenang, juga harus menjadi
bagian dari akuntabilitas publik. Publik harus diberi keyakinan
yang memadai bahwa sedemikian besar anggaran yang
digunakan untuk menyelenggarakan pemilu atau pemilihan
kepala daerah dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan
itu, kepercayaan publik kepada penyelenggara akan memiliki
konsekuensi logis terhadap meningkatnya kepercayaan publik
terhadap proses penyelenggaraannya.

Berbagai kebijakan ditempuh oleh komisioner dan


sekretaris KPU Provinsi Sulawesi Utara untuk memastikan
pengelolaan anggaran pemilihan Gubernur Wakil Gubernur
Sulawesi Utara tahun 2020 berjalan sesuai dengan prinsip-
prinsip yang diatur dalam ketentuan yang ada dan anggaran
dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu upaya yang
dilakukan misalnya melalui pengendalian internal yang ketat.
Tidak hanya pengendalian internal di lingkungan satker saja,
KPU Sulawesi Utara bahkan secara periodik yaitu setiap 3
bulan satu kali didampingi oleh pengawas internal dalam hal
ini Inspektorat KPU RI maupun pengawas eksternal dalam
hal ini BPKP untuk memastikan setiap pelaksanaan anggaran
dapat dipertanggungjawabkan.

Potensi masalah pengelolaan anggaran pemilihan umum

BAGIAN PERTAMA
9
PENDAHULUAN
atau pemilihan kepala daerah pada umumnya terkait dengan
pertanggungjawaban badan adhoc, pengadaan barang dan
jasa, dan operasional kegiatan. Pada pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Sulut tahun 2020, potensi masalah ini
telah di antisipasi sejak awal yaitu antara lain dengan bimtek
pengelolaan keuangan sampai di tingkat badan adhoc,
memperkuat unit kerja pengadaan barang dan jasa, serta
menyediakan sumber daya manusia pengelolaan keuangan
yang jumlahnya memadai dengan besaran anggaran yang
dikelola. Upaya-upaya yang telah dilakukan sejak awal tersebut
terus dilakukan evaluasi secara periodik antara lain melalui
pengendalian internal, review dokumen pertanggungjawaban
secara periodik, serta pendampingan auditor internal maupun
eksternal.

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara


tahun 2020 telah selesai dilaksanakan. Namun keinginan untuk
menyajikan informasi kepada masyarakat sebagai bagian
dari akuntabilitas publik tentang bagaimana pengelolaan
anggaran pemilihan yang jumlahnya besar yang digunakan
untuk kepentingan rakyat semata melalui pelaksanaan pesta
demokrasi adalah hal yang penting. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh KPU Provinsi Sulawesi Utara adalah melalui
penulisan buku ini.

B. Pembiayaan Pemilu (Electoral Cost)

Istilah pembiayaan pemilu (electoral cost) bisa dilihat dari


dua pengertian. Pertama, Pembiayaan peserta pemilu yang
lebih lazim disebut biaya kampanye, dan kedua, pembiayaan
penyelenggaraan pemilu. Pembiayaan kampanye maupun
pembiayaan penyelenggaraan pemilu atau pemilihan memiliki

10 TATA KELOLA KEUANGAN


sumber anggaran yang berbeda. Untuk biaya kampanye tentu
bersumber dari peserta pemilu atau peserta pemilihan kepala
daerah itu sendiri, selain sumbangan-sumbangan yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Sementara pembiayaan
penyelenggaraan pemilu atau pemilihan sepenuhnya adalah
bersumber dari anggaran negara, kecuali di negara-negara
awal berdemokrasi seperti di Afganistan, Irak, serta beberapa
negara Asia lainnya yang pembiayaan pemilu nya masih
berasal dari donor lembaga-lembaga internasional, selain
bersumber dari anggaran negara.

Secara keseluruhan, berbicara pembiayaan pemilu maka


disebut sebagai biaya yang dikeluarkan oleh suatu negara
untuk berbagai kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara pemilu atau lembaga lainnya yang mengatur
dan melaksanakan proses pemilihan. Proyek UNDP dan IFES
yang disponsori oleh Cost of Registration and Election (CORE)
dalam buku Electoral Management Design mengemukakan
tiga kategori pembiayaan pemilu, 5:

• Biaya Langsung (Direct costs/Core costs)

Biaya langsung adalah biaya inti dari penyelenggaraan teknis


pemilihan, seperti biaya pemutahiran data pemilih, biaya
pemungutan suara, biaya logistik, dan biaya pembentukan,
pelatihan, dan honorarium penyelenggaranya.

• Biaya Tidak Langsung (Indirect costs/Diffuse costs)

Biaya tidak langsung atau biaya tersebar adalah biaya

5 Helena Catt, dkk, Electoral Management Design, Revised Edittion,


2014, hal. 208

BAGIAN PERTAMA
11
PENDAHULUAN
pendukung lainnya, misalnya biaya pengamanan pemilihan,
biaya pemantauan, dan biaya lainnya yang membantu
pelaksanaan pemilihan

• Biaya Integritas (Integrity costs)

Biaya integritas adalah biaya untuk menjamin terlaksanya


pemilihan yang berintegritas, misalnya biaya membangun
netralitas aparat pemerintah, dan lainnya

Praktik pemilu saat ini, biaya utama dikeluarkan untuk


kegiatan-kegiatan antara lain pendaftaran pemilih, penetapan
daerah pemilihan, penyelenggaraan pemungutan suara,
penghitungan dan pengiriman hasil, penyelesaian sengketa,
pendidikan dan informasi pemilih, kampanye oleh partai
politik dan kandidat, dan kewaspadaan atau pengawasan oleh
perwakilan partai dan pengamat domestik atau internasional
(Goodwin-Gill 1994; López-Pintor 2000; OSCE 2001; EU
2002; IDEA 2002). Hal ini menunjukkan bahwa biaya pemilu
mencakup semua biaya yang dikeluarkan dalam melakukan
kegiatan tersebut, terlepas dari jenis lembaga yang terlibat,
baik nasional atau lokal, publik atau swasta.

Tentu melaksanakan sebuah pemilu atau pemilihan kepala


daerah adalah melaksanakan sebuah iven yang besar yang
melibatkan seluruh masyarakat dan banyak sekali pihak yang
memiliki kepentingan di dalamnya, mulai dari pesertanya,
pemilih itu sendiri, pemerintah, pihak keamanan, dan lainnya.
Penyelenggara nya saja misalnya dalam penyelenggaraan
pemilihan serentak tahun 2019 mencapai kurang lebih 6
juta orang. Perlu dicatat, bahwa itu penyelenggaranya saja.
Tentu dari sisi pemilih apalagi, dimana 70 % dari jumlah

12 TATA KELOLA KEUANGAN


penduduk Indonesia saat ini yang hampir mencapai 250 juta
orang, terdaftar dalam daftar pemilih pemilihan umum. Atau
misalnya untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Sulawesi Utara dimana penyelenggaranya saja hampir
berjumlah 75 ribu orang. Tentu untuk melayani sedemikian
banyak orang menggunakan hak pilihnya dibutuhkan banyak
orang yang konsekuensinya adalah pembiayaan honorarium,
pembiayaan operasionalnya, dan pembiayaan lainnya yang
jumlahnya tidak sedikit.

Mengingat besarnya pembiayaan pemilu, maka


pengelolaannya harus dilakukan dengan sebaik mungkin.
Selain kerangka hukum, terdapat prinsip-prinsip fundamental
yang menjadi dasar dari kebijakan dan prosedur pengelolaan
keuangan penyelenggara pemilu yang baik sebagaimana yang
di tulis oleh Helena Catt, dkk dalam Electoral Management
Design yang diterbitkan oleh IDEA Edisi Revisi, antara lain,6:

1. Transparansi

Transparansi keuangan meningkatkan kesadaran


pemangku kepentingan dan publik tentang struktur dan
program penyelenggara pemilu, kebijakan dan tantangan
keuangan, dan dapat meningkatkan kepercayaan pemangku
kepentingan terhadap kapasitas lembaga penyelenggara.
Transparansi keuangan juga mendorong tata kelola yang baik
dan berfungsi sebagai pencegah yang kuat untuk korupsi dan
penipuan di dalam organisasi penyelenggara pemilu. Ketika
ada dugaan praktik buruk atau tidak jujur, penyelenggara
dapat melindungi kredibilitasnya dengan lebih baik dengan
mengekspos praktik tersebut secara ketat, daripada berusaha
6 Ibid hal 219-220

BAGIAN PERTAMA 13
PENDAHULUAN
menyembunyikannya, termasuk memastikan bahwa pelapor
terlindungi.

Transparansi dalam persiapan, justifikasi, dan persetujuan


anggaran pemilu membangun kepercayaan publik terhadap
manajemen penyelenggara pemilu. Pengawasan publik yang
ketat akan memberi kesempatan penyelenggara pemilu
untuk secara terbuka menunjukkan komitmennya terhadap
integritas keuangan. Merupakan praktik yang baik bagi
penyelenggara pemilu untuk bersikap transparan dalam
praktik pengelolaan keungannya.

Transparansi pengelolaan keuangan dapat dilakukan


dengan berbagai cara, dan dapat dimulai sejak awal, yaitu di
saat perencanaan, pelaksanaan, maupun pelaporan atau hasil
audit. Di saat perencanaan anggaran, misalnya keterbukaan
terhadap dokumen rencana kegiatan dan anggaran kepada
publik hal yang bisa dilakukan. Baik diminta atau tidak diminta
oleh publik selayaknya dokumen tersebut dapat disediakan.
Keterbukaan terhadap hal tersebut juga dapat menjadi bagian
dari pemahaman utuh (well informed) publik terhadap postur
pembiayaan pemilu. Ruang diskusi publik dalam perencanaan
anggaran pemilu pada umumnya hanya melihat anggaran
pemilihan secara keseluruhan, tanpa menelisik perincian
rencana penggunannya, dan alih-alih memberikan kesimpulan
bahwa anggaran pemilu terlalu besar, dan jauh dari efisiensi.
Padahal jika di lihat posturnya, anggaran pemilu paling banyak
dibutuhkan untuk membiayai honorarium penyelenggara
adhoc. Cost of Registration and Election (CORE) pada tahun
2004 pernah melakukan survei terhadap penyelenggara
pemilu di 178 negara yang salah satunya untuk mengetahui

14 TATA KELOLA KEUANGAN


proporsi besaran anggaran penyelenggaraan pemilu.
Sebanyak 56% dari alokasi anggaran penyelenggaraan pemilu
dialokasikan untuk gaji penyelenggara, sedangkan hanya
12% saja untuk operasional, dan untuk informasi publik atau
pendidikan pemilih sebesar 18%.7 Hal ini harus diketahui oleh
publik, dan transparansi perencanaan anggaran adalah salah
satu cara menyempaikannya kepada publik.

2. Efektif dan Efisien

Efektif dan efisien adalah bagian dari asas penyelnggaraan


pemilu atau pemilihan kepala daerah. Efektif dan efisien
dimaksud salah satunya adalah aspek pembiayaan yang
bersumber dari anggaran negara. Sebagai penjaga dana publik,
penyelenggara wajib membelanjakannya bertanggung jawab
dan menjadi efisien dan efektif dalam mengelola keuangan,
manusia dan sumber daya material. Pendekatan berbasis
hasil untuk anggaran penyelenggara pemilihan, pemantauan
kinerja staf secara rutin, dan audit periodik atas catatan
keuangan membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan dananya, yang dapat meningkatkan kepercayaan
publik dalam pengelolaan proses pemilihannya.

Salah satu tujuan pemilihan kepala daerah dilakukan secara


serentak adalah untuk efisiensi anggaran. Dahulu pemilihan
gubernur dan wakil gubernur dilakukan terpisah dengan
pemilihan bupati atau walikota. Namun sekarang dengan
dilaksanakan secara serentak maka banyak item pembiayaan
yang berkurang. Misalnya, honorarium penyelenggara adhoc,
untuk pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020 di Sulawesi
Utara, KPU Kab/Kota yang menyelenggarakan pemilihan
7 Tata Kelola Pemilu di Indonesia, 2019, KPU RI, Jakarta, hal. 242

BAGIAN PERTAMA
15
PENDAHULUAN
bupati dan wakil bupati atau pemilihan walikota dan wakil
walikota sepenuhnya membiayai, sehingga KPU Provinsi yang
menyelenggarakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur
tidak lagi membiayai honorarium badan adhoc di wilayah-
wilayah tersebut. Di sisi sebaliknya, KPU Kabupaten atau Kota
tidak perlu membiayai keseluruhan kebutuhan logistik lagi,
karena untuk item logistik yang digunakan bersama misalnya
kotak suara, bilik suara, tinta, dan masih banyak lagi telah
dibiayai oleh KPU Provinsi.

Efisiensi anggaran dapat juga dilakukan dalam aktivitas


pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa
yang dilakukan melalui layanan pengadaan elektorik yang
disediakan oleh pemerintah, sangat signifikan mendorong
terjadinya efisiensi, dan tentu meminimalisasi potensi praktik
pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara tidak baik.

3. Integritas

Komitmen semua anggota dan staf penyelenggara terhadap


integritas dalam perilaku mereka adalah dasar integritas
organisasi. Kode etik dan kebijakan yang kuat tentang konflik
kepentingan meningkatkan integritas. Integritas dalam
pengelolaan keuangan meliputi transaksi moneter serta
masalah seperti penghormatan terhadap kekayaan intelektual.
Pengembangan sistem manajemen keuangan terintegrasi
dengan audit yang jelas jejak memungkinkan pelanggaran
standar integritas keuangan ditemukan dan dilaporkan. Rezim
sanksi yang ketat untuk pelanggaran persyaratan integritas,
dan keberanian dalam menggunakannya, akan meningkatkan
kepercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu.

16 TATA KELOLA KEUANGAN


Selain dari pada tiga prinsip di atas, hal penting lainnya
dalam hal pembiayaan pemilu atau pemilihan kepala daerah
adalah akuntabilitas. Akuntabilitas berarti penyelenggara
bertanggung jawab atas aktivitasnya, dan harus secara berkala
memberikan bukti kepada pemangku kepentingan dan publik
bahwa kegiatan tersebut efektif dan memenuhi standar
hukum, etika, layanan, dan keuangan yang ditentukan.

Prinsip akuntabilitas mengharuskan penyelenggara untuk


memberikan yang komprehensif informasi publik tentang
kebijakan mereka, hasil yang diharapkan, kinerja dan sumber
daya yang telah mereka gunakan dan ingin gunakan, termasuk
dana publik dan lainnya. Ini sangat penting terutama jika
lembaga penyelenggara independen dari eksekutif pemerintah
mengecualikan jenis akuntabilitas kepada menteri yang
merupakan karakteristik fitur administrasi publik di banyak
negara.

Akuntabilitas memiliki sejumlah dampak positif pada


penyelenggara pemilu. Meningkatkan transparansi
penyelenggara pemilu dan mempromosikan tata kelola
yang baik membantu mendapatkan kepercayaan publik dan
pemangku kepentingan penting, terutama peserta pemilu dan
masyarakat pemilih sebagai pemangku kepentingan utama
dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah. Kurangnya
akuntabilitas yang tepat dapat menyebabkan tuduhan-
tuduhan yang buruk. Selain itu, biaya penyelenggaraan pemilu
atau pemilihan sampai hari ini masih sering dikritik oleh
berbagai pihak oleh karena dianggap mahal. Argumentasinya
selalu vis a vis dengan biaya kesehatan, pendidikan, dan biaya
lainnya yang memang hal-hal tersebut langsung dapat terasa

BAGIAN PERTAMA
17
PENDAHULUAN
efek nya bagi masyarakat dan keuntungan politik yang lebih
nampak.

Mengapa berbicara terkait pelaksanaan pemilu atau


pemilihan kepala daerah erat kaitannya dengan biaya
penyelenggaraan? Atau mengapa biaya penyelenggaraan
menjadi salah satu isu strategis dalam penyelenggaraan
pemilu atau pemilihan kepala daerah? Sampai disini tentu kita
mulai memahami mengapa biaya penyelenggaraan pemilu
atau pemilihan kepala daerah penting untuk dibahas.

C. Metode kajian/Penulisan Buku

Buku ini akan lebih berfokus pada pembahasan biaya


pemilu untuk penyelenggaraan, yang sebagaimana dijelaskan
di atas bersumber dari anggaran negara. Hal ini berangkat
dari keinginan penulis bahwa pembahasan tentang
pembiayaan untuk penyelenggaraan pemilihan harusnya
menjadi perhatian yang sama dengan pembiayaan kampanye,
karena hal ini sama pentingnya. Sementara itu penulusuran
yang penulis lakukan, para ahli maupun pegiat kepemiluan
lebih banyak menitikberatkan pembahasannya pada biaya
kampanye pemilu, antara lain menyangkut efisiensinya,
pembatasannya, serta hal lainnya. Padahal isu-isu tersebut
juga relevan dibahas dalam hal pembiayaan penyelenggaraan
pemilu atau pemilihan kepala daerah. Misalnya bagaimana
menyusun anggaran pemilihan yang efisien, tata kelola
keuangan pemilu yang baik, sumber pembiayaan nya, dan
masih banyak lagi isu-isu yang bisa dibahas sehubungan
dengan biaya penyelenggaraan pemilu atau pemilihan.

Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman para penulis

18 TATA KELOLA KEUANGAN


mengikuti, memantau, bahkan melaksanakan secara langsung
tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah serentak
tahun 2020 di Sulawesi Utara, dimana termasuk di dalamnya
menyelenggarakan pengelolaan anggaran pemilihan. Dengan
hadirnya semakin banyak buku atau literatur-literatur lainnya
tentang pengelolaan anggaran pemilu atau pemilihan kepala
daerah maka akan semankin membuka wawasan atau menjadi
pembelajaran bagi jajaran penyelenggara pada pelaksanaan
pemilu atau pemilihan kepala daerah yang akan datang.

Pada bagian pertama adalah pendahuluan yang berisi


latar belakang penulisan buku ini, kemudian selanjutnya
adalah pembasan tentang apa dan bagaimana pengertian
atau konsepsi dari pembiayaan pemilu, namun di dalamnya
juga akan dijelaskan terkait dengan sumber-sumber, kategori-
kategori, maupun prinsip-prinsip pembiayaan pemilu. Hal
ini penting untuk membentuk frame dari pembaca agar
memahami terlebih dahulu konsep pembiayaan pemilu secara
universal. Pada bagian akhir Bab 1 ini akan dijelaskan motode
kajian atau metode penulisan buku.

Bagian kedua dari buku ini akan membahas konsep dan


regulasi pengelolaan anggaran Negara. Sebagaimana yang
diuraikan di atas, bahwa biaya penyelenggaraan pemilihan
bersumber dari anggaran Negara, maka tentu pengelolaannya
harus sebagaimana pengelolaan anggaran Negara
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan dan aturan yang
ada. Maka pembahasan akan di arahkan mulai dari konsep
pengelolaannya, prinsip-prinsipnya, serta tentu regulasi-
regulasi yang mengatur terkait pengelolaan anggaran Negara
itu sendiri.

BAGIAN PERTAMA
19
PENDAHULUAN
Bagian ketiga secara khusus akan membahas terkait
pengelolaan anggaran pemilihan kepala daerah. Anggaran
pemilihan kepala daerah di Indonesia bersumber dari dana
hibah pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-
undang pemilihan kepala daerah. Perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pelaporannya, akan dibahas secara
berurutan.

Pada bagian keempat yang berjudul strategi dan inovasi


pengelolaan anggaran hibah pemilihan Gubernur dan wakil
gubernur Sulawesi Utara tahun 2020, akan ditulis terobosan-
terobosan yang dilakukan oleh KPU Provinsi Sulawesi Utara
dalam melakukan pengelolaan dana hibah pemilihan.
Terobosan-terobosan yang dilakukan terhadap berbagai hal,
antara lain, efisiensi pengadaan barang dan jasa, transparansi
anggaran melalui pelaksanaan festival anggaran yang dilakukan
oleh KPU Sulawesi Utara pada awal tahapan yaitu bersamaan
dengan pelaksanaan peluncuran tahapan pemilihan, serta
akuntabilitas anggaran melalui pengendalian internal dengan
cara monitoring, supervisi dan review.

Bagian kelima adalah uraian yang berisi testimoni dari para


pengelola keuangan di tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/
kota dan tingkat kecamatan tentang pengelolaan anggaran
yang dilakukan oleh mereka. Masing-masing pengelola
keuangan memberikan testimoni terkait pelaksanaan tugas
dan fungsi mereka, antara lain, tugas pengadaan barang dan
jasa, tugas pengendalian internal, tugas bendahara, serta hal
lainnya.

20 TATA KELOLA KEUANGAN


21
22 TATA KELOLA KEUANGAN
BAGIAN
II

23
KONSEP DAN REGULASI
PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA

A. Konsep Pengelolaan Anggaran 

Konsep anggaran merujuk pada Peraturan Pemerintah


Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah
disebutkan bahwa, pengelolaan keuangan daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban,
pengawasan daerah.1 Pengelolaan keuangan daerah dalam
hal ini mengandung beberapa kepengurusan dimana
kepengurusan umum atau yang sering disebut pengurusan
administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering
disebut pengurusan bendaharwan. Pengelolaan anggaran/
keuangan daerah harus mengikuti prinsip-prinsip pokok
anggaran sektor publik. Sementara berdasarkan ketentuan,
APBD harus disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pokok anggaran sektor publik, sebagai berikut: (a) Partisipasi
Masyarakat, (b) Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran, (c)
Disiplin Anggaran, (d) Keadilan Anggaran, (e) Efisiensi dan
Efektivias Anggaran dan (f) Taat Asas. 

Anggaran merupakan instrumen perencanaan dan


pengendalian manajemen yang berperan penting dalam
organisasi sektor publik. Tidak seperti di sektor bisnis yang
menjadikan anggaran sebagai dokumen rahasia perusahaan
sehingga tertutup untuk pihak luar, di sektor publik anggaran
1 Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

24 TATA KELOLA KEUANGAN


merupakan dokumen publik yang dapat diakses oleh publik
untuk diketahui, diberitahukan, dikritisi dan diperdebatkan.

Dalam pengertian lain dapat dikatakan bahwa anggaran


sebagai sebuah rencana finansial yang menyatakan2:

• Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat


atau aktivitas lain yang dapat mengembangkan
kapasitas organisasi dalam pelayanan.

• Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam


merealisasikan rencana tersebut

• Perkiraan sumber-sumber mana saja yang akan


menghasilkan pemasukan serta seberapa besar
pemasukan tersebut.

Sedangkan anggaran publik merupakan suatu dokumen


yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi
yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan
aktivitas3. Anggaran publik merupakan suatu rencana finansial
yang menyatakan:

• Berapa biaya-biaya atas rencana yang dibuat


(pengeluaran/belanja), dan 

• Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh


uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan)

Istilah anggaran dalam bahasa Inggris dikenal dengan


2 Nordiawan, Dedi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba
Empat
3 Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogya-
karta

BAGIAN KEDUA
25
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
kata budget, berasal dari bahasa Perancis “bougette” yang
artinya tas kecil. Menurut Indra Bastian4 berdasarkan National
Committee on Governmental Accounting (NCGA) yang saat
ini telah diubah menjadi Governmental Accounting Standards
Board (GASB), definisi anggaran (budget) adalah “…rencana
operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang
diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu”.

Sementara pengertian anggaran menurut Halim dan


Kusufi5 adalah sebagai berikut: “Anggaran adalah dokumen
yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan dan
pengeluaran, yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan
dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data
masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja”.

Menurut Sri Rahayu dan Andry Arifian Rachman anggaran


merupakan alat perencanaan dan pengendalian. Perencanaan
adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa
yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-
tujan tertentu, sedangkan pengendalian adalah melihat ke
belakang, memutuskan apa yang sebenarnya telah terjadi
dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan
sebelumnya6. Sedangkan menurut M. Nafarin (2012:19)
pengertian anggaran adalah rencana tertulis mengenai
kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif
untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan
4 Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar
Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga :Jakarta hal 191
5 Halim, A, Damayanti, T. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Sari
Bunga Rampai: Yogyakarta hal 48
6 Rahayu, Sri dan Andry Arifian Rachman. 2013. Penyusunan Angga-
ran Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 4

26 TATA KELOLA KEUANGAN


dalam satuan uang”. Dari beberapa definisi diatas dapat
penulis simpulkan bahwa anggaran merupakan rencana
operasi keuangan suatu organisasi yang diwujudkan dalam
bentuk financial dan disusun secara sistematis untuk periode
waktu tertentu yang mencakup estimasi pengeluaran yang
diusulkan dan sumber pendapatan yang akan digunakan
untuk membiayai pengeluaran tersebut7.

B. Anggaran Sektor Publik

Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran


tidak hanya sebuah rencana tahunan tetapi juga merupakan
bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang
dibebankan kepadanya. Halim dan Kusufi8 mengidentifikasikan
bahwa anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi
utama yaitu sebagai berikut:

1) Anggaran sebagai alat perencanaan


2) Anggaran sebagai alat pengendalian
3) Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
4) Anggaran sebagai alat politik
5) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
6) Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
7) Anggaran sebagai alat motivasi
8) Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik

Uraian mengenai kutipan di atas adalah sebagai berikut:

7 Nafarin, M. 2015. Penganggaran Perusahaan. Edisi tiga. Jakarta:


Salemba Empat, hal 19
8 Abdul Halim , Muhammad Syam Kusufi. 2016, Teori, Konsep dan
Aplikasi Akuntansi Sektor Publik Dari Anggaran Hingga Laporan
Keuangan Dari Pemerintah hingga Tempat ibadah. Jakarta : Salemba
Empat, hal 48

BAGIAN KEDUA
27
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
1) Anggaran sebagai alat perencanaan Anggaran sektor
publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang
akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang
dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari
belanja pemerintah tersebut.
2) Anggaran sebagai alat pengendalian Anggaran sebagai
instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari
adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending),
terlalu rendah (underspending), salah sasaran
(missappropriation) atau adanya penggunaan dana
yang tidak semestinya (misspending).
3) Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal anggaran sebagai
alat kebijakan fiskal pemerintah, digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Melalui anggaran sektor publik dapat
diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga
dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi.
4) Anggaran sebagai alat politik pada sektor publik,
anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas
penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu.
5) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi melalui
dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian
atau unit kerja atau departemen yang merupakan sub-
organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
dan apa yang akan dilakukan oleh bagian/ unit kerja
lainnya.
6) Anggaran sebagai alat penilaian kinerja eksekutif dinilai
berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik
dinilai berdasarkan berapa hasil yang dicapai dikaitkan

28 TATA KELOLA KEUANGAN


dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan
penilaian kinerja.
7) Anggaran sebagai alat motivasi anggaran dapat
digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan
stafnya agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan
efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang ditetapkan.
8) Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang
publik masyarakat dan elemen masyarakat lainnya
nonpemerintah, seperti LSM, Perguruan Tinggi,
Organisasi Keagamaan, dan organisasi masyarakat
lainnya, harus terlibat dalam proses penganggaran
publik. Keterlibatan mereka dapat bersifat langsung
dan tidak langsung. Keterlibatan langsung masyarakat
dalam proses penganggaran dapat dilakukan mulai
dari proses penyusunan perencanaan pembangunan
maupun rencana kerja pemerintah (daerah), sedangkan
keterlibatan secara tidak langsung dapat melalui
perwakilan mereka di lembaga legislatif (DPR/DPRD)

Sementara itu, National Committee on Governmental


Accounting (NCGA) yang dikutip oleh Tendi Haruman,
mengemukakan bahwa anggaran sektor publik memiliki
beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut9:

1) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan


rencana kerja.
2) Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan
dilaksanakan dimasa mendatang.
9 Haruman, Tendi. 2010. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Yogya-
karta: Graha Ilmu, hal 11

BAGIAN KEDUA
29
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
3) Anggaran sebagai alat komunikasi interen yang
menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme
kerja antara atasan dan bawahan.
4) Anggaran sebagai alat pengendali unit kerja.
5) Anggaran merupakan alat motivasi dan persuasi tindakan
efektif dan efisien dalam mencapai visi organisasi.
6) Anggaran merupakan instrumen politik.
7) Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

Menurut Mardiasmo10 menjelaskan siklus anggaran sektor


publik melalui tahapan sebagai berikut:

1) Tahap persiapan anggaran. Pada tahap persiapan


anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Yang didasari oleh
visi, misi, dan tujuan organisasi. Terkait dengan hal
tersebut, perlu diperhatikan bahwa sebelum menyetujui
taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu
dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat.
2) Tahap ratifikasi. Dalam tahap ini pimpinan eksekutif
harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan
memberikan argumentasi yang rasional atas segala
pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari
pihak legislatif.
3) Tahap pelaksanaan anggaran. Dalam tahap ini yang paling
penting adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi
dan sistem pengendalian manajemen. Manajer
keuangan publik dalam hal ini bertanggungjawab untuk
menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan
handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran
10 Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta, hal 70

30 TATA KELOLA KEUANGAN


yang telah disepakati, dan bahkan diandalkan untuk
tahap penyusunan anggaran periode berikutnya.
4) Tahap pelaporan dan evaluasi. Tahap pelaporan dan
evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi
dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan
menemukan banyak masalah.

Anggaran sektor publik mengalami perkembangan yang


cukup pesat terutama setelah adanya gerakan reformasi sektor
publik di berbagai negara. Pada dasarnya terdapat beberapa
jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan
anggaran sektor publik. Menurut Halim dan Kusufi11 dalam
menyusun anggaran terdapat dua pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan Tradisional. Anggaran tradisional


merupakan pendekatan yang banyak digunakan di
negara berkembang. Adapun ciri-ciri anggaran dengan
pendekatan tradisonal yaitu:
a. Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan
incrementalism.
b. Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-
item.
c. Cenderung sentralistis.
d. Bersifat spesifikasi.
e. Tahunan.
f. Menggunakan prinsip-prinsip anggaran bruto.

11 Abdul Halim , Muhammad Syam Kusufi. 2016, Teori, Konsep dan


Aplikasi Akuntansi Sektor Publik Dari Anggaran Hingga Laporan
Keuangan Dari Pemerintah hingga Tempat ibadah. Jakarta : Salemba
Empat, hal 52

BAGIAN KEDUA
31
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
2) Pendekatan New Public Management. New public
management berfokus pada manajemen sektor publik
yang berorientasi pada kinerja bukan pada kebijakan.
Paradigma new public management telah melahirkan
beberapa teknik penganggaran dalam sektor publik,
yaitu:
a. Anggaran Kinerja (Performance Budgeting) Anggaran
dengan pendekatan kinerja sangat menekankan
pada konsep value for money dan pengawasan atas
kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan
mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas
tujuan serta pendekatan yang sistematis dan rasional
dalam proses pengambilan keputusan.
b. Anggaran Program (Program Budgeting) Metode
ini menekankan bahwa keputusan penganggaran
harus didasarkan pada tujuan-tujuan dari aktivitas
pemerintahan daripada input untuk menghasilkan
barang dan jasa pemerintah.
c. Anggaran Berbasis Nol (Zero Based Budgeting-ZBB)
Penyusunan anggaran ini dapat mengatasi kelemahan
pendekatan incrementalism dan line-item karena
anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-based),
tidak berdasarkan pada tahun lalu tapi berdasarkan
kebutuhan saat ini.
d. Planning, Programming and Budgeting System
(PPBS) PPBS merupakan suatu anggaran di mana
pengeluaran secara primer dikelompokkan dalam
aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada program
kerja dan secara sekunder didasarkan pada jenis
atau karakter objek dan kinerja. PPBS merupakan
upaya sistematis yang memperhatikan integrasi

32 TATA KELOLA KEUANGAN


dari perencanaan, pembuatan program, dan
penganggaran.

Selain itu, Mahmudi 12 mengemukakan beberapa jenis


anggaran sektor publik yaitu, Line Item Budget; Incremental
Budget; Planning, Programming, Budgeting System (PPBS);
Zero Based Budget (ZBB); dan Performance Budget. Penjelasan
dari jenis-jenis anggaran sektor publik di atas dapat diuraikan
sebagai berikut:

1) Line Item Budget Sistem anggaran ini menyajikan belanja


berdasarkan input atau sumber daya yang digunakan,
tetapi tidak mengukur efisiensi dan efektivitas program
karena tidak dilakukan pengkaitan antara input dengan
output.
2) Incremental Budget merupakan sistem penganggaran
yang hanya menambah atau mengurangi jumlah
anggaran dengan menggunakan data anggaran tahun
lalu sebagai dasar anggaran tahun depan. Dalam
praktiknya incremental budget seringkali diikuti dengan
sistem line item budget.
3) Planning, Programming, Budgeting System (PPBS) PPBS
merupakan sistem penganggaran yang penyusunan
anggarannya berdasarkan program. Setiap unit kerja
memiliki visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi yang
dituangkan dalam renstra unit kerja. Renstra unit kerja
kemudian dijabarkan dalam rencana operasional yang
berisi program kerja beserta target kinerjanya.
4) Zero Based Budget (ZBB) merupakan sistem
penganggaran yang berbasis nol atau mulai dari nol.
12 Mahmudi. 2016. Analisis Laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN hal 69

BAGIAN KEDUA
33
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
ZBB menjadikan setiap anggaran merupakan anggaran
yang baru sehingga dimulai dari nol.
5) Performance Budget merupakan sistem penganggaran
yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan
antara anggaran (input) dengan keluaran (output) dan
hasil (outcome) yang diharapkan dari kegiatan dan
program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran
dan hasil tersebut.

C. Pengelolaan Keuangan Negara

Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan


pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan
dan kewenangannya, yang mana meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan juga pertanggungjawaban
(Pasal 1 angka 6 UndangUndang No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan, Tanggung Jawab Keuangan
Negara).

Definisi keuangan negara seiring dengan disahkan Undang-


Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
definisi keuangan negara yang saat ini digunakan harus
mengacu kepada peraturan perundangan tersebut. Menurut
pasal 1 ayat 1 UU tersebut keuangan negara didefinisikan
sebagai semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Penyelenggaraan tugas negara pada hakekatnya merupakan


hubungan antara negara dengan rakyat, yang umumnya
diatur dengan konstitusi atau undangundang. Hubungan

34 TATA KELOLA KEUANGAN


hukum tersebut disamping menimbulkan hak dan kewajiban
bagi negara, juga menimbulkan hak dan kewajiban bagi rakyat
sebagai salah satu pihak lainnya.

Dasar hukum keuangan negara adalah Amandemen


Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII pasal 23 dan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara. Pengelolaan keuangan negara mempunyai
arti luas dan sempit. Pengelolaan keuangan negara dalam arti
luas adalah manajemen keuangan negara. Dalam arti sempit
pengelolaan keuangan negara adalah administrasi keuangan
negara atau tata usaha keuangan negara.

Tujuan pengelolaan keuangan negara secara umum adalah


agar daya tahan dan daya saing perekonomian nasional
semakin dapat ditingkatkan dengan baik dalam kegiatan
ekonomi yang semakin bersifat global, sehingga kualitas
kehidupan masyarakat dapat meningkat sesuai dengan yang
diharapkan.

Pemerintah menyadari bahwa pengelolaan keuangan


negara yang dilaksanakan sampai saat ini perlu diadakan
penyempurnaan terutama dalam mengatasi kelemahan
seperti kurangnya keterkaitan antara perencanaan nasional,
penganggaran, dan pelaksanaannya, kemudian kelemahan
dalam pelaksanaan pengganggaran yang menggunakan line-
item budget (penyusunan anggaran yang didasarkan kepada
dan dari mana dana berasal/pos-pos penerimaan dan untuk
apa dana tersebut digunakan/pos-pos pengeluaran), aspek
perubahan anggaran yang lebih bersifat perubahan pada
sejumlah dana tertentu yang ditambahkan secara incremental
atas anggaran sebelumnya, adanya pemisahan anggaran

BAGIAN KEDUA
35
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
pembangunan dan anggaran rutin, serta klasifikasi anggaran
yang belum terbagi berdasarkan fungsi.

Untuk itu dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara, terdapat berbagai perubahan
mendasar dalam tiga hal yang meliputi:

• Pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka


menengah (Medium Term Expenditure Framework).

KPJM merupakan pendekatan penganggaran


berdasarkan kebijakan yang dilakukan dalam
perspektif waktu lebih dari satu tahun anggaran
dengan mempertimbangkan implikasi biaya pada
tahun berikutnya yang dinyatakan sebagai prakiraan
maju (forward estimate). Sedangkan prakiraan maju
merupakan perhitungan kebutuhan dana untuk
tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang
direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi
dasar penyusunan anggaran berikutnya.

• Penerapan penganggaran secara terpadu (Unified


Budget)

Pendekatan penganggaran terpadu merupakan


pendekatan penganggaran yang mengintegrasikan
seluruh proses perencanaan dan penganggaran ke dalam
satu proses. Sebelumnya, penganggaran untuk belanja
rutin dan pembangunan dilakukan secara terpisah
dengan menggunakan dua dokumen yang terpisah
pula yaitu DIP dan DIK. Melalui pendekatan anggaran

36 TATA KELOLA KEUANGAN


terpadu, proses perencanaan dan penganggaran serta
dokumen penganggarannya telah disatukan. Selain
itu, klasifikasi belanja rutin dan pembangunan telah
ditiadakan dan dilebur menjadi belanja pemerintah
pusat.

• Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja


(Performance Budget)

Anggaran Berbasis Kinerja (performance based


budgeting) adalah model pendekatan penganggaran
yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
(input) dengan keluaran dalam bentuk output dan
outcome yang diharapkan termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Input (masukan)
adalah besaran sumber-sumber daya dalam bentuk:
dana, SDM, material/bahan, waktu dan teknologi yang
digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan.
Output (keluaran) menunjukkan produk (berupa barang
atau jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan
sesuai dengan input yang digunakan. Sedangkan
outcomes (hasil) menunjukkan berfungsinya output.

D. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik yang baik  

Berbicara terkait prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang


baik, tentu tidak bias terlepas dari konsep good governance.
Perubahan dan perbaikan kualitas kinerja pemerintah
diperlukan untuk mengembalikan dan memulihkan
kepercayaan masyarakat. Untuk menjawab perubahan dan
perbaikan pengelolaan dan pelaksanaan tugas pemerintahan
yang lebih baik Pemerintah diwajibkan untuk menerapkan

BAGIAN KEDUA
37
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
good governance pada pemerintahannya. Good governance
pada lingkungan pemerintahan sering dikenal dengan istilah
Good Government Governance (GGG)13.

Good government governance atau tata kelola


pemerintahan yang baik merupakan tata kelola yang
diterapkan untuk semua kegiatan publik agar pemerintah
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien
serta sesuai dengan harapan masyarakat. Hal tersebut sesuai
dengan tujuan pemerintahan yaitu pelayanan untuk publik.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan yang baik
diharapkan tata pemerintahan yang baik dapat terwujud,
berdasarkan pedoman dari Komite Nasional Kebijakan
Governance14, ada lima prinsip yang diterapkan dalam
mewujudkan good government governance yaitu: demokrasi,
transparansi, akuntabilitas, budaya hukum, serta kewajaran
dan kesetaraan.

Tanpa adanya tata kelola yang baik, kualitas anggaran


tidak dapat tercapai. Perencanaan anggaran yang baik dapat
meningkatkan kualitas pemerintahan dalam perencanaan
penganggaran, apabila pemerintah menerapkan tata
pemerintah yang baik, yaitu: demokrasi, transparansi,
akuntabilitas, budaya hukum, kewajaran dan kesetaraan. Oleh
sebab itu setiap prinsip dari tata kelola pemerintah tersebut
wajib tercermin pada saat proses penganggaran.

Egbide dan Godwyns15, menyatakan bahwa good


13 Yasminingrum. (2013). Upaya Pengembangan Moral Aparatur Pe-
merintah Dalam Mewujudkan Good Governance, 10(854), 177–187.
14 Pedoman Umum Good Public Governance, 2008, Diterbitkan oleh
:Komite Nasional Kebijakan Governance, Rev 9 Desember 2008
15 Egbide, B., & Godwyns Ade’ Egbude. (2012). Good Budgeting and

38 TATA KELOLA KEUANGAN


governance dan penganggaran yang baik memiliki hubungan
yang jelas, pemerintahan yang baik adalah dasar untuk
mencapai anggaran yang baik. Sementara hasil penelitian
Octariani, Akram, dan Animah16 menyatakan bahwa good
governance berpengaruh terhadap kualitas anggaran.
Tarmizi17 juga mengemukakan bahwa transparansi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas anggaran.

Adapun prinsip sebagaimana terkandung dalam


pengelolaan keuangan negara sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Pasal 3 ayat 1 yang dinyatakan: Keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Asas pengelolaan keuangan negara tersebut sedasar dengan
asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(konsep good governance).

Dalam hal ini karakteristik prinsip-prinsip good governance


menurut United Nations Development Programme (UNDP)
sebagaimana dikutip Lembaga Administrasi Negara18 adalah
participation, rule of law, transparency, responsiveness,
consensus orientation, equity, effectiveness and efficiency,
Good Governance : a. The Public Administration and Social Policies
Review, IV Year, N(2012), 49–59.
16 Octariani, Devie, Akram, dan Animah, 2017, Good governance, Per-
formance Based Budgeting and SKPD Budget Quality SKPD, JKAP Vol. 21
(2), November, 2017
17 Achmad Tarmizi, 2007, Corporate Governance of Family Firms
and Voluntary Disclosures : The Case of Indonesian Manufacturing
Firm. The University of Western Australia.
18 LAN & BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara hal 7

BAGIAN KEDUA
39
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
accountability, strategic vision

Selaras dengan prinsip-prinsip good governance,


pengelolaan keuangan negara dalam bingkai good financial
governance yang modern secara yuridis harus dituangkan
dalam perangkat ketentuan hukum yang mengandung asas
keterbukaan atau transparency dan peran serta masyarakat
atau public participation19

Mengingat begitu pentingnya peranan dan fungsi anggaran,


maka diperlukan prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi
organisasi publik dalam pengelolaannya. Beberapa prinsip
anggaran sektor publik menurut Mardiasmo20 adalah sebagai
berikut, :

1) Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapat


otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif
dapat membelanjakan anggaran tersebut
2) Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena
itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya adalah
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif
3) Keutuhan anggaran semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah tercakup dalam dana umum (general fund)
4) Nondiscretionary appropriation Jumlah yang disetujui
oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara
ekonomis, efisien, dan efektif
5) Periodik anggaran merupakan suatu proses yang periodik,
19 Adam Tomkins, Our Republican Constitution : Adam Tomkins , Our
Republican Constitution. Oxford: Hart ( www.hartpub.co.uk ), 2005.
xii+156 pp.
20 Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta, hal 67

40 TATA KELOLA KEUANGAN


dapat bersifat tahunan maupun multi tahunan.
6) Akurat estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan
cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang
dapat menyebabkan terjadinya pemborosan dan
ketidakefisienan anggaran, serta dapat mengakibatkan
munculnya underestimate pendapatan dan overestimate
pengeluaran.
7) Jelas Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami
oleh masyarakat, dan tidak membingungkan.
8) Transparan Anggaran harus diinformasikan kepada
masyarakat luas

Anggaran daerah merupakan seluruh hak serta kewajiban


dalam rangka pekerjaan pemerintahan daerah yang dinilai
dari sisi keuangan termasuk semua bentuk kekayaan yang
terkait dengan kewajiban dan hak daerah tersebut. Keuangan
daerah diatur menggunakan empat prinsip, yakni: 

• Prinsip Kemandirian

Asas ini menuju pada pengelolaan anggaran yang diatur


dengan mengurangi ketergantungan akan sumber keuangan
yang bersifat praktis datang dari atas, tanpa perlu mencoba
membuat sebuah inovasi dan menemukan sumber daya yang
dipunya, kenaikan kualitas sumber daya ini tentunya akan
mendorong perbaikan kemampuan produksi yang mengarah
kepada peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan warga di
masing-masing daerah.

• Prioritas

Pemakaian skala prioritas untuk menentukan objek ketika

BAGIAN KEDUA
41
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
perjalanan pemerintah serta pembangunan. Dengan sebuah
pemicu atau indikator untuk menentukan pilihan perkara
yang terbaik dari segala alternatif yang ada dan terbaik atau
best of the best.

• Efisiensi, efektivitas dan ekonomis

Efisien merupakan input yang dipakai untuk dialokasikan


dengan optimal dan baik agar mencapai pengeluaran dengan
biaya terendah, Efektif ialah tercapainya tujuan maupun
sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya, dan terakhir
Ekonomis yaitu menghemat pengeluaran untuk mendapatkan
pemasukan yang baik, semua pengeluaran yang digunakan
dengan biaya termurah.

• Disiplin anggaran

Perlunya menggunakan anggaran sesuai dengan


pengaturan anggaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

Pengelolaan keuangan daerah ini merupakan keseluruhan


kegiatan yang mencakup pada pelaksanaan, perencanaan,
pelaporan, penatausahaan, pertanggungjawaban dan juga
pengawasan keuangan daerah. APBD ini merupakan ilustrasi
yang dipakai untuk menunjukkan gambaran bagaimana
proses berjalannya pembangunan dilakukan pada suatu
daerah. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pentingnya
perencanaan terbaik dalam hal APBD supaya tujuan
pengelolaan keuangan daerah mampu menyejahterakan para
warga di tiap daerah.  Ada 7 prinsip manajemen keuangan,
yaitu: 21
21 (https://www.jurnal.id/id/blog/2018-7-prinsip-manaje-
men-keuangan-yang-perlu-anda-ketahui/)

42 TATA KELOLA KEUANGAN


• Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum yang


melekat dalam individu, kelompok, atau perusahaan untuk
menyebutkan bagaimana dana, alat-alat, atau wewenang yang
diberikan pihak ketiga, apakah dana tersebut sudah dipakai
dan digunakan? Dan digunakan untuk apa? Perusahaan harus
bisa menyebutkan bagaimana mereka memakai asal dananya
dan apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban
pada orang yang berkepentingan serta penerima manfaat.
Semua yang berkepentingan berhak untuk mengetahui
bagaimana dana dan kewenangan digunakan.

• Konsistensi (Consistency)

Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus


konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem
keuangan tidak boleh disesuaikan apabila terjadi perubahan
pada organisasi. Pendekatan yang tidak konsisten terhadap
manajemen keuangan merupakan suatu pertanda bahwa
terdapat manipulasi dalam pengelolaan keuangan.

• Kelangsungan Hidup (Viability)

Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di tingkat


strategi hingga operasional wajib sejalan atau disesuaikan
dengan dana yang diterima. Kelangsungan hidup (viability)
merupakan suatu ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan
keuangan organisasi. Manajer organisasi harus menyiapkan
sebuah rencana keuangan yang menunjukkan bagaimana
organisasi dapat melaksanakan strateginya dan memenuhi
kebutuhan keuangan.

BAGIAN KEDUA
43
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
• Transparansi (Transparency)

Perusahaan harus terbuka mengenai pekerjaannya,


menyediakan informasi yang berkaitan dengan rencana
dan aktivitasnya kepada para orang yang berkepentingan.
Termasuk didalamnya menyiapkan laporan keuangan yang
akurat, lengkap, dan tepat waktu, serta dapat diakses dengan
mudah oleh para manajemen yang berkepentingan dan
penerima manfaat. Apabila perusahaan tidak transparan, hal
ini menandakan ada sesuatu hal yang disembunyikan.

• Standar Akuntansi (Accounting Standards)

Sistem akuntansi dan keuangan yang digunakan perusahaan


harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia. Hal ini berarti setiap akuntan di seluruh
dunia dapat sepaham dan mengerti sistem yang digunakan.

• Integritas (Integrity)

Dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya, individu


yang terlibat wajib  memiliki integritas yang baik. Selain itu,
laporan dan catatan keuangan juga harus dijaga integritasnya
melalui kelengkapan dan keakuratan pencatatan keuangan.

• Pengelolaan (Stewardship)

Perusahaan harus dapat mengelola dan menggunakan


dana yang telah diperoleh dengan baik dan menjamin bahwa
dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. 

Itulah ketujuh prinsip manajemen keuangan yang

44 TATA KELOLA KEUANGAN


perlu di ketahui. Melakukan manajemen keuangan tentu
bukanlah hal yang mudah. Namun, anda tidak perlu
khawatir karena di zaman teknologi seperti sekarang ini
anda dapat memanfaatkan software akuntansi. Jurnal
adalah software akuntansi online yang dapat membantu
Anda melakukan manajemen keuangan dengan baik.
Jurnal dapat membantu membuat laporan keuangan
dengan cepat, instan, dan menyajikan data secara realtime

C. Regulasi pengelolaan Anggaran Pemilihan


Kepala Daerah  

Ketika kita memahami apa maksud dari regulasi serta


keuangan publik maka kita mungkin akan langsung
mengarahkan pandangan kita pada peraturan-peraturan
yang mengatur regulasi tersebut. Namun, untuk membuat
peraturan tersebut harus ada dasar hukum, dan harus
memahami lebih dalam bagaimana cara penyusunannya,
apa saja yang terkait, serta memahami etika pengelolaan
keuangan publik. 

Selama ini kita melihat beberapa regulasi keuangan sektor


publik memiliki permasalahan, contohnya alokasi anggaran
pelayanan publik, jumlah pencairan dana tidak sesuai dengan
anggaran. Berdasarkan contoh tersebut, maka diperlukan
kedudukan dan peran oleh pihak pemerintah dalam
memperbaiki kualitas pelayanan publik. Jika peran tersebut
berjalandengan baik maka akan menghasilkan kualitas publik
yang baik terutama di Indonesia.

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah suatu kegiatan memilih

BAGIAN KEDUA
45
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
pemimpin serta wakil-wakil rakyat yang pelaksanaannya telah
tersurat dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, dimana memilih serta dipilih merupakan hak dari
setiap Warga Negara Indonesia yang memenuhi ketentuan
menurut peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut lagi,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi atau Komisi Pemilihan Umum
kabupaten atau kota, yang merupakan instansi vertikal dari
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, merupakan institusi resmi
pengemban amanah dan penyelenggara pemilihan umum
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 Pemilu. 

Berdasarkan amanat tersebut, maka pada setiap kegiatan


Pemilihan Umum baik Pemilihan Presiden, Pemilihan
Umum Legislatif sampai dengan Pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, Komisi Pemilihan Umum Provinsi
dan Kabupaten/Kota mengemban tugas penting dalam
memastikan kelancaran, keberlanjutan serta memastikan
bahwa pelaksanaannya telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dengan mengutamakan prinsip
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Dalam rangka menyelenggarakan kegiatan kewenangan


tersebut dibutuhkan pengelolaan keuangan yang baik,
sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan dalam
penyelenggaraan kegiatan pemilu sehingga diharapkan
realisasi anggaran dalam pembiayaan pemilu menjadi
lebih akuntabel. Seiring dengan kemajuan bangsa dan
semakin cerdasnya masyarakat yang menginginkan adanya
pemerintahan yang kokoh, tuntutan transparansi dan
akuntabilitas fiskal atau keuangan negara adalah merupakan

46 TATA KELOLA KEUANGAN


bagian terpenting dari penegakan tata kelola atau tata
pemerintahan yang baik (good governance).

Transparansi dan akuntabilitas keuangan negara


diwujudkan dalam lima tahapan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara. Kelima tahapan itu
adalah, pertama, perencanaan dan penganggaran, kedua,
pelaksanaan anggaran, ketiga, akuntansi pelaporan dan
pertanggungjawaban anggaran, keempat, pengawasan
internal, dan, kelima, pemeriksaan oleh auditor eksternal
yang independen. 

KPU Provinsi atau Kabupaten/Kota sebagai sebuah lembaga


publik daerah memiliki peran penting dalam pemilihan umum
kepala daerah, pemilihan umum legislatif dan pemilihan
presiden, maka dituntut menerapkan good governance dalam
menjalankan tugasnya. Tuntutan penerapan good governance
harus dilakukan oleh KPU dalam segala kegiatan, baik dalam
penyelenggaraan teknis kepemiluan, kegiatan administratif,
maupun dalam pengelolaan keuangan/ anggaran.  

Adapun implikasi daripada prinsip-prinsip good governance


dalam peraturan perundang-undangan, khususnya yang
mengatur mengenai pengelolaan keuangan negara tersebut22.
Pertama, Pembukaan UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD
1945 khususnya alinea keempat yang intinya memuat
sebagai berikut, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan juga untuk memajukan

22 Indrawati, Prinsip Good Financial Governance dalam Pengelolaan


Keuangan Negara .... 206 207 PERSPEKTIF Volume XVII No. 3 Tahun
2012 Edisi September

BAGIAN KEDUA
47
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Alinea
keempat dari UUD 1945 mengandung arti prinsip-prinsip
demokrasi, prinsip negara hukum, dan juga atas perlindungan
hak asasi manusia.

Kedua, Batang Tubuh pada UUD 1945. Adapun ketentuan


dalam UUD 1945 yang mengatur mengenai prinsip-prinsip
good financial governance adalah sebagai berikut: Pasal 23,
Pasal 23E, Pasal 23 A, Pasal 23 C, Pasal 33 ayat 1 dan ayat 4.

Ketiga, Undang-Undang 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara. Adapun ketentuan pada Undang-Undang No. 17 Tahun
2003 yang memuat prinsip-prinsip good financial governance
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat 1, yang meliputi:
Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan. Asas-asas tersebut selaras dengan prinsip-
prinsip good governance sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Keempat, yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara. Undang-Undang ini menganut asas
kesatuan, asas universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas,
asas profesionalitas, asas keterbukaan dan akuntabilitas yang
sedasar dengan prinsip-prinsip good financial governance.

Kelima, yaitu Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang


Pemeriksaan Pengelolaan dan juga Pertanggungjawaban

48 TATA KELOLA KEUANGAN


Keuangan Negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana
diatur dalam undangundang ini menganut asas ketertertiban,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan sedasar dengan prinsip-prinsip good financial
governance.

Keenam, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan
Pemerintah Daerah. Adapun ketentuan Undang-Undang No.
33 Tahun 2004 yang mengatur mengenai prinsip-prinsip good
financial governance yang sedasar dengan prinsip-prinsip
good governance diatur pada Pasal 66 ayat 1 yang meliputi:
keuangan daerah dikelola secara tertib, taat kepada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, dan juga efektif,
transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

Ketujuh, Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang


Badan Pemeriksaan Keuangan. Undang-undang ini menganut
asas kebebasan, kemandirian, dan juga akuntabilitas,
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis,efektif, dan transparan dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan yang selaras dengan prinsip-
prinsip good financial governance.

Kedelepan, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005


tentang Pengelolaan Keuangan Daerah . Adapun ketentuan
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 yang mengatur
mengenai adanya prinsip-prinsip good financial governance
yang sedasar dengan prinsipprinsip good governance diatur
dalam Pasal 4 ayat 1, yang meliputi keuangan daerah dikelola

BAGIAN KEDUA
49
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
secara tertib, taat kepada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab
dengan memperhatikan aspek keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat.

Komisi Pemilihan Umum dalam rangka melaksanakan


program kegiatannya menggunakan sumber pembiayaan yang
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Di samping sumber dana tersebut, Komisi Pemilihan Umum
Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh dan Kabupaten/
Kota juga menerima sumber dana dari Pemerintah Provinsi
atau Kabupaten/Kota, berupa Hibah Langsung baik dalam
bentuk hibah uang ataupun hibah barang. Pengelolaan hibah
langsung diatur, dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah,
serta Peraturan Menteri Keuangan atau Peraturan lainnya.
Dalam rangka pengelolaan Hibah sesuai dengan peraturan
dan perundang–undangan perlu di tetapkan Pedoman
Pengelolaan Hibah Langsung di Lingkungan Komisi Pemilihan
Umum.

Selain merujuk pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2019,


juga merujuk pada Keputusan KPU No 1312 Tahun 2019
sebagaimana diubah dengan Keputusan KPU No 63 Tahun
2020 Tentang Standar dan Petunjuk Teknis Penyusunan
kebutuhan barang dan jasa dalam pemilihan Bupati 2020
serta Implementasi Permendagri No 54 thn 2019 pasal 14
dijelaskan dalam SE Mendagri No 270/463/SJ. 

Seluruh tahapan penyelenggaraan Pemilihan Gubernur


dan Wakil Gubernur Tahun 2020. Dalam menyusun dan
melaksanakan kebutuhan anggaran, KPU Provinsi Sulawesi

50 TATA KELOLA KEUANGAN


Utara berpedoman pada ketentuan-ketentuan berikut.
Pertama, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor  6 Tahun
2020 Tentang Penetapan  Peraturan  Pemerintah Pengganti 
Undang-Undang Nomor  2 Tahun 2020 Tentang  Perubahan
Ketiga  Atas Undang-Undang  Nomor  1 Tahun 2015 Nomor 
1 Tahun 2014  Tentang  Pemilihan  Gubernur, Bupati, Dan 
Walikota Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang
tentang Penetapan  Peraturan  Pemerintah Pengganti  Undang-
Undang.

Kedua, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun


2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 54 Tahun 2019, Tentang Pendanaan Kegiatan
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Ketiga, Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor  15


Tahun 2019  Tentang Tahapan, Program Dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur,
Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali
Kota Tahun 2020, sebagaimana yang terakhir diubah dengan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2020 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Tahapan,
Program Dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali
Kota Dan Wakil Wali Kota Tahun 2020.

Keempat, Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik


Indonesia Nomor 481/KU.02.4-Kpt/01/Kpu/X/2020 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program dan Kegiatan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran Komisi Pemilihan Umum Provinsi/

BAGIAN KEDUA
51
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
Komisi Independen Pemilihan Aceh dan Komisi Pemilihan
Umum/Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota Bagian
Anggaran 076 Tahun Anggaran 2020 Revisi Ke-V

Kelima, Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik


Indonesia Nomor 7/KU.02.5-Kpt/02/KPU/I/2021
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan, Penyaluran, dan
Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran Dana Hibah
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali
Kota

Keenam, Keputusan KPU Republik Indonesia Nomor 1312/


HK.03.1-Kpt/01/KPU/VII/2019 Tentang Standar dan Petunjuk
Teknis Penyusunan Anggaran Kebutuhan Barang/Jasa dan
Honorarium Penyelenggara Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Wali Kota dan
Wakil Wali Kota Tahun 2020.

Ketujuh, Keputusan KPU Republik Indonesia Nomor


63/HK.03.1;Kpt/01/KPU/II/2020 Tentang Perubahan atas
Keputusan KPU Republik Indonesia Nomor 1312/HK.03.1-
Kpt/01/KPU/VII/2019 Tentang Standar dan Petunjuk
Teknis Penyusunan Anggaran Kebutuhan Barang/Jasa dan
Honorarium Penyelenggara Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Wali Kota dan
Wakil Wali Kota Tahun 2020

Kedelepan, Keputusan KPU Republik Indonesia Nomor


388/HK.03.1;Kpt/01/KPU/III/2020 Tentang Perubahan
Kedua atas Keputusan KPU Republik Indonesia Nomor 1312/
HK.03.1-Kpt/01/KPU/VII/2019 Tentang Standar dan Petunjuk

52 TATA KELOLA KEUANGAN


Teknis Penyusunan Anggaran Kebutuhan Barang/Jasa dan
Honorarium Penyelenggara Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Wali Kota dan
Wakil Wali Kota Tahun 2020

D. Pelaksanaan Anggaran di KPU Provinsi Sulawesi Utara 

Pelaksanaan Anggaran merupakan bagian dari siklus


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah
satu indikator penting untuk mengetahui kinerja APBN
adalah dengan mengukur tingkat penyerapan anggaran
dalam pelaksanaan anggaran. Besaran pagu anggaran yang
dapat direalisasikan mencerminkan berjalannya fungsi-fungsi
pemerintahan antara lain mendorong pertumbuhan ekonomi,
distribusi yang semakin merata dan stabilitas perekonomian
yang makin terjaga. Mengingat pentingnya penyerapan
anggaran dalam menggerakkan perekonomian bangsa,
maka perlu dilakukan berbagai langkah untuk mendorong
percepatan penyerapan anggaran. Pengelolaan anggaran
pemilihan 2020 harus berbasis regulasi dan dilaksanakan
secara bertanggungjawab. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan
anggaran yakni transparan, akuntabel, efisien dan efektif
harus menjadi pedoman pengelola anggaran.

Selaku lembaga publik KPU provinsi dan KPU kabupaten/


kota harus bisa mengelola anggaran baik anggaran yang
berasal dari APBN maupun anggaran APBD melalui hibah
daerah. Berbicara masalah anggaran tentunya tidak terlepas
dari program kegiatan yang akan dilakukan oleh Komisi
Pemilihan Umum Sulawesi Utara. KPU Sulawesi Utara
membaginya dalam tiga bagian. Pertama yakni pra Pilkada. Ini
menyangkut tahapan persiapan yang terdiri dari perencanaan

BAGIAN KEDUA
53
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
program dan anggaran. Kedua terkait pelaksanaan, yang
kemudian mencakup semua tahapan setiap divisi, baik itu
sosialisasi, kampanye teknis pencalonan sampai proses
pemungutan, penghitungan, rekapitulasi dan penetapan,
pembentukan badan penyelenggara adhoc, pemutakhiran
data pemilih, tahapan terkait hukum, serta pengadaan dan
distribusi logistik. Sementara bagian ketiga yakni tahapan
pasca Pilkada, dimana KPU Provinsi Sulut melakukan evaluasi
atas keseluruhan tahapan Pilkada 2020.

Salah satu karakteristik good governance yang akan


dibahas pada tulisan ini adalah akuntabilitas pengelolaan
keuangan. Dalam pengelolaan keuangan publik dituntut
adanya pertanggungjawaban kepada masyarakat. 

Terkait hal tersebut, menurut Rasul (2003: 8) akuntabilitas


adalah: “Kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang
terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi”. Perangkat
indikator akuntabilitas yaitu sebagai berikut: 

1. Adanya Standart Operating Procedure; 

2. Mekanisme pertanggungjawaban; 

3. Laporan tahunan; 

4. Laporan pertanggungjawaban; 

5. Sistem pemantauan kinerja penyelenggara Negara; 

6. Sistem pengawasan; 

54 TATA KELOLA KEUANGAN


7. Mekanisme reward and punishment. 

Akuntabilitas yang dimaksud yaitu pertanggungjawaban


penerimaan dan pengeluaran anggaran, bukti-bukti
dokumen transaksi pengadaan barang dan jasa serta
pertanggungjawaban laporan anggaran dan kegiatan dalam
rangka pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun
2020 di Provinsi Sulawesi Utara.

Secara umum dalam setiap pengelolaan anggaran selalu


dikaitkan dengan akuntabilitas publik. Hal ini dapat dilihat
dari definisi akuntabilitas yang merupakan hal yang penting
untuk menjamin efisiensi dan efektivitas. Keterkaitan atau
pentingnya akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran di  KPU
Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat bahwa dari seberapa
baik prosedur hukum yang diikuti untuk membentuk
keputusan administrasi publik yang harus dihormati oleh
para aparatur sipil negara dan otoritas publik. Akuntabilitas
mencakup eksistensi dari suatu mekanisme yang meyakinkan
peserta pemilu ataupun pejabat publik terhadap aksi
perbuatannya dalam penggunaan sumber daya publik dan
kinerja perilakunya. Akuntabilitas juga berkaitan erat dengan
pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam
pencapaian sasaran atau target kebijaksanaan dan program.

Akuntabililtas pengelolaan anggaran KPU Sulawesi Utara


adalah kewajiban KPU Sulawesi Utara untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait
dengan penerimaan dan penggunaan dana publik kepada
pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut (masyarakat). Aspek penting

BAGIAN KEDUA
55
KONSEP DAN REGULASI PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA
yang harus dipertimbangkan ialah : 1) Legalitas penerimaan
dan pengeluaran. Setiap transaksi yang dilakukan harus
dapat dilacak otoritas legalnya. (2) Pengelolaan (stewardship)
keuangan daerah secara baik, perlindungan aset fisik dan
finansial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus.

Permasalahan pengelolaan anggaran pada pemilihan


sebelumnya harus menjadi dasar evaluasi dalam pengelolaan
anggaran pemilihan 2020. Seperti yang sudah diketahui
permasalahan terkait dengan pengelolaan anggaran
diantaranya adalah terkait penatausahaan dan pengelolaan
keuangan yang tidak tertib, pengawasan atasan terhadap
pelaksanaan pertanggungjawaban anggaran yang belum
memadai, perjalanan dinas yang tidak berprinsip 3E (Efisien,
Efektif dan Ekonomis), serta masih terdapat pelaporan /
output kegiatan yang belum dibuat. 

Terkait pengelolaan Badan Adhoc permasalahan yang


dihadapi adalah Pertanggungjawaban Badan Adhoc (PPK,
PPS, KPPS) belum disampaikan ke Bendahara Pengeluaran/
Bendahara Pengeluaran Pembantu KPU Kabupaten/ Kota,
dana Badan Adhoc digunakan untuk kepentingan pribadi,
anggaran Badan Ad hoc tidak terbayarkan, karena digunakan
untuk kegiatan lain.Mengevaluasi permasalahan dalam
pengelolaan program dan anggaran tersebut pengelolaan
anggaran pemilihan 2020 perlu untuk selalu diuji, apakah
pencatatan telah dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah (SAP); Perlu ada Sistem Pengendalian Intern yang
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta mekanisme pengelolaan yang dilakukan 
berdasarkan prinsip 3E (Efisien, Efektif Dan Ekonomis); (*)

56 TATA KELOLA KEUANGAN


57
Sengaja Di kosongkan

58 TATA KELOLA KEUANGAN


BAGIAN
III

59
MANAJEMEN ANGGARAN
HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Manajemen yang diartikan sebagai kemampuan mengelola


atau mengatur, merupakan pengetahuan penting dalam
kehidupan manusia. Kemampuan ini sangat dibutuhkan
dalam aktivitas pemerintahan dan pelayanan publik, secara
khusus dalam penggunaan anggaran negara. Pada bagian
sebelumnya telah dipaparkan tentang bagaimana konsep
pengelolaan anggaran negara, serta prinsip-prinsipnya.
Pembahasan tersebut menunjukkan pentingnya mengelola
anggaran negara dengan baik dan benar.

Pada bagian ini, secara rinci akan dibahas bagaimana


mengelola anggaran hibah pemilihan kepala daerah. Tidak
berbeda dengan pengelolaan anggaran negara di bidang
yang lain, pengelolaan anggaran dana hibah untuk pemilihan
kepala daerah juga harus dilaksanakan sesuai prinsip value
for money yakni menerapkan prinsip efektif, efisien, dan
ekonomis.

Efektifitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut


harus dapat mencapai target atau tujuan kepentingan
publik. Efisiensi berkaitan dengan penggunaan sumber
dana masyarakat (public money) menghasilkan output yang
maksimal (berdaya guna) bagi kepentingan masyarakat,
sedangkan ekonomis berkaitan dengan pemilihan dan
penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu
pada harga yang wajar. Untuk memenuhi prinsip ini, maka

60 TATA KELOLA KEUANGAN


manajemen keuangan harus diterapkan secara tepat.

Manajemen keuangan (financial management) merupakan


semua aktivitas atau kegiatan perusahaan yang berkaitan
dengan bagaimana cara mendapatkan, menggunakan, dan
mengelola keuangan perusahaan. Menurut James Van Horne1,
seorang ekonom asal Amerika, penulis buku “Fundamentals
of financial management”, manajemen keuangan adalah
semua aktivitas yang berhubungan dengan perolehan dana
dan pengelolaan pendanaan, serta untuk pengelolaan aktiva
dengan tujuan semua aktivitas perusahaan.

Bambang Riyanto2 memberikan pemahaman bahwa


manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan
yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan pendanaan
yang diperlukan dengan biaya minimal dan syarat-syarat yang
paling menguntungkan, serta usaha untuk menggunakan
dana tersebut se-efisien mungkin.

Dari penjelasan tersebut, maka disimpulkan bahwa


manajemen atau pengelolaan keuangan yang profesional,
terbuka dan bertanggungjawab merupakan target yang
harus diejawantahkan oleh Komisi Pemilihan Umum. Hal ini
merupakan peran serta mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance) di lingkungan Komisi Pemilihan
Umum. Sehingga berdasarkan Keputusan Nomor 7/PU.02.5-

1James C Van Horne, 2009, Fundamentals of Financial Management


: Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan (buku 1), Jakarta :Salemba
Empat
2 Bambang, Riyanto, 2011. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan
Edisi 4. Yogyakarta : BPFE

BAGIAN KETIGA
61
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Kpt/02/KPU/I/2021 tentang Pedoman teknis pengelolaan,
penyaluran dan pertanggungjawaban penggunaan anggaran
dana hibah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang
menjadi dasar pengelolaan Anggaran Hibah Pemilihan, maka
pengelolaan dana yang telah diterima harus secara terbuka
dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai undang-undang.

1) Pengelolaan Keuangan Dana Hibah Pemilihan

Pada tahapan pemilihan, peran strategis pengelola


keuangan yang mumpuni, berintegritas dan memiliki
tanggung jawab mengelola keuangan hibah pemilihan sangat
dibutuhkan, demi lancarnya tahapan serta pengelolaan
keuangan yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan.
Pengelola keuangan yang dimaksud antara lain :

a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu pejabat yang


memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada kementerian negara/
lembaga yang bersangkutan.

b. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat


yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau tindakan yang
dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban
APBN.

c. Bendahara Pengeluaran yang selanjutnya disingkat


BP adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan,

62 TATA KELOLA KEUANGAN


dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja negara dalam pelaksanaan
APBN pada kantor/satuan kerja kementerian
negara/lembaga.

d. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang


selanjutnya disingkat BPP adalah orang yang
ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran
untuk melaksanakan pembayaran kepada yang
berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan
tertentu.

Dalam menunjang pengelolaan keuangan yang


akuntabel dan professional, perlu ditempatkan Sumber
Daya Manusia (SDM) dalam penugasan sesuai prinsip
the right man in the right place yaitu didasarkan pada
kemampuan dan keahlian dalam mengelola keuangan.
Sekretaris KPU Provinsi selaku KPA, menunjuk dan
menetapkan 1 (satu) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
setiap KPU Kabupaten/Kota untuk mengelola dana hibah
guna keperluan penyaluran dan pelaksanaan tahapan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur.

KPA dapat merangkap sebagai PPK untuk mengelola


kegiatan dananggaran dana hibah tahapan pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur di KPU Kabupaten/
Kota dengan pertimbangan tidak ada lagi personil
yang mempunyai sertifikat pengadaan barang dan
jasa.

Selanjutnya, dalam rangka efisiensi dan efektivitas


pengelolaan dana hibah untuk keperluan penyaluran

BAGIAN KETIGA
63
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
dan pelaksanaan tahapan pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Sekretaris KPU Provinsi selaku KPA
mengangkat:

a. 1 (satu) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)


KPU Provinsi;
b. 1 (satu) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
KPU Kabupaten/Kota.

Sedangkan untuk penetapan/penunjukan


PPK dan BPP KPU Provinsi, PPK dan BPP KPU
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pelaksanaan,
penatausahaan, pertanggungjawaban dan pelaporan
dana hibah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
harusditetapkan dengan Keputusan Sekretaris KPU
Provinsi.

2) Penyaluran Dana Hibah untuk Kegiatan Pemilihan


Gubernur dan Wakil Gubernur

Pembiyaan kebutuhan dalam melaksanakan Tahapan


Pemilihan yang berkonsekuensi dengan anggaran telah
diatur di dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 444/HK.03.1-Kpt/01/KPU/IX/2020 tentang
Perubahan ketiga Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 1213/HK.03.1-Kpt/01/KPU/VIII/2019 Tentang
Standar dan Petunjuk Teknis Penyusunan Anggaran
Kebutuhan barang/Jasa dan honorarium Penyelenggara
Pemilihan Gubernur dan Wakil gubernur, Bupati dan
Wakil bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
tahun 2020. Adapun kebutuhannya meliputi:

64 TATA KELOLA KEUANGAN


• Perencanaan Program dan Anggaran;
• Penyusunan dan Penandatanganan Naskah
Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dan Revisi/
Pengesahan Anggaran Hibah Pemilihan;
• Penyusunan Produk Hukum dan Berita Acara
Penyelenggara Pemilihan;
• Sosialisasi/Penyuluhan/Bimbingan Teknis;
• Pembentukan dan Pembubaran PPK, PPS, KPPS,
dan PPDP;
• Pemutakhiran Data Pemilih dan Daftar Pemilih;
• Verifikasi dan Rekapitulasi Calon Perseorangan;
• Pencalonan;
• Pelaksanaan Kegiatan Kampanye;
• Laporan Audit Dana Kampanye;
• Proses Pemungutan Suara, Penghitungan Suara,
dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara;
• Advokasi Hukum;
• Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan
Pemungutan dan Penghitungan Suara;
• Pelatihan/Bimbingan Teknis dengan KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS;
• Rapat Kerja;
• Perjalanan Dinas;
• Evaluasi dan Pelaporan;
• Pemeliharaan;
• Bahan Bakar Minyak Kendaraan Roda 4 dan Roda
2;
• Pelayanan Administrasi Perkantoran;
• Sewa Kendaraan Roda 4, Roda 2, atau Kendaraan
Lainnya;
• Pengelolaan Logistik Pemilihan;

BAGIAN KETIGA
65
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
• Belanja Modal Peralatan dan Mesin;
• Santunan Kecelakaan Kerja Badan Penyelenggara
Adhoc;
• Alat Pelindung Diri (APD);
• Biaya Komunikasi;
• Pengecekan Kesehatan COVID-19; dan
• Media Telekonferen.
Masa era digitalisasi ini, uang elektronik semakin
lekat dengan kebutuhan hidup manusia, terutama
kebutuhan pembayaran yang lebih mudah, praktis
dan cepat. Evolusi sistem pembayaran mengalami
perkembangan yang sangat progresif. Dominasi
pembayaran tunai mulai terkikis, dan tergantikan
pembayaran non-tunai (uang elektronik).

Adapun keuntungan dan manfaat yang akan


diperoleh apabila pembayaran secara non tunai,
antara lain :
• Efisiensi waktu dan kemudahan membayar dari
mana saja dan kapan saja dan tidak perlu lama
mengantri di kasir.
• Transaksi non tunai membantu dengan tidak perlu
membawa uang dalam jumlah banyak. Hanya
menggunakan beberapa lembar kartu saja.
• Setiap transaksi non tunai akan terdata dalam
sistem. Dari siapa dana mengalir, kepada siapa dana
diberikan, dan untuk keperluan apa dana tersebut
mengalir. Dengan demikian, setiap transaksi akan
mudah diselidiki apakah berpotensi merupakan
tindak pidana korupsi, atau bukan.

66 TATA KELOLA KEUANGAN


Sistem pembayaran non-tunai ini pun pada penyaluran
dana Hibah Pemilihan dalam bentuk uang. Penyaluran
dana ini dilaksanakan melalui mekanisme transfer dana
(non tunai) dari Rekening Penampungan Dana Hibah
Langsung (RPL PDHL) KPU Provinsi kepada :

a. Rekening Penyaluran Dana Hibah (RPL PDH)


KPU Provinsi.

KPA menetapkan alokasi dana Hibah untuk KPU


Provinsi dilaksanakan melalui mekanisme transfer
(non tunai) dari Bendahara Pengeluaran kepada
Bendahara Pengeluaran Pembantu. Penyaluran
sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran KPU Provinsi merupakan
bagian kebutuhan yang tercantum dalam RKA/RAB
KPU Provinsi.

b. Rekening Penyaluran Dana Hibah (RPL PDH)


KPU/KIP Kabupaten/Kota.

Penyaluran kepada KPU Kabupaten/Kota non


penyelenggara sesuai dengan alokasi kebutuhan, yang
dilakukan melalui mekanisme transfer (non tunai).
Adapun penyaluran untuk membiayai kegiatan-
kegiatan tahapan Pemilihan antara lain :
• Honorarium dan operasional KPPS dan PPDP
• Operasional PPK-PPS
• Operasional kab/kota (atk, konsumsi rapat,
dokumentasi)
• Honorarium Kelompok Kerja, tenaga pendukung,

BAGIAN KETIGA
67
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
bendahara, operator
• kegiatan sosialisasi
• kegiatan pembentukan badan adhoc dan bimtek
• kegiatan pemutakhiran data
• kegiatan perhitungan dan rekapitulasi
• biaya alat kelengkapan Tempat Pemungutan Suara
(TPS)
• kegiatan pengepakan dan distribusi logistic
c. Panitia Pemilihan Kecamatan dan Panitia
Pemungutan Suara

Persoalan klasik yang hampir selalu terjadi pada


pelaksanaan Pemilu dan/atau Pemilihan adalah
pemotongan atau pungutan liar terhadap honorarium
Badan Adhoc dalam hal ini PPK dan PPS. Hal ini terjadi
ketika penyalurannya dilaksanakan secara tunai.

Dalam upaya untuk mengeliminasi kejadian yang


berpotensi dapat terjadi kembali sehingga KPU
Provinsi mengambil kebijakan dengan menyalurkan
honorarium Adhoc secara non tunai (transfer ke
rekening masing-masing). Mungkin terkesan agak
rumit karena dengan argumentasi jumlah Badan
Adhoc yang sangat banyak serta skeptisme akan
fasilitas Bank bahkan mesin anjungan tunai mandiri
(ATM) yang sangat terbatas bahkan ada yang tidak
tersedia di beberapa kecamatan di Kabupaten/Kota.
Hal tersebut tidak menyurutkan kebijakan non tunai
untuk diaplikasikan dalam Pemilihan Tahun 2020.

3) Penggunaan Dana Hibah dan Mekanisme Pembayaran

68 TATA KELOLA KEUANGAN


Penggunaan Dana Hibah

Idealis pengelolaan anggaran dana hibah Pemilihan


yaitu dimana semua kebutuhan dicantumkan dalam
Rencana Kegiatan Anggaran (RKA)/Rencana Anggaran
Belanja (RAB). Dimana RJKA/RAB berfungsi sebagai
dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran negara dan pencairan dana atas
beban Hibah Pemilihan. RKA/RAB berlaku untuk
seluruh tahapan Pemilihan dan memuat informasi
satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran.
Selain itu juga RKA/RAB berfungsi sebagai alat
pengendali, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan,
dan sekaligus merupakan perangkat akuntansi
pemerintah.

Jadi pada intinya, setiap pengeluaran yang boleh


dikeluarkan atau dipertanggungjawabkan adalah item
pengeluaran yang tercantum dalam RKA/RAB sebagai
dasar anggaran. Jika terdapat pengeluaran atas
kegiatan yang ingin dilaksanakan, namun belum ada
dalam RKA/RAB, maka harus dilakukan revisi terlebih
dahulu. Revisi dilakukan sesuai dengan mekanisme
dan prosedur yaitu ditetapkan dalam rapat Pleno
KPU Provinsi.

Selain hal yang telah dijelaskan diatas, kelaziman


pengelola keuangan dalam menggunakan
anggaran yaitu dengan merujuk pada Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 78/
PMK.02/2019 tentang Standar Biaya Masukan Tahun

BAGIAN KETIGA
69
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Anggaran 2020.

Dana Hibah Langsung dalam bentuk uang untuk


kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
digunakan hanya untuk membiayai kegiatan-kegiatan
tahapan Pemilihan sesuai dengan RAB/RKA yang
telah ditetapkan. Prosedur penggunaan dana Hibah
pelaksanaan tahapan Pemilihan dilaksanakan
dengan cara Bendahara Pengeluaran atau Bendahara
Pengeluaran Pembantu melakukan pembayaran
berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPB) yang
ditandatangani Pejabat Pembuat Komitmen.

Mekanisme Pembayaran dana Hibah Pemilihan

Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran


yang mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan
melalui pembuatan komitmen. Pembuatan komitmen
dilaksanakan dalam bentuk perjanjian/kontrak untuk
pengadaan barang/jasa dan/atau keputusan yang
ditetapkan oleh Sekretaris KPU Provinsi. Pembayaran
tagihan kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakan
berdasarkan bukti-bukti yang sah yang meliputi:

• Bukti perjanjian/kontrak;

• Referensi Bank yang menunjukkan nama dan


nomor rekening penyedia barang/jasa;

• Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

• Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;

70 TATA KELOLA KEUANGAN


• Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai
ketentuan;

• Berita Acara Pembayaran;

• Surat Perintah Bayar (SPB);

• Kuitansi yang telah ditandatangani oleh


penyedia barang/jasa dan Pejabat Pembuat
Komitmen; dan

• Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP)


yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/
BP.

BP atau BPP KPU Provinsi melakukan pembayaran


kegiatan tahapanpemilihan sesuai dengan mekanisme
tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan
anggaran dengan terlebih dahulu dilakukan pengujian
atas perintah pembayaran dimaksud.

Pengujian tagihan mengandung nilai yang esensial


sebelum melakukan proses pembayaran. Ada 3 (tiga)
cara didalam pengujian tagihan, antara lain :

• Rechmatigheid (menurut kebenaran formil)

Mencermati setiap tagihan yang menjadi


kewajibannya telah mempunyai dasar hukum dan
tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Disamping itu juga perlu meneliti tagihan dari aspek
kemungkinan tanggal yang diisyaratkan dan apakah

BAGIAN KETIGA
71
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
telah dibuktikan kebenarannya.

• Doelmatigheid (menurut kebenaran materiil)

Mampu dan menterjemahkan antara maksud dan


tujuan suatu transaki pengeluaran serta mampu
menyeimbangkan dengan prinsip-prinsip ekonomi.

• Wetmatigheid (menurut kebenaran materiil)

Suatu transaksi pengeluaran untuk penggunaan


sejumlah dana perlu dilihat kesesuaiannya dengan
tata cara anggaran, peraturan dan perundangan yang
berlaku, dengan memperhatikan ketepatan progam,
ketersediaan dana, pada tahun berjalan.

Pengujian tagihan pembayaran atas kegiatan


tahapan pemilihan oleh BP/BPP dilakukan secara
selektif dengan mekanisme:

• Meneliti kelengkapan perintah pembayaran.

• Memeriksa kebenaran atas hak tagih:

• Pihak yang ditunjuk untuk menerima


pembayaran;

• Nilai tagihan yang harus dibayar;

• Jadwal waktu pembayaran; dan

• Menguji ketersediaan dana.

72 TATA KELOLA KEUANGAN


• Memeriksa kesesuaian pencapaian keluaran
antara spesifikasi teknis yang disebutkan dalam
penerimaan barang/jasa dengan spesifikasi
yang disebutkan dalam Surat Perintah Kerja/
kontrak/perjanjian.

Pembayaran tunai yang dilakukan oleh BP/BPP


KPU Provinsi kepada 1 (satu) penerima/penyedia
barang/jasa paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah), kecuali untuk pembayaran
honorarium dan perjalanan dinas sedangkan
pembayaran barang/jasa yang melebihi nilai Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilakukan
dengan mekanisme transfer/non tunai.

Mekanisme Pembayaran secara langsung dari


RPL PDHL/RPL PDH dilaksanakan sesuai dengan
alur atau pola secara berjenjang, dimana Pejabat
Pembuat Komitmen melaporkan kepada KPA atas
pengadaan barang/jasa yang telah selesai dikerjakan
oleh penyedia barang/jasa berupa Berita Acara
Pembayaran. Berdasarkan Berita Acara Pembayaran
(BAP), Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan
kepada BP atau BPP untuk mentransfer langsung
ke rekening penyedia barang/jasa menggunakan
Surat Perintah Membayar Langsung (SPML). Setelah
itu sesuai dengan dasar SPB dan SPML BP atau BPP
melaksanakan pembayaran kepada penyedia barang/
jasa secara langsung disertai kuitansi dan bukti
dukung lainnya yang diperlukan. Apabila tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

BAGIAN KETIGA
73
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
BPP berhak/wajib menolak perintah bayar oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.

Untuk perjalanan dinas, BP atau BPP memberikan


uang muka atas permintaan KPA atau Pejabat
Pembuat Komitmen sesuai SPB dan dibayarkan
kepada anggota KPU Provinsi, pegawai negeri serta
PPNPN di lingkungan KPU Provinsi yang melaksanakan
perjalanan dinas dalam negeri dengan besaran paling
tinggi 70 persen dari total perhitungan perjalanan
dinas yang akan dilaksanakan.

Pembayaran uang muka tersebut, dilakukan


berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPB) yang disetujui
dan ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen
atas nama KPA dengan dilampiri:

• Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran

• Rincian kebutuhan dana

Perlu diperhatikan, batas waktu


pertanggungjawaban penggunaan uang muka
perjalanan dinas paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah Perjalanan Dinas dilaksanakan. Bila sampai
pada batas waktu, penerima uang muka perjalanan
dinas belum menyampaikan bukti pengeluaran,
maka BP atau BPP menyampaikan permintaan
tertulis agar penerima uang muka perjalanan dinas
segera memberi pertanggungjawaban.Tembusan
permintaan tertulis itu disampaikan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen. Selanjutnya, pembayaran

74 TATA KELOLA KEUANGAN


untuk PPK, PPS, PPDP dan KPPS, dilakukan oleh
staf/pelaksana yang bertanggungjawab di bidang
keuangan pada Sekretariat PPK dan PPS, dan dilakukan
atas perintah/persetujuan Sekretaris PPK/Sekretaris
PPS serta diketahui oleh Ketua PPK/Ketua PPS.

Pembayaran untuk KPPS dilakukan langsung oleh


Ketua KPPS. Sedangkan untuk PPDP, pembayaran
dilakukan oleh staf/pelaksana yang bertanggungjawab
di bidang keuangan pada PPS atas perintah/
persetujuan Sekretaris PPS dan diketahui oleh
Ketua PPS. Sekretaris PPK, Sekretaris PPS, dan Ketua
KPPS bertanggung jawab secara formil dan materiil
terhadap perintah pembayaran yang dikeluarkan.

4) Pertanggungjawaban Dana Hibah Pemilihan

Seperti yang kita ketahui, setiap Rp.1,00 uang negara/


daerah harus bisa dipertanggungjawabkan dengan
bukti-bukti yang memadai. Bukti pertanggungjawaban
inilah yang nantinya harus didokumentasikan
dengan baik, dan akan menjadi objek pemeriksaan
aparat pengawasan. Bukti pertanggungjawaban bisa
diibaratkan seperti sebuah siklus Akuntansi yang
dimulai dari bukti-bukti, kemudian di jurnal, sampai
kepada penyusunan laporan keuangan. Begitu pula
bukti pertanggungjawaban atas pengeluaran dana
untuk kegiatan yang dibiayai dari APBN/APBD harus
didokumentasikan dan disimpan dengan baik.

Menurut UU Nomor UU Nomor 23 tahun 2014,


Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban

BAGIAN KETIGA
75
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala
sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan
milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut. Bertalian dengan hal
tersebut sudah menjadi perintah atau keharusan untuk
perangkat Pemerintahan mempertanggungjawabkan
penggunaan keuangan negara yang dikelola.

Pasal 32 ayat (1) UU 17 Tahun 2003 menyatakan


bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD / APBN disusun dan disajikan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Sedangkan Pasal 184 ayat (1) dan (3) UU 32 tahun
2004, pada intinya menyatakan bahwa Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah disusun dan disajikan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Dari dua pasal tersebut di atas maka jelaslah


pentingnya diterapkan standar akuntansi
pemerintahan dalam pelaksanaan penyusunan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Hal ini
direspon pemerintah dengan diterbitkannya
PeraturanPemerintah No. 24 tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah.

Keputusan KPU Nomor 7/KU.02.5-Kpt/02/


KPU/I/2021 tentang Pedoman teknis pengelolaan,
penyaluran dan pertanggungjawaban penggunaan
anggaran dana hibah Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Wali Kota
dan Wakil Wali Kota yang menjadi dasar pengelolaan

76 TATA KELOLA KEUANGAN


Anggaran Hibah Pemilihan mengatur secara detail
pedoman pertanggungjawaban.

Di bawah ini akan diuraikan secara rinci dan


lengkap dokumen-dokumen yang harus menjadi
lampiran pertanggungjawaban dalam setiap jenis
belanja dalam bentuk tabel, yaitu :

BAGIAN KETIGA
77
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Tabel 1
Belanja Bahan
Belanja Konsumsi Rapat Belanja Konsumsi Rapat
(sampai dengan Rp. 1.000.000) (diatas Rp. 1.000.000 sampai dengan
Rp. 50.000.000)

1) Bukti pengeluaran/kuitansi 1) Bukti pengeluaran/kuitansi


(tanpa meterai) untuk jumlah (bermeterai Rp6.000,00
sampai dengan (enam ribu rupiah);
Rp250.000,00 (dua ratus 2) Rekap bukti pengeluaran
lima puluh ribu rupiah); (untuk jumlah nota/kuitansi
2) Bukti pengeluaran/kuitansi lebih dari 1 buah);
(bermeterai Rp3.000,00 3) Surat undangan rapat;
(tiga ribu rupiah)) untuk 4) Daftar hadir rapat;
jumlah Rp. 250.000,00 5) Notulen rapat;
(dua ratus lima puluh ribu 6) Salinan Nomor Pokok Wajib
satu rupiah) sampai dengan Pajak rekanan/pihak ketiga;
Rp.1.000.000,00 7) Surat Setoran Pajak (SSP)
(satu juta rupiah); PPh 22 sebesar 1,5% (untuk
3) Rekap bukti pengeluaran pembelian mulai dari
(untuk jumlah nota/kuitansi Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah);
lebih dari 1 buah); 8) Surat Setoran Pajak (SSP)
4) Surat undangan rapat; PPh 23 sebesar 2% (dua persen)
5) Daftar hadir rapat; (untuk jasa catering atau boga);
6) Notulen rapat; 9) Surat Perintah Bayar (SPBy) dari
7) Surat Perintah Bayar (SPBy) Pejabat Pembuat Komitmen yang
dari Pejabat Pembuat telah ditandatangani dan distempel;
Komitmen yang telah 10) Berita Acara Hasil Pemeriksaan
ditandatangani dan dan Serah Terima Pekerjaan
distempel; dan yang telah ditandatangani dan
8) dokumentasi kegiatan. distempel oleh Pejabat Pembuat
Komitmen dan Penyedia Jasa; dan
11) Dokumentasi kegiatan.

78 TATA KELOLA KEUANGAN


Tabel 2
Belanja Alat Tulis Kantor
Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Alat Tulis Kantor
(sampai dengan Rp. 1.000.000) (diatas Rp. 1.000.000 sampai dengan
Rp. 50.000.000)

1) Bukti pengeluaran/kuitansi 1).bukti pengeluaran/kuitansi


(tanpa meterai) untuk jumlah (bermeterai Rp6.000,00
sampai dengan (enam ribu rupiah)
Rp250.000,00 (dua ratus 2) rekap bukti pengeluaran
lima puluh ribu rupiah); (untuk jumlah nota/kuitansi lebih
2) Bukti pengeluaran/kuitansi dari 1 buah);
(bermeterai Rp3.000,00 3) e-faktur dari rekanan/pihak ketiga;
(tiga ribu rupiah)) untuk 4) salinan Nomor Pokok Wajib
jumlah Rp. 250.000,00 Pajak rekanan/pihak ketiga;
(dua ratus lima puluh ribu 5) Surat Setoran Pajak (SSP)
satu rupiah) sampai dengan PPh 22 sebesar 1,5%
Rp.1.000.000,00 (satu koma lima persen) x Dasar
(satu juta rupiah); Pengenaan Pajak (untuk
3) Rekap bukti pengeluaran pembelian mulai dari
(untuk jumlah nota/kuitansi Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah);
lebih dari 1 buah); 6) Surat Setoran Pajak (SSP)
4) Surat undangan rapat; PPN sebesar 10% (sepuluh
5) Daftar hadir rapat; persen) x Dasar Pengenaan Pajak;
6) Notulen rapat; 7) Surat Perintah Bayar (SPBy)
7) Surat Perintah Bayar (SPBy) dari Pejabat Pembuat Komitmen
dari Pejabat Pembuat yang telah ditandatangani dan
Komitmen yang telah distempel;
ditandatangani dan 8) Berita Acara Hasil Pemeriksaan
distempel; dan dan Serah Terima Pekerjaan yang
8) dokumentasi kegiatan. telah ditandatangani dan distempel
oleh Pejabat Pembuat Komitmen
dan Penyedia Jasa; dan
9) dokumentasi kegiatan.

BAGIAN KETIGA 79
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Tabel 3
Belanja Honor Output Kegiatan

Honorarium Pokja/Panitia/ Honorarium Narasumber


Tim/Pengelola Keuangan dan Moderator

1) Daftar nominatif 1) Kuitansi;


pembayaran dan kuitansi 2) Undangan
2) Surat keputusan; narasumber/moderator;
3) Laporan kegiatan; 3) Surat keputusan (SK)
4) Surat Setoran Pajak (SSP) narasumber/moderator;
Pasal 21, dengan 4) Biodata
ketentuan sebagai berikut : narasumber/moderator;
a) PPh Final untuk Komisioner; 5) Materi;
b) PPh Final untuk PNS; 6) Notulensi;
c) Tarif 15% (lima belas persen) 7) Daftar hadir
untuk Golongan IV; 8) Nomor Pokok Wajib Pajak
d) Tarif 5% (lima persen) untuk narasumber/moderator;
Golongan III; 9) Bukti setoran pajak;
e) Golongan II tidak kena pajak 10) Surat Perintah Bayar
sesuai dengan (SPBy) dari Pejabat
PMK 262/KMK.03/2010 Pembuat Komitmen yang
tentang Tata Cara telah ditandatangani dan
Pemotongan PPh 21 bagi distempel; dan
pegawai negeri sipil; 11) dokumentasi kegiatan.
f) Tarif pegawai non pegawai
negeri sipil sesuai dengan
UU No.36/2008 tentang
Pajak Penghasilan; dan
g) Bukti potong PPh Pasal 21.
5) Surat Perintah Bayar (SPBy)
dari Pejabat Pembuat
Komitmen yang telah
ditandatangani dan
distempel; dan
6) Dokumentasi Kegiatan

80 TATA KELOLA KEUANGAN


Tabel 4
Belanja Perjalanan Dinas

Transport dan Uang Saku


Peserta/Panitia/Rapat Kerja/ Perjalanan Dinas Biasa
Sosialisasi Dalam Kota

1. Surat Tugas yang 1. Surat Tugas yang ditandatangani


ditandatangani oleh: oleh:
a. Ketua untuk Komisioner dan i. Ketua untuk Komisioner dan
Sekretaris; dan Sekretaris; dan
b. Sekretaris untuk Kasubag ii. Sekretaris KPU Provinsi untuk
dan Staf Pelaksana; Kabag, Kasubag, dan
2. Surat Perjalanan Dinas Staf Pelaksana;
(SPD) yang ditandatangani 2. Sekretaris KPU Kab/Kota untuk
Pejabat Pembuat Komitmen Kasubag dan staf pelaksana.
untuk kegiatan lebih dari 8 jam; 3. Surat Perjalanan Dinas (SPD)
3. Daftar nominatif pejabat/staf yang ditandatangani Pejabat
yang melaksanakan Pembuat Komitmen dan telah
perjalanan dinas; diotorisasi;
4. Kuitansi /tanda terima dan 4. Daftar nominatif pejabat/staf
rincian penerimaan uang; yang melaksanakan
5. Kuitansi/nota hotel/tempat perjalanan dinas;
menginap; 5. Kuitansi rampung;
6. Daftar pengeluaran riil; 6. Daftar pengeluaran riil;
7. Laporan perjalanan dinas; 7. Bukti transport (tiket dan
8. Surat Perintah Bayar (SPBy) Boarding Pass);
dari Pejabat Pembuat 8. Kuitansi/nota hotel/tempat menginap;
Komitmen yang telah 9. pernyataan tidak menginap
ditandatangani dan (jika tidak menginap dan
distempel; dan mengambil 30%);
9. Dokumentasi kegiatan 10. Surat pernyataan tangung jawab;
11. Laporan kegiatan;
12. Dokumentasi; dan
13. Surat Perintah Bayar (SPBy)
dari Pejabat Pembuat Komitmen
yang telah ditandatangani dan
distempel.

BAGIAN KETIGA
81
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Tabel 5
Belanja Sewa
Sewa Gedung/Ruangan/
Sewa Kendaraan
Bangunan

1. Kontrak/perjanjian sewa; 1. Kontrak/perjanjian sewa;


2. Berita Acara Serah 2. Berita Acara Serah Terima (BAST);
Terima (BAST); 3. Berita Acara Pembayaran (BAP);
3. Berita Acara 4. Salinan Kartu Tanda Penduduk
Pembayaran (BAP); pemilik gedung/ruangan/bangunan;
4. Salinan Kartu Tanda 5. Salinan Nomor Pokok Wajib
Penduduk pemilik Pajak pemilik gedung/ruangan/
kendaraan/rekanan; bangunan/rekanan;
5. Salinan Nomor Pokok 6. Kuitansi;
Wajib Pajak pemilik 7. Salinan Sertifikat Hak Milik (SHM);
kendaraan/rekanan; 8. Salinan Izin Mendirikan
6. Kuitansi; Bangunan (IMB);
7. Salinan Sertifikat 9. Bukti setor pajak;
Kepemilikan Kendaraan (BPKB); 10. Surat Perintah Bayar (SPBy) dari
RDK
8. Salinan Surat Tanda Nomor Pejabat Pembuat Komitmen yang
Kendaraan Bermotor (STNKB); telah ditandatangani dan
9. Bukti setor pajak; 1.distempel;
undangan;dan
10. Surat Perintah Bayar (SPBy) 2.Dokumentasi.
11. surat tugas rapat;
dari Pejabat Pembuat 3. daftar hadir;
Komitmen yang telah 4. bukti biaya alat tulis kantor dan
ditandatangani dan penggandaan;
distempel; dan 5. kuitansi dan faktur konsumsi;
11. Dokumentasi. 6. kuitansi dan daftar nominatif
penerima uang saku dan transport
(jika ada) menggunakan format
Tabel 6 MODEL.KEU.NOM.03 sebagaimana
Rapat Dalam Kantor
tercantum dalam Lampiran II
keputusan KPU Nomor
7/KU.02.5-Kpt/02/KPU/I/2021
RDK Tahun 2021. Dimana pelaksanaan
rapat dalam kantor minimal
1. undangan; dilaksanakan 3 (tiga) jam diluar jam
2. surat tugas rapat; kerja pada hari kerja dan uang rapat
dalam kantor dipotong Pajak
3. daftar hadir;
Penghasilan (PPh) 21
4. bukti biaya alat tulis kantor dan
sesuai ketentuan;
penggandaan; 7. surat keputusan narasumber
5. kuitansi dan faktur konsumsi; (jika ada);
6. kuitansi dan daftar nominatif 8. notulensi hasil rapat;
penerima uang saku dan transport 9. Surat Perintah Bayar (SPBy) dari
(jika ada) menggunakan format Pejabat Pembuat Komitmen yang
MODEL.KEU.NOM.03 sebagaimana telah ditandatangani dan distempel;
tercantum dalam Lampiran II dan
keputusan KPU Nomor 10. dokumentasi.
7/KU.02.5-Kpt/02/KPU/I/2021
Tahun 2021. Dimana pelaksanaan
82 rapat dalam
TATA kantorKEUANGAN
KELOLA minimal
dilaksanakan 3 (tiga) jam diluar jam
kerja pada hari kerja dan uang rapat
dalam kantor dipotong Pajak
Penghasilan (PPh) 21
Tabel 7
Paket Meeting

Paket Meeting dibawah Paket Meeting diatas


Rp. 50.0000.000 Rp. 50.0000.000

1. Surat Undangan; 1.` Kerangka Acuan Kerja


2. Surat Tugas; (Term of Reference/TOR)
3. Surat Perjalanan Dinas (SPD); Kerangka acua kerja
4. Laporan Kegiatan; (Term of Reference/TOR) memuat:
5. dokumentasi; a. Latar belakang, maksud dan
6. tagihan hotel : tujuan, sumber pendanaan,
a. kuitansi hal-hal yang diperlukan
b. faktur/invoice (uraian kegiatan yang akan
c. Salinan Nomor Pokok dilaksanakan), keluaran
Wajib Pajak yang diinginkan;
d. Salinan nomor rekening bank b. Waktu pelaksanaan yang
e. Daftar kamar diperlukan, kapan pekerjaan
f. Bukti setor pajak harus tersedia pada lokasi
g. Berita Acara Penyelesaian kegiatan/sub kegiatan terkait,
Pekerjaan (BAPP) dengan tetap memperhatikan
h. Berita Acara Serah Terima batas waktu tahun
Hasil Pekerjaan (BASTHP) anggaran/efektif
i. Surat Perintah Bayar (SPBy) tahun anggaran;
dari Pejabat Pembuat c. Spesifikasi teknis pekerjaan
Komitmen yang telah yang diadakan; dan
ditandatangani dan distempel; d. Jumlah perkiraan biaya pekerjaan;
1. Nota Dinas dari Pejabat Pembuat
Komitmen/Pejabat Pembuat
Komitmen ke Pejabat Pengadaan
yang dilengkapi spesifikasi pengadaan;
2. berkas pengadaan lengkap;
3. undangan;
4. surat tugas;
5. Surat Perjalanan Dinas (SPD);
6. daftar hadir;
7. laporan kegiatan;
8. dokumentasi; dan
9. tagihan hotel:
a) kuitansi;
b) faktur (invoice);
c) salinan Nomor Pokok Wajib Pajak;
d) salinan nomor rekening bank;
e) daftar kamar;
f) bukti setor pajak;
g) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
h) Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan; dan
i) Surat Perintah Bayar (SPBy)
dari Pejabat Pembuat
Komitmen yang telah
ditandatangani dan distempel.

BAGIAN KETIGA
83
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Tabel 8
Bukti Pertanggungjawaban penggunaan anggaran Hibah
Pemilihan untuk PPK, PPS, PPDP dan KPPS
Bukti Pertanggungjawaban penggunaan
anggaran Hibah Pemilihan
untuk PPK, PPS, PPDP dan KPPS

1. Belanja Honor: 2) penggunaan bukti-bukti


a. salinan Surat Keputusan dari Pejabat pengeluaran pada KPPS:
yang berwenang; dan a. honorarium untuk KPPS
b. daftar nominatif pemberian honor dibuktikan dengan daftar
dengan menggunakan nominatif pembayaran uang
2. Belanja Bahan: honorarium
a. kuitansi/Nota Pembelian/Faktur Barang; b. pembelian/pengadaan
b. surat setoran PPN dan PPh barang/jasa cukup dibuktikan
Pasal 22 serta Faktur Pajak; dan engan Surat Pernyataan
c. dalam hal bukan PKP maka tidak Tanggung Jawab Belanja
diperlukan memungut PPN dan yang disertai dengan rincian
dilengkapi faktur pajak. belanja dan ditandatangani
3. Belanja Sewa: oleh Ketua KPPS atas
a. kuitansi/nota; belanja barang/jasa dimaksud;
b. surat setoran PPN dan PPh c. perjalanan dinas/transport
Pasal 23 serta faktur pajak; dalam kota dibuktikan dengan
c. salinan Surat Tanda Nomor surat perintah tugas yang
Kendaraan (untuk sewa kendaraan); ditandatangani oleh Ketua
dan dalam hal bukan PKP maka tidak KPPS, kuitansi perjalanan
diperlukan memungut PPN dan dinas dan setiap bukti
dilengkapi dengan faktur pajak. pengeluaran wajib
1) Belanja Perjalanan: disahkan/ditandatangani.
a. surat tugas; Untuk PPK oleh Sekretaris
b. daftar nominatif perjalanan yang PPK dan staf urusan
ditandatangani oleh Sekretaris PPK; keuangan untuk PPS atau
c. bukti-bukti riil (apabila ada); PPDP oleh Sekretaris PPS
d. kuitansi dan rincian perjalanan dan staf urusan keuangan
dinas untuk PPK dan untuk KPPS oleh
e. transport lokal: Ketua KPPS.
f. surat tugas;
g. bukti konfirmasi penyelesaian tugas; dan
h. daftar nominatif pemberian transport;

84 TATA KELOLA KEUANGAN


Alur pertanggungjawaban dilakukan secara
berjenjang dan prosedural. Hal ini untuk memastikan
semua bukti yang telah disusun diverifikasi secara
bertahap. PPS, PPDP dan KPPS menyampaikan bukti-
bukti pengeluaran dan SPTJ kepada PPK, seterusnya
PPK menyampaikan bukti-bukti pengeluaran PPK
sendiri dan SPTJ PPK, PPS, PPDP, dan KPPS kepada
BPP KPU Kabupaten/Kota yang mengelola Hibah
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. BPP KPU
Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan
rekapitulasi penggunaan dana beserta bukti-bukti
pengeluaran kepada Pejabat Pembuat Komitmen
KPU/KIP Kabupaten/Kota berdasarkan:

• Bukti pengeluaran KPU/KIP Kabupaten/Kota;


dan

• Bukti pengeluaran dan SPTJ dari PPK, PPS, PPDP


dan KPPS.

Pejabat Pembuat Komitmen KPU Kabupaten/Kota


melakukan pengujian/verifikasi dan mengesahkan
rekapitulasi penggunaan dana Hibah beserta bukti
pengeluaran dan SPTJ yang telah direkap oleh BPP
KPU Kabupaten/Kota. Pejabat Pembuat Komitmen
KPU Kabupaten/Kota bertanggungjawab penuh
terhadap penggunaan dana Hibah yang menjadi
tanggungjawabnya, serta berkewajiban dan
bertanggungjawab menyimpan dan menatausahakan
dengan baik dokumen pengadaan barang/jasa
yang berasal dari dana Hibah. BPP KPU Provinsi

BAGIAN KETIGA
85
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
dan BPP KPU Kabupaten/Kota berkewajiban dan
bertanggungjawab menyimpan, dan menatausahakan
dengan baik rekapitulasi penggunaan dana Hibah
beserta bukti pengeluaran dan SPTJ. BPP KPU
Provinsi dan BPP KPU Kabupaten/Kota melaporkan
pertanggung jawabannya atas penggunaan dana
Hibah yang diterima setiap bulannya kepada BP KPU
Provinsi. Laporan yang disampaikan oleh BPP KPU
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota kepada BP KPU
Provinsi berupa:

• Rekapitulasi penggunaan dana Hibah (per Akun


Belanja/6 digit);

• Surat pernyataan tanggung jawab dari Pejabat


Pembuat Komitmen Hibah KPU Provinsi
dan Pejabat Pembuat Komitmen Hibah KPU
Kabupaten/Kota;

• LPJ Bendahara;

• Copy rekening koran bulanan;

• BKU dan buku pembantu; dan

• Berita Acara Pemeriksaan Kas.

c. Pemungutan, Pembayaran/Penyetoran, Jangka


Waktu Pembayaran/Penyetoran Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun


2007 tentang Perubahan ketiga atas Undang-

86 TATA KELOLA KEUANGAN


Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 1, ayat
(1), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Soemarso, Pajak adalah sebagai


perwujudan atas kewajiban kenegaraan dan
partisipasi anggota masyarakat dalam memenuhi
keperluan pembiayaan negara dan pembangunan
nasional guna tercapainya keadilan sosial dan
kemakmuran yang merata, baik material maupun
spiritual. 3

Kesadaran dan kepatuhan membayar pajak akan


memberikan impact yang besar akan pembangunan
perekonomian Negara. Sehingga ketepatan waktu
dalam membayar pajak menjadi komitmen untuk
wajib pajak di Komisi Pemilihan Umum.

Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan


yang dibebankan atas transaksi jual-beli barang dan
jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib
pajak badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak
(PKP). Jadi, yang berkewajiban memungut, menyetor
dan melaporkan PPN adalah para Pedagang/Penjual.
Namun, pihak yang berkewajiban membayar PPN
3 S.R. Soemarso, Perpajakan Pendekatan Komprehensif, Salemba
Empa, Jakarta, 2007, hal 3.

BAGIAN KETIGA
87
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
adalah konsumen akhir. PPN atau Pajak Pertambahan
Nilai dikenakan dan disetorkan oleh pengusaha
atau perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%


(sepuluh persen) dari nilai netto atau 1/11 (satu
persebelas) dari bruto terhadap pembayaran
pengadaan barang dan jasa dengan nilai di atas
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) termasuk PPN dan
bukan merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 terutang


atas semua belanja barang dengan nilai di atas
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) tidak termasuk PPN
dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah
dengan tarif sebesar 1,5% (satu koma lima persen) bagi
yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
tarif sebesar 3% (tiga persen) bagi yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (non NPWP) dengan dasar
penghitungan PPh Pasal 22 adalah harga pembelian
tidak termasuk PPN. Pembelian Barang yang tidak
terutang PPh Pasal 22 yaitu Bahan Bakar Minyak
(BBM), Bahan Bakar Gas (BBG), pelumas, benda pos,
pemakaian air, dan listrik.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dipotong atas


penghasilan terkait sewa atau penggunaan harta
selain tanah/bangunan Jasa yang diserahkan oleh
Wajib Pajak Badan Dasar penghitungan PPh Pasal
23 tidak termasuk PPN dengan tarif sebesar 2%
(dua persen) bagi yang memiliki NPWP dan tarif 4%

88 TATA KELOLA KEUANGAN


(empat persen) untuk yang tidak memiliki NPWP,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 tentang
Jenis Jasa Lain Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
Ayat (1) Huruf C Angka 2 Undang- Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 atas


pembayaran biaya sewa tanah/bangunan dengan
tarif sebesar 10% x seluruh biaya sewa. Apabila
pemilik tanah/bangunan adalah PKP maka dikenakan
PPN dengan tarif 10% (sepuluh persen).

Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas


dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang
digunakan di pengadilan. Nilai Bea Materai yang
berlaku saat ini adalah Rp3.000,00 (tiga ribu rupiah)
dan Rp6.000,00 (enam ribu rupiah). Bea Meterai
untuk pembayaran Rp250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.00
(satu juta rupiah) sebesar Rp3.000,00 (tiga ribu
rupiah). Bea Meterai untuk pembayaran diatas
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebesar Rp6.000,00
(enam ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/
PMK.03/2015 tentang Jenis Jasa Lain Sebagaimana
Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Angka
2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali

BAGIAN KETIGA
89
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.

Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas


honorarium bagi anggota PPK, PPS PPDP dan KPPS
terbagi atas imbalan yang diterima oleh anggota PPK,
PPS PPDP dan KPPS yang berstatus sebagai Pejabat
Negara/Pegawai Negeri Sipil/Anggota Tentara Nasional
Indonesia/Polisi Republik Indonesia/Pensiunannya
dipotong PPh Pasal 21 dan bersifat final dan Imbalan
yang diterima oleh anggota PPK, PPS PPDP dan
KPPS yang berstatus bukan sebagai Pejabat Negara/
Pegawai Negeri Sipil/Anggota Tentara Nasional
Indonesia/Polisi Republik Indonesia/Pensiunannya.
untuk PP, PPS, PPDP dan KPPS merupakan imbalan
berdasarkan kesepakatan kerja untuk jangka waktu
tertentu yang diberikan dalam jumlah tertentu secara
teratur, sehingga atas imbalan tersebut di potong PPh
Pasal 21 dengan ketentuan pemotongan PPh Pasal 21
bagi pegawai tetap berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf
b Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 16/
PJ/2016 dengan tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Adapun cara Penghitungan PPh Pasal 21 bagi


honorarium PPK dan PPS, yakni, PPK yang berstatus
sebagai PNS dengan contoh (Ketua Golongan IV) yang
menerima honor sebesar Rp2.500.000,00.

PPh Pasal 21 terutang:

15% x Rp2.500.000,00 = Rp375.000,00.

90 TATA KELOLA KEUANGAN


Sehingga PPh Pasal 21 yang dipungut sebesar
Rp375.000,00.
Tabel 9
Jangka Waktu Pembayaran/Penyetoran Pajak
No. Jenis Pajak Waktu Setor
1. PPh Pasal 4 ayat (2) Paling lama 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
2. PPh Pasal 21 Paling lama 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
3. PPh Pasal 23 Paling lama 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
4. PPh Pasal 22 Paling lama 7 hari setelah tanggal
pelakasanaan pembayaran atas
penyerahan barang yang dibiayai
dari belanja negara atau
belanja daerah
5. PPN paling lama 7 (tujuh) hari setelah
tanggal pelaksanaan pembayaran
kepada Pengusaha Kena Pajak
Rekanan Pemerintah melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara

5) Pembukuan dan Pelaporan Dana Hibah Pemilihan

a. Pembukuan Dana Hibah

Berdasarkan Pasal 30 ayat (1) Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang
kedudukan dan tanggung jawab bendahara satuan
kerja pengelola anggaran dan pendapatan belanja
negara disebutkan bendahara menyelenggarakan
pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukan pada satker.

Prinsip-prinsip dasar pembukuan keuangan antara

BAGIAN KETIGA
91
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
lain membuat pembukuan keuangan secara sistematis,
buat sesuai alurnya, buat yang mudah dipahami dan
bisa dipetanggungjawabkan. Prinsip yang sangat
sederhana jika di adopsi untuk diimplementasi akan
menjadikan penataan pembukuan keuangan menjadi
baik dan akuntabel.

Dalam pembukuan dana Hibah Pemilihan, BP


atau BPP KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
segera mencatat setiap transaksi penerimaan dan
pengeluaran dalam Buku Kas Umum sebelum
dibukukan dalam Buku-Buku Pembantu yang
minimalnya terdiri atas :

1. Buku Pembantu Kas (Tunai dan Bank);

2. Buku Pembantu Pajak; dan

3. Buku Pembantu Lainnya.

Pembukuan Dana hibah Pemilihan oleh BPP


dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan
aplikasi.Prinsip-prinsip pengendalian intern dalam
pengelolaan kas menghendaki adanya pemeriksaan
kas secara mendadak dan berkala. Pemeriksaan kas
penting untuk memastikan bahwa kas yang dikelola
BP atau BPP benar-benar digunakan sesuai dengan
aturan dan mencegah dari penyelewengan.

Pemeriksaan kas merupakan upaya dalam


mendukung pelaksanaan tugas bendahara agar
lebih efektif dan efisien sehingga Pemeriksaan kas

92 TATA KELOLA KEUANGAN


harus dilaksanakan secara rutin. Keetentuan dalam
pemeriksaan kas yaitu KPA atau Pejabat Pembuat
Komitmen atas nama KPA melakukan pemeriksaan
kas BP paling sedikit satu kali dalam satu bulan
Pejabat Pembuat Komitmen melakukan pemeriksaan
kas BPP paling sedikit satu kali dalam satu bulan yang
dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Tujuan dari pemeriksaan kas dilakukan untuk


meneliti kesesuaian antara saldo buku dengan
saldo kas dan juga memastikan Sisa kas di
Bendahara Pengeluaran maksimal adalah senilai
Rp50.000.000,00, jika memang pada akhir hari kerja
ditemukan bahwa kas pada brankas Bendahara
Pengeluaran/BPP lebih dari Rp50.000.000,00 maka
Bendahara Pengeluaran/BPP membuat Berita Acara
Keadaan Kas dan dibuat pada saat kejadian paling
lambat pada jam tutup kantor.

b. Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Hibah

Pelaporan Penggunaan Dana Hibah Pemilihan Ke


Pemerintah Daerah KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/
KIP Kabupaten/Kota wajib meyampaikan Laporan
Penggunaan Dana Hibah kepada Pemerintah Daerah.
Pelaporan Dana Hibah Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur disampaikan kepada Gubernur.

Berdasarkan ketentuan Pasal 20 Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2019 tentang
Pendanaan Kegiatan Pemilihan Gubernur, Bupati dan

BAGIAN KETIGA
93
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Wali Kota yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah menyebutkan Dalam hal sampai
dengan berakhirnya kegiatan Pemilihan masih
terdapat sisa dana Hibah Kegiatan Pemilihan, KPU
Provinsi, Bawaslu Provinsi, KPU Kabupaten/Kota dan/
atau Bawaslu Kabupaten/Kota wajib mengembalikan
sisa dana hibah kegiatan pemilihan paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung setelah pengusulan pengesahan
pengangkatan calon terpilih sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

Laporan Penggunaan Dana Akhir Tahapan yang


disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
pengusulan pengesahan pengangkatan pasangan
calon terpilih sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan melampirkan:

• Laporan Penggunaan Belanja Hibah


(menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Keputusan Nomor 7/KU.02.5-
Kpt/02/KPU/I/2021 Tahun 2021);

• NPHD dan adendum NPHD;

• Salinan register Hibah;

• Salinan surat izin pembukaan rekening


penampungan dan penyaluran dana Hibah;

• Salinan rekening koran;

• Revisi DIPA beserta RAB/RKA;

94 TATA KELOLA KEUANGAN


• salinan pengesahan Hibah (SP2HL/SPHL);

• Salinan Pengesahan Pengembalian Hibah


(SP4HL/SP3HL);

• Bukti setor pengembalian Hibah ke Kas Daerah;

• Salinan LPJ Bendahara yang telah ditandatangani


BP/BPP serta KPA/Pejabat Pembuat Komitmen;
dan

• Surat penutupan Rekening Bank Penampungan


dan Penyaluran Dana Hibah dari KPPN.

Laporan Penggunaan Dana Hibah yang disampaikan


kepada Pemerintah Daerah ditembuskan kepada
Sekretaris Jenderal KPU c.q. Biro Keuangan Bagian
Pengelolaan Keuangan dalam bentuk hardcopy dan
softcopy.

BAGIAN KETIGA
95
TATA KELOLA ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH
96 TATA KELOLA KEUANGAN
BAGIAN
IV

97
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN
ANGGARAN HIBAH PEMILIHAN SERENTAK
DI SULAWESI UTARA

Anggaran merupakan sesuatu yang penting


dalam sebuah rancangan kegiatan. Ketersediaan,
pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan
merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian
khusus. Pelaksanaan Pemilihan Kepala daerah
(Pilkada) serentak tahun 2020 di provinsi Sulawesi
Utara (Sulut) yang dilakukan ditengah Pandemi Covid
19, memerlukan berbagai strategi dan inovasi terkait
dengan pengelolaan keuangan.

Bervariasinya kondisi geografis kabupaten/ kota


yang ada di provinsi Sulut menjadikan strategi dan
inovasi dalam pengelolaan anggaran menjadi sesuatu
yang penting dan harus dapat dilakukan oleh seluruh
penyelenggara yang ada. Sebagai salah satu syarat
pengelolaan anggaran, faktor efisiensi merupakan
sesuatu yang harus diutamakan dalam pengelolaan
anggaran. Hal itu penting karena di saat bersamaan
bangsa Indonesia sedang di landa Pandemi Covid-19,
dimana negara sangat membutuhkan dana yang
besar untuk mengatasinya.

Sukses suatu penyelenggaraan pilkada


serentak tahun 2020 harus komprehensif, sukses
penyelenggaraan teknisnya maupun sukses
pengelolaan keuangannya. Sukses penyelenggaraan

98 TATA KELOLA KEUANGAN


secara teknis akan terasa tidak bermanfaat jika
pengelolaan anggaran pemilihan bermasalah,
apalagi ditemukan adanya tindak pidana korupsi
penyelenggaranya. Karena tindakan korupsi secara
keseluruhan akan merusak proses Demokrasi itu
sendiri.

Fakta menunjukan dalam hal pengelolaan


anggaran pemilu yang masih saja terjadi banyak
permasalahan, maka perbaikan terhadap tata kelola
keuangan organisasi penyelenggara pemilu mutlak
untuk dilakukan. Semakin baik tata kelola keuangan
organisasi penyelenggara pemilu maka akan semakin
memperkecil potensi tindakan pidana korupsi
dilakukan oleh jajaran penyelenggara pemilu.

Terkait dengan hal tersebut Komisi Pemilihan


Umum Provinsi Sulawesi Utara melakukan beberapa
hal terkait dengan strategi dan melakukan inovasi
dalam pengelolaan anggaran hibah yang diperoleh.
Apa saja srategi dan inovasi yang dilakukan oleh KPU
Sulawesi Utara?

Efisiensi Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang/jasa yang dilakukan pemerintah


dimaksudkan untuk mendapatkan barang/jasa
dengan kriteria tepat harga, tepat (sesuai) kualitas,
tepat kuantitas (volume), rekanan dan cara pengadaan
yang tepat, dan kesepakatan lainnya sesuai dengan
perjanjian yang dilakukan sehingga pengguna dapat
memanfaatkan barang/jasa dimaksud.

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH 99
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
Untuk mendapatkan barang/jasa dimaksud
terdapat prinsip dasar yang harus dipedomani.
Prinsip dalam pengadaan barang/jasa adalah efisien,
efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil dan
tidak diskriminatif, serta akuntabel. Oleh karena itu,
prinsip-prinsip diatas menjadi dasar hukum bagi para
pihak (penyedia dan pengguna), dan apabila tidak
mengikuti prinsip dasar dimaksud akan berpotensi
berhadapan dengan penegak hukum.

Salah satu prinsip dasar tersebut adalah efisiensi.


Efisien maksudnya yaitu pengadaan barang/jasa
harus diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan
dapat di pertanggungjawabkan. Dengan istilah
lain, efisien artinya dengan menggunakan sumber
daya yang optimal dapat diperoleh barang/jasa
dalam jumlah, kualitas, waktu sebagaimana yang
direncanakan.

Istilah efisiensi dalam pelaksanaannya tidak selalu


diwujudkan dengan memperoleh harga barang/jasa
yang termurah, karena di samping harga murah,
perlu dipertimbangkan ketersediaan suku cadang,
panjang umur dari barang yang dibeli serta besarnya
biaya operasional dan biaya pemeliharaan yang harus
disediakan di kemudian hari.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani pada saat


akan memulai pemberlakukan Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

100 TATA KELOLA KEUANGAN


Barang/Jasa Pemerintah yang resmi berlaku per 1 Juli
2018 mengatakan bahwa “saya membayangkan kalau
seluruh pengadaan barang kita sebenarnya lebih
efisien, pasti pada akhirnya nanti jumlah belanjanya
tidak sebanyak yang diundangkan. Poinnya adalah
seluruh manajemen negara tergantung pada diri
kita sendiri. Kalau kita tidak efisien dalam meng-
organize antara prioritas tinggi dan prioritas rendah,
ya kita sendiri sebagai bangsa Indonesia yang akan
menderita1. Terbitnya payung hukum yang merupakan
pembaruan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 diharapkan
mempermudah pelaksanaan pengadan barang/jasa
pemerintah, sekaligus meningkatkan efisiensi.

Biaya yang disediakan Negara untuk


penyelenggaraan Pilkada serentak tahun 2020
tidaklah sedikit. Hal ini tentu harus dikelola dengan
prinsip-prinsip pengelolaan yang baik. Salah satu hal
yang penting adalah efisiensi dari biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh penyelenggaranya. Terkait efisiensi
pengadaan barang dan jasa, adapun strategi yang
dilakukan oleh KPU Provinsi Sulut diantaranya adalah
dengan mendorong penggunaan e-procurement
secara maksimal. E-procurement adalah suatu
bentuk sistem dalam pengadaan barang dan jasa
yang mampu membentuk pemerintah dalam hal
transparansi informasi serta layanan masyarakat
berbasis web. E-Procurement saat ini merupakan
1 https://mediaindonesia.com/ekonomi/168791/perbaikan-pen-
gadaan-barangjasa-ciptakan-efisiensi

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH 101
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
salah satu pendekatan terbaik dalam mencegah
terjadinya korupsi dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Dengan e-Procurement peluang untuk
kontak langsung antara penyedia barang dan jasa
dengan panitia pengadaan menjadi semakin kecil,
lebih transparan, lebih hemat waktu dan biaya serta
dalam pelaksanaannya mudah untuk melakukan
pertanggung jawaban keuangan. Pemilihan penyedia
barang dan jasa dengan menggunakan sistem
e-Procurement diaplikasikan untuk mewujudkan
tujuan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
pemerintah yang efektif, efisien, transparan, adil,
tidak diskriminatif dan akuntabel.

Strategi yang dilakukan adalah memperbanyak


produk barang/jasa yang akan dimasukkan ke
dalam katalog elektronik, termasuk secara intensif
memberlakukan Katalog Elektronik Sektoral. Dari
pelaksanaan pemilihan kepala daerah ke pemilihan
kepala daerah, KPU terus memperbanyak jumlah
item barang logistik yang diadakan melalui tender
katalog elektronik. Pada pemilihan serentak tahun
2017 ada 4 jenis item logistik yang diadakan melalui
tender e katalog yaitu Surat suara, tinta sidik jari,
segel, dan formulir berhologram. Kemudian pada
pilkada serentak tahun 2018 bertambah menjadi 7
jenis, dimana bertambah item buku panduan, kotak
suara, dan bilik suara. Sementara pada pemilihan
serentak tahun 2020 menjadi 11 item, semuanya
yaitu, surat suara, tinta sidik jari, segel, dan formulir

102 TATA KELOLA KEUANGAN


berhologram, buku panduan, kotak suara, bilik suara,
sampul, daftar pasangan calon, alat bantu coblos
tuna netra, dan kabel ties.

Dengan melakukan tender melalui e katalog,


KPU Sulawesi Utara dapat melakukan efisiensi yang
sangat besar. Misalnya untuk pengadaan kotak suara,
dari jumlah anggara yang tertata dalam RKA sejumlah
Rp. 1,056,620,000, pada saat kontrak menjadi
565,980,800. Ada efisiensi sebesar Rp. 490,639,200
atau setara dengan 46,43%. Secara keseluruhan
untuk 11 item logitik yang diadakan melalui tender
e katalog KPU Provinsi Sulawesi Utara mampu
melakukan efisiensi sebesar 63,3%.

Selain memperbanyak item logistik yang diadakan


melalui katalog elektronik, strategi lainnya untuk
melakukan efisiensi pengadaan barang dan jasa adalah
melalui tender konsolidasi. Konsolidasi Pengadaan
Barang/Jasa adalah strategi Pengadaan Barang/Jasa
yang menggabungkan beberapa paket Pengadaan
Barang/Jasa sejenis2. Paket-paket pengadaan yang
akan dikonsolidasi sudah terstandarisasi, standarisasi
disini adalah pada penggunaan produk oleh setiap
unit dalam Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
Manfaat dilakukan tender konsolidasi, antara lain,
penurunan biaya yang terjadi dengan meningkatnya
volume dan kuantitas, efisiensi proses pengadaan
yang sebelumnya dilakukan berulang-kali, serta
2 Pasal 1 Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Perenca-
naan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH 103
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
mengurangi biaya transaksi yang dikenakan pada
tiap-tiap bagian ketika menjadi satu paket bersama.

Dengan demikian pertimbangan secara umum


dari kebutuhan yang dikonsolidasi adalah Penurunan
Biaya Produksi/Operasional terhadap kebutuhan yang
dibutuhkan beberapa unit kerja yang terstandarisasi
sebagai manfaat dari peningkatan volume dan
kuantitas dan pengurangan biaya transaksi yang tetap
senantiasa memperhatikan kebijakan pengadaan,
sebagai salah satu bentuk dari strategi Pengadaan
Barang/Jasa maka proses Pengadaan yang di
konsolidasi dilakukan dengan kebijakan pengadaan
agar Tujuan Pengadaan dapat tercapai.

Langkah-langkah lainnya yang dilakukan agar


pengadaan barang/jasa menjadi lebih efisien adalah
melakukan penilaian kebutuhan, apakah suatu barang/
jasa benar-benar diperlukan dalam melaksanakan
tahapan pemilihan, pemilihan metode pengadaan
yang tepat untuk dapat menghindari pemborosan
biaya dan waktu, survey harga pasar sehingga dapat
dihasilkan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) dengan
harga yang wajar, serta terus melakukan Evaluasi
dan penilaian terhadap seluruh penawaran dengan
memilih nilai value for money yang terbaik.

Festival Anggaran untuk transparansi Publik

Salah satu prinsip pengelolaan anggaran yang baik


adalah transparansi. Definisi transparansi didapatkan
dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur

104 TATA KELOLA KEUANGAN


Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 (PP24/2004) yang
telah diganti melalui PP71/2010. Dalam peraturan
ini disebutkan transparansi adalah memberikan
informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang undangan.

Definisi ini menegaskan bahwa transparansi


keuangan merupakan wujud keterbukaan informasi
keuangan kepada publik. Makna yang terkandung
bahwa pemerintah sebagai badan publik harus
menyediakan informasi kepada publik. Dapat
dipastikan banyak orang yang bertanya mengapa
keuangan yang dikelola suatu lembaga publik harus
transparan atau terbuka untuk diketahui warganya?

Ada beberapa penjelasan yang dapat menerangkan


mengapa transparansi keuangan lembaga publik
sangat penting. Pertama, untuk meningkatkan
kepercayaan (trust). Pemerintah yang terbuka
menyampaikan informasi keuangan kepada publik
lebih dipercaya dibanding pemerintah yang relatif
tertutup. Medina and Rufín (2015) menjelakan
bahwa “transparency does have both a direct effect
on trust and an indirect effect that is mediated by
satisfaction.” Pemerintah yang tertutup dengan

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH 105
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
informasi keuangan dapat dinilai warga memiliki
setumpuk rahasia penyelewengan keuangan.
Pemerintah menutup informasi keuangan dapat
diduga kurang berkompeten dalam mengelola dan
melaporkan keuangan. Umumnya. pemerintah yang

tertutup tidak dapat menjelaskan mengapa kinerja


pembangunan mereka buruk dan tidak berhasil.

Kedua, untuk meningkatkan pengawasan


masyarakat (controlling). Untuk mengefektifkan
pelaksanaan pembangunan warga perlu disertakan
dalam pengawasan, dan pengawasan masyarakat
ini akan efektif bila warga masyarakat mendapat
informasi tentang pembiayaan program/kegiatan.

106 TATA KELOLA KEUANGAN


Warga menjadi “watch dog” di tingkat lapangan bila
perangkat pemerintah tidak ada disana. Pemerintah
mempunyai keterbatasan dalam melakukan
mengawasan program dan kegiatan, dan untuk
itu membutuhkan dukungan warga masyarakat.
Warga masyarkat dapat menilai dan memberikan
masukan untuk berbagai kekurangan atau kelalaian
pelaksanaan program/kegiatan di bila pemerintah
transparan dalam penyampaian informasi keuangan
program/kegiatan

Ketiga, bahwa warga berhak untuk mendapatkan


informasi dan hak untuk mengetahui (right to
inform and right to know). Pasal 14 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia menyatakan “setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya”. Hak-hak warga negara menjadi
perhatian dan ukuran kualitas demokrasi di setiap
negara. Warga mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi dan mengetahui kebijakan, program, dan
kegiatan pemerintah yang secara langsung atau tidak
langsung berdampak pada kehidupan warga dan
masyarakat. Keuangan yang dialokasi pemerintah
juga harus diinformasikan secara terbuka (transparan)
agar warga dapat menilai kecukupan atau kekurangan
untuk membiayai kebijakan, program, dan kegiatan.

Transparansi keuangan dapat dilakukan dalam


setiap tahapan siklus keuangan yaitu, mulai dari

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH 107
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
tahapan perencanaan anggaran atau biasa disebut
penganggaran, tahapan pelaksanaan, dan tahapan
pelaporan. Transparansi pengelolaan anggaran
hibah pemilihan gubernur dan wakil gubernur
Sulawesi Utara tahun 2020 dilakukan sejak awal
tahapan dimulai dalam rangka keinginan menerima
manfaat sebagaimana diuraikan diatas yang salah
satu diantaranya adalah untuk menumbuhkan
kepercayaan publik.

Transparansi tersebut salah satunya dengan


melakukan kegiatan yang dinamakan dengan
“Festival Anggaran”. Ini adalah salah satu inovasi
yang dilakukan oleh KPU Sulawesi Utara dalam
rangka transparansi anggaran. Transparansi anggaran
dilakukan dalam bentuk kegiatan festival. Selama ini
kalau kita mendengar kata festival maka yang terlintas
dalam pikiran kita adalah sebuah iven pameran yang

Suasana Review Anggaran Oleh BPK.

108 TATA KELOLA KEUANGAN


Suasana Review Anggaran Oleh BPK.

diikuti oleh peserta festival dengan mendirikan stand-


stand dan dikunjungi oleh banyak orang. Peserta
festival biasanya menampilkan berbagai hiburan yang
mengundang minat orang untuk datang melihatnya.
Tidak berbeda jauh, festival anggaran yang dikemas
oleh KPU Provinsi Sulawesi Utara adalah kegiatan
yang diikuti oleh seluruh KPU di wilayah Sulawesi
Utara yang akan menyelenggarakan Pilkada serentak
tahun 2020. Masing-masing KPU mendirikan stand.
Apa saja yang ditampilkan? Ini yang agak berbeda
dengan festival pada lazimnya, dalam festival yang
diselenggarakan ini setiap stand menampilkan profil
anggaran dari setiap KPU. Mulai dari berapa jumlah
anggaran yang akan digunakan, digunakan untuk
apa saja, dan berapa besar masing-masing item
penggunaannya.

Yang cukup membanggakan bahwa kegiatan ini baru


pertama kali dilakukan pada proses penyelenggaraan
Pilkada, dan merupakan inisisatif dari KPU Provinsi

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH 109
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
Sulut agar masyarakat bisa mendapatkan informasi
seluas-luasnya terhadap Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) yang dikelola KPU Provinsi Sulut. Hal ini sekaligus
diharapkan dapat menjawab berbagai keraguan
dari publik terkait dengan pengelolaan anggaran
penyelenggaraan Pilkada serentak di Provinsi Sulut.

Keberlanjutan dari kegiatan festival anggaran,


KPU Sulawesi Utara juga mencetak selebaran
yang berisi postur anggaran dan alur pendanaan,
pengelolaan dan pertanggungjawaban. Selebaran
tersebut kemudian ditempatkan di front office KPU
Provinsi Sulut agar setiap orang yang datang dapat
mengambilnya. Kegiatan ini merupakan sebuah
strategi dari KPU Provinsi Sulut unutk buka-bukaan
kepada masyarakat terkait dengan anggaran Pilkada
serentak yang dilaksanakan di tujuh kabupaten/Kota.

Pengendalian Internal, Monitoring, Supervisi,


dan Review untuk Akuntabilitas Anggaran

Deddy Supriady dan Dadang Solihin (2007)


menyebutkan bahwa indikator minimum akuntabilitas
terdiri dari, pertama, adanya kesesuaian antara
pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan.
Kedua, adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan
atau kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan. Dan ketiga,
adanya output dan outcome yang terukur. Sedangkan
menurut Kristianten (2006:73), indikator transparansi
yakni kesediaan dan aksesibilitas dokumen, kejelasan
dan kelengkapan informasi, keterbukaan proses, dan
kerangka regulasi yang menjamin transparansi.

110 TATA KELOLA KEUANGAN


Terkait akuntabilitas keuangan, bisa dibedakan
berdasarkan dua komponen, yaitu akuntabilitas
internal maupun akuntabilitas eksternal.
Akuntabilitas internal adalah pertanggungjawaban
yang dilakukan secara internal, yaitu antara
sekretariat dan komisioner. Sekretariat wajib
memberikan pertanggungjawaban secara periodik
kepada komisioner dalam hal pengelolaan anggaran
pemilihan. Sementara akuntabilitas eksternal adalah
pertanggungjawaban kepada pihak yang diberi
kewenangan untuk memeriksa atau melakukan audit
terhadap penggunaan anggaran negara.

Dalam upaya menjaga prinsip akuntabilitas


pengelolaan anggaran pada penyelenggaraan
Pilkada serentak di Sulawesi Utara tahun 2020,
berbagai kebijakan ditempuh oleh komisioner dan
sekretaris untuk memastikan pengelolaan anggaran
berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur
dalam ketentuan yang ada dan anggaran dapat
dipertanggungjawabkan. Berbagai upaya yang
dilakukan oleh KPU Provinsi Sulut, misalnya melalui
pengendalian internal yang ketat, melakukan
monitoring dan supervisi secara rutin, dan review
pengelolaan anggaran secara berkala.

Pengendalian internal di lingkungan KPU berjalan


sesuai dengan PKPU Nomor 17 tahun 2017 tentang
Sistem pengendalian internal pemerintah. Untuk
memperkuat pemahaman tentang SPIP maka KPU
Provinsi Sulawesi Utara sepanjang tahapan pemilihan

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH 111
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
kepala daerah serentak tahun 2020 melakukan 3 kali
rapat kerja dengan seluruh satker di wilayah kerja.
Pelaksanaan raker di bidang SPIP ini dimaksudkan
agar internalisasi dan implementasi sistem ini berjalan
terus dan menjadi pengendali internal dalam setiap
kebijakan anggaran maupun kebijakan rutin lainnya
yang diambil.

Selain melakukan rapat kerja, pengendalian internal


juga dilakukan melalui supervisi dan monitoring secara
rutin. Untuk tidak lanjut raker SPIP misalnya KPU
Provinsi Sulawesi Utara melakukan 3 kali supervisi ke
KPU Kabupaten/Kota. Selanjutnya KPU Kabupaten/
Kota juga melakukan supervisi ke penyelenggara
adhoc di tingkat Kecamatan dan Kelurahan atau
Desa. Di samping itu, dalam rangka memastikan
penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan
yang memadai dan tepat waktu, juga dilakukan
supervisi dan monitoring secara berjenjang sebanyak
3 kali di sepanjang tahapan.

KPU Sulawesi Utara bahkan secara periodik yaitu


setiap 3 bulan satu kali didampingi oleh pengawas
internal dalam hal ini Inspektorat KPU RI maupun
pengawas eksternal dalam hal ini BPKP untuk
memastikan setiap pelaksanaan anggaran dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh pengawas internal
maupun eksternal tersebut terhadap laporan
pertanggungjawaban setiap kegiatan di review.

Memang ruang lingkup dari review lebih sempit


dan kurang detail seperti audit, namun review

112 TATA KELOLA KEUANGAN


dilakukan untuk memberikan keyakinan akurasi,
keandalan, keabsahan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan sebelum disampaikan laporan
pertanggungjawaban penggunaan anggaran di bagian
akhir dari tahapan. Hasil review akan memberikan
telaah dan rekomendasi terhadap pelaksanaan
anggaran.

BAGIAN KEEMPAT
STRATEGI DAN INOVASI PENGELOLAAN ANGGARAN HIBAH 113
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK DI SULAWESI UTARA
Sengaja Di kosongkan

114 TATA KELOLA KEUANGAN


BAGIAN
V

115
SUDUT PANDANG PENGELOLA
KEUANGAN HIBAH PEMILIHAN

Pengendalian Dukungan Sekretariat


dalam Tahapan
Pujiastuti SE1

BANYAK variabel yang menjadi


faktor sukses tidaknya pelaksanaan
Pemilihan Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Sulut tahun 2020. Tidak
diragukan lagi, salah satu kuncinya
yakni dukungan jajaran sekretariat.
Tentu agar ini tercapai, komunikasi
yang konstruktif dengan komisioner
dan dedikasi kerja profesional jajaran
sekretariat menjadi sangat bernilai.

Bagaimana mengendalikan dukungan sekretariat agar


berjalan optimal? Sebagaimana diamanatkan dalam UU
Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, bagian
Kesepuluh Kesekretariatan, sudah sangat konkrit dijelaskan
pada pasal 77: “Untuk mendukung kelancaran tugas dan
wewenang KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota,
dibentuk Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi,
dan sekretariat KPU, Kabupaten/Kota”.

Kemudian dalam pasal 87 dijelaskan mengenai tugas,


wewenang dan kewajiban Sekretariat Provinsi berikut ini :

116 TATA KELOLA KEUANGAN


a) Membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu;

b) Memberikan dukungan teknis administratif;

c) Membantu pelaksanaan tugas KPU Provinsi dalam


menyelenggarakan Pemilu;

d) Membantu pendistribusian perlengkapan Penyelenggaraan


Pemilu anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden,
serta DPRD;

e) Membantu perumusan dan penyusunan rancangan


keputusan KPU Provinsi;

f) Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan


kegiatan dan pertanggungjawaban KPU Provinsi; dan

g) Membantu pelaksanaan tugas lainnya sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sekretariat KPU Provinsi berwenang:

a) Mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan


Penyelenggaraan Pemilu berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kebutuhan yang ditetapkan oleh KPU;

b) Mengadakan perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu


sebagaimana dimaksud pada huruf a sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c) Memberikan layanan administrasi, ketatausahaan,


dan kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAGIAN KELIMA
117
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Sekretariat KPU Provinsi berkewajiban:

a) Menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan;

b) Memelihara arsip dan dokumen Pemilu; dan

c) Mengelola barang inventaris KPU Provinsi.

Untuk mengoptimalkan dukungan sekretariat, dilakukan


pengorganisasian secara struktural dalam pelaksanaan setiap
kegiatan. Setiap orang melaksanakan tugas dan fungsinya
berdasarkan divisi atau bagiannya masing-masing.

Salah satu dukungan sekretariat yang sangat penting


adalah pengelolaan anggaran. Terkait ini, tentu dibutuhkan
strategi pengelolaan anggaran di lingkungan KPU Sulut agar
semua tahapan terlaksana dengan lancar serta sesuai aturan.
Prinsip keuangan negara sendiri adalah mengelolanya secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Kekhususan yang terjadi di KPU adalah perencanaan


kegiatan diputuskan dalam setiap rapat pleno. Sehingga
pengeluaran anggaran disesuaikan dengan hasil dari
keputusan rapat pleno tapi eksekusinya dilaksanakan sesuai
dengan kaidah pengelolaan keuangan yang berlaku.

Memperhatikan kaidah yang berlaku menjadi aspek


strategis, tidak hanya karena dukungan anggaran dalam
pelaksanaan tahapan harus optimal, tapi di sisi lain hal
tersebut harus dipastikan juga bahwa pengelolaannya dapat

118 TATA KELOLA KEUANGAN


dipertanggungjawabkan. Situasi yang tidak mudah tentunya,
mengingat tahapan Plkada sedemikian padat, apalagi dengan
sederet tantangan yang muncul karena Pandemi Covid-19.
Dedikasi, ketelitian dan integritas tim pengelola keuangan
tentunya sangat dibutuhkan. Selain itu, pengawasan intensif
dari APIP, baik dari Inspektorat dan BPKP, mendorong jajaran
sekretariat untuk bekerja semaksimal mungkin.

Lepas dari pengelolaan anggaran yang semaksimal mungkin


dimanfaatkan untuk kelancaran jalannya semua kegiatan atau
tahapan Pemilu dan Pilkada, aspek efisiensi tetap harus diberi
atensi khusus. Prinsip efisiensi dalam pengeluaran anggaran
tetap dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
kegiatan tahapan. Oleh karena itu, regulasi mengenai standar-
standar biaya menjadi pegangan pengelola keuangan dan itu
selalu dikomunikasi dalam setiap pengambilan keputusan
pada Rapat Pleno. Tak hanya itu, hal-hal seperti ini juga selalu
dikoordinasikan dengan SPIP sebagai pengendalian internal
menjadi pengawas dalam melaksanakan setiap kegiatan.

Pengendalian memang jadi salah satu kunci agar


pengelolaan anggaran berjalan dengan baik dan benar.
Selain dengan SPIP, yang dalam hal ini dikoordinasi langsung
oleh Divisi Hukum dan Pengawasan, KPU Provinsi dalam
pertanggungjawabannya mendapat pendampingan sekaligus
pengawasan dari Inspektorat dan BPKP. (*)

BAGIAN KELIMA
119
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Dukungan Optimal Penyaluran Anggaran
Tahapan Pemilihan
Charles Worotikan SH MH2

TIDAK pernah mudah mengelola


sedemikian banyak kegiatan dalam
menyukseskan pemilihan Gubernur-
Wakil Gubernur Provinsi Sulut. Meski
job description sudah di-breakdown
berdasarkan bagian masing-masing,
tapi tantangannya tetap saja sangat
besar.

Sebagai Kepala Bagian (Kabag) Keuangan, Umum dan


Logistik (KUL) di KPU Provinsi, banyak hal yang harus dilakukan.
Diantaranya supervisi dan monitoring tugas dan kerja dari
setiap Sub Bagian (Subag). Di Subag Keuangan, saya intens
mengontrol aktivitas pengumpulan dan pengolahan bahan
penyusunan anggaran, verifikasi, akuntansi dan pelaporan
keuangan, serta perbendaharaan.

Sementara supervisi dan monitoring di Subag Umum dan


Logistik, hal-hal yang diseriusi terkait pelaksanaan urusan
tata usaha bagian, persidangan, rumah tangga, pengadaan
logistik serta distribusi pemilihan. Tidak hanya di internal
KPU Provinsi, monitoring dan supervisi terkait pengelolaan
2 Kepala Bagian Keuangan, Umum, dan Logisitk KPU Provinsi Sulawesi
Utara

120 TATA KELOLA KEUANGAN


anggaran juga dilakukan sampai di tingkat kabupaten/kota.

Secara umum juga, menjadi tugas utama Kabag KUL untuk


selalu menyiapkan penyusunan rencana dan pengelolaan
keuangan pelaksanaan urusan umum dan logistik, serta
menyelenggarakan fungsi perencanaan dan pengelolaan
keuangan dan pelaksanaan urusan umum dan logistik.

Selain tugas-tugas tersebut di atas, sebagai Kabag KUL


KPU Provinsi sudah menjadi kewajiban untuk melayani
pertanyaan dalam bentuk konsultasi dari KPU Kabupaten/
Kota, baik terkait keuangan dan logistik. Untuk hal-hal yang
membutuhkan koordinasi lebih komprehensif, dilakukan
rapat koordinasi dan evaluasi keuangan dan logistik, baik
secara daring maupun luring. Koordinasi memang menjadi
kebutuhan paling mendasar agar semua kegiatan tahapan
berjalan sesuai aturan.

Pelaksanaan anggaran tidak diragukan lagi menjadi aspek


spesifik yang butuh konsentrasi besar. Prinsip dari pelaksanaan
anggaran tentu saja harus didukung dengan dasar hukum. Oleh
karena itu, setiap pengeluaran mutlak direncanakan dengan
baik dan kemudian dituangkan dalam dokumen anggaran,
yaitu berupa RKA/RAB.  Ringkasnya setiap pengeluaran harus
ada dalam dokumen anggaran, dan kegiatan/program yang
ada dalam dokumen anggaran-lah yang dapat dibayarkan.

RKA/RAB sendiri berfungsi sebagai dasar untuk melakukan


tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan
pencairan dana atas beban hibah APBD. RKA/RAB berlaku
untuk seluruh tahapan pemilihan dan memuat informasi
satuan-satuan terukur, yang berfungsi sebagai dasar

BAGIAN KELIMA
121
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran. Selain itu,
RKA/RAB berfungsi sebagai alat pengendali, pelaksanaan,
pelaporan, pengawasan, dan sekaligus merupakan perangkat
akuntansi pemerintah.

Jadi pada intinya, setiap pengeluaran yang boleh


dikeluarkan atau dipertanggungjawabkan adalah item
pengeluaran yang tercantum dalam RKA/RAB sebagai dasar
anggaran. Jika terdapat pengeluaran atas kegiatan yang
ingin dilaksanakan, namun belum ada dalam RKA/RAB,
maka harus dilakukan revisi terlebih dahulu. Revisi juga tidak
bisa seenaknya. Ada prosesnya. Dilakukan sesuai dengan
mekanisme dan prosedur yaitu ditetapkan dalam Rapat Pleno.

Terkait pengelolaan anggaran sendiri, memang banyak


faktor yang harus diberikan perhatian. Dengan tahapan yang
sedemikian padat, salah satu masalah yang seminimalisir
mungkin dihindari adalah soal keterlambatan penyaluran
anggaran ke kabupaten/kota non penyelenggara. Ini sangat
krusial, karena setiap kegiatan harus berjalan tepat waktu.

Cepat mengeksekusi setiap kegiatan tahapan yang telah


ditetapkan dalam Rapat Pleno Rutin, tentu saja jadi strategi
paling ampuh agar distribusi anggaran tidak menghambat
kegiatan tahapan. Dengan catatan, bagian yang akan
melaksanakan kegiatan memberikan rincian kebutuhannya
(sesuai yang tertera didalam RAB/RKA), sehingga anggaran
cepat disiapkan. Oleh karena itu, koordinasi yang cepat
dengan pelaksana kegiatan menjadi faktor penting dalam
meminimalisir keterlambatan penyaluran anggaran.

Dan, meskipun segala sesuatu sudah direncanakan

122 TATA KELOLA KEUANGAN


dan dikoordinasikan dengan baik, aspek yang paling
menentukan bagus tidaknya sistem pengelolaan keuangan
dan logistik balik lagi ke masalah sumber daya manusia (SDM)
pengelolahnya. Tidak hanya terkait kualitas, tapi dedikasi
dan integritas merupakan elemen yang paling fundamental.
Ya. Dengan anggaran hibah yang sangat besar, Rp220 miliar,
mengendalikan dan memimpin SDM yang mengelolahnya
butuh totalitas berbalut integritas. Koordinasi, kerjasama
serta kebersamaan menjadi tiga faktor kunci saat memfasilitasi
seluruh kegiatan tahapan Pemilihan Tahun 2020. (*)

BAGIAN KELIMA
123
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Strategi Pelaporan Keuangan Tepat Waktu
di Daerah Kepulauan
Nelwan Maloring3

MESKI bukan penyelenggara,


tapi kesibukan dalam menjalankan
tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Sulut membutuhkan dedikasi
kerja yang tinggi. Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Kabupaten Kepulauan
Talaud dalam menjalankan agenda
maha penting ini, memaksimalkan
semua sumber daya, agar prosesnya
berjalan tanpa kendala berarti.

Dari sudut pandang sekretariat, prinsip yang paling diberi


perhatian utama yakni pengelolaan keuangan yang baik
khususnya terkait pelaporan yang tepat waktu. Terkait ini, ada
beberapa yang harus dilakukan agar bisa berjalan seperti yang
direncanakan. Antara lain:

1. Membuat kertas kerja penyusunan laporan keuangan


2. Melengkapi SPJ
3. Membuat BKU
4. Membuat laporan keuangan

Meski sudah dilakukan perencanaan yang terstruktur,


tentu saja tidak mudah untuk mengimplementasikannya di

3 Sekretaris KPU Talaud

124 TATA KELOLA KEUANGAN


Kabupaten Kepulauan Talaud. Ini mengingat karakteristik
wilayah yang terdiri dari pulau-pulau. Bukan rahasia lagi,
transportasi adalah kendala terbesar. Di Talaud, teman-teman
badan adhoc di Miangas dan Nanusa adalah tantangan terberat
buat KPU dalam mewujudkan target tepat waktu. Meski
begitu, tetap saja segala sesuatu diupayakan semaksimal
mungkin.

Dengan segala dinamika dan keterbatasan, ada dua elemen


penting yang dimaksimalkan agar supaya pelaporan keuangan
bisa tepat waktu. Yang pertama ada memaksimalkan kinerja
sekretariat di internal KPU Talaud, dan tentu saja yang paling
penting yakni koordinasi dengan semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan laporan keuangan, khususnya teman-
teman badan adhoc.

Yang paling vital juga adalah melahirkan item anggaran


yang bisa menunjang kinerja teman-teman badan adhoc. Ini
sangat penting karena biaya transportasi di Talaud terbilang
mahal. Memang bukan sebuah inovasi atau terobosan, tapi
dengan menambah porsi anggaran koordinasi dan pelaporan
ke operasional badan adhoc, kendala-kendala di lapangan
bisa sedikit teratasi.

Yang terakhir dan terpenting, yang paling dibutuhkan dalam


pengelolaan anggaran adalah bagaimana membentengi diri
dengan prinsip yang profesional dan berintegritas. Hal ini
punya makna mendalam, karena kinerja staf juga akan sangat
dipengaruhi oleh karakter pemimpin. Yang paling substansi
tentu saja selalu bersikap terbuka dalam pengelolaan
keuangan, serta melakukan pengawasan terhadap pengelolaan
keuangan di setiap jenjang. (*)

BAGIAN KELIMA 125


SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Monitoring dan Pengendalian Penggunaan
Anggaran Badan Adhoc
Dr Meidy Malonda MAP4

MENGGELAR Pemilu maupun


Pilkada, banyak tantangan yang muncul
di Minahasa. Luasnya wilayah Minahasa,
yang tentu saja berkonsekuensi pada
banyaknya jumlah adhoc, membuat
pengendalian penggunaan anggaran
operasional penyelenggara di tingkat
PPK, PPS dan KPPS menjadi tidak
mudah.

Perlu ada langkah-langkah konkrit agar semuanya bisa


terkendalikan. Setelah dana kegiatan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara di transfer di
Rekening Bendahara Pengeluaran Pembantu KPU Kabupaten
Minahasa, maka untuk pengelolaannya disesuaikan dengan
Rencana Angaran Biaya (RAB), yang diperoleh dari KPU
Provinsi Sulawesi Utara. Strategi Pengendaliannya adalah
sebagai berikut :

a. KPU Minahasa melaksanakan Rapat Pleno Rutin (RPR),


b. PPK membuat permohonan seperti format lampiran
c. PPS membuat permohonan seperti format lampiran

Rapat Pleno Rutin (RPR) adalah agenda yang sedemikian

4 Sekretaris KPU Minahasa

126 TATA KELOLA KEUANGAN


krusial, karena segala sesuatu dibicarakan dengan detail dan
konkrit. Dalam rapat pleno ini dibicarakan terkait penyaluran
dana operasional badan adhoc, selanjutnya masing-masing
koordinator wilayah menginformasikan ke wilayah masing-
masing.

Selanjutnya di tingkat PPK dibuat juga koordinator


wilayah yang terdiri dari beberapa desa/kelurahan. Setelah
informasi ini tersampaikan ke badan adhoc, mereka membuat
permohonan pencairan dana untuk membiayai kebutuhan
tahapan pemilihan gubernur dan wakil gubernur.

Meski sudah direncanakan, tentu saja semua tidak akan


berjalan maksimal jika tidak ada pemahaman pengelolaan
anggaran yang baik dari badan adhoc. Oleh karena itu, setelah
dana pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur diserahkan
ke badan Ad Hoc sesuai dengan format, maka penerima
dingatkan untuk membaca aturan aturan yang terkait dengan
prinsip-prinsip pengelolaan keuangan misalnya:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran

BAGIAN KELIMA
127
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Negara Nomor 4400);
4. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 202/
KU.05-Kpts/02/KPU/XI/2017 Tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pengelolaan, Penyaluran dan Pertanggung
jawaban Penggunaan Anggaran Dana Hibah untuk
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/ atau Walikota
dan Wakil Wali Kota;
5. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 302/PP.02-
Kpt/02/KPU/IV/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan
dan Pertanggung Jawaban Penggunaan Anggaran
Tahapan Pemilihan Umum 2019 untuk Badan
Penyelenggara Pemilu Ad hoc di lingkungan Komisi
Pemilihan Umum.

Kemudian kepada penerima (Ketua PPK dan Sekretaris


PPK) ditegaskan kembali bahwa setelah dana diterima, wajib
menyampaikan laporan 14 hari setelah dana diterima. Untuk
penyaluran Ke PPS digunakan sesuai format, demikian juga
dengan KPPS.

Hanya saja, tidak boleh semua diserahkan begitu saja,


tanpa dilakukan monitoring secara langsung. KPU Minahasa
melakukan monitoring secara efektif sesuai dengan wilayah
masing-masing, terkait penyaluran kepada PPS dan KPPS
dipastikan bahwa dana yg dibutuhkan sudah tersalur semua
di tingkat desa/kelurahan.

Monitoring ini juga penting agar potensi permasalahan


penggunaan anggaran operasional pada badan adhoc tidak
dikerjakan asal-asalan, juga tidak terlambat. Terkait ini upaya

128 TATA KELOLA KEUANGAN


yang dilakukan oleh KPU Minahasa untuk meminimalisasi
potensi masalah ini adalah mengingatkan melalui surat tertulis,
melalui WA disampaikan laporan pertanggungjawaban
segera masuk di KPU Minahasa, atau bisa saja turun langsung
menjemput.

Dan tentu saja, meski sudah dilakukan segala upaya agar


semua berjalan lancar, tetap saja ada kendala-kendala yang
bisa terjadi di lapangan. Salah satunya seperti keterlambatan
penyaluran dana operasional untuk badan adhoc. Hal ini
memang pernah terjadi di Juni 2020 Upaya yang dilakukan
KPU Minahasa kepada badan adhoc adalah menugaskan
membuat LPJ operasional bulan juni 2020, selanjutnya akan
diteruskan ke KPU Provinsi. (*)

BAGIAN KELIMA
129
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Penyetoran Pajak yang Tepat Waktu
Viviane Tamasengge5

PENGELOLAAN anggaran tidak


hanya terkait optimalisasi keuangan
terkait tahapan. Salah satu aspek
yang penting untuk diperhatikan yakni
terkait pengadministrasian pajak.
Di berbagai satuan kerja (Satker)
pemerintah, termasuk di jajaran Komisi
Pemilihan Umum (KPU), pajak kerap
jadi masalah dan menyeret pihak-pihak
tertentu dengan aparat penegak hukum.

Agar supaya tidak terjadi masalah, bendahara pengeluaran


yang menjadi simpul utama terkait pengelolaan pajak,
harus memahami hak dan kewajiban di bidang perpajakan
dengan benar. Membangun kesadaran dan kepedulian
wajib pajak adalah elemen yang mutlak harus dibangun,
sehingga kemungkinan adanya kesalahan atau keterlambatan
mengajukan tagihan bisa dikurangi atau dihindari. Selain itu,
faktor lain yang perlu diperhatikan yakni kemauan untuk
selalu mengikuti perkembangan regulasi terkait pajak.

Memang benar. Dengan rutinitas yang luar biasa padat,


tingginya intensitas pengelolaan anggaran untuk jalannya
tahapan memang jadi penyebab utama kenapa kemudian
5 (Bendahara Pengeluaran KPU Kota Bitung)

130 TATA KELOLA KEUANGAN


seorang bendahara pengeluaran sering kurang fokus mengurus
pajak. Akan tetapi, sudah menjadi kewajiban bendahara agar
pajak tidak terabaikan begitu saja. Satu-satunya langkah
preventif yang harus dilakukan adalah membangun mindset
ketaatan terhadap peraturan, dibarengi sebuah niat yang baik
untuk menjadi seorang pegawai yang diberi amanah maha
penting mengelola pajak.

Beberapa elemen dasar yang harus dicermati pengeluaran


tentu saja terkait perbedaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Penghasilan (PPh) dan Bea Meterai dengan baik dan
benar. Bagi bendahara, mengenali jenis-jenis pajak yang akan
dipotong tentu menjadi tanggung jawab mutlak, agar semua
sesuai dengan peraturan perpajakan yang ada.

Tidak hanya itu, bendahara juga harus cermat soal masa


jatuh tempo pelaporan SPT Masa untuk setiap jenis pajak,
agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari. Terkait ini
sendiri, setiap pengelola keuangan sudah ada regulasi yang
tegas dari Menteri keuangan yang menentukan tanggal jatuh
tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang
untuk suatu saat atau masa pajak, bagi masing-masing jenis
pajak. Yakni paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.

Memahami aturan memang penting, tapi profesionalitas


apalagi integritas personal jauh lebih penting. Seorang
bendahara harus menghindari segala bentuk usaha
pelanggaran pajak atau tax evasion,  dengan memenuhi
kewajiban perpajakan secara penuh dan membantu
memenuhi segala kewajiban perpajakan.

BAGIAN KELIMA
131
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Membentengi diri dengan integritas tidak diragukan lagi
merupakan aspek terpenting dalam hal pengelolaan pajak.
Kenapa? Supaya modus-modus klasik seperti pemecahan
kwitansi, menyimpan atau mengendapkan pajak yang sudah
dipungut dan dipotong, serta menggunakan pajak yang telah
dipungut atau dipotong untuk keperluan lain, tidak terjadi
lagi. (*)

132 TATA KELOLA KEUANGAN


Pengadaan Barang dan Jasa yang berintegritas
Raymond Mamahit6

BUKAN rahasia lagi, salah satu


posisi yang memiliki peran strategis
dalam pengelolaan anggaran, berada
di pundak seorang Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). Banyak kegiatan
tahapan yang baru bisa terlaksana,
jika segala urusan dengan PPK sudah
tuntas. Oleh karena itu, sangat penting
dipahami oleh seorang PPK yakni
pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Sebagai PPK di KPU Provinsi Sulut, ada tiga hal yang


dilakukan agar implementasi tugas berjalan dengan maksimal.
Pertama rajin membaca dan mempelajari peraturan yang
masih berlaku, aktif berdiskusi dan tidak malu bertanya dengan
berbagai pihak yang berkompeten, serta terakhir yang krusial,
yakni melakukan rapat berkala dengan perangkat pengadaan.

Tidak bisa dipungkiri, kegiatan pengadaan barang dan


jasa yang berlandaskan pada kontrak/perjanjian, merupakan
kegiatan yang membutuhkan banyak pemahaman dan
atau kemampuan. Mulai dari perencanaan pengadaan
sampai selesainya pekerjaan, yang terdiri dari tahapan
6 (Pejabat Pembuat Komitmen KPU Provinsi Sulut)

BAGIAN KELIMA
133
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
perencanaan pengadaan, pelaksanaan pengadaan/pekerjaan
dan pengendalian, penandatangan kontrak/perjanjian,
melaporkan dan menyerahkan hasil pekerjaan, tentu saja
butuh ketelitian dan kecermatan tinggi.

Oleh karena itu, sebagai PPK yang dilakukan adalah aktif


melakukan koordinasi antar bagian dalam setiap tahapan
pengadaan, memastikan semua tahapan pengadaan harus
sesuai dengan tahapan penyelenggaraan pemilihan, dan yang
paling utama adalah meningkatkan kapabilitas diri agar bisa
mengatur dan mengelola kerja di setiap tahapan pengadaan.

Kecermatan dan ketelitian memang hal penting yang harus


dimiliki seorang PPK, karena pengadaan barang/jasa adalah
kegiatan yang sangat berpotensi dengan tindak pidana.
Supaya ini tidak terjadi, beberapa kiat yang dilakukan selama
Pilkada 2020 berjalan adalah menjalankan proses pengadaan
barang dan jasa melalui LPSE dan secara personal tentu saja
memegang teguh pakta integritas.

Dua hal lain yang harus dimaksimalkan adalah melakukan


pembayaran non tunai dan tentu saja menjalankan pengadaan
barang /jasa sesuai dengan perintah yaitu berita acara pleno.
Inilah beberapa langkah preventif yang dilakukan, agar modus-
modus konvensional seperti indikasi penggelembungan
anggaran atau mark-up, rencana pengadaan yang diarahkan,
rekayasa pemaketan untuk KKN, penentuan jadwal pengadaan
yang tidak realistis, gratifikasi, dll, tidak terjadi lagi.

Bagaimanapun juga, masih ada stigma bahwa jabatan PPK


merupakan “lahan basah”, karena ‘memakmurkan’ orang
yang menjabatnya. Bukan cerita baru juga kalau banyak

134 TATA KELOLA KEUANGAN


bermunculan sinyalemen bahwa banyak pejabat struktural
kadang berlomba-lomba untuk menjadi PPK. Tapi sejak diberi
tugas oleh atasan, saya meyakini bahwa anggapan banyak
orang itu salah. Kenapa? Karena sekarang sistem pangadaan
sudah tertata dengan baik. Potensi-potensi penyelewengan
semakin kecil kemungkinannya. Sistem mengatur bahwa PPK
bukan pengambil keputusan secara sendiri. Ada perangkat-
perangkat pengadaan yang mempunyai Tupoksinya masing-
masing yaitu, KPA, PPK, UKPBJ, PPBJ dan PPHBJ.

Dari segala kemungkinan yang sudah dijelaskan di atas,


integritas personal tetap saja menjadi faktor penentu. Oleh
karena itu, sejak diberi kepercayaan oleh pimpinan, tidak
henti-henti meyakinkan diri bahwa tugas menjadi PPK harus
dimaknai dengan etos kerja yang tinggi dan dibarengi pola
layanan yang baik dan transparan. Dan yang terutama dan
utama, adalah membangun perspektif bahwa kerja adalah
ibadah. Karena ibadah, orientasinya tidak semata-mata
kesuksesan dunia, melainkan orientasi moral dan nilai rohani.
(*)

BAGIAN KELIMA
135
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
Pengelolaan Anggaran Badan Adhoc
Heidy Rori SH7

DENGAN tahapan yang sedemikian


padat, apalagi ketika Pilkada digelar
saat Pandemi Covid-19, tugas dan
aktivitas teman-teman anggota Panitia
Pemilihan Kecamatan (PPK) menjadi
sangat padat. Oleh karena itu, sudah
menjadi tanggung-jawab sekretariat
PPK memberikan support maksimal
dari aspek administratif, khususnya
pengelolaan keuangan.

Berdasarkan aturan, tugas seorang sekretaris adalah


membantu pelaksanaan tugas ketua dan anggota PPK,
memimpin dan mengawasi kegiatan sekretariat PPK,
melaksanakan tugas yang ditentukan oleh PPK, serta dalam
beberapa hal diberi ruang menyampaikan pendapat dan
saran kepada ketua PPK.

Sementara terkait regulasi yang mengatur tugas dan


kewenangan seorang sekretaris PPK, sudah ada landasan
aturan yang mengikat, yakni Keputusan KPU Republik Indonesia
Nomor 1132/PP.02-Kpt/02/KPU/XI/2018 tentang Perubahan
atas Keputusan KPU Nomor 302/PP.02-KPT/KPU/IV/2018
tentang petunjuk pelaksanaan dan pertanggungjawaban
7 (Sekretaris PPK Tomohon Utara)

136 TATA KELOLA KEUANGAN


penggunaan anggaran tahapan pemilihan umum untuk badan
penyelenggara adhoc.

Meski hanya di level kecamatan, bukan berarti kadar


kesulitan tidak ditemui. Oleh karena itu, beberapa hal yang
selalu diperhatikan adalah selalu berkoordinasi dengan KPU
Tomohon, agar dalam realisasi dan pertanggung-jawaban
tidak ada masalah berarti. Selain itu, penting dan strategis
untuk selalu menjalin komunikasi dengan sekrtariat Panitia
Pemungutan Suara (PPS). Ini dilakukan agar supaya proses
penatausahaan keuangan dan berbagai administrasi yang
dibutuhkan, bisa dituntaskan dengan baik dan tepat waktu.

Agar supaya kinerja sekretariat PPS berjalan dengan baik,


sesekali dilakukan monitoring langsung, disamping tentunya
membuka ruang diskusi baik secara langsung maupun via
saluran telpon. Koordinasi dan pengawasan penting dilakukan
agar pembuatan LPJ tidak bermasalah dan tepat waktu. (*)

BAGIAN KELIMA
137
SUDUT PANDANG PARA PENGELOLA KEUANGAN
DAFTAR PUSTAKA
Janet V. Denhardt et.al., The New Public Service, M.E. Sharpe,
Armonk, New York, 2003.

Miftah Thoha, Ilmu Administrasl Publik Kontemporer Rencana


Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

Panwaslu Kabupaten Jembrana, Kajian Laporan Nomor: 01/


Lap/ Panwaslu-Jbr/VI/2010, tidak diterbitkan.

Prayudi et at, Laporan Penelitian tentang Pemilihan Umum


Kepala Daerah Bupati/Walikota di Provinsi Riau, belum
diterbitkan, Jakarta, 2010.

Profit Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010, Pemda


Kabupaten Jembrana, 2010.

Riant Nugroho D, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi,


dan Evaluasi, Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakarta, 2003.

Sony Yuwono et al, Penggangaran Sektor Publik, Bayumedia

Publishing, Malang, 2005

Topo Santoso, Topo Santoso, ef.a/., Penegakan Hukum Pemilu


Praktek Pemilu 2004, Kajian Pemilu 2009 — 2014, USAID-
DRSP-Perludem, Jakarta.

Tri Ratnawati, Pemekaran Daerah Politik Lokal & Beberapa lsu


Terseleksi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.

138 TATA KELOLA KEUANGAN


Waluyo, Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan
lmplementasinya dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah),
Mandar Maju, Bandung, 2007.

Hapsoro Dody, 2001, AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Penerbit


Gunadarma, Yogyakarta.

Rasul, Syahrudin, 2003. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas


Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU NO. 17/2003
Tentang Keuangan Negara. Jakarta: PNRI

UU No. 17 Tahun 2003. Tentang Keuangan Negara

Sumber media online:

“Anggaran Pemilukada Diusulkan dari APBN”, http://news.


fajar.co .id

/read/104973/anggaran-pemilukada-diusulkan-dari-apbn,
diakses tanggal 15 Oktober 2010.

“Dana Seret, Pilkada di Maluku Utara Tak Bisa Serentak”,


hhtp:// bataviase.co.id/node/125389, diakses tanggal 15
Oktober 2010

“KPU Laporkan Bupati Jembrana ke Polisi”, http://regional


.kompas

.com/read/2010/08/061646414/KPU. Laporkan.Bupati.
Jembrana.ke.Po/isf, diakses tanggal 15 Oktober 2010.

“Pilkada Jembrana Terancam  Ditunda”,  http://beritabaIi.coml

DAFTAR PUSTAKA 139


index.php?reg=&kat=&s=news&id= 201002110001,  diakses
tanggal 15 Oktober 2010.

Peraturan Perundang-undangan:

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Jembrana


Nomor: 04 Tahun 2010 tentang Penetapan Tahapan, Program,
dan Jadwal Penyelenggaraan

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah


Kabupaten Jembrana Tahun 2010.

Kronologis Pencabutan Surat Keputusan Komisi Pemilihan


Umum Kabupaten Jembrana Nomor 01 Tahun 2010 dan
Penetapan Surat Keputusan KPU Jembrana Nomor 04 Tahun
2010, tidak diterbitkan.

Pemerintah Kabupaten Jembrana, Peraturan Daerah


Kabupaten Jembrana Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Jembrana Tahun Anggaran 2010, tanpa tahun penerbit.

Janet V. Denhardt et.al., The New Public Service, M.E. Sharpe,


Armonk, New York, 2003.

Miftah Thoha, Ilmu Administrasl Publik Kontemporer Rencana


Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

Riant Nugroho D, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi,


dan Evaluasi, Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakarta, 2003.

140 TATA KELOLA KEUANGAN


Sony Yuwono et al, Penggangaran Sektor Publik, Bayumedia

Publishing, Malang, 2005

Topo Santoso, Topo Santoso, ef.a/., Penegakan Hukum Pemilu


Praktek Pemilu 2004, Kajian Pemilu 2009 — 2014, USAID-
DRSP-Perludem, Jakarta.

Tri Ratnawati, Pemekaran Daerah Politik Lokal & Beberapa lsu


Terseleksi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.

Waluyo, Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan


lmplementasinya dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah),
Mandar Maju, Bandung, 2007.

DAFTAR PUSTAKA 141


142 TATA KELOLA KEUANGAN

Anda mungkin juga menyukai