Anda di halaman 1dari 32

Daftar Isi

BAB I.............................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................3

Landasan Teori..............................................................................................................3

a. Pandangan Induktif Terhadap Teknologi Informasi.......................................3

b. Karakteristik Teknologi Digital......................................................................3

c. Karakteristik Bisnis Di Era Teknologi Digital...............................................5

d. Dampak Teknologi Digital Terhadap Bisnis..................................................6

e. Hambatan Bisnis ( Business Barrier ).............................................................9

f. Teknologi Informasi Sebagai Pemampu (Enabler).......................................14

a. Paradigma.....................................................................................................18

b. Keyakinan dan nilai dasar.............................................................................20

c. Komponen fisik teknologi informasi............................................................21

2.3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Teknologi Informasi.......................................26

a. Teknologi Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Technology)....26

b. Teknologi Pemrosesan Informasi (Information Processing Technology)....26

BAB III........................................................................................................................29

Rangkuman..............................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jejaring informasi merupakan salah satu komponen struktur sistem
pengendalian manajemen. Oleh karena perusahaan sekarang berada di zaman
digital, pendesainan sistem pengendalian manajemen arus didasarkan pada
karakteristik lingkungan bisnis di zaman digital tersebut. Jejaring informasi yang
merupakan komponen struktur sistem pengendalian manajemen harus dibangun
dengan memanfaatkan teknologi digital agar perusahaan mampu bersaing
dilingkungan bisnis digital.

Berbicara tentang jejaring informasi di zaman teknologi informasi ini tidak


bisa lepas dari teknologi informasi itu sendiri. Jejaring informasi yang secara
ekstensif dan intensif memanfaatkan teknologi informasi merupakan sarana
untuk melakukan transaksi bisnis di zaman teknologi informasi ini.

Lingkungan bisnis global pada awal millennium ini semakin didominasi


oleh lalu lintas transaksi secara elektronik (cyber business transaction). Upaya
perusahaan untuk bertahan hidup dan berkembang dalam lingkungan bisnis
global sangat tergantung pada kompetensi perusahaan memanfaatkan segala
potensi yang terkandung dalam teknologi informasi untuk menerobos berbagai
hambatan dan mengubah potensi tersebut menjadi peningkatan kecepatan,
fleksibilitas, integrasi dan inovasi berkelanjutan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ditemukan beberapa masalah yang
dirumuskan sebagai berikut :
1) Apa karakteristik teknologi informasi?
2) Bagaimana Building blocks teknologi informasi?
3) Apa saja prinsip-prinsip pengembangan teknologi informasi
3. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menjawab, menerangkan,
dan menjelaskan masalah yang terjabar di atas, sehingga ditemukan
penerangan mengenai karakteristik teknologi informasi, building blocks
teknologi informasi, dan prinsip-prinsip pengembangan teknologi informasi.
BAB II

Landasan Teori

2.1. Karakteristik Teknologi Informasi

a. Pandangan Induktif Terhadap Teknologi Informasi


Teknologi informasi dapat dipandang dari dua sudut, yaitu sudut pandang
dedukif dan induktif. Pandangan deduktif terhadap teknologi informasi
(deductive view of information technology) dimulai dengan perumusan masalah
yang dihadapi perusahaan saat ini, kemudian dilakukan pemecahan masalah
tersebut melalui pemanfaatan kemampuan teknologi informasi. Sedangkan
pandangan induktif terhadap teknologi informasi (inductive view of information
tecnology) dimulai dengan pengeksplorasian berbagai kemampuan potensial
yang terkandung dalam teknologi informasi, kemudian dilakukan pencarian
berbagai peluang yang dapat diraih dengan menggunakan kemampuan potensial
tersebut. Sering kali suatu masalah baru dianggap sebagai masalah setelah
teknologi informsi menjanjikan pemecahan masalah atas masalah tersebut.

b. Karakteristik Teknologi Digital


Teknologi digital memiliki dua karakteristik yang menjadikannya lebih
unggul dibandingkan dengan teknologi analog. Kedua karakteristik tersebut
adalah :

1. Kecepatan tinggi
2. Keakuratan tinggi

Teknologi digital memiliki kecepatan tinggi. Oleh karena proses teknologinya


dilakukan melalui pengiriman muatan listrik, bukan gerakan mekanis berbentuk
gelombang, teknologi digital memiliki kecepatan yang sangat tinggi.
Teknologi digital memiliki keakuratan tinggi. Oleh karena sifat yang berlainan
tersebut, teknologi digital hanya mengenal dua alternatif, yakni muatan listrik
(pulse) dan tidak ada muatan listrik (no pulse).

Kedua karakteristik teknologi digital tersebut dimiliki oleh teknologi


komputer digital yang pada perkembangannya telah dikombinasikan dengan
teknologi komunikasi, sehingga menimbulkan dampak yang luar biasa dengan
munculnya tambahan karakteristik pada teknologi digital berikut ini :

1. Keterhubungan (connectivity) tinggi


2. Kemampuan multimedia tinggi
3. Kemampuan penyimpanan yang besar namun ringkas (compact)

Keterhubungan (connectivity). Keterhubungan yang tinggi dapat dicapai


melalui perkembangan teknologi yang mampu mengonversikan teknologi analog
menjadi teknologi digital, dan sebaliknya. Dampak dari kemudahan konversi
tersebut menjadikan berbagai komputer dapat berkomunikasi dengan mudah,
akurat, dan cepat satu dengan yang lainnya. Kemudahan konversi ini menjadi
awal timbulnya teknologi dan komunikasi internet, e-commerce dan e-
corporation.

Kemampuan multimedia. Kemampuan multimedia yang tinggi diperoleh karena


kombinasi teknologi digital dan teknologi komunikasi mampu mengirim semua
jenis media (teks, image, audio, video, dan motion) secara serentak ke seluruh
penjuru dunia. Kemampuan multimedia tinggi ini difasilitasi oleh perkembangan
teknologi komuikasi satelit yang mutakhir , sehingga tidak terdapat lagi
penundaan transmisi (transmision delay) data bolak balik. Stelah digunakan low-
orbiting satellite yang tidak bersifat stationary, komunikasi multimedia menjadi
on-line real-time interaction. Penggunaan low-orbiting satellite inilah yang
menjadi awal dapat dilaksanakannya komunikasi internet-in-the-sky.
Kemampuan penyimpanan yang besar namun ringkas. Kemampuan ini
diperoleh dari kombinasi teknologi digital dengan teknologi laser dan optik,
sehingga secara digital data dan informasi dapat disimpan dalam jumlah besar dan
dapat diakses kembali dengan menggunakan teknologi laser dan optik.
Kemampuan ini menjadikan komunikasi data dan informasi tidak hanya secara
multimedia namun juga dalam jumlah yang sangat besar, sehingga pengelolaan
database menjadi mudah dan bergerak (mobile).

c. Karakteristik Bisnis Di Era Teknologi Digital


Dampak kemajuan teknologi komputer digital yang dikombinasikan
dengan teknologi komunikasi dan teknologi laser/optik menjadikan bisnis
memiliki platform baru (digital platform) yang memiliki karakterisrik berikut :

1. Transaksi bisnis diselenggarakan dengan kecepatan cahaya


2. Transaksi bisnis digital memiliki akurasi tinggi
3. Transaksi bisnis dapat dilaksanakan dalam volume besar
4. Transaksi bisnis dapat diselenggarakan dengan keterhubungan yang tinggi
5. Transaksi bisnis difasilitasi dengan kemudahan akses yang tinggi

Kecepatan tinggi. Transaksi bisnis pada kecepatan cahaya (light speed clock)
berdampak terhadap perluasan basis kompetisi. Sebelumnya basis kompetisi
hanya didasarkan pada harga, dan kemudian meluas ke basis pemasaran dan
bisnis mutu. Waktu tidak lagi berpihak pada perusahaan yang tidak mampu
memetik manfaat terbaik dari kecepatan yang dapat disediakan teknologi digital.
Kecepatan perusahaan dalam memanfaatkan kecepatan teknologi digital untuk
menciptakan value dan merespon tuntutan customer merupakan faktor kunci
sukses dalam era bisnis digital.

Keakuratan tinggi. Transaksi bisnis dengan akurasi tinggi berdampak pada


pengelolaan bisnis berbasis fakta (fact-based bussiness). Bisnis di era teknologi
digital dapat diselenggarakan dengan estimasi yang lebih baik karena peningkatan
point-of-sale-accuracy. Bisnis di era teknologi digital menimbulkan peningkatan
persaingan ketepatan dan keandalan dalam memberikan layanan. Ketersediaan
informasi dengan akurasi tinggi memacu bisnis untuk meningkatkan cost
effectiveness, karena dunia bisnis mampu meningkatkan kualitas estimasi melalui
better-your-number game yang dengan mudah mengembangkan berbagai
skenario untuk merespons perubahan lingkungan.

Transaksi dalam volume besar. Teknologi digital memungkinkan pelaksanaan


transaksi dalam volume besar secara serentak. Hal ini berdampak pada
peningkatan luar biasa produktivitas dunia bisnis. Volume transaksi bisnis di era
digital tidak lagi dibatasi volume transaksi secara fisik. Hal ini terutama sangat
dapat dirasakan pada transaksi di sektor keuangan.

Keterhubungan tinggi. Transaksi bisnis di era teknologi digital dapat


diselenggarakan dengan keterhubungan (connectivity) tinggi. Keterhubungan
tinggi memungkinkan transaksi bisnis bersifat on-line, real-time, serentak,
kontinu, dan global. Keterhubungan seperti ini berakibat terjadinya keserentakan
di seluruh penjuru dunia sehingga kompetisi bersifat global.

Kemudahan akses. Transaksi bisnis di era teknologi digital memiliki kemudahan


akses yang tinggi. Kemudahn akses yang tinggi ini menjadikan bisnis di era
teknologi digital bersifat maya (virtual). Kehadiran barang, jasa dan organisasi
secara fisik menjadi tidak penting lagi. Kemudahan akses telah menjadikan
sesuatu yang bersifat fisik dapat dinikmati atau diakses secara maya.

d. Dampak Teknologi Digital Terhadap Bisnis


Penyelenggaraan bisnis dan transaksi bisnis denga digital flatform
berdampak luar biasa terhadap lingkungan bisnis . Oleh karena itu manajemen
perlu merumuskan upaya respons secara konseptual yang tepat untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di era bisnis digital. Berikut ini
adalah upaya respons secara konseptual yang memadai terhadap karakteristik
bisnis di era digital, yaitu :
1. Respon terhadap transaksi bisnis berkecepatan cahaya . Untuk
menghadapi lingkungan kompetisi bisnis yang berbasis waktu , perusahaan
pernu meningkatkan kemampuan dan kualitas responnya terhadap perubahan
lingkungan . Perusahaan harus melakukan pengindraan ( sensing ) secara terus
menerus terhadap tren perubahan lingkungan , dan segera menindaklanjuti
dengan respons cepan dan komprehensif. Kecepatan pengindraan dan respons
memerlukan dungan jejaring informasi digital yang mampu menangkap signal
tren perubahan , dan segera memacu upay arespons secara komprehensif.
Keterpaduan upaya respons diwujudkan melaui keterkaitan antara upaya
respons secara strategik sampai dengan upaya respons operasionalnya. Dalam
hal ini pula di perlukan upaya jejaring informasi digital yang mampu
mewujudkan keterpaduan antara langkah strategik sampai dengan langkah
operasional.
2. Responns terhadap transaksi bisnis berakurasi tinggi. Respon yang
memadai terhadap dampak tingginya akuransi yang di hasilkan oleh teknologi
digital adalah perusahaan harus meningkatkan kemampuannya dalam
pembelajaran ( learning ), sehingga upaya peningkatan berkelanjutan
( continuous improvement ) dapat dilakukan melebihi perusahaan pesaing .
Akurasi tinggi memicu pemahaman yang lebih baik terhadap faktor kunci
sukses perusahaan, minsalnya seperti perilaku customer , tingkat cost
effectivenedd, dan tinkat scurity . Upaya yang benar adalah memanfaatkan
jejaring informasi digital untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran atas
kejadian, dan meningkatkan kemampuan untuk membagi ( sharing ) di antara
personel perusahaan agar proses learning dan sharing cepat dan akurat.
3. Respon terhadap kemampuan teknologi digital dalam memproses
transaksi bervolume besar secara serentak. Perusahaan harus
memanfaatkan keunggulan teknologi digital ini agar mampu melayani
customer dalam jumlah banyak dalam periode waktu yang bersamaan. Upaya
ini di lakukan dengan membangun dan memelihara hubungan dengan
customer, dan menawarkan barang dan jasa secara digital . Minsalnya , rumah
sakit yang membangun sistem rekam medik digital mampu memberikan
pelayanan kepada customer-nya dalam volume yang besar dan berkecepatan
tinggi.Hal ini akan berbeda sekali dengan rumah sakit yang masih mengelola
aspek rekam mediknya secara manual yang menghadapi hambatan dalam
meningkatkan produktivitas layanannya.
4. Respon tehadap keterhubungan tinggi yang bersifat on-line, real-time,
kontinu, dan serentak. Dalam kompetisi global, perusahaan harus senatiasa
memasang radar agar senatiasa mampu memelihara kedekatan denga
customer , mempertahankan daya saing , atau memantau perilaku market
leader.
Jejaring informasi digital sangat membantu dalam menyediakan informasi
yang memadai untuk memantau perilaku market leader. Misalnya, dengan
senatiasa mengakses situs (website) untuk melakukan marketing intelligence.
Pemanfaatan jejaring informasi untuk memfasilitasi organisasi untuk
senantiasa mengikuti perkembangan lingkungan yang terkini (keeping
abreast of current development), seperti pada misalnya perusahaan pialang
saham uang menggunakan jejaring informasi digital yang terhubung secara
on-line, real-time dengan bursa efek, sehingga dimungkinkan terjadi
continuous monitoring and interacting.
Di sisi lain, perusahaan dapat pula menggunakan jejaring informasi
digital untuk membangun brand equity di benak customer yang dituju, dan
memengaruhi perilaku customer dengan berbagai kemudahandan komunikasi
secara on-line, real-time, dan kontinu. Jejaring informasi digital dapat pula di
manfaatkan untuk membangun keterlibatan dan komunikasi dua arah dengan
customer , mitra bisnis, dan pemasok , sehingga kompetensi seluruh sistem
rantai nilai (value chain system) akan meningkat tajam dan menghasilkan
loyalitas customer.
5. Respon terhadap kemudahan akses tinggi yang di sediakan teknologi
digital. Kemudahan akses mengakibatkan kehadiran fisik barang, jas dan
organisasi, menjadi tidak penting lagi. Kemudahan akses menimbulkan
fleksibilitas baik bagi produsen maupun customer. Fleksibilitas yang di
sediakan dunia bisnis maya tidak dimiliki dunia bisnis fisik, sehingga
perusahaan yang tidak memiliki fasilitas layanan maya akan menghadapi
keterbatasan akses, dan pada ahirnya berakibat pada keterbatasan pasar.
Jejaring informasi digital dapat mempasilitasi organisasi untuk berteransaksi
di dunia bisnis maya, sehingga daya jangkau perusahaan menjadi tidak
dibatasi oleh waktu dan tempat. Ketersediaan fasilitas transaksi di dunia bisnis
maya juga berakibat penurunan biaya transaksi baik bagi produsen maupun
customer, sehingga cost effectiveness dan penghematan biaya dapat dinikmati
oleh kedua belah pihak.

Dunia bisnis di era digital memili karakteristik yang baru, sehingga


menuntut perusahaan untuk mengubah cara bebisnis. Perubahan cara berbisnis di
era digital akan mudah dan efektif dilakukan dengan memanfaatkan jejaring
informasi. Pemanfaatan jejaring informasi dapat di petik jika dua perannya dapat
di lakukan oleh perusahaan, yaitu :
1. Peran jejaring informasi untuk menerobos hambatan bisnis dan
2. Peran jejaring informasi untuk menyelenggarakan open-book
management

e. Hambatan Bisnis ( Business Barrier )


Teknologi informasi merupakan pemampu untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Namun, dalam hal apakah sebenarnya teknologi informasi dapat
berperan sebagai pemampu? Teknologi informasi merupakan pemampu bagi
perusahaan untuk menembus berbagai faktor yang menghambat perusahaan
dalam menghasilkan kinerja secara optimal, yaitu : (1) hambatan waktu, (2)
hambatan geografis (3) hambatan biaya (4) hambatan birokrasi dalm struktur
organisasi dan ( 5) hambatan kesenjangan pengetahuan dan keterampilan
personel. Gambar 15.1 melukiskan berbagai hambatan yang dapat di pecahkan
dengan pemanfaatan teknologi informasi.

Hambatan birokrasi
Dalam struktur
organisasi

Teknologi
Sebagai informasi
Pemampu untuk
Hambatan Menerobos berbagai hambatan geografik
kesenjangan pengetahuan hambatan
dan keterampilan
personel

hambatan hambatan
waktu biaya
Gambar 15.1 teknologi informasi sebagai pemampu untuk menerobos
berbagai hambatan

Hambatan waktu. Kinerja perusahaan seringkali tidak optimal karena hambatan


waktu. Hambatan waktu ini timbul karena miningkatnya jumlah customer yang
harus dilayani, sedikitnya waktu yang tersedia bagi customer, dan perbedaan
lokasi dengan semakin meningkatnya jumlah customer, waktu yang di perlukan
untuk menyelesaikan transaksi dengan costumer secara individual menjadi sangat
menentukan keberhasilan perusahaan dalam melayani customer. Dalam
perusahaan penerbangan minsalnya, pengoperasian pesawat besar dengan jumlah
penumpang lebih dari 300 orang menuntut kecepatan layanan check –in
penumpang dengan membuka empat counter dan layanan 2 menit
perpenumpang, diperlukan 2,5 jam per counter untuk melayani check-in
penumpang. Oleh karena itu perusahaan penerbangan yang mengoprasikan
layanan pesawat – pesawat besar , di samping memanfaatkan teknologi informasi
dalam layanan penumpang, juga menawarkan fasilitas city check-in, untuk
mengatasi hambatan waktu yang timbul sebagai akibat meningkatnya jumlah
penumpang yang harus di layani.

Sebagai mana telah disebutkan di atas, lingkungan bisnis ditandai dengan


semakin meningkatnya persaingan berbasis waktu (time-based compelition)
dalam lingkungan bisnis seperti itu, perusahaan di tuntut untuk meningkatkan
kualitas layanan dalam bentuk peningkatan kecepatan dan ketepatan waktu
layanan bagi customer. dan perlu disadari bahwa teknologi digital sekarang telah
menyediakan fasititas untuk itu. kegagalan perusahaan dalam memenuhi
kecepatan dan ketepatan waktu sesuai dengan kebutuhan dan harapan customer
akan berakibat larinya customer keperusahaan pesaing.

Hambatan geografis. seringkali kinerja perusahaan dipengaruhi secara


signifikan oleh jarak geografis yang memisahkan secara fisik perusahaan dengan
customer, dan pemasoknya. Jarak geografis menimbulkan hambatan bagi
perusahaan dalam melakukan transaksi bisnis dengan customer dan pemasok.
Oleh karena itu, usaha keras mengatasi hambatan jarak geografis telah banyak di
lakukan untuk memungkinkan perusahaan melakukan transaksi bisnis dengan
pemasok dan customer-nya dengan lancar dan cepat. banyak perusahaan kelas
dunia berupaya menghilangkan hambatan gografis dengan membuka cabang di
berbagai negara, beraliansi dengan mitra bisnis domestik, dan melaksanakan
transaksi bisnis secara maya (virtual) melalui internet.

Sebelum dimanfaatkannya teknologi informasi dalam perbankan, hubungan antar


cabang bank mengalami hambatan geografis, sehingga sangat sulit bagi nasabah
bank melakukan transaksi yang menyangkut pelibatan cabang bank yang terpisah
jauh karena jarak geografis. dengan fasilitas teknologi informasi, transaksi bisnis
dengan nasabah yang melibatkan beberapa cabang dan beberapa bank sekaligus
dapat di lakukan secara akurat dan cepat. di masa mendatang, kelangsungan
hidup perusahaan sangat di tentukan oleh kemampuannya dalam mengatasi
hambatan geografis ini.

Hambatan biaya. tingginya biaya yang di konsumsi untuk penyediaan barang


dan jasa bagi customer sering menjadi hambatan signifikasi bagi perusahaan
dalam melakukan transakai bisnis dengan customer. hal ini akibat semakin
luasnya kesempatan yang dimiliki customer untuk mengakses struktur, dan
besarnya biaya produsen sebelum mereka membuat keputusan pembelian.
Bahkan customer yang memilih akan mampu melakukan prakiraan tentang
kemampuan produsen dalam melaksanakan layanan purna jual berdasarkan
karakteristik dan besarnya biaya yang di pikul produsen dalam memproduksi
produk dan jasa.

Dalam kompetisi global, biaya merupakan salah satu kriteria yang


menentukan keberhasilan perusahaan dalam memenangkan pertarungan
memperebutkan pangsa pasar yang menghasilkan laba. Karakteristik dan
besarnya biaya yang tidak menghasilkan laba bagi perusahaan akan berakibat
pada rendahnya daya saing dan terbentuknya citra sebagai perusahaan yang tidak
cost effective di benak customer. Kondisi demikian pada akhirnya akan
mengancam kelangsungan kehidupan perusahaan.

Hambatan birokrasi dalam struktur organisasi. Transaksi bisnis antara


perusahaan dengan customer dan pemasok seringkali berjalan sangat lambat
sebagai akibat birokrasi yang berbelit dan lepas tangan ( hand-off ) di antara
manager perusahaan. Struktur organisasi yang di bangun dengan banyak jenjang
dan banyak fungsi merupakan penyebab pokok timbulnya hambatan birokrasi.
Transaksi bisnis dalam organisasi ini, di samping memerlukan otoritas
berjenjang, juga memerlukan kerja sama antar fungsi. Otoritas berjenjang akan
mengakibatkan lamanya pelaksanaan transaksi, sedangkan banyaknya fungsi
yang terkait dalam melaksanakan transaksi bisnis akan menimbulkan hambatan
karena kurangnya koordinasi dan kerjasa antar fungsi.

Dalam lingkungan bisnis global, persaingan di tandai dengan kompetisi antar


jaringan organisasi. Kemampuan manajemen dalam membangun jejaring
organisasi merupaka faktor kunci keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
value bagi customer. Penembangan jejaring organisasi yang memadai diperlukan
untuk meningkatkan kelancaran arus nilai (value flow) yang mengalir melalui
mata rantai nilai (value chain) dari pemasok sampai ke customer. Perusahaan
harus memiliki fasilitas memadai untuk mendukung pembangunan bisnis secara
jejaring, dan kemampuan mengelola jejaring organisasi. Hambatan birokrasi
dalam struktur organisasi harus di hilangkan untuk menjadikan perusahaan
mampu bersaing secara jejaring.

Hambatan kesenjangan pengetahuan dan keterampilan personel. Rendahnya


pengetahuan dan keterampilan personel organisasi dapat menyebabkan
rendahnya kualitas produk dan jasa yang di hasilkan perusahaan, yang pada
gilirannya akan mengakibatkan rendahnya tingkat kepuasan customer terhadap
respon dan pelayanan personel perusahaan. Rendahnya pengetahuan dan
keterampilan personel organisasi terutama di sebabkan sulitnya personel
organisasi mengakses informasi yang diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
Personel organisasi yang hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan terbatas
akan menyebabkan ketidak berdayaan personel dalam menghadapi pertanyaan,
permintaan, dan tututan customer perusahaan. Lingkungan bisnis yang di
dalamnya terdapat customer yang pandai, pemilih, dan sangat penuntut (smart,
choosy, and demanding) serta berdaya beli tinggi, akan menuntut personel
perusahaan yang responsif , berpengetahuan dan berketerampilan tinggi untuk
dapat mempertahankan, kesetiaan customer terhadap produk dan jasa yang di
hasilkan perusahaan.

f. Teknologi Informasi Sebagai Pemampu (Enabler)


Dalam awal millenium mendatang, perusahaan memerlukan pemampu untuk
mengatasi berbagai hambatan yang telah dibahas di atas. Teknologi informasi
merupakan salah satu pemampu utama perusahaan dalam mengatasi hambatan
tersebut, dan sekaligus mampu menempatkan perusahaan pada posisi yang sulit
untuk disaingi dalam persaingan untuk memuaskan kebutuhan customer.

Teknologi Informasi sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan Waktu

Teknologi informasi mampu memperpendek interval waktu yang


diperlukan untuk menyelesaikan berbagai langkah penting dalam proses bisnis.
Sebagai contoh, teknologi informasi yang digunakan dalam sistem otorisasi
penjualan kartu kredit secara on-line mampu memberikan informasi diterima atau
ditolaknya permintaan transaksi pembayaran dalam waktu yang sangat singkat.
Tujuan yang ingin dicapai adalah memperpendek waktu respons (response time)
ke customer. Kecepatan respons ke customer membuat perusahaan mampu
meningkatkan customer value dan cycle effectiveness (CE). Kecepatan waktu
dapat pula diperoleh perusahaan melalui pemanfataan electronic data
interchange (EDI) dan electronic fund transfer (EFT) dalam menciptakan
hubungan berkualitas antara perusahaan dengan pemasok.

Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan


Geografik

Banyak perusahaan yang beroperasi dari berbagai lokasi, dan memiliki


pemasok dan customer yang tersebar dan terpisah jarak geografis dengan
perusahaan. Teknologi informasi mampu mengintegraksikan,
mengomunikasikan, dan mempertukarkan berbagai aktivitas bisnis penting yang
terdistribusi secara geografis. Salah satu contoh yang sedang berkembang dalam
bisnis sekarang ini adalah penggunaan Internet untuk komunikasi dan transaksi
bisnis. Fasilitas teknologi informasi seperti Internet memampukan perusahaan
bertransaksi dengan customer dan pemasok, serta berkomunikasi dengan mereka
yang terpisah secara geografis, dan bahkan menghilangkan hambatan waktu
karena perbedaan jam kerja. Penggunaan teknologi informasi untuk bertransaksi,
yang lazim dikenal dengan istilah e-commerce, telah meletakkan norma-norma
baru dalam bertranksaksi, misalnya:

1. Perusahaan dapat memberikan kemudahan bagi customer untuk


melakukan transaksi bisnis tanpa harus secara fisik mendatangi masing-
masing lokasi produsen, sehingga customer dapat melakukan belanja
secara maya (virtual) dengan mengunjungi berbagai homepage produsen
di Internet.
2. Perusahaan dapat memberikan kemudahan bagi customer untuk
melakukan perbandingan berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dari
berbagai lokasi geografis, misalnya memanfaatkan web site:
http://www.compare.com.
3. Perusahaan dapat memenuhi permintaan individual customer secara
customized sekaligus bersaing dengan pesaing (melalui lelang elektronik),
tanpa harus bersusah payah mendatangi customer secara fisik dengan
memanfaatkan web site yang mendaftarkan permintaan customer secara
individual.

Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan Biaya

Teknologi informasi memampukan perusahaan menekan biaya yang harus


dipikul customer dalam memeroleh manfaat produk dan jasa yang disediakan
perusahaan.Teknologi informasi juga memampukan perusahaan dalam upaya
menurunkan biaya untuk meningkatkan daya saing. Sebagai contoh adalah
penawaran program studi jarak jauh (distance learning) yang diselenggarakan
dengan fasilitas Internet untuk menangani kegiatan interaktif pengajar-siswa.
Bagi siswa sebagai customer, dengan program ini mereka akan memeroleh
manfaat dari hilangnya hambatan geografis, sekaligus pengehematan biaya
transportasi dan akomodasi yang harus dikorbankan selama mengikuti program
belajar. Demikian pula perusahaan dapat menekan berbagai biaya dengan
memanfaatkan fasilitas teleconferencing untuk penyelenggaraan diskusi yang
melibatkan berbagai pihak dari berbagai lokasi geografis yang berbeda. Fasilitas
teknologi informasi memampukan perusahaan menerobos hambatan biaya
melalui peningkatan produktivitas. Teknologi informasi juga mampu
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan perusahaan sehingga tercapai
peningkatan cost effectiveness.

Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan


Birokrasi dalam Struktur Organisasi

Teknologi informasi mampu menerobos tembok birokrasi yang terbentuk


karena struktur organisasi,sehingga batas antarfungsi dalam organisasi menjadi
mudah ditembus untuk peningkatan kelancaran kerja sama lintas fungsional dan
arus customer value perusahaan. Teknologi informasi juga mampu
menyelesaikan dikotomi sentralisasi-desentralisasi, karena kedua konsep tersebut
dapat diwujudkan secara bersamaan melalui pemanfaatan teknologi informasi.

Teknologi informasi dapat mendukung inovasi dalam penyediaan jasa,


mendukung kemampuan perusahaan dalam penyediaan jasa, mendukung
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan cakupan dan penetrasi pasar, serta
mendukung penciptaan aliansi strategik dengan pemasok, customer, mitra bisnis
lainnya, bahkan dengan pesaing. Sebagai contoh, mesin ATM yang digunakan
bersama oleh beberapa bank dan perusahaan kartu kredit yang dipasang dipasar
swalayan dan mall, merupakan perwujudan kemampu teknologi informasi dalam
menerobos hambatan struktural antarperusahaan yang bersaing (antarbank dan
perusahaan kartu kredit), dan sekaligus memperluas lingkup jasa layanan
keuangan yang disediakan bank dan perusahaan kartu kredit,serta merupakan
bentuk inovasi penyediaan jasa. Contoh lain adalah penggunaan secara intensif
dan ekstensif electronik data interchange (EDI). Teknologi ini dapat
mewujudkan hubungan strategik (strategic links) antara perusahaan dengan
pemasok dan customer-nya. Mereka menjadi mitra bisnis yang saling terhubung
dengan EDI untuk tujuan peningkatan kemudahan,penghematan biaya dari
transaksi dan penggunaan jejaring EDI itu sendiri, dan penciptaan kemungkinaan
inovasi jasa baru bagi berbagai prospective cutomer.

Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan


Kesenjangan Pengetahuan dan Keterampilan Personel

Teknologi infomasi mampu menerobos hambatan yang timbul karena


sedikitnya pengetahuan dan rendahnya keterampilan personel perusahaan dalam
melayani kebutuhan customer. Teknologi infomasi memiliki kemampuan
memberdayakan personel perusahaan, sehingga dapat merespons tuntutan
customer secara tepat waktu dan akurat. Sebagai contoh, penggunaan teknologi
informasi dengan fasilitas multimedia (teks, image, video, dan audio)
menjadikan personel perusahaan lebih mudah menerima dan mencari informasi
yang diperlukan untuk merespons tuntutan customer. Aplikasi teknologi
informasi secara multimedia pada sistem layanan rumah sakit akan menjadikan
dokter berdaya untuk merespons tuntutan pasien. Sebagai contoh, orang tua
pasien anak yang meminta agar obat tertentu diberikan dalam bentuk sirup, dapat
dengan mudah dipenuhi karena dokter dengan mudah dapat mengakses informasi
obat dari database DOI (Daftar Obat Indonesia), atau secara on-line dengan
database obat dari perusahaan farmasi, sehingga dokter tidak hanya sekedar
menjawab tidak ada atau mengganti obat terbatas pada daftar obat yang ada
dalam ingatannya. Teknologi informasi multimedia menjadikan personel
organisasi mudah mengakses informasi dengan berbagai indera secara serentak.
Indera penglihatan untuk melihat teks, image, dan video animasi; sedangkan
indera pendengaran untuk mendengar suara (audio).

2.2. Building Blocks Teknologi Informasi

Teknologi informasi terdiri atas tiga building block yang saling berkaitan
satu dengan yang lain. Pengembangan teknologi informasi memerlukan
konsistensi dan koherensi diantara tiga konstituen building block yang
membentuknya. Ketiga building block yang terkait dalam rancangan teknologi
informasi ada

a. Paradigma

- Modal manusia
- Aktivitas
- Database Tampak
Luar
- Jejaring
- Teknologi Komponen Fisik
Teknologi
Informasi

Keyakinan Dasar dan


Mindset terhadap
Nilai Dasar Teknologi
Informasi

Paradaigma terhadap Teknologi Informasi

Paradigma merupakan asumsi yang mendasari pengembangan


teknologi informasi. Paradigma pengembangan teknologi informasi
memberikan arah panduan bagaimana seharusnya perusahaan
menggunakan teknologi informasi dalam berhubungan dengan lingkungan
bisnisnya. Paradigma yang berkembang meliputi :
a. Paradigma Customer Value
Dalam lingkungan bisnis yang di dalamnya customer memegang
kendali bisnis, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi
perusahaan ditujukan untuk mendedikasikan seluruh fasilitas
teknologi informasi dalam memenuhi kebutuhan customer.
Paradigma ini memandang bahwa pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi bukan untuk memudahkan perusahaan dalam
menjalankan bisnisnya, namun untuk memuaskan kebutuhan
customer.
b. Paradigma Continuous Improvement
Untuk menghadapi lingkungan bisnis yang turbulen dan kompetitif,
pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi ditujukan
untuk senantiasa memampukan perusahaan melakukan
improvement secara berkelanjutan dalam memenuhi tuntutan
customer-nya. Improvement hanya layak dilakukan jika berupa
peningkatan kemampuan perusahaan dalam melayani dan
memuaskan customer, bukan dimaksudkan untuk berfokus pada
kepentingan intern perusahaan.
c. Paradigma Cross-Functional
Dengan paradigma ini, pengembangan dan pemanfaatan teknologi
informasi ditujukan untuk peningkatan kerjasama lintas functional
yang ditujukan untuk meningkatkan cycle effectiveness perusahaan
dalam melayani dan memuaskan customer.
d. Paradigma Pemberdayaan Karyawan (Employee
Empowerment)
Dengan paradigma ini, pengembangan dan pemanfaatan teknologi
informasi ditujukan untuk memampukan personel perusahaan
dalam merespon tuntutan dan meningkatkan kepuasan customer-
nya.
e. Paradigma Peluang (Opportunity)
Dengan paradigma ini, pengembangan dan pemanfaatan teknologi
informasi ditujukan untuk menggali peluang sebanyak mungkin,
tidak semata-mata hanya untuk memecahkan masalah yang telah
dikenali sebelumnya (unknown problem).
b. Keyakinan dan nilai dasar
Keyakinan dasar adalah hal-hal yang diyakini kebenarannya oleh
personel perusahaan untuk diwujudkan. Keyakinan dasar menjadi
semnagat yang mendorong personel perusahaan untuk mewujudkan
paradigma. Nilai dasar, merupakan karakter, sifat, dan sikap yang
dijunjung tinggi personel perusahaan dalam mewujudkan paradigma yang
telah dipilih. Nilai dasar memberikan batasan bagi personel perusahaan
dalam mewujudkan paradigma. Paradigma yang telah dipilih memerlukan
keyakinan dasar dan nilai dasar tertentu. Mengenai keyakinan dasar dan
nilai dasar yang diperlukan untuk mewujudkan berbagai paradigma
tersebut di atas dapat dilihat dalam pembahasan mindset dalam bab 4-8.

c. Komponen fisik teknologi informasi


Komponen fisik TI merupakan sekumpulan unsur yang terintegrasi
untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Komponen fisik ini merupakan bagian TI secara keseluruhan
yang tampak yang dapat ditangkap indera penglihatan. Komponen fisik ini
merupakan pemampu bagi perwujudan komponen yang tidak tampak
(yakni: paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar), oleh karena itu harus
terdapat koherensi diantara komponen fisik dan komponen yang tidak
tampak (non fisik). Komponen berwujud TI meliputi lima unsur berikut
ini:

1) Modal Manusia
Modal manusia merupakan komponen terpenting dan utama
dari unsur berwujud TI, karena modal manusia adalah subjek dan
pelaksana pemanfaatan teknologi dalam perusahaan. Komponen
modal manusia lazim disebut sebagai information worker,
merupakan personel perusahaan yang bertanggung jawab atas
penciptaan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan
penggunaan informasi. Dalam kelompok information worker ini
ada bagian yang disebut knowledge worker, yakni bagian dari
information worker yang bertanggung jawab atas pemanfaatan
bidang ilmu dan pengetahuan (body of knowledge) tertentu secara
optimal bagi perusahaan, terutama berkaitan dengan penciptaan ide
dan informasi baru. Contoh knowledge worker adalah akuntan,
insinyur, analis keuangan, pengacara, ahli statistika, dan lain-lain.

Dalam kaitannya dengan teknologi informasi modal manusia


dalam perusahaan dapat berperan satu diantara empat
kemungkinan, yaitu: system owner, system user, system designer,
dan system builder. Sebagian besar modal manusia dalam
perusahaan berperan sebagai system user. Pemahaman personel
perusahaan terhadap mindset (paradigma, keyakinan dasar, dan
nilai dasar) yang mendasari TI akan sangat menetukan efektivitas
pemanfaatan TI sebagai pemampu perusahaan dalam menerobos
berbagai hambatan bisnis. Efektivitas pemanfaatan TI oleh
perusahaan juga ditentukan oleh tingkat kemampuan personel
organisasi dalam memanfaatkan ilmu dan pengetahuan serta
teknologi.

2) Aktivitas
Aktivitas merupakan bagian dari proses yang dilakukan
perusahaan dalam memuaskan kebutuhan customer. Identifikasi
dan pengembangan aktivitas perlu diselenggarakan secara terarah
oleh perusahaan sesuai dengan tuntutan customer. Perusahaan
harus mampu mengidentifikasi dan membedakan antara aktivitas
penambah nilai (value-added activity) dan aktivitas yang tidak
menambah nilai (non value-added activity), sehingga
pemanfaaatan teknologi informasi dapat dilakukan secara efektif.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam aktivitas penambah nilai
ditujukan agar perusahaan dapat mengoptimalkannya dengan
melakukan activity sharing dan activity selection. Sedangkan disisi
lain, pemanfaatan teknologi informasi ditujukan untuk
menghilangkan atau mengurangi aktivitas yang tidak menambah
nilai.

3) Database
Data dibedakan dari informasi karena data merupakan bahan
baku pembuatan informasi. Data merupakan kumpulan fakta yang
sudah dipisahkan. Sedangkan, informasi adalah data yang
memberikan tambahan nilai bagi seseorang atau kelompok orang.
Untuk menghasilkan nilai bagi personel tertentu diperlukan
pemahaman tentang kebutuhan pemakai yang menjadi persyaratan
data (data requirement). Dewasa ini dikenal relational database
yang mampu memudahkan penyedia informasi secara serentak dan
efisien yang diperlukan perusahaan untuk memberdayakan
personelnya dalam merespon tuntutan customer. Ketersediaan
database dan informasi juga memudahkan perusahaan dalam
melakukan komunikasi dengan berbagai pihak diluar perusahaan.
Pembangunan database yang terencana diperlukan perusahaan
untuk meningkatkan kecermatan dan keandalan informasi.

4) Jejaring (Network)
Pembangunan jejaring ditujukan untuk memudahkan
perusahaan dalam memberikan respon dan melaksanakan transaksi
dengan customer. Jejaring juga diperlukan untuk ,menciptakan
integrasi dalam perusahaan, dan antara perusahan dengan pemasok
serta customer. Pembangunan jejaring juga dapat menghantar
perusahaan menuju komunikasi maya (virtual), sehingga tercipta
peluang-peluang baru yang tidak terpikirkan sebelumnya. Sebagai
contoh, pemanfaatan jejaring VAN (Value-Added Network) dan
VPN (Virtual Private Network) untuk mempermudah dan
meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam berkomunikasi
dengan berbagai pihak. Pembangunan jejaring ditujukan untuk
mnyediakan sarana kerja sama proses dan integrasi antarsistem,
komputer, dan personel.

Berbagai faktor yang menyebabkan jejaring semakin


diperlukan antara lain:
1) Peningkatan kecepatan bisnis
Perusahaan yang mampu mengakses informasi penting secara
cepat akan memperoeh keunggulan komparatif. Hal ini
seringkali dilakukan dengan menduplikasi teknoligi informasi
diberbagai lokasi perusahaan, sehingga meningkatkan
kedekatan dan kecepatan respon terhadap tuntutan customer-
nya.
2) Peningkatan jangkauan bisnis
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan komparatif dengan
memasukkan pemasok dan customer dalam bisnisnya, hingga
kelancaran arus nilai (value flow) akan meningkat tajam.
3) Peningkatan kompleksitas bisnis
Dalam era kompetisi global tejadi peningkatan kegiatan bisnis
di berbagai lokasi, baik nasional maupun internasional.
Kondisi demikian menjadikan bisnis semakin kompleks,
karena perusahaan beroperasi di berbagai lingkungan hukum,
pasar, bahasa, dan kultur bisnis yang berbeda. Upaya untuk
mengintegrasikan berbagai hal yang kompleks tersebut di atas
memerlukan dukungan jejaring informasi yang andal.
Pembangunan unsur jejaring dalam TI memungkinkan
perusahaan untuk (1) mendistribusikan modal manusia, data,
aktivitas, dan teknologi ke berbagai lokasi, dan (2)
mengkomunikasikan data antarlokasi. Pemanfaatan jejaring
informasi memungkinkan perusahaan menerobos hambatan
geografis.

5) Teknologi (Technology)

Teknologi merupakan unsur fisik yang diperlukan ke empat


unsur yang lain dalam pemanfaatan teknologi informasi secara
optimal. Komponen teknologi dalam teknologi informasi meliputi :
(1) perangkat keras (hardware), dan (2) perangkat lunak
(software).

Pengoperasian teknologi mutakhir memiliki konsekuensi


terhadap kemampuan modal manusia dalam mengikuti pesatnya
perkembangan teknologi, agar setiap rupiah yang diinvestasikan
dalam teknologi informasi dapat dimanfaatkan secara optimal
sebelum kadaluwarsa. Komponen fisik teknologi dalam TI
mencakup dua unsur utama, yaitu : teknologi komputer dan
teknologi telekomunikasi.

Unsur teknologi dalam TI meliputi tiga bidang, yaitu :

1. Teknologi data (data technology). Yakni perangkat keras


(hardware) dan perangkat lunak (software) yang digunakan
untuk menangkap (capture), menyimpan (store), dan
mengelola (manage) data.
2. Teknologi pemrosesan (processing technology). Yakni
perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk
mengubah data dalam (sebagai masukan) menjadi informasi
yang bermanfaat (sebagai keluaran).

3. Tenologi komunikasi (communication technology). Yakni


perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk
menghubungkan (interconnect) teknologi data dan teknologi
pemrosesan yang terdapat pada berbagai lokasi.

2.3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Teknologi Informasi


Pengembangan teknologi informasi meliputi pengembangan atas dua
bagian utama berikut :

a. Teknologi Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Technology).


Teknologi ini merupakan kumpulan unsur yang terpadu untuk
memfasilitasi dan mengatur perilaku anggota organisasi dalam
melaksanakan transaksi bisnis yang senantiasa mengacu pada kaidah-
kaidah berikut :

1) Diupayakan untuk mempermudah customer dalam mengakses


informasi tentang produk dan jasa yang disediakan perusahaan.
2) Memudahkan karyawan dalam pengoperasiannya, sehingga
karyawan perusahaan menjadi berdaya (empowered) dalam
merespons pemintaan customer.
3) Memfasilitasi pendekatan kerja tim lintas fungsional (cross-
functional team approach).
4) Memfasilitasi system pengendalian masukan dan pengendalian
proses (input and process control systems), sehingga
menghindarkan perusahaan dari risiko yang tinggi di kemudian
hari.
b. Teknologi Pemrosesan Informasi (Information Processing Technology).
Teknologi ini merupakan perpaduan antara brainware, hardware, dan
software yang menyediakan informasi bagi organisasi untuk melakukan
upaya-upaya berikut :

1) Improvement berkelanjutan

Teknologi pemrosesan informasi harus mampu


menghasilkan informasi yang relevan dengan upaya peningkatan
berkelanjutan terhadap faktor kunci sukses perusahaan.
Ketersediaan informasi yang rinci dan akurat secara tepat waktu
memberikan status dan kondisi kinerja perusahaan, sehingga
mendorong legairahan untuk melakukan peningkatan. Teknologi
pemrosesan informasi yang mampu menghasilkan informasi
berbasis aktivitas akan memberikan panduan untuk melakukan
pengelolaan berbasis aktivitas yang meliputi :

1. Activity Elimination—penghilangan aktivitas yang tidak


menambah nilai bagi customer.
2. Activity Reduction—pengulangan aktivitas yang tidak
menambah nilai bagi customer.
3. Activity Sharing—pemanfaatan penambah nilai yang belum
digunakan secara optimal.
4. Activity Selection—pemilihan aktivitas penambah nilai yang
paling efisien.

Pengelolaan berbasis aktivitas tersebut di atas akan


mendorong pelaksanaan kegiatan secara cost effective.

2) Pengambilan keputusan yang ekonomis rasional

Teknologi pemrosesan informasi harus mampu mengahasilkan


informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi perusahaan.
Pemanfaatan teknologi pemanfaatan data (data capturing) dan
pengelolaan data dengan relasional database menyebabkan
pengumpulan data dapat dilakukan secara rinci dan efisien.
Akibatnya, informasi yang dihasilkan akurat dan mendorong
ketepatan proses pengambilan keputusan. Sebagai contoh adalah
pemanfaatan teknologi POS (point of sales) yang dihubungkan
dengan perpetual inventory systems sehingga memungkinkan
manajemen perusahaan memecahkan masalah kehabisan
persediaan (stock-out) atau bauran penjualan (sales mix) yang tidak
optimal.

3) Review dan evaluasi terhadap kinerja operasi dan validitas


strategi.Teknologi pemeroesan informasi diharapkan mampu
memberikan informasi umpan balik yang konferhensif dan
kohren, sehingga seluruh faktor kritikal dapat dipantau dan
terdapat hubungan yang jelas antara indicator oprasional dengan
faktor kunci sukses perusahaan yang bersifat strategic.

4) Pelaksanaan mekanisme manajemen secara tersentralisasi dan


terdesentralisasi secara bersamaan.Dewasa ni sudah tidak
menjadi masanya lagi manajemen perusahaan dihadapkan pada
pilihan melakukan sentralisasi atau desentralisasi secara
mutually exclusive dengan penerapan relational database
system, maka kedua dikotomi tersebut dapat diselenggarakan
secara bersama-sama dan baik kantor pusat maupun kantor
cabang dapat memetik manfaat yang optimal dari keunggulan
masing-masin pilihan tesebut.

Pengembangan teknologi informasi dalam era cyber business


memerlukan dukungan ilmu, pengetahuan, teknologi (IPTEK) yang
semakin banyak. Namun, tersedianya dukungan IPTEK saja tidak
cukup; diperlukan sudut pandang induktif terhadap teknologi
informasi, sehingga diharapkan pengembangan teknologi informasi
memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Mampu memberikan segala kemudahan bagi existing and potential


customer untuk bertransaksi dengan organisasi.
2. Dapat berperan sebagai pemampu dan pelaksana bagi organisasi
untuk mengemban misi mewujudkan visi organisasi.
3. Mampu memfasilitasi lintas fungsi koordinasi dan komunikasi
(horizontal) dan vertical untuk penciptaan value bagi customer .
4. Mampu memberdayakan personel organisasi melalui penyediaan
informasi relevan yang muktahir secara akurat, tepat waktu, dan
cost effective.
5. Mampu menjadi senjata persaingan bagi organisasi, sehingga
menempatkan perusahaan pada posisi yang tidak mudah disaingi.
6. Mampu memberikan panduan bagi organisasi dalam melakukan
improvement berkelanjutan.
7. Mampu memfasilitasi kerjasama sinergis dan transparan dengan
mitra bisnis yang terpisah secara hokum maupun geografis.

BAB III
Rangkuman
Dunia bisnis global pada awal millennium mendatang akan semakin dipenuhi
transaksi bisnis elektronik (cyber business). Porsi pelaksanaan transsaksi yang
diselenggarakan melalui jalan raya elektronik akan semakin meningkat. Dalam
kondisi demikian, virtuality (kemayaan) akan semakin mendominasi pelaksanaan
proses dalam mencapai tujuan. Transaksi akan terjadi diantara empowered object.
Kondisi lingkungan bisnis akan berubah semakin turbulen sebagai akibat dari
perubahan yang terjadi pada:

1. teknologi yang merupakan penyebab utama perubahan


2. komunikasi semakin menggelobal dan cepat, yang kan berakibat pada
munculnya world class benchmarking .
3. costumer menjadi empowered costumer yang mendikte kegiatan produsen.
4. Perlunya penguasaan dan pemanfaatan untuk menjadi pemain kelas dunia.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai