Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2021


UNIVERSITAS HASANUDDIN

SAKIT PERUT BERULANG

Oleh :

ANFAUZIYAH EKA LESTARI

C014202173

Residen Pembimbing :

dr. Nurul Silvana

dr. Sy. Raehana Mardiah Alaydrus

Supervisor Pembimbing

dr. Eka Yusuf Inra K., M.Kes., Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan :

Nama : Anfauziyah Eka Lestari

NIM : C014202173

Judul PKMRS : Sakit Perut Berulang

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, 20 Maret 2021

Residen Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Nurul Silvana dr. Sy. Raehana Mardiah Alaydrus

Mengetahui,
Supervisor Pembimbing

dr. Eka Yusuf Inra K., M.Kes., Sp.A

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN. .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Definisi ................................................................................................... 2
2.2 Etiologi .................................................................................................... 2
2.3 Patofisiologi ............................................................................................ 3
2.4 Manifestasi Klinis ................................................................................... 4
2.5 Diagnosis ................................................................................................ 5
2.6 Terapi ................................................................................................................................. 9
2.7 Prognosis............................................................................................................................ 9
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Sakit perut merupakan salah satu keluhan yang paling sering dijumpai pada anak.
Keluhan ini dialami lebih dari 10% anak di seluruh dunia dan menjadi alasan penyebab
tingginya tingkat absensi anak di sekolah (Yusri Dianne Jurnalis, 2014). Berdasarkan
penelitian Pace F, et al. (2006) dari seluruh total kunjungan pada dokter spesialis anak, sekitar
2 - 4% diantaranya datang dengan keluhan sakit perut berulang (Pace et al., 2006). Angka
kejadian sakit perut berulang pada anak sekolah dasar di Inggris sebesar 10-15% dan di negara
berkembang sebesar 10-12%.
Beberapa penelitian mengenai kejadian sakit perut berulang menunjukkan variasi
berdasarkan usia. Anak usia 5 – 14 tahun rentan mengalami sakit perut berulang dengan
frekuensi usia tertinggi yang mengalami kejadian ini ialah usia 5 – 10 tahun, kejadian berangsur
menurun seiring pertambahan usia (Korterink et al., 2015). Penelitian koerterink et. Al (2015)
menunjukkan bahwa perempuan lebih sering mengalami sakit perut berulang dibandingkan
laki – laki. Namun, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam kejadian sakit perut berulang.
Data mengenai prevalensi dan faktor risiko secara umum kejadian sakit perut berulang
di Indonesia masih sangat terbatas. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yendra et. al (2019),
menyatakan bahwa 6,5% dari 153 anak usia 7 – 12 tahun mengalami sakit perut berulang di
Kecamatan Padang Timur, Kota Padang (Yendra et al., 2020). Dari penelitian tersebut juga
diperoleh bahwa terdapat hubungan bermakna antara paparan kejadian yang dapat
menyebabkan stres dari rumah, sekolah, dan tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian
sakit perut berulang pada anak.
Seringkali, sakit perut berulang disebabkan oleh sejumlah penyebab gastrointestinal
(GI) maupun ekstraintestinal, seperti infeksi saluran cerna, pola makan yang tidak baik, infeksi
saluran kemih, kondisi pembedahan seperti radang usus buntu, serta kondisi psikososial. Pada
anak kecil, lokasi nyeri perut tidak jelas dan seringkali, pasien akan menunjukkan bahwa nyeri
terletak di daerah tengah perut. Tingkat keparahan dan frekuensi nyeri tidak berhubungan
dengan etiologinya (Quak, 2015). Sakit perut yang berlangsung kronik dan dialami berulang
dapat meningkat kecemasan orang tua dan menimbulkan kekhawatiran bagi generasi penerus
bangsa. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi dokter maupun tenaga kesehatan dalam
menangani kasus sakit perut berulang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Sakit perut berulang atau nyeri perut berulang didefinisikan sebagai serangan sakit
perut yang timbul minimal tiga kali dalam jangka waktu tiga bulan berturut-turut dan
menyebabkan terganggunya aktivitas penderita sehari-hari (Dr. Mohammad Juffrie, SpAK,
2012). Istilah sakit perut berulang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1958 oleh John
Apley, seorang dokter anak dari Inggris. Menurut Apley, anak maupun remaja yang menderita
sakit perut berulang harus diselidiki penyebabnya, meskipun durasi rasa sakit tidak sepenuhnya
sesuai dengan definisi Apley (Thiessen, 2002).

2.2 Etiologi
Barr mengajukan konsep penyebab sakit perut berulang terbagi menjadi tiga golongan,
yaitu organik, disfungsional, dan psikogenik (Mohammad Juffrie, 2012). Penyebab organik
disebabkan adanya suatu penyakit, seperti infeksi saluran kemih. Penyebab disfungsional
disebabkan oleh adanya berbagai variasi fisiologis baik yang mekanismenya diketahui maupun
yang bersifat idopatik. Penyebab psikogenik disebabkan adanya tekanan emosional atau
psikososial tanpa adanya kelainan organik (Mohammad Juffrie, 2012).
Penyebab paling umum sakit perut berulang pada anak bersifat fungsional (53,8%)
(Quak, 2015), diikuti oleh irritable bowel syndrome (38,5%), dan dyspepsia (7,7%) yang
termasuk dalam penyebab organik (Reust & Williams, 2018). Etiologi sakit perut berulang
pada anak dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Etiologi Sakit Perut Berulang pada Anak (Reust & Williams, 2018)
Organik
Gastrointestinal Genitourinary Lain-Lain
1. Celiac disease 1. Endometriosis 1. Spinal tumor
2. Eosinophilic esophagitis 2. Dysmenorrhea 2. Lymphoma
3. Gastroenteritis 3. Infeksi saluran kemih 3. Keracunan timbal
4. Gastroesophageal reflux berulang 4. Abses peritoneal
disease (GERD) 4. Testicular pain
5. Gallbladder disease 5. Urolithiasis
6. Infeksi Helicobacter pylori
7. Irritable Bowel Syndrome Metabolik
8. Inflamatory Bowel Disease 1. Krisis adrenal
9. Pancreatitis 2. Porphyria
10. Peptic ulcer 3. Diabetic ketoacidosis

2
Fungsional (Non Organik)
1. Konstipasi
2. Intoleransi laktosa
3. Abdominal migrain
4. Dismotilitas usus
Psikogenik
1. Depresi
2. Anxiety

2.3 Patofisiologi
Persepsi mengenai sakit perut berulang adalah sumasi dari masukan sensorik, emosi,
dan kognitif (Mohammad Juffrie, 2012). Sinyal ditransduksi melalui aferen visceral tulang
belakang, bersinaps pada kornu dorsalis sumsum tulang belakang, dan dikomunikasikan ke
otak melalui traktus spinothalamic, spinoreticular dan spinomesencephalic (Farmer & Aziz,
2014). Perasaan nyeri selanjutnya dipengaruhi oleh pusat kognitif dan pusat emosi.
Sinyal aferen visceral ascending yang meningkat atau disebut sensitisasi perifer dapat
terjadi setelah cedera berulang atau inflamasi pada saluran GI (Thiessen, 2002). Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan sensitivitas reseptor perifer dan aktivasi nosiseptor yang dapat
mengakibatkan hiperalgesia. Apabila nyeri berlangsung kronik, maka dapat menimbulkan
nyeri terus menerus akibat peningkatan aktivitas saraf.
Impuls nyeri dari organ viseral atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem
empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakal 6, 7, 8 dan dirasakan pada daerah
epigastrium. Impuls nyeri dari segmen usus dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika
memasuki segmen thorakal 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distal, ureter,
kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen thorakal 11
dan 12, serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan di daerah suprapubik dan kadang-
kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritonium maka
impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinals segmentalis dan sakit
dirasakan di daerah organ itu berada (Quak, 2015).
Stres psikososial dapat mempengaruhi intensitas dan kualitas nyeri melalui mekanisme
ini. Perbedaan dalam sensasi viseral dapat juga menyebabkan perbedaan dalam persepsi nyeri.
Respons anak terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh stres, jenis kepribadian, dan dukungan
perilaku sakit dalam keluarga (Mohammad Juffrie, 2012). Reaksi fisiologis terhadap kondisi
stress merupakan usaha tubuh untuk beradaptasi (natural coping mechanism). Jika kondisi
stress tidak berlangsung ekstrim, maka subjek dapat mencapai kondisi homeostatis. Namun,

3
jika tidak dapat beradaptasi dapat menimbulkan respon yang mengganggu. Kondisi stress dapat
menyebabkan pengosongan lambung yang lambat, aktivitas usus menurun, dan meningkatnya
waktu transit di kolon (Setiani, 2014). Hal ini dapat bermanifestasi sebagai gejala nyeri perut.

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang ditimbulkan bervariasi cukup luas, baik dalam hal frekuensi,
waktu, intensitas, lokasi maupun gejala yang mengikuti. Adanya keluhan mual, keringat
dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering menjadi gejala konstitusional. Serangan
biasanya berlangsung kurang dari 1 jam dan diintervensi oleh periode bebas serangan
(Mohammad Juffrie, 2012). Manifestasi klinis dari sakit perut berulang dapat dilihat pada tabel
2, sedangkan alarm symptoms sebagai tanda kelainan organik yang menyebabkan rasa sakit
bisa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 2. Manifestasi Klinis Sakit Perut Berulang (Mohammad Juffrie, 2012)
1. Paroksismal
2. Daerah perilumbilikus atau suprapubis
3. Nyeri berlangsung <1 jam
4. Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tidak membangunkan anak pada malam hari
5. Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas, dan kebiasaan buang air besar
6. Mengganggu aktifvitas
7. Di antara 2 episode terdapat masa bebas gejala
8. Pemeriksaan fisik normal, kecuali kadang-kadang sakit perut di bagian kiri bawah
9. Nilai hasil pemeriksaan laboratorium normal

Tabel 3. Alarm Symptoms Sakit Perut Berulang Akibat Penyebab Organik


Red Flags Anamnesis Red Flags Pemeriksaan Fisis
1. Nyeri terlokalisir, jauh dari umbilikus 1. Terdapat gangguan tumbuh kembang
2. Nyeri sampai membangunkan anak 2. Organomegali
malam hari 3. Nyeri abdomen terlokalisir, jauh dari
3. Nyeri berhubungan dengan gangguan umbilikus
motilitas (diare, 4. Pembengkakan, kemerahan dan hangat
obstipasi, inkontinensia) pada sendi
4. Terdapat disuria, arthritis 5. Hernia dinding abdomen
5. Disertai perdarahan saluran cerna
6. Muntah berulang terutama muntah
kehijauan
7. Gejala sistemik demam berulang, nafsu
makan turun

4
2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis sakit perut berulang, maka diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang (Sulaiman Yusuf, 2006)
a. Anamnesis
1) Usia
Pada usia tertentu, nyeri perut merupakan gejala/tanda dari adanya suatu kelainan,
seperti intususepsi pada usia 6 bulan – 3 tahun, appendisitis pada usia 5 – 14 tahun.
2) Lokasi
Perubahan lokasi nyeri merupakan hal yang penting untuk diketahui. Apabila nyeri
berasal dari saluran pencernaan bagian atas biasanya terasa di ulu hati. Nyeri yang
pertama kali dirasakan pada periumbilikus lalu pindah ke perut kanan bawah, bisa jadi
merupakan tanda appendisitis.
3) Karakteristik nyeri dan faktor yang memperingan serta memperburuk nyeri
Nyeri akibat otot polos (usus, saluran kemih, saluran empedu) biasanya bersifat nyeri
kolik dan sulit untuk menentukan lokasi yang tepat. Nyeri dari iritasi peritoneum
bersifat terus-menerus dan memburuk saat anak batuk atau mengompres perut.
4) Durasi dan riwayat nyeri
Nyeri yang berlangsung lebih dari 24 jam memerlukan perhatian khusus.
5) Gejala konstitusional
Muntah kuning atau kehijauan merupakan tanda adanya obstruksi usus. Muntah yang
berlangsung selama 12 – 24 jam memerlukan perhatian khusus.
6) Pola buang air besar (defekasi) dan buang air kecil
Diare, obstipasi, atau terdapat darah pada feses yang mungkin menjadi penyebab dari
nyeri perut.
7) Pola makan
Nafsu makan, banyaknya konsumsi susu, atau produk susu
8) Keluhan lain
Gangguan saluran pernapasan, musculoskeletal, siklus menstruasi, aspek psikososial.
9) Riwayat penyakit, pengobatan, dan riwayat keluarga
b. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisik meliputi dari kepala sampai ujung kaki meski fokus di perut. Perhatikan
baik-baik kondisi dan posisi umum anak saat berjalan atau berbaring di tempat tidur.
Pemeriksaan abdomen harus dilakukan pada posisi anak santai. Melihat dan memeriksa
asimetri perut, bentuk perut, gambaran usus, nyeri terlokalisasi, massa, cairan asites,
5
ketegangan dinding perut, bising usus, colok dubur dan tanda kedaruratan seperti: dinding
abdomen kaku, defens muskular, nyeri tekan, rebound tenderness (Yusri Dianne Jurnalis,
2014)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi, kolonoskopi, hingga EEG bila diduga epilepsi. Pemeriksaan
penunjang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (Mohammad Juffrie, 2012) :
1. Tahap 1, dilakukan bagi seluruh anak yang mengalami sakit perut berulang
2. Tahap 2, dilakukan bila pada pemeriksaan tahap 1 ditemukan kelainan atau bila
didapatkan beberapa alarm symproms atau bila tidak memenuhi kriteria gejala klinis
sakit perut berulang klasik
3. Tahap 3, dilakukan apabila masih diperlukan

Tabel 4. Pemeriksaan Penunjang Sakit Perut Berulang7


Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
• Darah tepi lengkap • Uji hidrogen nafas • Enema barium
• Laju endap darah dengan laktosa • Voiding
• Biokimia darah • Amilase urin dan darah cystourethrogram
(ureum, kreatinin, • Test benzidin • EEG
transaminase, • Gastroskopi • Porifirin dalam darah
kolesterol, trigliserida, dan urin
protein total, kalsium • Kolonoskopi
dan fosfor) • CT scan abdomen, dsb
• Urin
• Biakan urin dan tinja
(termasuk parasit)
• Uji serologis untuk
Helicobacter pylori
• Foto polos abdomen
• USG abdomen

Pada tahun 2016, telah dipublikasikan Kriteria Roma IV yang menjadi kriteria acuan
diagnosis sakit perut berulang pada anak. Kriteria ini meliputi kriteria kelainan gastrointestinal
yang berhubungan dengan sakit perut berulang pada anak. Beberapa kelainan yang dimaksud,
yaitu dyspepsia fungsional, irritable bowel syndrome (IBS), abdominal migrain, dan sakit
perut fungsional (Hyams et al., 2016).

6
a. Dispepsia Fungsional
Kriteria diagnostik* harus mencakup satu atau lebih gejala berikut setidaknya selama 4
hari dalam satu bulan:
1. Rasa penuh pada perut setelah makan (postprandial fullness)
2. Perasaan kenyang lebih awal (early satiation)
3. Nyeri epigastrik atau rasa terbakar yang tidak membaik dengan defekasi
* Kriteria tersebut minimal terjadi selama dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan

b. Irritable Bowel Syndrome (IBS)


Kriteria diagnostik* harus mencakup smua hal di bawah ini:
1. Rasa tidak nyaman** atau nyeri di abdomen setidaknya 4 hari dalam satu bulan dengan
satu atau lebih gejala berikut :
a. Membaik dengan defekasi
b. Onset berkaitan dengan perubahan frekuensi defekasi
c. Onset berkaitan dengan perubahan bentuk feses
2. Pada anak dengan konstipasi, rasa nyeri tidak menghilang seiring dengan resolusi dari
konstipasi
3. Setelah evaluasi klinis yang sesuai, gejalanya tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh
kondisi medis yang lainnya
* Kriteria tersebut minimal terjadi selama dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan

c. Abominal Migrain
Kriteria diagnostik* harus mencakup semua hal di bawah ini setidaknya dua kali:
1. Episode nyeri yang hebat dan akut pada daerah periumbilical, midline atau nyeri
abdomen difus, terjadi paroksismal selama 1 jam atau lebih
2. Terdapat periode sehat seperti biasa selama berminggu- minggu sampai berbulan-
bulan
3. Nyeri mengganggu aktivitas normal
4. Tanda dan gejala yang bersifat stereotipik untuk tiap individu
5. Nyeri berkaitan dengan 2 hal berikut ini:
a. Anoreksia
b. Mual
c. Muntah
d. Sakit kepala

7
e. Fotofobia
f. Pucat
6. Evaluasi klinis yang sesuai, gejalanya tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh kondisi
medis yang lainnya
* Kriteria tersebut minimal terjadi selama 6 bulan sebelum diagnosis ditegakkan

d. Sakit Perut Fungsional


Kriteria diagnostik* harus mencakup semua hal di bawah ini setidaknya 4 kali perbulan:
1. Nyeri perut terus menerus atau episodik yang semata-mata bukan hanya terjadi akibat
proses fisiologis (misalnya makan, menstruasi)
2. Tidak memenuhi kriteria untuk dyspepsia fungsional, irritable bowel syndrome, dan
abdominal migraine
3. Setelah evaluasi klinis yang sesuai, gejalanya tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh
kondisi medis yang lainnya
* Kriteria tersebut minimal terjadi selama 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan

Alur diagnosis sakit perut berulang dapat dilihat pada gambar berikut (IDAI, 2019)

Gambar 1. Alur Diagnosis Sakit Perut Berulang

2.6 Terapi
Pengobatan diberikan sesuai etiologi sakit perut. Pada sakit perut berulang fungsional
pengobatan ditujukan kepada penderita dan keluarganya, bukan hanya mengobati gejala.

8
Secara khusus, yang dibutuhkan adalah ketentraman dan bahwa tidak ada bukti adanya
kelainan dasar yang serius. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi
kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan dapat
mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap aktivitas sehari-hari dapat menjadi seminimal
mungkin (Mohammad Juffrie, 2012).
Terapi pilihan yang dapat diberikan pada anak jika mengalami sakit perut berulang
(Yusri Dianne Jurnalis, 2014):
1. Intervensi diet memperbanyak konsumsi serat
Serat mengurangi waktu transit di usus dan lebih bermanfaat pada pasien konstipasi. Serat
tidak larut dapat diperoleh dari sereal, produk gandum, buah-buahan, sayuran, dan kacang-
kacangan untuk mencapai jumlah serat 10 g/hari.23 Selain itu perlu membatasi laktosa,
lemak dan kafein
2. Farmakoterapi
Pemberian H2 Blocker untuk penderita dyspepsia fungsional, seperti famotidin dengan dosis
0,5 mg/kgBB/dosis diberikan dua kali sehari. Laksan diberikan pada anak konstipasi,
disertai diet tinggi serat serta toilet training. Antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi
H.pylori.

2.7 Prognosis
1. Anak dari keluarga yang banyak menderita sakit perut cenderung mengalami sakit perut
berulang dibanding keluarga yang normal.
2. Anak perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari sakit perutnya
daripada anak laki-laki tetapi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berkembang
menjadi gejala lain.
3. Lebih muda anak yang menderita sakit perut (sebelum usia 6 bulan) mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna.

9
BAB III
SIMPULAN

Sakit perut berulang atau nyeri perut berulang didefinisikan sebagai serangan sakit
perut yang timbul minimal tiga kali dalam jangka waktu tiga bulan berturut-turut dan
menyebabkan terganggunya aktivitas penderita sehari-hari. Penyebab umum sakit perut
berulang terbagi menjadi tiga golongan, yaitu organik, disfungsional, dan psikogenik.
Penyebab paling sering ialah karena faktor fungsional. Untuk mendiagnosis sakit perut
berulang, dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang agar dapat
mencari tahu etiologi pasti dari penyebab keluhan sakit perut. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan memerhatikan Kriteria Roma IV. Terapi yang diberikan sesuai dengan etiologic dari
sakit perut berulang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Farmer, A. d., & Aziz, Q. (2014). Mechanisms and management of functional abdominal pain.
Journal of the Royal Society of Medicine, 107(9), 347–354.
https://doi.org/10.1177/0141076814540880
Hyams, J. S., Lorenzo, C. Di, , Miguel Saps, Robert J. Shulman, A., & Staiano, M. van T.
(2016). Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/ Adolescent.
Gastroenterology, 150, 1456–1468.
https://doi.org/10.1053/j.gastro.2005.08.063.Childhood
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) D.I. Y. (n.d.). Serba Serbi Nyeri Perut pada Anak.
Retrieved February 27, 2021, from http://idai.or.id/public-articles/klinik/pengasuhan-
anak/pola-tidur-pada-anak.html
Korterink, J. J., Diederen, K., Benninga, M. A., & Tabbers, M. M. (2015). Epidemiology of
pediatric functional abdominal pain disorders: A meta-analysis. PLoS ONE, 10(5), 1–17.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0126982
Mohammad Juffrie, SpAK, P. . (2012). Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. In P. . Dr.
Mohammad Juffrie, SpAK (Ed.), Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi (Jilid 1). UKK
Gastroenterologi Hepatologi IDAI.
Pace, F., Zuin, G., Di Giacomo, S., Molteni, P., Casini, V., Fontana, M., & Porro, G. B. (2006).
Family history of irritable bowel syndrome is the major determinant of persistent
abdominal complaints in young adults with a history of pediatric recurrent abdominal
pain. World Journal of Gastroenterology, 12(24), 3874–3877.
https://doi.org/10.3748/wjg.v12.i24.3874
Quak, S. H. (2015). Recurrent abdominal pain in children: A clinical approach. Singapore
Medical Journal, 56(3), 125–128. https://doi.org/10.11622/smedj.2015038
Reust, C. E., & Williams, A. (2018). Organic Etiologies of Recurrent Abdominal Pain in
Children: Differential Diagnosis. American Family Physician, 97(12), 785–794.
www.aafp.org/afp
Setiani, A. (2014). Faktor yang mempengaruhi sakit perut berulang pada siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Jakarta. Universitas Indonesia.
Sulaiman Yusuf, B. H. (2006). Recurrent abdominal pain in children. The Indonesian Journal
of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy, 7(2), 42–45.
https://doi.org/10.1016/j.paed.2017.10.005
Thiessen, P. N. (2002). Recurrent abdominal pain. Pediatrics in Review / American Academy
of Pediatrics, 23(2), 39–46. https://doi.org/10.1542/pir.23-2-39
Yendra, A., Jurnalis, Y. D., & Masnadi, N. R. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Sakit Perut Berulang pada Anak Usia 7-12 Tahun di Kecamatan Padang Timur.
Sari Pediatri, 22(4), 203. https://doi.org/10.14238/sp22.4.2020.203-7
Yusri Dianne Jurnalis, L. F. (2014). Sakit Perut Berulang Pada Anak. Cdk, 41(8), 589–594.

11

Anda mungkin juga menyukai