Disusun Oleh
Ismiyati Tanjung
2016730053
Pembimbing
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya saya
dapat menyelesaikan Tugas Referat tentang “Sakit Perut Berulang”.
Sholawat serta Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawakan kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang
modern ini dan selalu menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta alam di muka
bumi.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas referat yang menjadi
tugas kepaniteraan SMF Kesehatan Anak di RSUD Sayang Cianjur.
Disamping itu, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama pembuatan tugas referat ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan.
Sekiranya tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
penyusun. Apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun menerima apabila ada saran dan kritik yang
membangun.
Penulis,
PENDAHULUAN
Sakit perut pada bayi dan anak merupakan gejala umum dan sering dijumpai dalam
praktik sehari-hari. Tidak semua sakit perut berpangkal dari lesi yang ada dalam abdomen,
tetapi mungkin pula dari daerah diluar abdomen.
Sebagian kasus yang disebabkan oleh gangguan organ datang dalam keadaan akut dan
memerlukan pembedahan. Oleh karena itu tindakan pertama dalam menangani sakit perut
ialah menentukan apakah penyakit tersebut membutuhkan tindakan bedah segera atau tidak.
Disamping sakit perut akut dikenal pula sakit perut berulang.
Adapun yang dimaksud dengan sakit perut berulang pada anak ialah serangan sakit
perut yang berulang sekurang-kurangnya 3 kali dalam jangka waktu 3 bulan dan
mengakibatkan aktivitas sehari-hari terganggu. Sakit perut berulang biasanya terjadi pada
anak yang berusia antara 4 sampai 14 tahun, sedangkan frekuensi terbanyak pada usia 5-10
tahun. Sakit perut berulang dilaporkan terjadi pada 10-12% anak usia sekolah di negara maju.
Studi epidemiologis di Asia, juga melaporkan prevalensi yang sama. Sebagian besar studi
menyebutkan wanita lebih sering terkena dibandingkan dengan pria.
Sakit perut berulang merupakan gejala yang paling sering dialami oleh anak-anak
diseluruh dunia dan menyebabkan tingginya tingkat absensi anak di sekolah serta
penggunaan sumber daya kesehatan. Kondisi yang tidak kunjung membaik dan mengganggu
menimbulkan ketidakpastian diagnosis, kronisitas dan tingginya kecemasan orang tua. Hal
inilah yang menyebabkan manajemen oleh dokter umum maupun spesialis anak menjadi
sangat sulit, menghabiskan banyak waktu dan mahal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Pada akhir 1950-an Apley dan Naish memperkenalkan istilah nyeri perut berulang pada
anak-anak untuk rasa sakit yang meningkat dan berkurang, terjadi setidaknya selama tiga
episode dalam tiga bulan, dan dapat mengganggu aktivitas anak (Boediarso, 2010).
Sakit perut mendadak (akut) pada anak lebih sering dihubungkan dengan kelainan
organ, sedangkan sakit perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih merupakan
suatu kelainan non organik. Sakit perut berulang adalah Rasa sakit atau tidak nyaman yang
dirasakan selama paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12
bulan terakhir [ CITATION Heg14 \l 2057 ].
Sakit perut berulang merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak terutama
dalam hal pendekatan diagnosis dan tatalaksana. Pada sebagian anak, rasa nyeri dapat
timbul setiap hari, sedangkan pada anak yang lain timbul secara episodic (Yohmi et al.,
2016).
2. Epidemiologi
Sakit perut berulang, biasanya terjadi pada anak berusia antara 4 sampai 14 tahun,
sedangkan frekuensi tertinggi pada usia 5 – 10 tahun dan turun setelah usia itu. Anak
perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki
(perempuan : laki-laki = 5 : 3) (Boediarso, 2010).
Angka kejadian sakit perut berulang pada anak sekolah dasar di Inggris sebesar 10-15%
dan di negara berkembang sebesar 10-12%. Komunitas di Amerika dan Eropa mencatat
angka kejadian sakit perut berulang bervariasi antara 0,5% dan 19% sedangkan penelitian
di Malaysia mendapatkan angka kejadian sebesar 10,2%. Kelainan organik sebagai
penyebab sakit perut berulang terdapat pada 5-15,6% kasus, 90-95% kasus disebabkan
kelainan fungsional saluran cerna [ CITATION Jur14 \l 2057 ].
Kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang terdapat pada 5%-10% kasus
sedangkan 90%-95% kasus disebabkan kelainan fungsional saluran cerna. Dengan
bertambah majunya ilmu pengetahuan dan alat-alat kedokteran diagnostik, maka
diperkirakan makin banyak kelainan organik yang dapat ditemukan. Pada anak dibawah
usia 4 tahun kelainan organik saluran pencernaan merupakan penyebab yang terbanyak
(Boediarso, 2010).
3. Etiologi
Konsep pertama yaitu konsep klasik membagi sakit perut berulang ke dalam dua
golongan, organik dan psikogenik (fungsional atau psikosomatik). Pada anak di bawah
umur 2 tahun, gejalanya sering dikaitkan dengan penyebab organik; namun pada anak
yang lebih besar hanya 10% kasus yang disebabkan oleh penyebab organik. Pendekatan
diagnostik yang dilakukan adalah dengan mencari dulu penyebab organik, apabila tidak
ditemukan baru dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik. Cara pendekatan seperti
ini memerlukan waktu dan biaya yang besar (Boediarso, 2010).
Konsep kedua oleh Barr. Sakit perut berulang digolongkan atas 3 kelompok, yaitu:
Nyeri organik disebabkan oleh suatu penyakit, misalnya infeksi saluran kemih; Nyeri
disfungsional disebabkan oleh berbagai variasi fisiologi normal dan dibagi dalam 2
kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik (mekanisme penyebab nyerinya diketahui, misalnya
defisiensi laktase dan konstipasi) dan sindrom nyeri nonspesifik (mekanisme penyebab
nyeri tidak jelas atau tidak diketahui); Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan
emosional atau psikososial tanpa adanya kelainan organic (Boediarso, 2010).
Konsep ketiga oleh Levine dan Rappaport yang menekankan adanya penyebab
multifaktorial. Sakit perut berulang merupakan resultan dari 4 faktor, yaitu: (1)
predisposisi somatik, disfungsi atau penyakit, (2) kebiasaan dan cara hidup, (3) watak dan
pola respons, dan (4) lingkungan dan peristiwa pencetus. Faktor-faktor tersebut berperan
meningkatkan atau meredakan rasa sakit. Dengan demikian dapat diterangkan mengapa
beberapa anak menderita konstipasi tanpa sakit perut berulang. Demikian pula halnya
dengan kondisi psikososial yang buruk akan menimbulkan sakit perut berulang pada anak
tertentu, tetapi tidak pada anak yang lain (Boediarso, 2010).
Penyebab sakit perut berulang yang terbanyak adalah faktor psikofisiologi, sedangkan
kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang dahulu hanya dilaporkan pada 5%-
10% kasus, namun sekarang mencapai 30%-40%. Van der Meer dkk (1993) menemukan
42% kelainan organik pada 106 anak usia diatas 5 tahun yang mengalami keluhan sakit
perut berulang, yaitu malabsorpsi laktosa (15%), duodenitis/gastritis (13%), infeksi H.
pylori (7%), refluks gastroesofageal (4%) dan alergi makanan (3%) (Boediarso, 2010).
Penelitian Iqbal dkk. pada anak usia 2-15 tahun mendapatkan penyebab sakit perut
berulang adalah infeksi protozoa (33%), H. pylori (31%) dan infeksi cacing (Ascaris,
Giardia, E. hystolityca) sebanyak 13% [ CITATION Jur14 \l 2057 ].
Pada garis besarnya kelainan organik penyebab sakit perut berulang dapat dibagi
intraabdominal dan ekstraabdominal. Penyebab intraabdominal diklasifikasikan menurut
penyebab dari dalam saluran cerna, ginjal dan lain-lain. Kelainan organik sebagai
penyebab sakit perut dapat dilihat pada Tabel 1 (Boediarso, 2010).
Intraabdominal Ekstrabdominal Lain-lain
Saluran Cerna Diluar Saluran
Cerna
Maltorasi Hati, limpa, Hematologi Keracunan timbal
Duplikasi pankreas Leukemia Porfiria
Gastritis Pankreatitis kronis Limfoma Epilepsi perut
Hernia inguinalis Kolelitiasis Sickle cell anemia Migrain
Volvulus Kolesistitis Talasemia Hiperlipidemia
Ulkus peptikum Hepatitis Purpura Henoch – Edema
Kolitis ulseratif Splenomegali masif Schönlein angioneurotik
Malabsorbsi - Saluran kemih
laktosa dan
Refluks kandungan
gastroesofagal Pielonefritis
Helicobacter Hidronefrosis
pylori Batu ginjal
Apendisitis kronis Infeksi di daerah
Divertikulum pelvis
Meckeli Dismenore
Tuberkulosis Kista ovarium
abdomen Endometriosis
Peritonitis Kehamilan ektopik
Konstipasi kronis
Bezoar
Askariasis
Persepsi tentang sakit perut berulang adalah sumasi dari masukan sensorik, emosi, dan
kognitif. Kornu dorsalis medulla spinalis mengatur konduksi impuls dari reseptor
nosiseptif perifer ke medulla spinalis dan otak, dan perasaan nyeri selanjutnya dipengaruhi
oleh pusat kognitif dan pusat emosi. Nyeri perifer kronis dapat menyebabkan naiknya
aktivitas saraf di pusat-pusat SSS yang lebih tinggi sehingga menyebabkan nyeri terus-
menerus. Stres psikososial dapat mempengaruhi intensitas dan kualitas nyeri melalui
mekanisme ini. Perbedaan dalam sensasi viseral dapat juga menyebabkan perbedaan
dalam persepsi nyeri. Respons anak terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh stres, jenis
kepribadian, dan dukungan perilaku sakit dalam keluarga (Boediarso, 2010).
4. Patofisiologi
Berasal dari 7 sumber:
1. Distensi viseral
2. Iskemia
3. Radang intraabdominal
4. Kelainan pada dinding abdomen
5. Kelainan ekstraabdominal
6. Kelainan metabolik
7. Kelainan pada susunan saraf
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang diperlihatkan bervariasi cukup luas, baik dalam hal frekuensi,
waktu, intensitas, lokasi maupun gejala yang mengikuti. Keluhan mual, berkeringat
dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering menyertai sakit perut berulang.
Serangan biasanya berlangsung kurang dari 1 jam dan diselingi periode bebas serangan.
Etiologi sakit perut berulang yang disebabkan oleh kelainan organik mempunyai tanda
peringatan (alarm symptoms) seperti yang terlihat pada Tabel I (Boediarso, 2010).
Sakit perut berulang yang disebabkan oleh kelainan organik mempunyai tanda
peringatan (alarm symptoms) seperti terlihat pada Tabel III (Barr, 1983).
Nyeri terlokalisir, jauh dari umbilikus
Nyeri menjalar (punggung, bahu, ekstremitas bawah)
Nyeri sampai membangunkan anak pada malam hari
Nyeri timbul tiba-tiba
Disertai muntah berulang terutama muntah kehijauan
Disertai gangguan motilitas (diare, obstipasi, inkontinensia)
Disertai perdarahan saluran cerna
Terdapat disuria
Berhubungan dengan menstruasi
Terdapat gangguan tumbuh kembang
Terdapat gejala sistemik: demam, nafsu makan turun
Terjadi pada usia <4 tahun
Terdapat organomegali
Terdapat pembengkakan, kemerahan dan hangat pada sendi
Kelainan perirektal: fisura, ulserasi
Manifestasi klinis yang diperlihatkan bervariasi cukup luas, baik dalam hal
frekuensi, waktu, intensitas, lokasi maupun gejala yang mengikuti. Keluhan mual,
berkeringat dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering menyertai sakit perut
berulang. Serangan biasanya berlangsung kurang dari 1 jam dan diselingi periode bebas
serangan (Boediarso, 2010).
Gejala klinis sakit perut berulang yang klasik dapat dilihat pada tabel. Sakit perut
berulang dengan gambaran klasik ini, pada Tabel IV (Barr, 1983).
Paroksismal
Daerah perilumbilikus atau suprapubis
Nyeri berlangsung kurang satu jam
Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tak membangunkan anak malam hari
Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktivitas, kebiasaan buang air besar
Mengganggu aktivitas
Di antara dua episode terdapat masa bebas gejala
Pemeriksaan fisik normal, kecuali kadang-kadang sakit perut di kiri bawah
Nilai laboratorium normal
6. Diagnosis
6.1 Anamnesis
1. Usia : Sakit perut berulang biasanya terjadi pada usia 4 – 14 tahun.
Pada usia tertentu insiden sakit perut akut yang memerlukan tindakan bedah
cukup tinggi. Misalnya: 6 bulan – 3 tahun: Intususepsi, 5 tahun – 14 tahun:
apendisitis.
2. Jenis kelamin.
3. Rasa sakit perut : Lokalisasi, sifat dan faktor yang menambah / mengurangi rasa
sakit, waktu timbulnya, lama sakit perut, frekuensi.
a. Lokalisasi
Sakit yang disebabkan gangguan saluran pencernaan bagian atas biasanya dirasakan
di daerah epigastrium. Gangguan di ileum distal dan appendiks dirasakan di daerah
perut kanan bawah. Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi usus lokalisasinya sukar
ditentukan. Perubahan lokalisasi sakit perlu ditanyakan pada anak. Bila rasa sakit
mula-mula ada di daerah periumbilikus dan kemudian pindah ke daerah perut kanan
bawah, ini adalah tanda apendisitis,
b. Sifat dan faktor yang menambah/ mengurangi rasa sakit
Sakit yang berasal dari spasme otot polos (usus, traktus urinarius, traktus biliaris)
biasanya berupa kolik yang sukar ditentukan lokalisasinya dengan tepat dan tidak
dipengaruhi oleh adanya batuk atau penekanan abdomen. Sakit yang berasal dari
iritasi peritoneum akan terasa menetap di tempat iritasi dan menghebat bila
penderita batuk atau ditekan perutnya. Apakah sakit menetap, bertambah hebat atau
berkurang dan adakah faktor-faktor yang dapat menambah atau mempengaruhi rasa
sakit. Adakah penyebaran rasa sakit.
c. Lama sakit dan pernahkah timbul rasa sakit seperti ini sebelumnya. Bila sakit
perut berlangsung lebih dari 24 jam perlu perhatian serius.
d. Gejala yang mengiringi: anoreksia, muntah, diare dan panas. Muntah yang
berwarna kuning atau hijau merupakan tanda adanya obstruksi usus, begitu pula
muntah yang berlangsung 12 – 24 jam atau lebih memerlukan perhatian serius
4. Pola defekasi : obstipasi, diare
5. Pola kencing
6. Siklus haid
Tahap 2. Dilakukan bila pada pemeriksaan tahap 1 ditemukan kelainan atau bila
didapatkan beberapa tanda peringatan seperti yang tertera pada tabel III atau bila
tidak memenuhi kriteria gejala klinis sakit perut berulang klasik
9. Tata Laksana
Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Pada sakit perut berulang fungsional pengobatan
ditujukan kepada penderita dan keluarganya, bukan hanya mengobati gejala. Secara
khusus, mereka membutuhkan ketentraman bahwa tidak ada bukti adanya kelainan dasar
yang serius (Boediarso, 2010).
Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan
keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa
sakit sehingga efeknya terhadap aktivitas sehari-hari dapat menjadi seminimal mungkin
(Boediarso, 2010).
Kadang-kadang diperlukan pula konsultasi ke psikolog dan/atau psikiater anak.
Pemberian obat seperti antispasmodik, antikolinergik, antikonvulsan dan antidepresan
tidak bermanfaat (Boediarso, 2010).
Ringkasan pengobatan sakit perut berulang fungsional, pada Tabel VI:
Menyakinkan bahwa penyakitnya ringan
Menerangkan masalah berdasarkan pada temuan positif maupun negatif
Menemukan stres dan kecemasan yang mencetuskan rasa sakit
Mengidentifikasi pengaruh keluarga/sosial yang mencetuskan sakit
Menghindari gejala sakit yang berkepanjangan dan mengembalikan anak dalam
kehidupan normal
Tatalaksana penyebab yang didapat: kurangi laktosa, diet tinggi serat, dll
Follow-up teratur untuk mengetahui perubahan gejala, meningkatkan rasa percaya
diri dan mendorong keluarga serta anak untuk mengatasi masalahnya
Hasil pengobatan jangan dipakai untuk membuat diagnosis
8.2 Farmakoterapi
1. Bergantung pada etiologi
a. Omeprazol, >1 tahun 5-10 kg: 5 mg; 10-20 kg: 10 mg; lebih dari 20 kg: 20 mg
4. Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme, ketika dicerna dapat diperkirakan untuk efek pada
seseorang. Penelitian sedang berlangsung ke dalam penggunaan probiotik untuk
pengobatan berbagai penyakit gastrointestinal termasuk gangguan peradangan
patologis, gangguan fungsional, dan gangguan kronis non-patologis. Penggunaan
mikroorganisme dapat mengubah komposisi koloni bakteri dalam usus dan
mengurangi peradangan, serta mempromosikan fisiologi usus normal dan dengan
demikian mengurangi fungsional gejala. Beberapa probiotik dapat memengaruhi
motilitas kolon melunakkan tinja, mengubah sekresi dan penyerapan air dan elektrolit,
memodifikasi kontraksi sel otot polos, meningkatkan produksi asam lemak laktat dan
rantai pendek, dan menurunkan pH intraluminal (Gordon et al., 2017). Bahwa
probiotik spesifik memiliki efek langsung pada inang proses fisiologis yang
melibatkan pencernaan dan fungsi penghalang usus, respon imun, metabolisme,
nosisepsi dan perilaku. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa probiotik ada
dalam beberapa uji klinis menunjukkan manfaat klinis dalam mengurangi risiko
penyakit seperti infeksi saluran pernapasan atau otitis media (Pärtty, Rautava and
Kalliomäki, 2018).
10. Prognosis
Sebagian besar anak-anak dengan sakit perut fungsional memiliki gejala yang relatif
ringan dan dikelola dalam perawatan primer. Di Belanda, kurang dari 2% anak dengan
nyeri perut fungsional dirujuk ke perawatan sekunder (Berger, Gieteling and Benninga,
2007).
Banyak faktor yang mempengaruhi sakit perut pada anak:
1) Anak dari keluarga yang banyak menderita sakit perut cenderung mengalami sakit
perut berulang dibanding keluarga yang normal.
2) Anak perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari sakit
perutnya daripada anak laki-laki tetapi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
berkembang menjadi gejala lain.
3) Lebih muda anak yang menderita sakit perut (sebelum usia 6 bulan) mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk sembuh sempurna.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Barr, R. G. (1983) ‘Abdominal Pain in the Female Adolescent’, Pediatrics in Review. doi:
10.1542/pir.4-9-281.
Boediarso, A. (2010) ‘Sakit Perut pada Anak’, Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, pp.
149–165.
Gordon, M. et al. (2017) ‘Probiotics for management of functional abdominal pain disorders
in children’, Cochrane Database of Systematic Reviews, 2017(11). doi:
10.1002/14651858.CD012849.
Jurnalis YD, F. L., 2014. Sakit Perut Berulang. Sakit Perut Berulang Pada Anak, Volume
41 , pp. 589-94.
M, U., 1996. Major Symptoms and Signs of Digestive Tract Disorders. In: Nelson Textbook
of Pediatrics Edisi ke 15. Philadelphia: Elsevier, pp. 1032-7
Yohmi, E. et al. (2016) ‘Intoleransi Laktosa pada Anak dengan Nyeri Perut Berulang’, Sari
Pediatri. doi: 10.14238/sp2.4.2001.198-204.