Laporan Pendahuluan Post Partum
Laporan Pendahuluan Post Partum
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan fisik dan psikis pada ibu hamil, bersalin, nifas,
dan ibu menyusui juga termasuk resiko dalam kehamilan dan persalinan
yang mungkin timbul dan mempunyai efek yang bermakna terhadap kualitas
hidup ibu. Seorang ibu yang mengalami kehamilan pada saat yang sudah
diperkirakan akan mengalami proses persalinan. Proses persalinan
merupakan keadaan yang melelahkan secara fisik dan psikis sehingga masa
post partum dapat berdampak bagi kualitas hidup ibu diantaranya mengalami
robekan perineum. Robekan perineum baik secara alami maupun episiotomi,
bisa mengakibatkan gangguan fungsi otot dasar panggul, sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup ibu setelah melahirkan. Ibu menjadi tidak
mampu mengontrol BAK dan BAB karena beberapa saraf atau bahkan otot
yang terputus. Peregangan dan robekan yang terjadi akibat dari episiotomi
atau tidak dilakukan episiotomi pada jalan lahir selama proses persalinan
dapat melemahkan otot-otot dasar panggul (Bobak, 2012).
Pada persalinan, tindakan episiotomi sering dilakukan untuk
mengendalikan robekan pada jalan lahir sehingga memudahkan
penyembuhan luka karena lebih mudah dijahit dan menyatu kembali
(Manuaba, 2011), penyembuhan luka episiotomi dapat membutuhkan waktu
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan tergantung pada kondisi kesehatan
dan perawatan perineum itu sendiri. Pada penelitian Romi (2012)
menyebutkan bahwa luka post episiotomi jika tidak di rawat akan
menimbulkan komplikasi secara fisik maupun psikologis.
B. Rumusan Masalah
Untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan post partum pervaginam
C. Tujuan
Pemberian asuhan keperawatan maternitas pada ibu post partum pervaginam
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 –
8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan.
Selain itu masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu.
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
B. Etiologi
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi.
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan
demikian terhindari dari perdarahan post partum.
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut
“involusi”. Di samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsetrasi dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
laktogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5
mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta
fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
sebagai berikut:
1. Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam,
terdiri dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa
mekonium, sisa darah.
2. Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur
darah.
3. Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
4. Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
5. Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari
kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan
jaringan lemak bertambah keluaran cairan susu jolong dari duktus
laktiferus disebut colostrums berwarna kuning putih susu,
hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena
berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi
estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone
laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Pengaruh
oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air
susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir
disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental. Kolostrum kaya
akan protein immunoglobulin yang mengandung antibodi sehingga
menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa
transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI
matur dihasilkan mulai hari kesepuluh.
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC),
sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine
seperti streptokokus.
H. Penatalaksanaan medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
Analgesic Administration
Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria
A. Jakarta: EGC.
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta. EGC
Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta. TIM
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta.
MediAction
http://anysimplethings.blogspot.co.id/2015/04/laporan-pendahuluan-post-partum-
a.html diakses pada 05-04-2017
https://gexmirah27.wordpress.com/2013/10/08/laporan-pendahuluan-post-partum/
diakses pada 05-04-2017
https://www.scribd.com/doc/135028734/LAPORAN-PENDAHULUAN-POST-
PARTUM-NORMAL-2-docx diakses pada 05-04-2017