Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS IV SDN 2 SABEDO


TAHUN PELAJARAN 2020/2021

KHAIRIANI
859143248

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL [ KODE MK. PDGK4501]

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR [PGSD]


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA 78 MATARAM
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


BERBICARA SISWA KELAS IV SDN 2 SABEDO TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Sumbawa,……….,………….

Supervisor 1 Mahasiswa

RIA SAPUTRI, M.Pd KHAIRIANI


NIP : ……………………… NIM : 859143248
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA
Jln.Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan 15418
Telepon : 012-7490941 [ Hunting ]
Faxmile: 021-7490147 [ Bagian Umum ], 012-7434290 [Sekretariat Rektor ]
Laman.www.ut.ac.id

LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Pemantapan Kemampuan Professional
(PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Terbuka Mataram merupakan hasil karya
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya
orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan hasil karya
saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi
pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

Sumbawa, 3 Juni 2021

Materai

KHAIRIANI
NIM: 859143248
MOTTO

Hari ini kita bisa menggerakkan semua panca indra, tapi besok belum tentu

Maka

Kerjakan sekarang,jangan tunggu besok

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan penulis untuk mereka yang telah memberikan banyak inspirasi:

1. Mamah tersayang (Ibu Maskendi),suami tercinta [bapak Suhardi ] dan semua keluarga
yang senantiasa selalu memberikan yang terbaik untuk penulis dengan segenap
pengorbanan, kasih sayang, dan doa agar penulis menjadi orang yang berhasil.
2. Dosen pembimbing yang menjadi tokoh utama dalam kemerdekaan tugas saya
3. Rekan-rekan yang telah memberi semangat sehingga laporan penelitian tindakan kelas
dapat diselesaikan dengan baik.
Abstrak

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi dengan
menggunakan metode bermain peran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 2 Sabedo Kecamatan
Utan,Kabupaten Sumbawa, Tahun Pelajaran 2020/2021. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
IV SDN 2 Sabedo tahun pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 28 orang.
Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa. Pelaksanaan keterampilan Hal tersebut
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN 2
Sabedo dengan menggunakan metode bermain peran.
Kata kunci: Bahasa Indonesia, Bermain Peran, Keterampilan Berbicara,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dari empat keterampilan
berbahasa tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang
bersifat menerima (represif) meliputi keterampilan menyimak dan membaca serta
keterampilan yang bersifat mengungkapkan (produktif) meliputi keterampilan menulis dan
berbicara. Selain empat keterampilan pokok tersebut terdapat juga satu keterampilan bahasa
yang menggunakan sastra anak. Keterampilan bahasa yang menggunakan sastra anak
meliputi prosa fiksi, puisi dan drama.
Salah satu keterampilan yang dapat menunjang keberhasilan guru sebagai pendidik
sekaligus motivator bagi para siswa adalah kemampuan public speaking. Sebagai guru, kita
harus mahir menyampaikan materi pelajaran agar mudah dimengerti siswa. Semudah apapun
suatu materi, jika guru kurang lihai menyampaikannya dengan teknik komunikasi yang
menarik, niscaya materi tersebut sulit dicerna oleh siswa. Sayangnya, kesadaran akan
pentingnya kemampuan komunikasi ini masih belum dimiliki oleh para guru. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Kompas (2008), “Guru yang disenangi oleh siswa
adalah mereka yang mampu mengajar dengan komunikatif, fun, rileks, dan humoris”. Oleh
karena itu, kemampuan public speaking penting untuk guru agar bisa menyampaikan materi
pelajaran secara jelas dan tepat. Sehingga apa yang menjadi nasehat, teguran, dan penjelasan
guru dapat langsung ditangkap oleh siswa.
Teknik artikulasi adalah kemampuan mengucapkan kata secara jelas. Sehingga tak
akan ada lagi siswa yang menginterupsi guru untuk meminta mengulangi kembali penjelasan
karena kurang mendengar penuturan guru. Hindari berbicara seperti orang yang sedang
bergumam atau menambah dan mengurangi bunyi-bunyi suku kata. Contohnya : nol menjadi
enol .
Nada juga menentukan tinggi dan rendahnya suara. Variasikan nada suara kita saat
mengajar agar terkesan tidak monoton dan mampu menyesuaikan dengan penjelasan yang
kita tuturkan. Bila ingin mengajak siswa lebih bersemangat untuk menyimak, nada suara
guru harus memiliki power agar lebih terdengar mantap. Selain itu, guru perlu menjaga
tempo bicaranya dengan stabil. Jika berbicara terlampau cepat, siswa kesulitan mencerna
apa yang guru katakan. Sebaliknya bila terlampau lambat, pikiran siswa akan melantur
kemana-mana. Bahkan ada yang asyik ngobrol dan sering izin keluar kelas karena merasa
bosan. Karena itu, ubahlah kecepatan suara selama menjelaskan suatu materi.
Volume suara juga ikut menentukan kesuksesan guru dalam menjelaskan suatu materi.
Terkadang kita tidak menyadari bila terdapat masalah pada volume suara yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Padahal, jika volume terlampau rendah siswa akan bersusah payah
mendengarkan penjelasan guru. Sebaliknya, jika volume terlampau keras dan berapi-api
akan membuat siswa merasa terganggu secara pendengaran dan psikologis.
Kontak mata pun turut membangun hubungan yang hangat antara guru dan siswa. Siswa
tidak akan memerhatikan guru yang kurang memerhatikan siswa. Maka usahakan pandangan
mata jangan hanya tertuju pada satu sudut atau sekelompok siswa saja. Guru perlu memutar
pandangan matanya sehingga semua siswa merasakan bahwa mereka tengah diajak bicara.
Selanjutnya, selipkan humor di sela-sela guru menjelaskan khususnya pada materi yang
cukup berat dan serius. Humor lucu dan sopan yang dilemparkan guru akan membuat
suasana kelas lebih cair.
Dan tak kalah pentingnya, yang terakhir adalah gunakan umpan balik saat ingin
mengakhiri penjelasan suatu materi. Guru tidak cukup hanya mengatakan, “apakah sudah
jelas?” atau “siapa yang mau bertanya?”lalu terus melanjutkan uraiannya.
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat
dipahami oleh orang lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak
dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau
wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Menurut Tarigan (1983:15) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya
berbicara tersebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Berkaitan dengan pembelajaran berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia, penulis
mencoba mengangkat permasalahan yang terjadi di kelas. Dari penelitian awal yang dilakukan
pada hari Selasa 4 Mei 2021 diperoleh data awal yaitu siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2
Sabedo Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa berjumlah 28 orang siswa yang terdiri dari 9
orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. Hasil penelitian awal pada proses belajar
mengajar di kelas IV SDN Negeri 2 Sabedo Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa terlihat
kinerja guru dan aktifitas siswa sebagai berikut :
1. Guru tidak menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa.
2. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
3. Sebagian siswa memperhatikan penjelasan dari guru sebagian siswa tidak memperhatikan
penjelasan guru karena mengantuk, ngobrol, becanda dan ribut di kelas.
4. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, artinya siswa tidak diberi kesempatan untuk
aktif dan terlibat dalam proses menyimak
5. Guru menutup pelajaran tanpa memberikan tindak lanjut kepada siswa
Dari permasalaha di atas, dilakukanlah penelitian tindakan kelas dengan
judul“Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa
Kelas IV SDN 2 Sabedo Tahun Pelajaran 2020/2021”.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan latar belakang masalah di atas, maka timbul  permasalahan di antaranya
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran perencanaan penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 2 Sabedo kecamatan Utan Kabupaten
Sumbawa.
2. Bagaimana gambaran pelaksanaan penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 2 Sabedo kecamatan Utan Kabupaten
Sumbawa.
3. Bagaimana gambaran hasil kemampuan berbicara melalui penerapan metode bermain
peran di kelas IV SDN 2 Sabedo Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa ?
C. Tujuan Penelitian
Penulisan penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui gambaran perencanaan penerapan metode berbicara untuk
meningkatkan kemampuan berbicara di kelas IV SDN 2 Sabedo Kecamatan Utan
Kabupaten Sumbawa.
2. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penerapan metode bermain peran untuk
meningkatkan kemampuan berbicara di kelas IV SDN 2 Sabedo Kecamatan Utan
Kabupaten Sumbawa.
3. Untuk mengetahui gambaran hasil kemampuan berbicara penerapan metode bernain
peran di kelas IV SDN 2 Sabedo Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa.
D. Manfaat Penelitian
Bagi siswa
1. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi konsep perubahan sifat benda.
2. Memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
3. Memperoleh hasil pembelajaran yang lebih bermakna.
4. Meningkatkan minat, antusias, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran menyimak
5. Mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran menyimak
6. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat.
Bagi guru
1. Menjadikan bahan referensi bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran
tentang konsep perubahan sifat benda
2. Memberikan stimulus agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan model-
model pembelajaran lainnya.
3. Memperoleh wawasan dan pengalaman dalam melakukan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan menggunakan metode simulasi.
Bagi Sekolah
Memberikan konstribusi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek
pembelajaran di sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Siswa Kelas 1V SD


Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, demikian juga dengan
potensinya.Beragam karakteristik tersebut disebabkan oleh perbedaan setiap faktor yang
mempengaruhi,yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Tentu saja hal ini didasari
beradasarkan masing-masing latar belakang siswa itu sendiri. Hal ini berimplikasi bahwa guru
harus memahamikarakteristik siswa agar mampu mengembangkan potensi siswa melalui proses
pembelajaran.Menurut Dirman dan Juarsih ciri-ciri siswa pada masa kelas-kelas tinggi (9 atau 10
tahun,10 atau 11 tahun, dan 11 atau 12 tahun) adalah sebagai berikut:
(1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi. (2) Sikap tundukkepada
peraturan-perauran permainan tradisional. (3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.(4) Membandingkan
dirinya dengan peserta didik yang lain. (5) Apabila tidak dapat menyelesaikansuatu soal, maka soal itu
dianggap tidak penting. (6) Pada masa ini (terutama usia 6 sampai 8tahun) peserta didik
menghendaki nilai angka rapot yang baik, tanpa mengingat apakahprestasinya memang pantas diberi
nilai baik atau tidak.
1. Rentang usia anak pada tingkat kelas IV SD adalah 9 - 10 tahun. Menurut Piaget dalam
Desimita anak usia SD (7 - 12 tahun ) berada pada tahap pemikiran konkret-operasional,
yaitu masa di mana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada
berbagaikejadian yang pernah dialaminya.
2. Dilihat pada aspek perkembangan bahasa, menurut Santrockanak pada usia 9 –11 tahun
perkembangan kosakatanya terus bertambah cepat, lebih ahlimenggunakan aturan
sintasksis, dan keahlian bercakap meningkat.
3. Adapun menurut Ormrod anak usia 9 - 12 tahun karakteristik kemampuan berbahasanya
yaitu pengetahuan sebanyak 80.000 kata, penguasaan banyak kosakata, perbaikan sintaksis,
penguasaan banyak kata hubung, dan kemampuan memahami bahasa kiasan.
4. Penguasaan dan penggunaan bahasamerupakan aktivitas yang terkoordinir, melalui pengajaran
yang tepat dapat membantu memfasilitasi perkembangan kemampuan berbahasa pada
siswa. Pada aspek kemampuan motorik halus, maka anak dalam rentang usia 8 hingga 10
tahunmemiliki perkembangan motorik halus yang lebih sempurna, terutama dalam
kemampuanmenggunakan alat tulis. Menurut Desmita, pada rentang usia ini koordinasi
motorik halusberkembang, di mana anak sudah dapat menulis dengan baik, ukuran huruf menjadi lebih
kecildan lebih rata.
5. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik siswa kelas IV SD sudah lancar menulis.Dari
uraian di atas dapat dinyatakan bahwa Karakteristik perkembangan kognitif, bahasa,dan
motorik siswa kelas IV SD memungkinkan mereka untuk dapat mengungapkan
ide/gagasandan imajinasi mereka kedalam bentuk tulisan. Pada usia ini, siswa mampu
mengkonstrukpengetahuan yang dimiliki menjadi sebuah gagasan dan menuliskannya
secara sistematis
B. Pengertian Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang dimiliki
seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan sehingga gagasan-gagasan yang
ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Iskandarwassid & Sunendar (2011: 241)
menyatakan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem
bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada
orang lain. Senada dengan pendapat Iskandarwassid &Sunendar, Solchan, dkk. (2014: 132)
menyatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan menyampaikan pesan secara lisan kepada
orang lain. Pesan dapat berupa pikiran, perasaan, sikap, tanggapan, penilaian, dan sebagainya.
Inti berbicara adalah seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain. Pesan ini bisa berupa
pikiran, gagasan, perasaan, sikap, tanggapan, penilaian, dan lain sebagainya sesuai kebutuhan
pembicara. Berbicara harus runtut dan disampaikan dengan benar, oleh karena itu keterampilan
berbicara harus dilatih secara baik agar dalam menyampaikan informasi, gagasan, pikiran,
perasaan, dan keinginannya mudah diterima dan dipahami oleh pendengarnya. Selain itu seorang
pembicara juga dituntut untuk dapat mengkomunikasikan gagasangagasannya sesuai dengan
kebutuhan penyimaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (2008: 16) yang menyatakan
bahwa berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar dan penyimak. Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan
yang dimiliki oleh seseorang untuk menyampaikan pesan, kehendak, perasaan, gagasan, dan
pikiran kepada orang lain secara lisan. Setiap orang memerlukan keterampilan berbicara yang
baik agar orang lain dapat dengan mudah memahami pesan, kehendak, perasaan, gagasan, dan
pikirannya. Diperlukan pembelajaran dan pembiasaan sejak dini pada anak sehingga
keterampilan berbicaranya menjadi lebih baik.
Melengkapi pendapat di atas, Tomkins dan Hoskisson (1995:120- 157) menyatakan
bahwa berbicara dapat berjenispercakapan, berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan
informasi atau untuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik. Pembelajaran berbicara di sekolah
dasar antara lain berbicara dalam diskusi kelompok, presentasi di depan kelas, bermain peran,
bercerita, tanya jawab dengan guru, wawancara, dan kegiatan-kegiatan belajar yang lainyang
menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan berbicara.
C. Pengertian Motode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa langkah-
langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2011, hlm. 56) yang
mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk memudahkan
pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau
ditentukan.

Sementara itu, Sutikno (2014, hlm. 33) berpendapat bahwa pengertian “metode” secara
harfiah berarti “cara”, metode adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis yang
memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi spesifik langkah-langkah konkret
agar terjadi proses pembelajaran yang efektif mencapai suatu tujuan tertentu seperti perubahan
positif pada peserta didik.

D. Pengertian Bermain Peran


Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat
perilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan, dimana
siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan dan
mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar
manusia.
Metode bermain peran dapat menimbulkan pengalaman belajar, seperti kemampuan
kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, siswa
mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan
mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan-
perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan strategi pemecahan masalah.
Model pembelajaran bermain peran penekanannya terletak pada keterlibatan emosional
dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa
(bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.
Berikut definisi dan pengertian metode pembelajaran bermain peran dari beberapa sumber buku:
Menurut Santoso (2011), bermain peran adalah mendramatisasikan dan mengekspresikan
tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Dengan
metode Role Playing (bermain peran) siswa berperan atau memainkan peranan dalam
dramatisasi masalah/psikologis itu. 
Menurut Wahab (2009), bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah
ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Bermain peran dapat menciptakan situasi
belajar yang berdasarkan pada pengalaman dan menekankan dimensi tempat dan waktu sebagai
bagian dari materi pelajaran. 
Menurut Mulyono (2012), role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran
yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian
yang mungkin muncul pada masa mendatang. 
Menurut Yamin (2007), bermain peran adalah metode yang meletakkan interalisasi antara
dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing
sesuai dengan pokok yang ia yakini. Mereka berinteraksi dengan sesama peran secara terbuka.
Metode ini dapat dipergunakan dalam mempraktikan pelajaran yang baru.
E. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas(classroom Action
Research). Suharismi Arikunto (2008: 23) penelitian tindakan kelas adalah sustu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sengaja di munculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama- sama. E,Mulyasa (2005:23) jenis penelitian tindakan kelas
dipilih karena masalah yang akan di pecahkan berasal dari praktik pembelajaran di kelas
sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa.
Penelitian tindakan kelas sering di gunakan oleh guru karena penelitian ini bisa memecahkan
permasalahan dalam sebuah proses pembelajaran, memperbaiki kesalahan – kesalahan serta
mampu meningkatkan kemampuan siswa.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah
dengan memanfaatkan tindakan nyata kemudian direfleksikan terhadap hasil tindakan.
Penelitian ini di laksanakan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam meningkatkan
kemampuan berbicara menggunakan metode bermain peran.
Menurut Kemmis dan Mc Tanggart bahwa PTK mempunyai empat tahap yaitu ,
perencanaa,pelaksanaan,pengamatan dan refleksi .Adapun penjelasan untukmasing- masing
tahapan adalah sebagai berikut:
a. perencanaan , perencanaan yang di maksud dalam penelitian ini adalah menyusun atau
merencanakan hal – hal yang akan di bahas oleh peneliti seperti menyusun rancangan
tindakan .
b. pelaksanaan , yaitu merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan seperti
melaksanakn proses pembelajaran.
c. pengamatan ,adapun hal yang di lakukan saat pengamatan adalah mengisi lembar
pengamatan aktivitas guru dan siswa serta mendokumentasikan proses tindakan
pembelajaran yang berlangsung.
d. refleksi , yaitu kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah di lakukan setelah
selesai pelaksanaan pembelajaran serta mengevaluasi apa- apa yang masih kurang
sehingga dapat di perbaiki pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
F. Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2011 : 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah
mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan  dalam domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.  Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hapalan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.  Dalam domain
afektif hasil belajar meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan
karakterisasi.  Sedang domain psikomotorik terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas.

Menurut Arsyad (2005 : 1) pengertian hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada


diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan, atau sikapnya.  Perubahan diarahkan pada diri peserta didik secara terencana, baik
dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Menurut Aqib (2010 : 51) hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut
kognitif, psikomotorik, maupun afektif.  Karena menurut Driscoll dalam Smaldino (2011 :
11) belajar didefinisikan sebagai perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari
pengalaman pembelajar dan interaksi pembelajar dengan dunia.
Menurut Dimyati (2006:20)  pengertian  hasil belajar  merupakan suatu puncak
proses belajar.  Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.  Hasil belajar dapat
berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran
adalah hasil belajar peserta didik yang dapat diukur dengan segera atau secara langsung. Dampak
pengiring adalah hasil belajar peserta didik yang tampak secara tidak langsung atau merupakan
transfer hasil belajar.  Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
Menurut Sudjana (2009 :  22)  hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terbagi menjadi tiga
ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.  Ketiga ranah tersebut menjadi
obyek penilaian hasil belajar.  Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam
menguasai isi bahan pengajaran.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik
yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran.  Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif
(kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi), afektif
(penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi) dan psikomotorik (persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas).  Hasilnya
dituangkan dalam bentuk angka atau nilai.
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian

1. Subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa siswi kelas 1VSDN 2 Sabedo dengan jumlah siswa
28 orang yang terdiri dari siswa laki – laki 9 orang dan siswa perempuan sebanyak 19
orang.
2. Tempat
Penelitian ini di laksanakan di SDN 2 Sabedo. Desa Sabedo Kecamatan Utan
Kabupaten Sumbawa.
3. Waktu
Pelaksanana pembelajaran dan perbaikan dilaksanakan tiga kali pertemuan untuk
masing-masing mata pelajaran. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan PTK

Mata Pelajaran Pertemuan Waktu Pelaksanaan

Pertemuan Ke I 13 April 2021

Bahasa Indonesia Pertemuan ke II (Siklus I) 04 Mei 2021

Pertemuan ke III (Siklus II) 11 Mei 2021

4. Mata pelajaran
Penelitian ini di laksanakan di ke;las 1VSDN 2 Sabedo dengan Tema 6Cita-citaku
semester Genap tahun pelajaran 2020/2021
5. Pihak yang Membantu
Pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah Supervisor

B. DESKRIPSI TIAP SIKLUS


1. Siklus 1
Tindakan siklus 1 di laksanakan oleh guru sebagai peneliti dimana siklus 1 ini
dilaksanakan selama 1 hari pada tanggal 04 Mei 2021 .penelitian ini menggunakan
metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap-tiapsiklus terdiri dari
3 tahapan. Adapun tahapan yang di laksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan yang dimaksud dalampenelitian ini adalah menyusun atau merancang
hal- hal yang akan dilakukan oleh peneliti. Dalam tahap perencanaan peneliti memulai
dengan menyusun RPP,sarana dan prasarana peneliti yang meliputi ruang
kelas,penggunaan media dan berbagai instrument penelitian.Tahapan penyusunan
perencanaan yang di lakukan penulis yaitu menentukan KIdan KD kemudian
merumuskan indikator , menetapkan materi,menyusun RPPuntuk setiap siklus
menyiapkan naskah drama/dialog yang akan di gunakan dalam pembelajaran,
b. Pelaksanaan
Pada tahapini guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode
bermain peran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun, pembelajaran
yang telah di susun pada siklus 1 dengan menggunakan metode bermain peran ini di
laksanakan dalam1 kali pertemuan , pada pertemuan siklus1kegiatan yang di lakukan
adalah bermain peran sesuai dengan dialog yang telah dihafal dengan materi yang di
bahas yaitu tema 6 tentang Cita-citaku.
Secara rinci jalannya kegiatan pada siklus 1 ini adalah pada kegiatan pendahuluan
guru membuka kelas dengan salam, guru mengkondisikan kelas,melakukan apersepsi
menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian pada kegiataan inti guru membentuk
beberapa kelompok dan membagi dialog/naskah drama pada masing-masing
kelompokyang akan dihafal kemudian diperagakan di depan sesuai dengan isi
dialog/naskah drama dan pada kegiatan akhir guru membuat kesimpulan tentang materi
hari itu ,melakukan evaluasi,memberi tugas kelompok yaitu membuat dan menghafal satu
dialog/naskah drama untuk ditampilkan pada pertemuan berikutnya dan guru mengakhiri
pelajaran dengan salam.

c. Observasi
Pada tahap ini guru melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
yang di lakukan ,dan adapun hal yang di lakukan saat pengamatan adalah guru mengisi
lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses tindakan berlangsung ,
mencatat kekurangan yang di hadapi peneliti selama proses pembelajaran
berlangsung,serta mendokumentasikan proses tindakan pembelajaran mengggunakan
kartu huruf yang sedang berlangsung.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mengidentifikasi data yang di peroleh
yaitu dari pelaksanaan tindakan dan observasi tersebut , kegiatan refleksi ini di lakukan
oleh guru setelah selesai pelaksanaan pembelajaran serta mengevaluasi apa- apa yang
dianggap masih kurang sehingga dapat di perbaiki pada pelaksanaan pembelajaran
berikutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus 1 terlihat kurang
maksimal terdapat sedikit kendala guru dalam mengelola kelas serta dalam penggunaan
media yang kurang efektif di karenakan guru membagikan terlebih dahulu dialog/naskah
drama daripada menjelaskan tata cara bermain peran dari sebuah dialog.Oleh karena itu
pada siklus berikutnya guru harus memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut agar
dapat meningkatkan lagi motivasi belajar siswa dalam membaca permulaan.
2. Siklus 2
Pada tahap siklus yang ke 2 ini mengikuti tahapan pada siklus 1 , siklus 2
merupakan perbaikan dari siklus 1 artinya rencana tindakan siklus 2 di susun berdasarkan
hasil refleksi pada siklus 1 , pada siklus 2 di lakukan sebagai penyempurnaan atau perbaikan
pada siklus 1 ,siklus 2 di laksanakan selama 1 hari pada tanggal 11 Mei 2021. Adapun
tahapan kegiatan pembelajaran dengan metode bermain peran pada siklus 2 terdiri dari 4
tahapan yang meliputi :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pada siklus 1 di ketahui bahwa belum
menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar atau kemampuan berbicara yang
memuaskan, maka peniliti kembali mengulang pembelajaran bermain peran dengan
indikator Siswa dapat menghafalkan teks naskah drama , Siswa dapat memperagakan
drama, dan Siswa dapat menjelaskan cerita yang diperagakan .maka rencana penelitian
padasiklus 2 ini adalah peneliti menggunakan metode bermain peran.adapun langkah-
langkah penyusunan rencana pembelajaran pada siklus 2 ini adalah sebagai berikut:
(1)memilih/ menentukan KD ,hasil belajar dan indikatoryang hendak di capai (2)
mempersiapkan alat-alat dan media yang di gunakan seperti Laptop dan pengeras suara.
(3)menyusun RPP.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini Pembelajaran berbicara pada tema 6 tentang Cita-citaku dengan
penggunaan metode bermain peran dengan rencana pembelajaran 1 kali pertemuan , guru
mengawali pembelajaran dimana Kelas dimulai di buka dengan salam, ,guru
mengkondisikan kelas,melakukan apersepsi menyampaikan tujuan pembelajaran, Setelah
itu Guru membuka pelajaran dengan menirukan suara,mimik wajah, gerak tubuh, dari
berbagai karakter manusia. Kemudian guru menyampaikan dan mengaitkan materi
dengan berbagai karakter manusia yang dicontohkan tadi. Setelah itu Guru meminta
siswa untuk menyimak drama pendek melalui laptop dan pengeras suara. Kemudian Guru
bertanya siapa saja nama tokoh dalam drama,bagaimana karakter dari masing-masing
tokoh, apa isi dan pesan dari drama pendek tersebut ,stelah itu guru menyampaikan
kegiatan yang di lakukan hari ini yaitu kegiatan “berbicara dengan menggunakan metode
bermain peran dari sebuah drama pendek yang dibagikan dalam bentuk kelompok
kemudian menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran agar
hasilnya maksimal.
Setelah itu guru meminta kepada masing- masing kelompok untuk bermain peran di
depan kelas sesuai dengan naskah drama yang dibagikan. kemudian guru melakukan
pengamatan sambil memberi nilai pada lembar pengamatan, siswa yang tampil difoto dan
dividiokan untuk dijadikan sebagai dokumen dan refleksi diri.Setelah itu guru
menayangkan hasil foto dan vidio mereka tadi lewat laptop untuk disaksikan sebagai
bentuk penilaian diri. .Setelah itu guru mereview semua kegiatan yang sudah dilakukan
seharian dan kemudian bertanya jawab tentang materi yang telah di pelajari ( untuk
mengetahui hasil ketercapaian materi,lalu mengakhiri pembelajaran dengansalam.
1) Observasi
Pada tahap ini peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran , observasi ini di tujukan
kepada kegiatan yang di lakukan dan Hasil observasi pada siklus 2 ini dapat di
ketahui bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus 2 sudah
lebih meningkat daripada sebelumnya , pada tahap ini kemampuan guru sudah sangat
baik sekali dalam mengelola kelas di bandingkan pada siklus 1.hal ini di sebabkan
karena guru telah memperbaiki beberapa aspek yang terdapat pada proses
pembelajaran di siklus 1.
2) Refleksi
Refleksi di laksanakan oleh peneliti sebagai guru kelas 1V , dan hasil
observasi pada pelaksanaan pembelajarandengan menggunakan meode bermain
peran pada siklus 2 , secara umum telah menunjukkan perubahan yang cukup tinggi.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes, maka
pembelajaran berbicara yang menggunakan metode bermain peranyang di laksanakan
pada siklus 2 sudah berhasil sehingga tidak perlu di lanjutkan ke siklus berikutnya.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAANSIKLUS
1. Pelaksanaan siklus 1
Tindakan siklus 1 dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti selama 1 hari pada
tanggal 04 Mei 2021 . Pada pelaksanaan Siklus 1 kegiatan- kegiatan yang di lakukan
yaitu pada kegiatan awal berisikan item- item yaitu guru membuka kelas dengan salam,,
apersepsi,menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian pada kegiataan intiguru
membentuk beberapa kelompok dan membagi dialog/naskah drama pada masing-masing
kelompokyang akan dihafal kemudian diperagakan di depan sesuai dengan isi
dialog/naskah drama dan pada kegiatan akhir guru membuat kesimpulan tentang materi
hari itu ,melakukan evaluasi,memberi tugas kelompok yaitu membuat dan menghafal satu
dialog/naskah drama untuk ditampilkan pada pertemuan berikutnya dan guru mengakhiri
pelajaran dengan salam.
2. Pelaksanaan siklus 2
Pada siklus yang ke 2 ini dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti dalam waktu 1
hari pada tanggal 11 Mei 2021.Pada pelaksanaan siklus 2 ini Pembelajaran berbicara
pada tema 6 tentang Cita-citaku dengan penggunaan metode bermain peran dengan
rencana pembelajaran 1 kali pertemuan , ,guru mengawali pembelajaran dimana Kelas
dimulai di buka dengan salam, ,guru mengkondisikan kelas,melakukan apersepsi
menyampaikan tujuan pembelajaran,
Setelah itu Guru membuka pelajaran dengan menirukan intonasi suara,mimik
wajah,gerak tubuh, dari berbagai karakter manusia. Kemudian guru menyampaikan dan
mengaitkan materi dengan berbagai karakter manusia yang dicontohkan tadi.Setelah itu
Guru meminta siswa untuk menyimak drama pendek melalui laptop dan pengeras suara.
Kemudian Guru bertanya siapa saja nama tokoh dalam drama,bagaimana karakter dari
masing-masing tokoh, apa isi dan pesan dari drama pendek tersebut ,stelah itu guru
menyampaikan kegiatan yang di lakukan hari ini yaitu kegiatan “berbicara dengan
menggunakan metode bermain peran dari sebuah drama pendek yang dibagikan dalam
bentuk kelompok kemudian menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain
peran agar hasilnya maksimal.
Setelah itu guru meminta kepada masing- masing kelompok untuk bermain peran
di depan kelas sesuai dengan naskah drama yang dibagikan. kemudian guru melakukan
pengamatan sambil memberi nilai pada lembar pengamatan, siswa yang tampil difoto dan
dividiokan untuk dijadikan sebagai dokumen dan refleksi diri.Setelah itu guru
menayangkan hasil foto dan vidio mereka tadi lewat laptop untuk disaksikan sebagai
bentuk penilaian diri. .Setelah itu guru mereview semua kegiatan yang sudah dilakukan
seharian dan kemudian bertanya jawab tentang materi yang telah di pelajari ( untuk
mengetahui hasil ketercapaian materi,lalu mengakhiri pembelajaran dengansalam.
B. PEMBAHASAN DARI SETIAPSIKLUS
1. Pembahasan Siklus 1
Pada saat pelaksanaan simulasi siklus 1 terdapat beberapa kelemahandan kelebihan
yang terlihat , kelemahan tersebut antara lain adalah pada penggunaan metode kurang efektif ,
dan guru kurang mengelola kelas, dan hal ini di sebabkan Jarak pengambilan vidionya terlalu
jauh sehingga mengakibatkan pengelolaan kelas tidak terlihat.disisi kelemahan tersebut
terdapat kelebihan pada kegiatan simulasi tersebut ,kelebihan tersebut antara lain yaitu metode
yang di gunakan sudah tepat dan guru terlihat bersemangat dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut maka upaya perbaikan yang akan di


lakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran yaitu guru akan lebih mempersiapkan
media- media yang akan digunakan dalam pembelajaran berikutnya, dan merubah gaya
mengajar hal ini di lakukan supaya semuapembelajaran bisa lebih aktif dan menyenangkan.

2. Pembahasan Siklus 2
Pada pelaksanaan siklus 2 ini terdapat beberapa kelebihan yang terlihat baik dari
sisi persiapan , pelaksanaan maupun penilaian yang di lakukan oleh guru kelebihan
tersebut antara lain yaitu Pada tahap perencanaan (1)guru sudah menyampaikan tujuan
pembelajaran,(2) guru Sudah mempersiapkan media – media yang akan di pergunakan
untuk membelajarkan siswa dalam kegiatan berbicara seperti media laptop dan pengeras
suara, .(3) Guru mempersiapkan dokumen evaluasi untuk menilai hasil atau kegiatan
yang di lakukan oleh siswa.
Kemudian pada tahap pelaksanaan Proses pembelajaran yang di lakukan oleh guru
sangat efektifguru menggunakan dan menampilkan media yang tepat untuk
membelajarkan siswa sehingga pembelajaran menjadi PAKEM ( pembelajaran Aktif,
kreatif, epektipdan menyenangkan.),guru mengelola kelas dengan baik, proses
pembelajaran terlihat menyenangkan sedangkan. Pada tahap penilaian guru
melaksanakan penilaian pada saat proses pembelajaran berlangsung dan setelah
pembelajaran selesai.
Pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada
siklus 2 secara umum telah menunjukkan perubahan yang cukup tinggi. Guru dalam
melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes, suasana kelaspun menjadi hidup
dan lebih menyenangkan.dengan demikian Pembelajaran bahasa Indonesia dengan
kegiatan berbicara menggunakan metode bermain peran sudah bisa di katakana berhasil ,
hal tersebut terbukti dengan melihat hasil yang di peroleh pada masing- masing siklus
,maka pembelajaran berbicara yang menggunakan metode bermain peran yang di
laksanakan pada siklus 2 sudah berhasil sehingga tidak perlu di lanjutkan ke siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 2 siklus tersebut dapat di ketahui
bahwa dengan menerapkan pembelajaran menggunakan metode bermain peran ternyata dapat
mengatasi kesulitan belajar berbicara siswa kelas 1VSDN 2 Sabedo, Kecamatan Utan
Kabupaten Sumbawa sehingga penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas
1V SDN 2 Sabedo.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di lakukan maka dapat di simpulkan bahwa
dengan Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Siswa Kelas IV SDN 2 Sabedo Tahun Pelajaran 2020/2021.Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kemampuan berbicara siswa terhadap drama/dialog dapat meningkat
B. Saran
Dengan menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran berbicara telah
menunjukkan hasil yang baik , namun dalam pelaksanaan membutuhkan kreatifitas dari
gurudimana guru harus menggunakan mediayang tepat dan menerapkan langkah-langkah
pembelajaran yang tepat pula serta harus fleksibel atau disesuaikan dengan kondisi masing-
masing siswa pada khususnya dan kondisi kelas pada umumya.
DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Daryanto. 1993. Kamus Bahasa Indonesia.Surabaya: Apollo.
Dkk.Burns. 2005. Membaca Sebagai Proses Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru
Ekowati. 2000. OF3a.dir/doc.pdf. Guntur Tarigan, Henry. 2008. Membaca Sebagai Suatu
Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Pringgowidagdo, 2002 Terampil Berbicara. Yogyakarata : CV Aswaja Pressindo.
Kartomiharjo, 1988 Terampil berbicara. Yogyakarta : CV Aswaja Pressindo.
Sidiarto, 1986 Terampil Berbicara. Yogyakarta : CV Aswaja Pressindo.

Hoetomo MA, 2005 dan Soepomo, 2007 Terampil Berbicara.Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Mulgrave,1954 Terampil Berbicara: Yogyakarta: CV Aswaja Pressindo.

Modul Pintar, 2006 Bahasa Indonesia untuk SD/MI. Ketapang: CV Anugerah

Permata Sejati.

Anda mungkin juga menyukai