Anda di halaman 1dari 3

Downstream Proses

Pada suatu industri bioproses, produk yang dihasilkan biasanya berada dalam
konsentrasi yang rendah, sehingga dibutuhkan proses pemisahan dan pemurnian yang
disebut sebagai downstream processing guna meningkatkan konsentrasi produk yang
diinginkan. Tahap pertama dari proses hilir industri bioproses adalah memisahkan sel dari
kaldu fermentasi. Pada beberapa kasus, produk yang diinginkan tidak berada di dalam kaldu
fermentasi, tetapi terdapat di dalam sel. Produk yang berada di dalam suatu biomassa
disebut produk intraselular (Belter, 1988). Apabila produk yang diinginkan merupakan
produk intraselular, maka sebelum melakukan pemisahan sel dari kaldu fermentasi, perlu
dilakukan pemecahan dinding dan membran sel, sehingga produk terlarut di dalam kaldu
fermentasi (Katoh dan Yoshida, 2009).
A. Pemisahan protein dengan sel
Pada beberapa kasus proses hilir industri bioproses, produk yang
diinginkan merupakan produk intraselular, sehingga diperlukan pemecahan sel
agar produk dapat memasuki tahap pemisahan dan pemurnian lebih lanjut.
Beberapa produk intraselular terlarut di dalam sitoplasma. Namun, ada pula produk
intraselular yang tidak terlarut dan merupakan partikel yang terselubungi protein,
disebut sebagai inclusion bodies. Khusus kasus yang disebutkan terakhir,
diperlukan pelarutan sebelum tahap pemurnian lebih lanjut (Katoh dan Yoshida,
2009). Secara umum, metode pemecahan sel dibagi menjadi dua garis besar, yaitu
metode mekanik dan metode non-mekanik.
Pada proses mekanik dalam pemecahan sel secara umum adalah dengan
menggunakan tekanan, agitasi mekanik, penggilingan, gesekan, dan sebagainya.
Perlakuan yang diberikan dengan metode mekanik seperti homogenisasi tekanan
tinggi, dispersi dan penggilingan koloid, penggilingan kecepatan tinggi,
impingement jets, ultrasonikasi, dan solid pressure shear. Kerugian utama dari
pemecahan sel dengan metode mekanik adalah investasi alat yang cukup tinggi dan
kebutuhan energi yang besar.
Metode non-mekanik dapat dibagi menjadi tiga garis besar, yaitu secara
physical, kimiawi, dan biologik. Secara fisika, metode non-mekanik memanfaatkan
pemanasan, pendinginan (freezing), osmotic shock, dekompresi gas, kavitasi
ultrasonik dan kavitasi hidrodinamik. Secara kimiawi, dengan menggunakan asam,
basa, detergen, pelarut, EDTA, antibiotik, dan agen chaotropic. Metode non-
mekanik secara biologik memanfaatkan enzim dan agen-agen biologis (Harrison,
1991).

B. Pemurnian protein
Metode yang digunakan dalam pemurnian asam sitrat dari cairan fermentasi
terdiri dari dua Teknik : presipitasi dan filtrasi. Cairan asam sitrat dari fermentor
produksi sangat terkontaminasi oleh biomass, garam, sukrosa, dan air. (Hatefi, 1969)
Pertama, asam sitrat harus direaksikan dengan kalsium karbonat untuk
menetralisasi larutan dan membentuk presipitat tidak larut kalsium sitrat. Reaksi
Kimianya adalah:
CaCO3 + Citric Acid → CO2+ Calcium Citrate
Kalsium sitrat kemudian dicuci, dipanaskan dan disaring untuk
menghilangkan kontaminan. Tergantung rancangan skema pemurnian, filter dapat
ditempatkan sebelum reaksi pertama dengan kalsium karbonat. Secara sederhana filter
dapat memisahkan sebagian besar kontaminan tergantung ukurannya dilanjutkan
untuk kontaminan yang lebih kecil pada filter berikutnya (Doucha et al, 2008)
Asam sitrat dapat dihasilkan dalam dua bentuk, monohidrat dan anhidrat.
Bentuk-bentuk ini membutuhkan tambahan tahap pemurnian untuk mencapai
kemurnian yang diinginkan
1. Monohydrate
• Mengandung satu molekul air unt tiap asam sitrat
• Membutuhkan kristalisasi berulang sampai kandungan air sekitar 7.5-8.8%
2. Anhydrous
• Memisahkan semua air dari produk akhir
• Dibuat dengan dehidrasi produk asam sitrat monohidrat pada suhu di atas 36.6ºC
(Jacobson et al, 1976)
C. Modifikasi protein
Salah satu penyebab modifikasi protein adalah reaksi glikosilasi. Reaksi
glikosilasi adalah reaksi antara gugus aldehid gula pereduksi dengan gugus amina
protein. Modifikasi protein adalah protein yang strukturnya mengalami perubahan,
yang secara umum ditandai oleh pembentukan senyawa dikarbonil, ikatan silang,
fluoresensi, dan lain-lain. Modifikasi ini diduga merupakan jalur antara, yang dapat
mendasari berbagai patofisiologis penyakit, misalnya penuaan dini, kepikunan,
aterosklerosis, dan lain-lain (McGrath, 1973)
Daftar Pustaka

Belter, B.A., Cussler, E.L., dan Hu, W.S., 1988, Bioseparations,


Downstream Processing for Biotechnology, John Wiley & Sons, Inc, Canada.
Doucha, J dan Livansky, K., 2008, Influence of processing parameters on
disintegration of chlorella cells in various types of homogenizers, Appl.
Microbiol. Biotechnol.
Harrison, S.T.L., 1991, Bacterial cell disruption: a key unit operation in
the recovery of intracellular products, Biotech. Adv.
Hatefi, Y. Dan Hanstein. W. G., 1969, Solubilization of Particulate Proteins
and Nanolectrolytes by Chaotropic Agents, Proc Natl Acad Sci USA
Jacobson, G. R., Takacs, B.J., Rosenbusch, J.P., 1976, Properties of a
major protein released from Eschericia coli by osmotic shock., Biochemistry.
Katoh, S., Yoshida, F., 2009, Biochemical Engineering: A Textbook for
Engineers, Chemist, and Biologists, Weinheim, Wiley.
McGrath, R., 1973, A press for cell disruption by ice shear, Analytical
biochemistry.

Anda mungkin juga menyukai