di dalamnya terdapat ritual poting lidah, sudah mulai punah dikarenakan sudah
tidak sesuai dengan agama yang mereka anut sekarang. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan Doxiadis (1968) dalam Surachman (2012) dimana
semakin besar ukuran suatu kota maka pengaruh kebiasaan asal akan tergeser
|2 dengan kebiasaan baru yang masuk. Untuk elemen jaringan sendiri, kota ini
mengalami perkembangan yang awalnya hanya berbasis pada jaringan
trasnportasi laut, seiring tumbuhnya kota, muali memiliki jaringan trasnportasi
darat yang memadai terutama ketika mulai adanya bandar udara dan yang
terakhir adalah adanya jalan tol pertama di kota ini.
Keseluruhan perkotaan cenderung dibagi menurut tiga fungsi atau
elemen pembentuk utama: perumahan, kegiatan tetap, dan sirkulasi. kegiatan
tetap meliputi pertokoan, bangunan umum dan komersial, universitas, rumah
sakit, dan sekolah menurut Rossi (1982). Fungsi dari aktivitas tetap ini yaitu
sebagai fungsi-fungsi yang bersifat public dan melayani kota. Fungsi aktivitas
tetap juga merupakan elemen primer kota. Rossi (1982) juga mengungkapkan
bahwa transformasi dari elemen-elemen yang membentuk suatu struktur kota
seraya membedakan tentang elemen primer dalam suatu area kota yang
cenderung bertahan dan menjadi monument di tengah kompleksitas
perkembangan suatu kota serta hubungan antara elemen primer tersebut
dengan elemen lain yang juga membentuk struktur kota
Elemen pembentuk struktur ruang di Kota Balikpapan sendiri dapat
dilihat mulai dari permukiman dan perumahannya yang berkembang pesat
membentuk struktur ruang Kota Balikpapan tersebut bersama bangunan-
bangunan yang menjadi tempat beraktivitas seperti bangunan publik, sekolahan,
bangunan komersial, rumah sakit memberikan tujuan serta kehidupan dalam
kota yang menjadi penunjang kegiatan atau aktivitas kehidupan bagi masyarakat
Kota Balikpapan. Kedua elemen tersebut di sambungkan oleh elemen sirkulasi
seperti transportasi berupa jalanan yang terbentang jauh bahkan menyatukan ke
wilayah luar kota lain. Tanpa salah satu elemen ini, sebuah kota tidak dapat
dibilang kota karena tidak memenuhi elemen standar pembentuk struktur
ruang. Ketiga elemen pembentuk struktur ruang ini saling melengkapi sehingga
dapat berkembang pesat dan dapat di temukan di seluruh penjuru Kota
Balikpapan hingga membentuk struktur ruang Kota Balikpapan yang dapat kita
lihat sekarang.
kolonial yang mulai pada saat itu ditemukan sumur minyak pertama
sehingga kota ini mendapat julukan “Kota Minyak”. Banyaknya pendatang
tersebut, seiring berjalannya waktu, pada akhirnya menyebabkan
kepadataan bangunan maupun kepadatan penduduk di kota Balikpapan
|5 terus bertambah di setiap tahunnya.
b. Faktor Tapak
Kota Balikpapan memiliki wilayah yang berbukit-bukit dengan
sedikit daerah landai di sekitar aliran sungai dan pesisir pantai.
Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut, wilayah Kota Balikpapan
terdiri dari: 0-10 m = 25,4 % 10-20 m = 13,7 % Lebih dari 20 m = 60,9 %.
Pada bagian barat, didominasi oleh vegetasi berupa perbukitan maupun
hutan, sedangkan di tengah dan selatan dipadati oleh lahan terbangun
berupa perumahan, industri, perdagangan, dan kantor-kantor. Untuk daerah
di sekitar sungai banyak dibangun permukiman penduduk dan untuk di
daerah pesisir dibangun pelabuhan. Selain itu letak Kota Balikpapan
berbatasan langsung dengan laut sehingga terdapat pelabuhan. Daerah yang
memiliki ketinggian diatas 20m merupakan kawasan vegetasi karena
berupa perbukitan.
c. Faktor Fungsi Kota
Terbentuknya Kota Balikpapan oleh faktor fungsi kota dapat dilihat
dari fungsinya sebagai tempat tinggal, tempat kerja, dan transportasi.
Pertumbuhan kota Balikpapan disebabkan karena semakin banyaknya
pendatang yang masuk. Para pendatang datang ke Kota Balikpapan sebagian
besar bertujuan untuk bekerja. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa
industri tempat pengeborang minyak di Kota Balikpapan. Banyaknya
industri yang ada di Kota Balikpapan membuat bertambahnya lapangan
usaha. Dengan meningkatnya pendatang sebagai tenaga kerja, maka
dibutuhkan tempat tinggal. Semakin bertambahnya waktu, semakin luas
kawasan permukiman di Kota Balikpapan sebagai kebutuhan tempat
tinggal. Selain itu, dapat dilihat dari transportasi yang mana di Kota
Balikpapan terdapat beberapa moda transportasi seperti darat, udara,
maupun laut. Karena Kota Balikpapan memiliki bandara dan pelabuhan,
maka tidak hanya transportasi beroda yang tersedia, melainkan terdapat
transportasi pesawat dan kapal untuk menunjang kebutuhan masyarakat
Kota Balikpapan.
d. Faktor Sejarah dan Budaya
Suku asli dari Kota Balikpapan adalah suku Paser Balik yang
keberadaannya saat ini sudah jarang ditemukan. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya masyarakat pendatang baru sehingga suku asli Kota Balikpapan
mulai tersingkirkan dan menjadi minoritas. Budaya, bahasa dan cara hidup
|6 suku Paser Balik menghilang digantikan dengan masyarakat yang memiliki
pola hidup modern atau sudah terpengaruh dari luar daerah.
Kota Balikpapan dikenal akan sumber daya alam minyak bumi yang
melimpah. Apabila melihat sejarah, perkembangan Kota Balikpapan ini
sangat dipengaruhi oleh keberadaan sumur pengeboran minyak pertama di
Balikpapan yaitu sumur Mathilda. Semenjak ditemukannya minyak bumi di
Balikpapan, hal tersebut menarik para pendatang dari Tiongkok, Jawa, India,
dan para pendatang mayoritas berkerja di suatu perusahaan kilang minyak
di kota ini. Selain itu para pekerja dan pedagang dari Bugis, Minahasa,
Banjar, Sunda, dan suku lainnya ikut melanjutkan aktivitasnya di Kota
Balikpapan. Dengan banyaknya pendatang ke Kota Balikpapan maka
kebutuhan akan permukiman dan sarana prasarananya ikut berkembang.
Kota ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat pada saat para
insinyur menemukan cadangan minyak di Sanga Sanga. Dari sinilah para
perusahan datang untuk mengolah minyak dari cadangan minyak yang ada
di kota Balikpapan. Balikpapan, dipilih untuk menjadi tempat
pengembangan dan industri serta kegiatan pengilangan, pengumpulan
minyak mentah dan industri turunan minyak bumi yang lain (Susanto,
2011). Oleh karena itu, maka bertambahlah pendatang dalam jumlah besar
untuk menjadi tenaga kerja. Untuk mendukung hal ini, Belanda, pada
masanya, melengkapi kota Balikpapan dengan beberapa sarana prasarana
pendukung seperti jaringan jalan, permukiman, gedung-gedung,
perkantoran, dan bandara.
e. Faktor Unsur-unsur Umum
Terbentuknya Kota Balikpapan oleh faktor unsur-unsur umum dapat
dilihat dari jaringan jalan dan energi. Untuk jaringan jalan, Kota Balikpapan
memilki fungsi jalan arteri, kolektor, lokal dan sisanya adalah jalan lain.
Jalan arteri inilah yang menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kabupaten
Kutai Kartanegara. Nama jalan arteri yang ada di Kota Balikpapan yakni Jl.
Mulawarman, Jl. Jendral Sudirman, Jl. Marsma Iswahyudi, Jl. Ahmad Yani, Jl.
Ir. Soekarno-Hatta, dan Jl. Balikpapan-Samarinda. Jalan arteri ini
menghubungkan pusat kota Balikpapan langsung ke Bandara Sepinggan,
Balikpapan. Selain itu, terdapat juga jalan kolektor di Kota Balikpapan. Jalan
kolektor yang berada di Kota Balikpapan adalah Jl. Jendral Sudirman dan Jl.
Yos Sudarso. Selain itu, terdapat banyak jalan lokal yang berada di Kota
Balikpapan. Kota Balikpapan juga memiliki jalan tol baru, yakni Jalan Tol
|7 Balikpapan-Samarinda yang dapat menghubungkan Kota Balikpapan
dengan Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kota Balikpapan memiliki bandara yang merupakan bandara
internasional. Adanya bandara dapat mempermudah akses keluar masuk
penduduk Kota Balikpapan maupun penduduk luar Kota Balikpapan.
Sehingga banyak penduduk dari luar Kota Balikpapan yang datang ke Kota
Balikpapan untuk menggunakan transportasi pesawat terbang di bandara.
Dengan adanya bandara, dapat meningkatkan perekonomian dan
pembangunan di Kota Balikpapan.
4.1.4 Model dan Bentuk Struktur Kota Balikpapan
Kota Balikpapan memiliki satu Pusat Pelayanan Kota dan 2 sub pusat
pelayanan kota yang terdapat di kota tersebut. Pusat pelayanan di Kota
Balikpapan sendiri berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat pelayanan
utama yang dapat memenuhi kebutuhan penghuni dan pengunjung Kota
Balikpapan, dan Sub Pusat Pelayanan yang berfungsi sama memberikan
pelayanan kepada sebagian penghuni dan pengunjung kota namun dengan
hirarki lebih rendah seperti skala dan fungsinya yang lebih kecil. Pusat
Pelayanan Kota Balikpapan berada di Kecamatan Balikpapan Kota dan Sub Pusat
Pelayanan Kota yang berada di Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan
Utara dan Kelurahan Teritip Kecamatan Balikpapan Timur. Kemunculnya suatu
pusat pelayanan baru dan pusat pelayanan utamanya mulai berubah menjadi
pusat yang kompleks yang memiliki jangkauan yang lebih luas dan fungsi awal
dari pusat pelayanan utama ini diambil alih oleh pusat pelayanan baru yang
Kecamatan
Kecamatan Balikpapan Timur
Balikpapan Utara
Kecamatan
Balikpapan Kota
Kelompok 3 Morfologi Kota Kelas A 2020
Gambar 48 Model struktur ruang kota Balikpapan yang bersifat
polisentris dan berbentuk multiple nuclei berdasarkan interpretasi
PERKEMBANGAN KOTA DAN
KEBERADAAN BANDARA DI KOTA
BALIKPAPAN
muncul di Kota Balikpapan atau disebut Sub Pusat Pelayanan kota. Dari data
tersebut dapat ditentukan Model Struktur Ruang Kota Balikpapan adalah Kota
Polisentris atau kota dengan lebih dari satu Pusat Pelayanan Kota. Melihat dari
keberadaan satu pusat pelayanan dan dua sub pusat pelayanan, kota Balikpapan
|8 dapat digolongkan ke dalam kelompok kota yang memiliki bentuk multiple
nuclei. Hal ini dikarenakan kota bentuk ini memiliki ciri yaitu adanya satu inti
(CBD) kemudian menjadi semakin kompleks yang disebabkan munculnya pusat-
pusat baru di wilayah tersebut yang di sekelilingnya terdapat kelompok tata
guna lahan yang berhubungan secara fungsional.
4.1.5 Bentuk Pola Ruang dan Model Kota Balikpapan
Kota Balikpapan memiliki berbagai macam pola perkembangan kota di
bagian-bagian kotanya. Secara umum bentuk pola ruang di kota Balikpapan
adalah bentuk linier dan bentuk ini terdapat di sebagian besar wilayahnya. Hal
ini dikarenakan wilayah-wilayah di kota Balikpapan tumbuh di sekitar jalan-
jalan utama kota dimana pada jalan-jalan tersebut terdapat jalan-jalan dengan
hirarki yang lebih kecil untuk menjangkau masing-masing lokasi di kota
Balikpapan. Meskipun demikian, terdapat beberapa wilayah di kota Balikpapan
yang memiliki bentuk pola ruang yang lain. Bentuk–bentuk tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut :
|9
| 10
Gambar 49 Pola jalan yang ada di kota Balikpapan, pola grid dan irrengular system (Google
Satelite, 2020)
Kota Balikpapan juga merupakan kota dengan model Stellar or Radial Plans. Hal
ini dibuktikan dengan adanya satu pusat kota dengan dua sub pusat di Kota
Balikpapan tentu terdapat jalur utama yang menghubungkan antara pusat kota
dengan sub pusat kota sehingga perkembangan sarana transportasi dan
telekomunikasi berperan penting dalam membentuk kota tersebut. bentuk
tersebut hanya tercipta pada bagian utara kota Balikpapan disebabkan pada
bagian lainnya terdapat hambatan berupa perairan.
Balikpapan
4.2.1 Elemen Pembangun dan pembentuk struktur Kawasan Sekitar Bandar Udara
SAMS Sepinggan Balikpapan
Seiring berkembangnya waktu, kegiatan ekonomi, aktivitas, dan jumlah
penduduk juga ikut berkembang dan bertambah di Kota Balikpapan, khususnya
di sekitar Bandar Udara Sepinggan. Lahan-lahan yang pada awalnya hanya
dibangun untuk memenuhi keperluan penduduk asli wilayah tersebut semakin
lama semakin berkembang karena pengaruh bandar udara yang semakin
berpotensi meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan penduduk sekitar.
Kawasan yang berada di sekitar bandara SAMS Sepinggan ini tentunya juga
dibentuk oleh elemen-elemen pembentuk perkotaan atau wilayah yang kurang
lebih memiliki ciri yang sama elemen-elemen pembentuk kota Balikpapan
sendiri. Jika dilihat lebih spesifik, elemen-elemen pembentuk suatu wilayah
yanga ada di kawasan sekitar bandar udara SAMS Sepinggan adalah sebagai
berikut :
a. Alam
Pada Kawasan Bandara Sepinggan, Kota Balikpapan masih terdapat
hutan maupun ruang terbuka hijau pada bagian utara dan juga terdapat
Selat Makassar di bagian selatan Kawasan Bandara. Selain itu, lahan yang
berada di sekitar bandar udara ini juga cenderung rata dikarenakan
lokasinya yang berada di wilayah pesisir kota Balikpapan.
b. Manusia dan Masyarakat
Terdapat penduduk yang beraktivitas dan melakukan kegiatan
keseharian baik di perairan Selat Makassar ataupun di sekitar Kawasan
Bandara Sepinggan, Kota Balikpapan.
c. Ruang (Shells)
Pada Kawasan Bandara sudah terdapat permukiman penduduk, tempat
layanan umum seperti rumah sakit, sekolah, dan juga kantor kantor
pelayanan lain. Selain itu terdapat juga pusat perbelanjaan seperti mall
dan juga pasar, kemudian di Kawasan Bandara juga sudah terdapat
beberapa industri.
d. Jaringan
Pada Kawasan Bandara Sepinggan sudah terdapat jaringan jalan yang
menghubungkan bandara ke tempat - tempat lain terutama menuju
pusat kota Balikpapan sehingga memudahkan masyarakat dalam
beraktivitas, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Selain itu, seperti halnya kota Balikpapan sendiri, struktur ruang di
kawasan sekitar bandar udara SAMS Sepinggan juga dibentuk berdasarkan
beberapa elemen. Elemen housing pada wilayah ini dapat dilihat dari adanya
permukiman di wilayah sekitar bandara seperti Perumahan Patra Land
Residence, Perumahan Kartini Residence, Hotel Zurich, dan lain-lain. Elemen
fixed activities juga dapat dilihat bahwa selain sebagai pusat aktivitas arus keluar
masuk kota Balikpapan, wilayah ini juga terdapat berbagai pusat kegiatan lain
yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekitar. Sementara pada
elemen transportasi sendiri, seperti yang telah dijelaskan, terdapat jalur utama
yang mengubungkan keberadaan bandara dan kawasan di sekitarnya terhadap
pusat-pusat aktivitas di wilayah lain kota Balikpapan.
4.2.2 Bentuk Morfologi Kawasan Sekitar Bandar Udara SAMS Sepinggan Balikpapan
Kawasan sekitar bandara berbentuk empat persegi panjang cenderung
memanjang, mengikuti jalur transportasi, dan tidak memungkinkan untuk
melebar karena berbatasan langsung dengan perairan, yakni Selat Makassar dan
juga pada sisi yang lain terdapat lapangan golf dan RTH lain yang sudah ada
sejak lama. Meskipun demikian terjadi perubahan penggunaan lahan menjadi
lahan terbangun yang cukup besar di sekitar bandara dari tahun 2003 hingga
tahun 2020 tetapi tidak merubah bentuk morfologi asli di kawasan sekitar