D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
PUTRI AUDINI
NIM : 2005902020059
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan dari-Nya kami sekelompok tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan tuas dan proses pembelajaran yang telah dititipkan
kepada kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai rintangan, namun
dengan penuh kesabaran kami mencoba sebisa mungkin untuk menyelesaikannya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik dari segi susunan
kalimat maupun tata baahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima
berbagai saran yang bersifat membangun untuk dapat memperbaiki cara penulisan makalah kami
kedepannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang membahas mengenai “FOOD
RECALL” ini dapat memberikan manfaat dan motivasi terhadap pembaca.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1.............................................................................................................LATAR BELAKANG
...............................................................................................................................................1
1.2.........................................................................................................RUMUSAN MASALAH
...............................................................................................................................................2
1.3..................................................................................................................................TUJUAN
...............................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1. TUJUAN PENGOLAHAN BAHAN PANGAN.................................................................3
2.2. USAHA MEMPERKECIL KEHILANGAN ZAT GIZI.....................................................4
2.3. PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP GIZI PROTEIN..........................................4
2.4. PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP GIZI KARBOHIDRAT..............................7
2.5. PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP GIZI LEMAK.............................................7
2.6. PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP GIZI VITAMIN..........................................8
2.7. PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP GIZI MINERAL.......................................10
BAB 3 KESIMPULAN...........................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
Selain proses pengolahan yang tidak diinginkan karena banyak merusak zat-zat gizi yang
terkandung dalam bahan pangan, proses pengolahan dapat bersifat menguntungkan terhadap
beberapa komponen zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut, yaitu perubahan
kadar kandungan zat gizi, peningkatan daya cerna dan ketersediaan zat-zat gizi serta penurunan
berbagai senyawa antinutrisi yang terkandung di dalamnya. Proses pemanasan bahan pangan
dapat meningkatkan ketersediaan zat gizi yang terkandung di dalamnya, misalnya pemanasan
kacang-kacangan (kedelai) mentah dapat meningkatkan daya cerna dan ketersediaan protein
yang terkandung di dalamnya. Proses fermentasi kedelai dalam proses pembuatan tempe
misalnya, juga dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein yang akan meningkatkan daya
cerna protein tersebut. Pada umumnya pemanasan akan meningkatkan daya cerna bahan pangan
sehingga meningkatkan keguanaan zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. Namun demikian,
pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan nilai sensoris dan nilai gizi produk
pangan olahan. Untuk itu, maka kunci utama dalam proses pengolahan bahan pangan, baik di
tingat rumah tangga maupun di industri adalah melakukan optimisasi proses pengolahan untuk
menghasilkan produk olahan yang secara sensoris menarik dan tinggi nilai gizinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari pengolahan bahan pangan
2. Bagaimana usaha memperkecil kehilangan zat gizi karena pengolahan
3. Bagaimana pengaruh pengolahan terhadap gizi protein
4. Bagaimana pengaruh pengolahan terhadap gizi karbohidrat
5. Bagaimana pengaruh pengolahan terhadap gizi lemak
6. Bagaimana pengaruh pengolahan terhadap gizi vitamin
7. Bagaimana pengaruh pengolahan terhadap gizi mineral
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan dari pengolahan bahan pangan
2. Untuk mengetahui usaha memperkecil kehilangan zat gizi karena pengolahan
3. Untuk mengetahui pengaruh pengolahan terhadap gizi protein
4. Untuk mengetahui pengaruh pengolahan terhadap gizi karbohidrat
5. Untuk mengetahui pengaruh pengolahan terhadap gizi lemak
6. Untuk mengetahui pengaruh pengolahan terhadap gizi vitamin
7. Untuk mengetahui pengaruh pengolahan terhadap gizi mineral.
BAB 2
PEMBAHASAN
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin lama proses pengolahan (prosessing)
bahan pangan maka jumlah mikroba semakin sedikit, aktifitas enzim semakin sedikit dan
kehilangan nilai zat gizi semakin banyak.
2.2 Usaha Memperkecil Kehilangan Zat Gizi Karena Pengolahan
1. Menghentikan proses pada saat tertentu hanya untuk menginaktifkan enzim dan mikroba
patogen/pembusuk
2. Penggunaan panas yg tdk terlalu tinggi pasteurisasi
3. Kombinasi sistem pengolahan, misal pemanasan + zat additive
4. Penggunaan pH rendah
5. Nutrifikasi/fortifikasi (penambahan zat gizi dr luar)
Diantara cara pengolahan tersebut, yang paling banyak dilakukan adalah proses
pengolahan menggunakan pemanasan seperti sterilisasi, pemasakan dan pengeringan. Sementara
itu kita ketahui bahwa protein merupakan senyawa reaktif yang tersusun dari beberapa asam
amino yang mempunyai gugus reaktif yang dapat berikatan dengan komponen lain, misalnya
gula pereduksi, polifenol, lemak dan produk oksidasinya serta bahan tambahan kimia lainnya
seperti alkali, belerang dioksida atau hidrogen peroksida.
a. Reaksi Maillard
Reaksi Mailard terjadi antara gugus aldehid dari gula pereduksi dengan gugus amina dari
asam amino terutama epsilon-amino-lisin dan alfa-amino asam amino N-terminal. Raksi ini
banyak terjadi pada pembakaran roti, pembuatan breakfast cereal, pemanasan daging terutama
apabila kontak dengan bahan nabati, serta pengolahan susu bubuk. Yang terakhir merupakan hal
yang paling penting karena susu bubuk banyak digunakan untuk bayi dan anak-anak, dimana
ketersediaan asam-asam aminonya sangat penting artinya untuk pertumbuhan. Selain itu di
dalam susu bubuk juga mengandung gula pereduksi, sehingga mudah bereaksi dengan asam-
asam amino yangterkandung di dalam susu tersebut.
Pada umumnya reaksi Maillar terjadi dalam dua tahapan, yairu tahap reaksi awal dan
reaksi lanjutan. Padatahap awal terjadi kondensasi antara gugus karbonil dari gula pereduksi
dengan gugus amino bebas dari asam amino dalam rangkaian protein. Produk hasil kondensasi
selanjutnya akan berubah menjadi basa Schiff karena kehilangan molekul air (H2O) dan
akhirnya tersiklisasi oleh Amadori rearangement membentuk senyawa 1-amino-1-deoksi-2-
ketosa. Senyawa deoksi-ketosil atau senyawa Amadori yang terbentuk merupakan bentuk utama
lisin yang terikat pada bahan pangan setelah terjadinya reaksi Maillard awal. Pada tahap ini
secara visual bahan pangan masih berwarna seperti aslinya, belum berubah menjadi berwarna
coklat, namun demikian lisin dalam protein bahan pangan tersebut sudah tidak tersedia lagi
secara biologis (bioavailabilitasnya menurun).
Selain reaksi Maillard kerusakan protein (asam amino) lain yang dapat terjadi adalah
karena terjadinya reaksi dengan senyawa polifenol yang berasal dari tanaman seperti fenolat,
flavonoiddan tanin. Senyawa polifenol tersebut akan mudah teroksidasi dengan adanya oksigen
dalam suasana alkali atau terdapatnya enzim polifenolase, membentuk senyawa radikal orto-
kuinon. Senyawa orto-kuinon tersebut sangat reaktif dan apabila bereaksi dengan protein dapat
membentuk senyawa kompleks yang melibatkan asam amino lisin sehingga ketersediaannya
akan menurun. Selain itu senyawa kompleks protein-polifenol tersebut sulit ditembus oleh enzim
protease sehingga daya cerna proteinnya juga rendah, sehingga secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa nilai gizi protein tersebut juga akan turun.
c. Pembentukan lisinoalanin
Pada umumnya pengolahan protein dengan alkali dillakukan untuk memperbaiki sifat
fungsional protein. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu pembentukan lisinolalanin
dan rasemisasi asam amino, yang keduanya dapat berakibat pada penurunan nilai gizi protein
tersebut. Lisinolalanin adalah senyawa N-epsilon-(DL-2-amino-karboksi-etil)-L-lisin yang
disingkat dengan LAL. Senyawa tersebut terdiri dari residu lisin yang gugus epsilon-aminonya
terikat pada gugus metil dari residu alanin. Terdapat dua mekanisme pembentukan lisinolalanin
yang diketahui, yaitu melalui reaksi beta-eliminasi dan reaksi substitusi.
3.1. Kesimpulan
Penanganan, penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sering menyebabkan terjadinya
perubahan nilai gizinya, yang sebagain besar tidak diinginkan. Zat gizi yang terkandung dalam
bahan pangan akan rusak pada sebagaian besar proses pengolahan karena sensitif terhadap pH,
oksigen, sinar dan panas atau kombinasi diantaranya. Zat gizi mikro terutama tembaga dan zat
besi serta enzim kemungkinan sebagai katalis dalam proses tersebut. Selain proses pengolahan
yang tidak diinginkan karena banyak merusak zat-zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan,
proses pengolahan dapat bersifat menguntungkan terhadap beberapa komponen zat gizi yang
terkandung dalam bahan pangan tersebut, yaitu perubahan kadar kandungan zat gizi, peningkatan
daya cerna dan ketersediaan zat-zat gizi serta penurunan berbagai senyawa antinutrisi yang
terkandung di dalamnya.
Cara pengolahan yang paling banyak dilakukan adalah menggunakan pemanasan seperti
sterilisasi, pemasakan dan pengeringan. Sementara itu protein merupakan senyawa reaktif yang
dapat berikatan dengan komponen lain, misalnya gula pereduksi, polifenol, lemak dan produk
oksidasinya serta bahan tambahan kimia lainnya seperti alkali, belerang dioksida atau hidrogen
peroksida. Perlakuan dengan alkali dapat menyebabkan terjadinya rasemisasi asam amino,
perubahan bentuk L menjadi bentuk D. Selain itu juga dapat terjadi reaksi antara asam amino
lisin dan alanin membentuk lisiolalanin. Selain itu reaksi antara protein dengan gula pereduksi
yang dikenal dengan reaksi Maillard, juga merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan
protein selama pengolahan dan penyimpanan. Rekasi-reaksi yang terjadi selama pengolahan
bahan pangan pangan dapat menyebabkan menurunnya nilai gizi protein akibat terjadinya
penurunan daya cerna protein dan ketersediaan atau availabilitas asam-asam amino esensial.
DAFTAR PUSTAKA
Palupi NS, Zakaria E, dan Prangdimurti E. 2007. Modul e-Learning ENBP. Bogor: Departemen
Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-IPB.