Oleh:
IKAWATI (220NS1021)
NUR HAYATI (220NS1022)
HASMIRA (220NS1024)
FITRI ARMAYANI (220NS1023)
TRISNAWATI (220NS1025)
CL LAHAN CL INSTITUSI
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2017 yaitu asupan alkohol berlebihan
(20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%),
sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2018 gastritis bisa juga disebabkan karena, infeksi
Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahum
2019 angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia prevelensinya ada yang mencapai
91,6% yaitu di Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar
46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%.
(Depkes, 2019).
2
Berdasarkan data dari puskesmas pa’bentengan kabupaten bantaeng pada tahun 2019
jumlah rawat inap pada pasie gastirits adalah 97 orang dan pada tahun 2020mengalami
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKAN
A. Pengertian
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi
adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi. K & Huda. A.N,
2018). Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan
ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan.
Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin,
2018).
B. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus atau parasit
lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor gastritis akut adalah meminum
alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan
penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID
aspirin dan ibuprofen (Dewit, Stromberg & Dallred, 2017). Menurut Gomez (2017)
penyebab gastritis adalah sebagai berikut :
a. Infeksi bakteri
d. Stress.
e. Autoimun
4
Selain penyebab gastritis diatas, ada penderita yang merasakan gejalanya dan
ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya :
a. Nyeri epigastrium.
b. Mual .
c. Muntah.
e. Muntah darah.
f. Bersendawa
C. Patofisiologi
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2018) patofisiologi gastritis adalah
mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap
lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan perlindungan ini ketika mukosa barrier
rusak maka timbul peradangan pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini
rusak terjadilah perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamine dan
stimulasi saraf cholinergic.
Kemudian HCL dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan menyebabkan luka
pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan
erosi pada lambung. Alkohol, aspirin Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada
gastritis termasuk kengesti vaskuler, edema, peradangan sel supervisial. Manifestasi
patologi awal dari gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada membran mukosa
dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan perkembangan penyakit dinding dan saluran
lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan mukosa
kronik menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk. Ketika fungsi sel sekresi
asam memburuk, sumber-sumber faktor intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat
terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis secara merata
yang mengakibatkan anemia yang berat.
Degenerasi mungkin ditemukan pada sel utama dan pariental sekresi asam
lambung menurun secara berangsur, baik dalam jumlah maupun konsentrasi asamnya
sampai tinggal mucus dan air. Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang
dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi
5
setelah satu episode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL.
a. Fisiologi nyeri
1) Nosisepsi
Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer yang khusus bertugas
mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri,
dan tekanan. Reseptor yang bertugas merambatkan sensasi nyeri disebut nosiseptor. Proses
tersebut terdiri atas empat fase.
2) Transduksi
Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (mis: bahan
kimia, suhu, listrik atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia (mis:
prostaglandin, bradikinin, histamin, substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor.
3) Transmisi.
Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama, nyeri merambat
dari serabut saraf prifer ke medulla spinalis.
4) Persepsi
Pada fase ini, inidividu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri
tersebu terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai setrategi
perilaku-kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri (McCaffery &
Pasero, 2018).
5) Modulasi
Fase ini disebut juga “sistem desenden.” Pada fase ini, neuron dibatang otak
mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden tersebut
melepaskan substansi seperi opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan menghambat
impuls asend Bentuk nyeri
6
Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
1) Nyeri Akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya
mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai
dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan
persepsi nyeri.
2) Nyeri Kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui atau tidak.
Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Selain itu,
penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita sukar untuk menunjukan
lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain penderita menjadi mudah tersinggung dan
sering mengalami insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa
putus asa, dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul
dalam periode waktu tertentuen yang membahayakan di bagian dorsal medula spinalis.
7
D. PATHWAY
gastritis
kelemahan fisik
intoleransi
aktiaktivitas 8
E. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2018), klasifikasi gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis yang
manifestasi klinisnya adalah :
1) Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi tidak
lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
2) Gastritis akut hemoragik, disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan
dijumpai perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan
mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada
mukosa lambung tersebut.
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu :
1) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan
dan erosi mukosa.
9
1) Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
2) Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.
Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang mengakibatkan
mual hingga muntah.
b. Gastritis Kronis.
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan kelainan.
G. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut Muttaqin & Sari (2017) antara lain :
a. Pendarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2018) dan
Doenges (2018) sebagai berikut :
a. Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas.
10
f. Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklork dan
pembentukan asam noktura.
h. Feses : Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak meningkat
bila perfusi ginjal di pertahankan.
k. Kalium : Dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
trasfusi darah.
I. Penatalaksanaan
2) Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbagan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk
gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
11
mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan
secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila
gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau al
kali,pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen
penyebab.Untuk menetralisasi asam,
1. Kebutuhan Nutrisi
Gastritis biasanya diawali oleh frekuensi konsumsi makan dan minum yang tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat dan
menyebabkan kekurangan nutrisi. Depdiknas mendefinisikan pola makan sebagai suatu
usaha atau cara seseorang untuk makan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Sedangkan menurut WHO pola makan yaitu suatu cara atau usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk makan guna memenuhi kebutuhan biologis dan fisiologis tubuh
terutama kebutuhan nutrisi tubuh.
Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan
gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis.
Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan/ nutrisi sebagai upaya untuk
memperbaiki kondisi pencernaan (Muttaqin, 2018).
a. Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (Hidayat, A.Aziz
Alimul, 2017).
12
b. Faktor yang mempengaruhi nutrisi
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola
konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat
terjadi kesalahan.
2) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi gizi seseorang.
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat
mempengaruhi status gizi.
4) Kesukaan
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan
bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, oleh karena itu, masyarakat dengan
kondisi perekonomian
13
Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis
Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha
memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf optimal melalui pendekatan yang
sistematis untuk mengenal dan membantu kebutuhan klien (Nursalam, 2018). Dalam asuhan
keperawatan pasien dengan gastritis, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
(implementasi), dan evaluasi. Proses keperawatan ini merupakan pedoman untuk melaksanakan
asuhan keperawatan dengan uraian masing-masing sebagai berikut :
Pengkajian
a) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama :
Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul
dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
14
Genogram umumnya dituliskan dalam tiga generasi sesuai dengan kebutuhan.
Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua generasi dibawah, bila
klien adalah anak-anak maka dibuat generasi keatas.
6) Riwayat psikososial :
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan
bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
Menurut Gordon (2018), pola kebiasaan sehari-hari pada pasien gastritis, yaitu:
a) Pola nutrisi
b) Pola eliminasi
e) Pola kognisi-perceptual
15
2) Data objektif
a) Kepala dan muka : Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut.
b) Mata : Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan oksigen ke jaringan),
konjungtiva pucat dan kering.
c) Mulut dan faring : Mukosa bibir kering (peurunan cairan intrasel mukosa) bibir pecah-pecah,
lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan personal hygiene).
d) Abdomen
1) Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan bentuk abdomen
rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada sering merubah posisi,
menandakan pasien nyeri.
2) Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, dan hipoaktif
setelah perdarahan.
3) Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan hypertimpani (bisng
usus meningkat).
4) Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat nyeri tekan pada
region epigastik (terjadi karena distruksi asam lambung) (Doengoes, 2018).
5) Integumen : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah),
kelemahan kulit/ membrane mukosa berkeringan (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respon psikologik) (Doengoes, 2017).
E) Pemeriksaan penunjang, menurut Priyanto (2018) yang ditemukan pada pasien gastritis
1) Endoscopy
2) Pemeriksaan histopatologi
3) Laboratorium
4) Analisa gaster
5). Gastroscopi
16
F). Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko kekurangan volume cairan ditandai dengan mual muntah
3.intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
4.ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang dari kebutuhan
5.kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
17
G. Intervensi keperawatan yang muncul
N Standar diagnose
O keperawatan Tujuan dan criteria hasil Standar intervensi keperawatan
Indonesia(SDKI) Indonesia (SIKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Tindakan:
berhubungan dengan selama....x24 jam diharapkan Observasi:
proses penyakit nyeri dapat berkurang 1. Identifikasi lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. nyeri berkurang (skala frekuensi, kualitas,
nyeri dari 1-3) intensitas nyeri.
2. klien Nampak tenang 2. Identifikasi skala nyeri
3. psien tidak mengeluh 3. Identifikasi respon nyeri
nyeri ulu hati nonverbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasin pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komlementer yang
sudah diberikan
9. Menitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan tehnik non
parmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hipnosis,
akupressur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, tehnik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Pasilitasi istirahat dan
tidur
18
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Tindakan:
volume cairan keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
ditandai dengan mual volume cairan adekuat dengan 1. monitor status hidrasi
dan muntah criteria : (frekuensi nadi, kekuatan
1. ku baik nadi, akral, pengisian kapiler,
2.pasien tidak mual dan kelembapan mukosa, turgor
muntah kulit ,tekanan darah )
3.pasien minum 8 gelas 2. monitor berat badan
harian
perhari
3. monitor berat badan
sebelum dan sesudah dialysis
4. monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
( misalnya hematokrit , Na,
K, CI, Berat jenis urine ,
BUN,)
5. Monitor status
hemodynamic (misalnya
MAP, CVP, PAP,
PCWP,JIKA TERSEDIA)
Terapeutik:
1. catat intek output dan
hitung balens cairan 24 jam
2. berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
3. berikan cairan intravena
jika perlu
kolaborasi pemberian diuretic
19
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Tindakan:
berhubungan dengan keperawatan selama…x24 Observasi:
kelemahan. jam pasien pertoleransi 1. identifikasi defisit
terhadapa aktivitas dengan tingkat aktivitas
kritieria hasil: 2. identifikasi
1.berpartisipasi dalam kemampuan
aktivitas fisik tanpa disertai berpartisipasi dalam
peningkatan tekanna aktivitas tertentu
darah,nadi dan RL 3. identifikasi sumber
2,mampu melakukan daya untuk aktivitas
aktivitas sehari yang diinginkan
hari(ADL)secara mandiri 4. identifikasi strategi
3. keseimbangan aktivitas dan meningkatkan
partisipasi dalam
istirahat
aktivitas
5. identifikasi makna
aktivitas serutin (mis.
bekerja dan waktu
luang
6. monitor respon
emosional, fisit, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik :
1. pasilitas fokus pada
kemampuan, bukan
defisit yang di alami
2. sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang
aktivitas .
3. pasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
4. koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
5. pasilitasi makna
aktivitas yang terpilih
6. pasilitasi transportasi
untuk mrnghadiri
aktivitas jika sesuai
7. pasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
20
aktivitas yang dipilih
8. pasilitasi aktivitas
fisik ruting (mis.
ambulasi, mobilisasi,
dan perawatan diri)
sesuai kebutuhan
9. pasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
10. pasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
11. tingkatkan aktivitas
fisik untuk
memelihara berat
badan, jika sesuai
12. pasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
13. pasilitasi aktivitas
dengan komponen
memori implicit dan
emosional (mis.
kegiatan keagamaan
khusus) untuk pasien
domensia, jika sesua
14. libatkan dalam
permainan kelompok
yang tidak
kompotetif,
terstruktur, dan aktif
15. tingkatkan
keterlibatan dalam
aktifitas rekreasi dan
dirversifikasi untuk
menurunkan
kecemasan (mis.
vocal group, bola
volley, tenis meja,
jogong, berenang,
tugas sederhana,
permainan sederhana,
tugas ruting, tugas
rumah tangga,
perawatan diri, dan
teka teki dan kartu)
16. libatkan keluarga
dalam aktivitas jika
21
perlu
17. pasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
18. pasilitasi pasien
dan keluarga
memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai
tujuan
19. jadwalkan
aktifitas dalam
rutinitas sehari hari
20. beikan penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi:
1. jelaskan metode
aktivitas fisik sehari
hari jika perlu
2. ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3. anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan koknitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
4. anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi jika sesuai
5. anjurkan keluarga
untuk member
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas kolaborasi
6. kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas jika sesuai
7. rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas jika perlu .
22
berhubungan dengan jam.diharapakan kebutuhan 1. identifikasi status nutrisi
intake yang tidak nutrisi terpenuhi secara 2. identifikasi alergi dan
adekuat adekuat dengan criteria intoleransi makanan
hasil: 3. identifikasi makanan
1. mempertahankan bb yang disukai
dalam batas normal 4. identifikasi kebutuhan
2. Pasien mampu kalori dan je nis nutrient
menghabiskan satu ½ porsi 5. identifikasi perlunya
makananan yang disediakan penggunaan selang
3. klien mengalami nasogastrik
6. monitor asupan makanan
peningkatan nafsu makan
7. monitor berat badan
8. monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
TERAPEUTIK:
1. Lakukan oral higine
sebelum makan , jika
perlu
2. fasilitasi menentukan
pedoman diet (misalnya
piramida makanan)
3. sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4. berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
5. berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
6. berikan suplemen
makanan jika perlu
7. hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogatrik
8. jika asupan oral dapat di
toleransi
EDUKASI :
1. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
2. Anjurkan diet yang di
programkan
KOLABORASI
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
( misalnya pereda nyeri,
Antiemetic ) jika perlu.
kolaborasi dengan ahli gisi
untuk menentukan jumlah
23
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkn jika perlu
5 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Tindakan :
Berhubungan dengan selama.....x24 jam diharapkan Observasi
kurang terpapar pasien mengerti tentang 1. Identifikasi kesiapan dan
informasi. penyakitnya kemampuan menerima
Kriteria hasil : informasi
1. mengerti tentang proses 2. Identifikasi faktor-faktor
penyakitnya. yang dapat meningkatkan
2.pasien tidak bingung dan menurunkan
tentang penyakitnya motivasi perilaku hidup
besih dan sehat
Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
BAB III
24
LAPORAN KASUS
IDENTITAS KLIEN
I. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama: Nyeri ulu hati
B. Riwayat Keluhan Utama: Pasien mengatakan nyeri ulu hati sejak tadi subuh disertai mual
muntah dengan frekuensi 4-5 kali
P : pada saat terlambat makan
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Pada bagian perut
S : Skala sedang 5
T : Selama 5 menit
25
GENOGRAM
GI :kakek dari ibu dan bapak sudah meninggal karna faktor usia
GII :bapak pasien anak ke 4 dari 4 bersaudara 1 perempuan dan 3 laki-laki sedangkan ibu
pasien anak kedua dari 3 bersaudara 1 perempuan 2 laki-laki
GIII :pasien anak ke 5 dari 5 bersaudara umur pasien 24 thn dan mempunyai penykit
gastirtis
II.RIWAYAT PSIKO-SOSIAL-SPRITUAL
A. Pola konsep diri
1. Peran: kepala keluarga
2. Body image:
Apakah anda menerima penampilan tubuh anda? √ Ya Tidak
Apakah ada bagian dari penampilan anda yang membuat anda merasa tidak
nyaman ?
Ya √ Tidak
Perasaan negative yang anda miliki
√ Tidak ada Kesepian Putus asa Cemas Depresi
B. Pola kognitif
Apa yang anda khawatirkan ?
tidak ada
Apakah anda menikmati hidup anda ? √ Ya Tidak
Harapan postif anda dimasa depan :selalu diberi kesehatan
Bahasa yang digunakan : bugis makassar
C. Pola koping
Penilaian terhadap diri anda?
Sangat buruk Buruk Biasa-biasa saja
√i Baik Sangat baik
26
Bagaimana rasa percaya diri yang anda miliki?
Sangat buruk Buruk Biasa-biasa saja
√i Baik Sangat baik
Seberapa puas anda terhadap diri anda ?
√i Sangat Puas Puas Biasa Saja
Tidak Puas Sangat Tidak Puas
D. Pola Interaksi Sosial
Merasa sendiri dalam kehidupan? Ya √ Tidak
Apakah anda puas dengan hubungan personal /social anda ? √ Ya Tidak
Merasa bahagia dengan hubungan dengan keluarga/orang lain ? √ Ya Tidak
Hubungan dengan anggota keluarga ? √ Baik Tidak Baik
Pola Komunikasi: √ Baik Tidak Baik
E. Pola Spiritual
Sumber kekuatan : allah
Kegiatan ibadah : √ Ya Tidak
Apakah keyakinan/kepercayaan yang anda anut memberi makna pada kehidupan anda?
√i Ya Tidak
Apakah keyakinan pribadi anda memberi anda kekuatan untuk menghadapi kesulitan-
kesulitan? √ Ya Tidak
27
2. Palpasi
Perabaan : Dingin √i Hangat Panas
Kelembaban kulit : Kering √ Berkeringat
Textur kulit : √ Halus Lembut Lunak Lentur
Turgor kulit : baik √ jelek
Edema: Ya √ Tidak
28
3. Lainnya tidak ada keluhan
G.MATA
1. Inspeksi
Oedema palpebra : Ya √ Tidak
Peradangan : Ya √ Tidak
Kongjungtiva : √ Merah muda Pucat
Sklera : √ Putih Ikterik
Pupil : √ Isokor Anisokor
Reflex pupil terhadap cahaya : √ miosis midrasis
Reflex Kornea : √ Ada Tidak Ada
Penglihatan : √ Jelas Kabur Diplopia
Visus: tidak ada Alat bantu softlens Kacamata
Pergerakan bola mata:
√ Tidak ada gangguan
Ada gangguan, kearah
2. Palpasi
Nyeri tekan : Ya √ Tidak
Peningkatan TIO : Ya √ Tidak
3. Lainnya tidak ada keluhan
H. HIDUNG
1. Inspeksi
Simetris ki=ka : √i Ya Tidak
Pembengkakan : Ya √ Tidak
Epistaksis : Ya √ Tidak
Septum deviasi : Ya √ Tidak
2. Palpasi
Nyeri tekan : Ya √ Tidak
Benjolan/tumor : Ya √ Tidak
3. Fungsi penciuman :
4. √ Mampu Membedakan Bau
Tidak Mampu Membedakan Bau
5. Lainnya tidak ada keluhan
I. TELINGA
1. Inspeksi
Telinga bagian luar simestris ki=ka : √i Ya Tidak
Kebersihan : √i Bersih Serumen Nanah
Membran Timfani : √i Utuh Tidak
2. Palpasi
Nyeri Tekan Mastoid : Ya √ Tidak
29
3. Fungsi pendengaran
Rinne : (+)/-
Waber :
Swabach :
4. Lainnya : tidak ada keluhan
K. LEHER
1. Inspeksi
Pembesaran kelenjar tiroid : Ya √ Tidak
Benjolan/tumor : Ya √ Tidak
Distensi vena jugularis : Ya √ Tidak
Pembesaran tonsil : Ya √ Tidak
2. Palpasi
Kelenjar tiroid : Teraba √ Tidak teraba
Kaku kuduk : Ya √ Tidak
Pembesaran kelenjar limfe : Ya √ Tidak
Nyeri tekan : Ya √ Tidak
3. Fungsi menelan : √ Baik Tidak
4. Lainnya : tidak ada keluhan
30
2. Palpasi
Taktil Fermitus : Kanan (+)/- , Kiri (+)/-
3. Perkusi
Sonor Letak: dinding dada
Redup Letak: paru-paru
Pekak Letak: hati
Hipersonor/timfani Letak: lambung
4. Auskultasi
Bronchial
Bronchovesikuler
Vesikuler
Krakles (Tidak)/Ada
Whezzing (Tidak)/Ada
Ronchi (Tidak)/Ada
Friction Rub (Tidak)/Ada
Batuk √ Tidak Ya Produktif Non Produktif
Warna Bersih Putih
Hijau Kuning
Merah
Sesak : √ Tidak Ya
M. JANTUNG
1. Inspeksi
Ictus cordis : √ Tampak Tidak tampak
2. Palpasi
HR : 80 x/Menit
Irama : √ Reguler Irreguler
Kekuatan : √ Kuat Lemah
CRT : √ <2 detik >2detik
3. Perkusi
Pembesaran Jantung : Ya √Tidak
4. Auskultasi
TD : 100/60 MmHg
Bunyi Jantung
√ S1-S2 Normal Gallop
Paradoksial Murmur
31
N. ABDOMEN
1. Inspeksi
Bentuk abdomen : √ Normal Asites
Stoma : Ya √ tidak
Ikterus : Ya √ tidak
Tumor/benjolan : Ya √ Tidak
2. Palpasi
Nyeri tekan : Ya, di quadran √ Tidak
Pembesaran hati : Ya √ tidak
Pembesaran spleen : Ya √ Tidak
Teraba Massa : Ya √ Tidak
3. Perkusi
√ Normal Abnormal di Quadran
4. Auskultasi
Peristaltic : 30 x/menit
O. EKSTREMITAS
Atropi otot : Ya √ Tidak
Parese otot : Ya √ tidak
Kemampuan berjalan
√i Sendiri Membutuhkan alat Membutuhkan bantuan orang lain
Membutuhkan alat dan orang lain
32
Kekuatan otot
5 5
5 5
P. GENITALIA
Kebersihan : √ Bersih Tidak
Peradangan : Ya √ Tidak
Perdarahan : Ya √ Tidak
Pembengkakan : Ya √ Tidak
33
Q.POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
3. ELIMINASI
FECAL
Frekuensi 2 x/Hari 1 x/Hari
Konsistensi Keras √ Lunak Keras √ Lunak
Kesulitan saat Cair/Encer Cair/Encer
BAB Ya √ Tidak Ya √ Tidak
Obat pencahar Ya √ Tidak Ya √ Tidak
URINE
Frekuensi >3 x/Hari 3 x/Hari
Volume cc/24 Jam cc/24 Jam
Kuning Jernih Kuning Jernih
Warna
√ Kuning Pekat Merah √ Kuning Pekat Merah
Ya √ Tidak Ya √ Tidak
Kesulitan saat BAK
Ya Ya
Penggunaan alat
bantu BAK √ Tidak √ Tidak
34
4. ISTIRAHAT DAN
TIDUR
Jam tidur malam 20:35 20:00
Jam tidur siang
Kesulitan tidur Ya √ Tidak Ya √ Tidak
Kualitas tidur √ Cukup Kurang Cukup √ Kurang
Kegiatan pengantar √ Lampu redup Membaca √ Lampu redup Membaca
tidur Lampu terang Lampu terang
Minum minuman hangat Minum minuman hangat
Lainnya : Lainnya :
Keluhan Tidak ada Tidak ada
8 Jam/Hari 8 Jam/Hari
Lama tidur/hari
5. PERSONAL HYGIENE
Mandi √ Ya Tidak √ Ya Tidak
Jika Ya, Berapa Kali : 2x Jika Ya, Berapa Kali : 1x
√ Mandiri Dibantu √ Mandiri Dibantu
Mencuci rambut √ Ya Tidak √ Ya Tidak
Jika Ya, Berapa Kali : 1x Jika Ya, Berapa Kali : 1x
√ Mandiri Dibantu √ Mandiri Dibantu
Memotong kuku √ Ya Tidak Ya Tidak
Jika Ya, Berapa Kali: 1x Jika Ya, Berapa Kali : 1x
seminggu seminggu
Menggosok gigi √ Mandiri Dibantu √ Mandiri Dibantu
Ya Tidak √ Ya Tidak
Jika Ya, Berapa Kali : 2x Jika Ya, Berapa Kali : 1x
Penampilan √ Mandiri Dibantu √ Mandiri Dibantu
Hambatan dalam √ Rapi Tidak terurus √ Rapi Tidak terurus
melakukan personal Tidak ada masalah Tidak ada masalah
hygiene
35
ANALISA DATA
36
DO:-pasien Nampak kontaksi otot lambung
pucat
-ku : lemah anoreksia mual
- turgor kulit jelek
-pasien Nampak mual muntah
dan muntah
-terpasang RL 24 tetes
per menit masukan cairan tidak adekuat/
kehilangan cairan
resiko kekurangan
volume cairan
37
diagnose keperawatan yang muncul.
38
RENCANA KEPERAWATAN
39
penyakitnya bersih dan sehat
2. pasien tidak bingung 5.jelaskan faktor resiko yang dapat
terhadap penyakitnya mempengaruhi kesehatan.
40
IMPLEMENTASI HARI PERTAMA
41
0 flower dan tidur. memperberat dan mempengaruhi
Hasil:pasien dalam posisi semi nyeri.
flower dan saat tidur pasien 4.jelaskan teknik distraksi untuk
mematikan lampu. meredahkan nyeri
6. menjelaskan 5.anjurkan posisi semi flower dan
penyebab,periode,dan pemicu tidur.
nyeri 6.jelaskan penyebab,periode,dan
Hasil: pasien mulai menghindari pemicu nyeri
makanan yang bersifat pedas
karna dapat memicu nyeri.
5.mengkolaborasi pemberian
analgesik
Hasil: injeksi ranitidine
Injeksi ketorolac
2 Resiko 11:1 1.memonitor status dehidrasi 11: DS:-KU lemah
kekurangan 5 Hasi: muntah dengan frekuensi 55 - pasien mengatakan mual muntah
volume cairan sering
ditandai -klien mengatakan minumnys
dengan mual 11:2 2.memonitor berat badan sedikit 3-4 gelas perhari.
muntah 5 Hasil:BB :54 kg -pasien merasa lemah
11:3 3. memberikan asupan cairan 11: -pasien mengatakan setiap ada yang
0 sesuai kebutuhan 60 masuk pasti keluar
Hasil:ringer raktal 20 tpn DO:-ku lemah
11:3 4.mencatat intek dan output - turgor kulit jelek
5
Hasil: intake :2250 cc -pasien Nampak mual dan muntah
Output :2000 cc -terpasang RL 24 tetes per menit.
Balaens cairan TN M selama 24 12: A: resiko kekurangan volume
jam adalah :217 cc 00 cairan dibuktikan dengan mual
muntah.
11:4 5.memberikan obat melalui P:masalah belum teratasi
0 intravena 1.memonitor status dehidrasi
12:
Hasil: -ranitidin 1 ampul/12 jam 10 2. monitor berat badan
-ketoralac 1 ampul/8 jam 3. berikan asupan cairan sesuai
11:5 6. menkolaborasi pemberian kebutuhan
0 obat Anti muntah 4.catat intek output dan hitung balas
cairan 24 jam
Hasil: pemberian ondansetron
5.berikan obat melalui intravena
6. kolaborasi pemberian obat Anti
muntah
42
3 Kurang 12;1 1.mengindentifikasi kesiapan 13: S:- pasien menganggap bahwa
pengetahuan 2 dan kemampuan menerima 10 penyakit gastritis cuman sakit perut
berhubungan informasi biasa
deangan Hasil:pasien menerima -pasien mengatakan kurang
kurang informasi yang disampaikan mengerti tentang penyakitnya
terpapar perawat mengenai penyakitnya
informasi -pasien mengatakan masih bingung
gastritis 13: terhadap penyakitnya
12:2 2.menjelaskan faktor resiko 23
O:- pasien selalu bertanya tentang
3 yang dapat mempengaruhi penyakitnya
kesehatan
- pasien kurang mengerti tentang
Hasil: pasien mulai mengerti penyakitnya
tentang faktor penyebab gastritis
seperti merokok, minum kopi -pasien Nampak bingung terhadap
dan makanan pedas penyakitnya
43
IMPLEMENTASI II
NO DX Wa Implementasi Wa Evaluasi
keperawatan ktu ktu
1. nyeri akut 10: 1.memonitor efek samping obat 10. S : -pasien mengatakan sudah
berhubungan 00 analgetik 40
tidak nyeri pada bagian perut.
dengan iritasi Hasil: pasien mengatakan tidak
mukosa merasakan perih O:- pasien Nampak membaik
lambung 10.
2.mengidentifikasi 45
-pasien Nampak tidak
lokasi,krakteristik,durasi,frekuen
si,kualitas,dan intensitas nyeri memegang perut
Hasil:
11: A : masalah nyeri akut teratasi
P:nyeri sudah berkurang 00
Q:tidak nyeri
R: pada bagian perut 11: P : hentikan intervensi
S: skala nyeri ( 3 ) 10
T:selama 2 menit
10: 2. mengidentifikasi faktor yang
20 memperberat dan mempengaruhi
nyeri.
Hasil: pasien menghindari yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti merokok, minum kopi
10: dan makanan pedas
25
3.menfasilitasi istirahat dan
tidur.
Hasil:jika nyeri timbul pasien
melakukan istirahat dan tidur
10: 4.menjelaskan teknik distraksi
30 untuk meredahkan nyeri
Hasil:pasien sudah tahu tentang
teknik distraksi yang harus
dilakukan untuk mengalihkan
rasa nyeri.
5.menjelaskan
10: penyebab,periode,dan pemicu
44
35 nyeri
Hasil: pasien menghindari
makanan yang bersifat pedas
6.mengkolaborasi pemberian
analgetik
Hasil: pasien tidak memerlukan
obat analgetik
10:
40
2. Resiko 11: 1.memonitor status dehidrasi 11: S:- pasien mengatakan sudah
kekurangan 15 Hasi: pasien sudah tidak 54
tidak muntah lagi
volume cairan muntah
ditandai dengan -pasien merasa membaik
mual muntah 11: 2.memonitor berat badan
20 Hasil:BB :54,2 kg 11: O: - KU : baik
11: 3.memberikan asupan cairan 60
30 sesuai kebutuhan -pasien Nampak tidak
Hasil: pasien tidak muntah
memerlukan cairan ringer
raktak -turgor kulit baik
45
Hasil: pasien sudah menghindari -pasien Nampak tidak bingung
merokok ,minum kopi, makanan soal penyakitnya
yang bersifat pedas -pasien mengetahui tentang
12: 3. memberikan kesempatan penyakitnya
30
kepada pasien jika ada yang mau A: masalah kurang pengetahuan
ditanyakan tentang penyakitnya. teratasi
Hasil: pasien bertanya tentang P: Hentikan intervensi
penyakitnya
12: 4. menganjurkan menerapkan
35 perilku hidup bersih dan sehat
46
BAB 4
KESENJANGAN
A. pengkajian
sebelum kami memukakan kesenjagan antara teori dengan fakta yang ada,maka
kami terlebih dahulu menguraikan teori-teori yang mengdasari tahap pengkajian
ini.dalam teori memukakan bahwa jika seseorang menderita penyakit
gastiritis,maka orang tersebut akan memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut:
mual,muntah,nyeri pada abdomen,anoreksia,hematemesis,perdarahan,rasa selalu
kenyang.
dengan melihat gejala yang ada pada teori dengan fakta yang ada,tidak semua
keluhan yang ada pada teori juga terdapat dengan fakta yang ada.adapun gejala-
gejala yan ditemukan dengan kasus di perawatan:
nyeri,mual muntah.dan kurang pengetahuan. hal ini bisa terjadi disebabkan oleh
tingkat perkembangan suatu penyakit yang dialami oleh pasien.
dari pengkajian Tn.T hasilnya yaitu pasien mengatakan nyeri ulu hati seperti
tertusuk-tusuk dan dirasakan jika terlambat makan.pasien juga mengatakan mual
muntah apabila ada yang masuk diperut.
gastiris adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
secara hispatologi dapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik dan mengalami
erosi superpisial. bagian ini mengsekresi sejumlah getah lambung yang
mengandung sedikit asam tetapi banyak mukus. ulserasi superfisial dapat terjadi dan
dapat menimbulkan hemoragik. bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi
mencapai usus. dapat mengakibatkan terjadinya kolip dan diare. kuarang
pengetahuan pada pasien tentang penyakit gastritis, penyebab, dan pengobatannya
tentu akan beresiko menimbulkan kekambuhan kembali
B. Diagnosa keperawatan
47
diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga dan
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis
cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggung jawab melaksanakannya (Mubarak 2018).
kemudian berdarkan teori pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan
gastritis mempunyai 5 diagnosa keperawatan antara lain :
sedangkan diagnosa peoritas/ utama diangkat berdasarkan dengan data yang ada
yakni nyeri berhubungan dengan proses penyakit karna pada saat pengkajian
didapatkan data subjektif mengatakan nyeri uluhati sedangkan data objektifnya
yaitu keadaan umum pasien lemah, eskpresi wajah meringis dan TTV TD : 100/60
mmhg N: 80 x/i S: 36,7 º c P: 20 x/i.
C. rencana keperawan
48
perencaanaan menurut SIKI standar intervensi keperawatan Indonesia (2018)
untuk masalah utama pada Tn.T maka tindakan yang akan dilakukan
adalah:memonitorefek samping obat analgetik ,identifikasi
lokasi,krakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,dan intensitas nyeri, identifikasi faktor
yang memperberat dan mempengaruhi nyeri,jelaskan teknik distraksi untuk
meredahkan nyeri,anjurkan posisi semi flower dan tidur,jelaskan
penyebab,periode,dan pemicu nyeri. Dengan harapan bahwa setelah lakukan
tindakan keperawatan tersebutnselama 2x24 jam maka nyeri uluhati dan pasien
tampak tenang berdasarkan perencaan tersebut penulis juga melakukan
perencanaan yang tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori yang tersebut.
D. implemntasi kperawatan
pelaksaan rencana keperawatan mengacu pada rencan ayang telah ditetapkan
dalam teori.namu,penulis tidak dapat melaksanakan semua rencana yang ada pada
teori tetapi penulis melaksanakan semua rencana sesuai dengan diagnose
keperawatan pada Tn.T dengan kasus gastiritis di puskesmas pa’bentengan.dalam
rencana tindakan semua dilaksanakan oleh penulis.untuk membantu melengkapi
tindakan keperawatan. menulis,melihat dan membaca buku laporan tindakan yang
49
ditulis oleh perawat. tindakan keparawatan dilakukan sesuai waktu yang telah
ditetapkan
implementasi merupakan suatu perujudan suatu perncanaan yang sudah disusun
pada tahap perencaaan sebelumnya( SIKI). berdasarkan hal tersebut penulis akan
mengelolah pasien dalam implementasi dengan masing-masing diagnose.
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit .pada diagnose ini penulis selama
2x24 jam melakukan pengkajian nyeri melakukan motode PQRST dan respon pasien
secara subjektif yaitu pasien - pasien mengatakan nyeri ulu hati. P: Nyeri pada saat
terlambat makan Q:seperti tertusuk-tusuk R: pada bagian perut S:skala sedang (5 )
T:selama 5 menit. respon subjektif pasien Nampak meringis.Tujuan dilakukannya
pengkajian nyeri yaitu untuk mngetahui tindakan keperawatan selanjutnya untuk
pasien.dari rindakan implementasi ini diperoleh data tanda-tanda vital sebagai
berikut TTV TD : 100/60 mmhg N: 80 x/i S: 36,7 º c P: 20 x/i.
50
E. Evaluasi keperawatan
evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak
dengan pasien dan penulis menggunakan teori soap yaitu S ( subjektif ) berisi data
pasien melalui anamnesis yang mengungkapkan perasaan langsung O ( objektif )
berisi data yang ditemukan setelah melakukan tindakan dapat dilihat secara nyata
dan dapat diukur A (assasment) merupakan kesimpulan tentang kondisi pasien
setelah dilakukan tindakan P ( planning ) adalah rencana lanjutan terhadap masalah
yang dialami pasien.
pasien mengatakan nyeri pada uluhati sudah tidak terasa. secara objektif
ditemukan keadaan umum pasien mulai membaik, pasien Nampak tenang sehingga
dapat disimpulkan bahwa masalah utama teratasi dan intervensi dihentikan karna
pasien diperbelehkan pulang.
51
BAB 5
PENUTUP
A. kesimpulan
setelah melaksanakana asuhan keperawatan pada TN M dengan pasein gastirits
dipuskesmas pa’bentengan kabupaten bantaeng yang menggunakan pendekatan proses
keperawatan yaitu terdiri dari:diagnose perencaan keperawatan,catatan perkembangan
(pelaksaan dan evakuasi) dan dokumentasi maka penulis menyimpukan bahwa kasus
gastritis dapat memberikan asuhan keperawatan perlu adanya intervensi.adapun
diagnose yang muncul pada teori keperawatan.
1. hasil pengkajian pada TN.T didapatkan keluhan utama pasien mengatakan nyeri
ulu hati seperti tertusuk-tusuk pada saat terlambat makan dengan sifat hilang
timbul.data objektif keadaan umum pasien lemah,pasien Nampak meringis dan
TTV TD : 100/60 mmhg N: 80 x/i S: 36,7 º c P: 20 x/i.
2. .diagnosa keperawatan yang utama ditegakkan adalah nyeri berhubungan dengan
proses penyakit .Resiko kekurangan volume cairan ditandai dengan mual muntah.
kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
52
B. saran
1. Bagi Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan pelayanan puskesmas pa’bentengan
kepada pasien serta menyediakan peralatan-peralatan medis yang cukup pada setiap
ruangan berdasarkan kebutuhan perkembangan teknologi
2. bagi bidan keperawatan
dapat meningkatkan kualitas dan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan dan
mengembangkan lmu keperawatan menjadi lebih maju.
3. bagi perawat
diruangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gastritis sebaiknya lebih
tanggap dalam memberikan tindakan keperawatan secara tepat dan tepat serta
memberikan penyuluhan tentang penyakit.
4.bagi institusi pendidikan
menambah referensi-referensi di pustakaan peningkatan kualitas dan pengembangan
mahasiswa melalui studi kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara
komprehensif.
53
kesimpulan
Bulechek. M 2017 edisi eman Nursing Intervensi Classification singapone elservies global
rights
Carpenito, L. J. (2019). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta
Dongoes dkk.(2018). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC
54
Tanto, C., Liwan, F., Hanipati,S., dan Prdipta, E. A (2018). Kapita Selebta Kedokteran Jakarta
Suharianto, T.,dan Majid,A.(2019). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
pencernaan. Jakarta
55