S
DENGAN KASUS GASTRITIS Di RT 17 WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WONOREJO KECAMATAN SUNGAI KUNJANG
Disusun Oleh:
NAMA : Hermansyah
NIM : P2205101
Disusun Oleh:
NAMA : Hermansyah
NIM : P2205101
Mengetahui
Koordianator
Keperawatan Komunitas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga
adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
secara mandiri (Suprajitpno, 2004 hal 27).
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah
tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis
besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam Gastritis akut adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan
erosi,Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau malignadari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. (Soeparman,
2001, hal. 127)
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada penderita gastritis ialah Perdarahan
saluran cerna bagian atas. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan
absorbsi vitamin. (Mansjoer, 1999, hal : 493).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman yang nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. B dengan gastritis pada Ny. S
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada keluarga
dengan masalah gastritis.
b. Dapat merumuskan dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga, dengan
masalah gastritis.
c. Dapat menetukan perencanaa keperawatan keluarga, dengan masalah gastritis.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga, dengan masalah gastritis.
e. Dapat melakukan evaluasi terhadap keberhasilan proses keperawatan pada
keluarga dengan masalah gastritis.
f. Dapat mendokumentasikan tentang asuhan keperawatan keluarga terutama dengan
masalah gastritis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
c. Faktor risiko
1) Faktor usia
Usia tua memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gastritis
dibandingkan usia muda. Hal ini menunjukan bahwa seiring dengan
bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih
cenderung memiliki infeksi H. pylori atau gangguan autoimun daripada
orang yang lebih muda. Sebaliknya jika mengenai usia muda biasanya
lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat dan pola makan
yang tidak teratur.
2) Faktor jenis kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi terjadinya penyakit gastritis. Berdasarkan
hasil penelitian di dapatkan bahwa jumlah penderita gastritis antara pria
dan wanita, ternyata lebig banyak di derita oleh perempuan. karena wanita
lebih sibuk pada tugas- tugas sehingga menyebabkan telat makan, yang
dapat menyebabkan asam lambung meningkat.
3) Faktor stress
Stres dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung dan gerakan
peristaltik lambung. Stress juga akan mendorong gesekan antara makanan
dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya peradangan lambung.
4) Kebiasaan makan
Menurut Suparyanto (2012) bila seseorang terlambat makan 2-3 jam, maka
asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga
dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri disekitar
epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung
sulit untuk berdaptasi. Jika hal itu berlansung lama, produksi asam
lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual.
d. Manifestasi klinis
Gejala gastritis secara umum yaitu hilangnya nafsu makan, sering disertai
pedih pada ulu hati, mual dan muntah, nyeri tekan pada epigastrium,
perdarahan karena iritasi mukosa lambung, hematemesis dan melena
(Sidabutar, 2017 ).
e. Patofisiologi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alcohol, obat –
obatan anti inflamasi nonstreroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan ini
dapat meneimbulkan reaksi peradangan. Inflamasi pada lambung juga dapat
dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung sehingga lambung teraktivasi
oleh rasa mual, muntah dan anoreksia. Anoreksia juga dapat menyebabkan
rasa nyeri yang ditimbulkan karena kontak HCL dengan mukosa gaster.
Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan
persarafan, misalnya dalam kondi cemas, stress, marah melalui serabut saraf
parasimpatik vagus dan menjadi peningkatan transmitter asetilkolin,
histamine, gastrin realizing peptide yang dapat meningkatkan sekresi
lambung. Peningkatan ion H+ (Hidrogen) yang tidak diikuti peningkatan
penawarnya seperti prostaglandin, HCO3+ , mukus akan menjadikan lapisan
mukosa lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi. Prostaglandin dibutuhkan
tubuh untuk memproduksi kekebalan lapisan mukosa, serta bikarbonat untuk
menghambat produksi asam lambung dan menigkatkan aliran darah dalam
lambung. Semua efek ini diperlukan lambung untuk mempertahankan
integritas pertahanan mukosa lambung agar tidak mengalami iritasi pada
mukosa lambung.
f. Komplikasi
Komplikasi menurut (Muttaqin & Sari, 2011) antara lain :
1) Perdarahan saluran cerna atas yang merupakan kedaruratan medis.
2) Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat
3) Gangguan cairan dan eletrolit pada kondisi muntah berat.
4) Anemia pernisiosa, keganasan lambung.
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Sukarmin (2012) sebagai berikut :
1) EGD (Esofagogastriduodenoskopi)
Tes diagnosik kuci untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan/derajat ulkus jaringan/cidera.
2) Analisa gaster
Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas
sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam nocturnal penyebab ulkus duodenal. Penurunan atau
jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan asiditas
menunjukan sindrom Zallinger-Elison.
3) Amylase serum
Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah di duga gastritis.
4) Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya helicobacteri pylori dalam
darah. Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa anemia, yang
terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.
5) Laboratorium
Tes ini untuk mengetahui kadar asam hidroklorida.
6) Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat meneuntukan apakah terinfeksi baktri H. pylori atau tidak.
7) Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
8) Pemeriksaan endoskopi
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
9) Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit
percernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih ketika di ronsen.
h. Pencegahan
Tindahkan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit gastritis haruslah
dengan hati – hati pada faktor resiko. Pertimbangan diet, pola makan, serta
penggunaan resep dan obat – obatan bebas, juga gaya hidup, termasuk
konsumsi alkohol dan merokok. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan,
hindari makanan yang mengandung asam tinggi dan makanan yang makin
memperburuk penyakit. Bantu untuk mengkaji faktor – faktor yang dapat
memicu peningkatan manifestasi, seperti stress atau kelelahan, meminum obat
– obatan tertentu saat perut kosong, konsumsi makanan dan minuman,
konsumsi alkohol, serta merokok (Black, 2014).
i. Penatalaksanaan
Orientasi utama pengobatan gastritis berpaku pada obat – obatan. Obat –
obatan yang digunakan adalah obat yang mengurangi jumlah asam lambung
dan dapat mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis, serta
memajukan penyembuhan lapisan perut. Pengobatan ini meliputi (Sukarmin,
2012) :
1) Antasida
Antasida yang berisi alumunium dan magnesium, serta karbonat kalsium
dan magnesium. Antasida dapat meringankan mulas ringan atau dyspepsia
dengan cara menetralisasi asam diperut. Ion H+ merupakan struktur utama
asam lambung. Dengan pemberian alumunium hidroksida maka suasana
asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat – obatan ini dapat
menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit, karena dampak
penurunan H+ adalah penurunan rangsangan peristaltic usus.
2) Histamin (H2) blocker
Histamine (H2) bloker, seperti famotidine dan ranitidine. H2 bloker
mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan mempengaruhi
langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat
rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.
3) Inhibitor Pompa Proton (PPI)
Inhibitor pompa proton, seperti omeprazole, lansoprazole dan
dexlansoprazole. Obat ini bekerja menghambat produksi asam melalui
penghambatan terhadap eloktron yang menimbulkan potensial aksi saraf
otonom vagus. PPI diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam
lambung daripada H2 blocker.
4) Nonsteroid Antiinflamasi Drugs (NSAID)
Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan jangka penjang NSAID seperti
aspirin, aspilet, maka penderita disarankan untuk berhenti minum NSAID,
atau berahli ke kelas lain obat untuk nyeri. Walaupun PPI dapat digunakan
untuk mencegah stress gastritis saat pasien skit kritis.
5) Gabungan Antasida, PPI dan Antibiotik
Jika penyebabnya adalah Helycobacter pylori maka perlu penggabungan
obat antasida, PPI dan antibiotic seperti amoksilin dan klaritomisin untuk
membunuh bakteri. Infeksi ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan kanker atau ulkus diusus.
6) Pemberian makan yang tidak merangsang
Walaupun tidak mempengaruhi langsung ada peningkatan asam lambung
tetapi makanan yang merangsang seperti pedas atau kecut, dapat
meningkatkan suasana asam pada lambung sehingga dapat menaikan
resiko inflamasi pada lambung. Selain tidak merangsang makanan juga
dianjurkan yang tidak memperberat kerja lambung, seperti makanan yang
keras.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dilakukan secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Sumber data pengkajian
dapat dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
Pengkajian dalam keluarga memiliki dua tahapan, pengkajian tahap satu
berfokus pada masalah kesehatan keluarga. Pengkajian tahapa dua menyajikan
kemampuan keluarga dalam melakukan lima tugas kesehatan. Namun dalam
pelaksanaannya, kedua tahapan ini dilakukan secara bersamaan (Riasmini et
al., 2017). Adapun data yang harus dikaji dalam keluarga adalah yaitu:
1) Data umum
c. Rencana tindakan
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindahkan yang direncanakan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah di identifikasi
(Mubarak, 2011).
1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan
rumah diharapkan keluarga dan anggota keluarga yang menderita gastritis
dapat mengetahui tentang proses penyakit dan pengobatan yang harus
dijalani.
Kriteria hasil :
a) Keluarga mampu mengetahui tentang penyebab proses penyakit dan
faktor yang berkontribusi terhadapa terjadinya penyakit
b) Keluarga patut terhadap pelaksanaan proses perawatan
c) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pengobatan
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
Rasional : Untuk memudahkan interaksi antara perawat dan keluarga
b) Kaji tingkat pengaetahuan keluarga
Rasional : untuk mengetahui tingkat pengatahuan keluarga
c) Jelaskan pada keluarga tentang kondis angota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan serta proses pengobatan
d. Implementasi keperawatan
1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatan
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengkaji tingkat pengaetahuan keluarga
c) Menjelaskan pada keluarga tentang kondis angota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan serta proses pengobatan
d) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
e) Memonitoring keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehtan
2) Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
a) Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
b) Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
c) Menganjurkan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan
rencana keperawatan.
d) Memonitor keterlibatan keluarga dalam perawatan anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan
e) Memberikan pemahaman pada keluarga terkait dengan kondisi
anggota keeluarga yang mengalami masalah kesehatan serta proses
pengobatannya
3) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
a) Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
b) Mengindentifikasi hambatan untuk merubah perilaku kearah yang
lebih sehat
c) Menganjurkan keluarga untuk merubah gaya hidup sesuai dengan
gaya hidup yang sehat
d) Mendorong keluarga untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan
tindahkan serta proses pengobatan.
e. Evaluasi keperawatan
1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan pengobatan
a) Keluarga mampu mengetahui tentang penyebab proses penyakit dan
faktor yang berkontribusi terhadapa terjadinya penyakit
b) Keluarga patut terhadap pelaksanaan proses perawatan
c) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pengobatan
2) Ketidakefektifan manajeman kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
a) Keluarga mampu memahami dan mengidentifikasi faktor – faktor
peneyebab manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
b) Adanya respon perilaku keluarga terhadap manajemen kesehatan
keluarga membaik
c) Keluarga mampu berpartisipasi dalam mengembangkan rencana
perawatan
d) Keluarga mamapu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
bersama denagn anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
3) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehtan
a) Keluarga mampu mengenal perilaku kesehatan cenderung beresiko
b) Keluarga mampu mengubah gaya hidup sesuai dengan gaya hidup
yang sehat
c) Keluarga mampu berpartisipasi dalam pengambilan dan pelaksanaan
keputusan terkait dengan kesehatannya.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA NY. S
I. Data Umum
1. Nama keluarga (KK) : Tn. B
2. Alamat dan telpon : Jalan Meranti No.75 RT. 17 (0852-5007-2194)
3. Komposisi keluarga
Jenis Hub. Dengan
No. Nama TTL/Umur Pendidikan
Kelamin Keluarga
1. Tn. B L Kepala Keluarga 62 Tahun SD
2. Ny. S P Istri 58 Tahun SD
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal Laki-laki
: Meninggal Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Klien
IV. Lingkungan
13. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati keluarga Tn. B saat ini adalah rumah pribadi dengan luas
rumah panjang 20 meter dan lebar 2,5 meter. Ventilasi ada dan pencahayaan
rumah memenuhi standar kesehatan. Kamar mandi berada didalam rumah
dengan lantai dan tembok dinding kayu. sumber air berasal dari PDAM. Air
tersebut digunakan untuk, mandi dan mencuci, sedangkan untuk air memasak
menggunakan air yang dibeli pada depo isi ulang. Air tidak berasa, tidak berbau
dan tidak berwarna, air dalam keadaan bersih
14. Karakteristik tetangga dan komunitas RT
RT 17 merupakan pemukiman padat penduduk. Sebagian besar warga RT 17
berprofesi sebagai pensiunan Inhutani, pegawai pada pemerintahan dan
pedagang. Kehidupan antar tetangga terjalin akrab dan saling menghargai satu
sama lain.
15. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.B tidak pernah berpindah rumah, rumah yang ditempati sekarang
adalah rumah pribadi pensiunan Inhutani, mobilitas keluarga menggunakan
sepeda motor untuk aktifitas sehari-hari.
16. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. B dan Ny. S aktif mengikuti kegiatan dilingkungan RT baik itu gotong
royong atau kegiatan lainnya
17. System pendukung keluarga
Jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah
dengan suami.
V. Struktur Keluarga
18. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Ny.S selalu berkomunikasi dengan baik, bahasa sehari-hari yang
digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah Jawa. Komunikasi yang
dilakukan dengan cara terbuka, jika ada masalah maka keluarga akan
menyelesaikan dengan musyawarah.
19. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan cara musyawarah
antara Ny. S dan suami.
20. Struktur peran
Tn..B sebagai kepala keluarga dan bertanggung jawab untuk mencari nafkah
dan memiliki andil yang cukup berpengaruh dalam keluarga
21. Nilai dan norma budaya
Didalam keluarga Tn.B tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat
anggota keluarga.
X. Diagnosa Keperawatan
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
membuat penilaian yang tepat (D.01117) dibuktikan dengan Ny.S mengeluh sering
mual dan nyeri pada bagian ulu hati Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan nyeri
tekan pada epigastrium.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi terkait
penyakit (D.0111)
Disusun Oleh :
Hermansyah
NIM : P2205101
DI SUSUN OLEH
Hermansyah
NIM : P2205101
Mengetahui
Koordianator
Keperawatan Komunitas
Pertemuan :I
A. Latar Belakang
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan. Dalam pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara,
pengamatan atau observasi.
Pengkajian Keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat dimana suatu perawat
mengambil informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan
data dan menganalisa, sehingga dapat di ketahui kebutuhan keluarga yang di binanya.
Metode dalam pengkajian bisa melalui wawancara, observasi vasilitas dan keadaan
rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dan measurement dari data sekunder.
Pengkajian ini meliputi beberapa aspek yang harus dikaji antara lain data umum,
riwayat kesehatan lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress koping keluarga,
pemeriksaan fisik dan harapan keluarga. Untuk mengetahui masalah keperawatan yang
ada pada keluarga maka diperlukan pengkajian yang lengkap sebagai langkah awal dan
proses keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit diharapkan keluarga mampu membina
hubungan saling percaya dengan mahasiswa serta keluarga dapat memberi informasi
yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Serta mahasiswa dapat melakukan seluruh proses
pengkajian pada pertemuan pertama ini serta menentukan masalah keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui data umum untuk setiap anggota keluarga binaan
b. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga binaan
c. Mengetahui informasi mengenai karakteristik sosial keluarga binaan
d. Mengetahui informasi mengenai fungsi keluarga binaan
e. Melakukan seluruh pengkajian keluarga serta menentukan masalah keluarga
A.
B.
C. Rencana Kegiatan
a. Topik : Pengkajian awal KK binaan
b. Metode : Wawancara & observasi
c. Media : Format pengkajian keluarga & alat tulis
d. Waktu : 30 menit
e. Tempat : Rumah Ny. S
D. Strategi Pelaksanaan
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan laporan pre planing dan laporan pendahuluan yang tersedia
b. Kontrak waktu dan tempat pada keluarga binaan
c. Menyiapkan instrumen pengkajian dan alat tulis
2. Evaluasi Proses
a. Situasi mendukung tidak ada gangguan
b. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan dengan berpartisipasi aktif selama
menjawab pertanyaan yang diajukan
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga mampu memberikan informasi mengenai riwayat dan data umum
b. Keluarga mampu memberikan informasi mengenai riwayat dan tahap perkembangan
c. Keluarga mampu memberikan informasi mengenai lingkungan rumah
d. Keluarga mampu memberikan informasi mengenai karakteristik sosial budaya
e. Keluarga mampu memberikan informasi mengenai fungsi keluarga
f. Keluarga mampu memberikan informasi secara menyeluruh pada poin pengkajian
keluarga
LAPORAN PRE PLANING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pertemuan : II
A. Latar Belakang
Pada pertemuan kedua dengan keluarga binaan mahasiswa akan kembali melanjutkan
pengkajian yang masih belum lengkap, melakukan scoring masalah atau menetapkan
prioritas masalah dan didapatkan satu diagnosa prioritas yang telah dilakukan intervensi
sesuai dengan kondisi keluarga saat ini. Pada pertemuan kedua ini diharapkan keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan keluarga yang meliputi pengertian maag/Gastritis
dan Penyebab serta tanda dan gejala.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pertemuan 1x 40 menit diharapkan keluarga mampu memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa serta mahasiswa dan keluarga dapat
memprioritaskan masalah yang akan diatasi terlebih dahulu. Serta keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan keluarga khususnya Ny .S dengan maag/Gastritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan data tambahan yang dibutuhkan
b. Mengetahui data umum untuk memprioritaskan masalah berdasarkan skoring
c. Mahasiswa data mampu memprioritaskan masalah berdasarkan cahaya
pembenaran.
d. Mahasiswa dan keluarga mampu memprioritaskan masalah berdasarkan kriteria.
e. Ny.S mampu menyebutkan pengertian dari maag/Gastritis.
f. Ny.S mampu menyebutkan penyebab dari maag/Gastritis.
g. Ny.S mampu menyebutkan tanda dan gejala dari maag/Gastritis.
C. Rencana Kegiatan
a. Topik : Prioritas masalah, intervensi masalah
b. Metode : Diskusi
c. Media : Format scoring masalah, Leaflet penyuluhan
d. Waktu : 40 menit
e. Tempat : Rumah Ny. S
D. Strategi Pelaksanaan
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan laporan pre planing
b. Kontrak waktu dan tempat pada keluarga binaan
c. Menyiapkan instrumen format prioritas masalah dan alat tulis
d. Menyiapkan Leaflet
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut dengan ramah
b. Situasi mendukung tidak ada gangguan
c. Pelaksanaan sesuai degan waktu yang sudah disepakati
d. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan dengan berpartisipasi aktif selama
interaksi serta menyimak saat penkes dan menjawab pertanyaan yang diajukan dan
mau berdiskusi bersama mahasiswa
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga mampu memberikan informasi mengenai masalah yang ada pada keluarga
b. Keluarga mampu memprioritaskan masalah mengenai riwayat kesehatan keluarga.
c. Keluarga mampu memprioritaskan masalah berdasarkan adanya pembenaran.
d. Keluarga mampu Memahami tentang penkes yang disampaikan
LAPORAN PRE PLANING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pertemuan : III
A. Latar Belakang
Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan skoring masalah serta langsung dilakukan
intervensi pertama yaitu penkes gastritis pengertian, penyebab serta tanda dan gejala.
Untuk pertemuan ke tiga ini mahasiswa dan keluarga fokus pada pola makan untuk maag/
gastritis serta pengobatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 40 menit diharapkan mahasiswa dan keluarga
mampu mengetahui pola makan yang sesuai serta pengobatan untuk Ny. S yang
mengalami maag/gastritis
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu menyebutkan pola makan yang baik untuk penyakit
maag/gastritis.
b. Keluarga mau melakukan pengobatan secara teratur untuk penyakit
maag/gastritis.
C. Rencana Kegiatan
a. Topik : Lanjutan Intervensi masalah
b. Metode : Diskusi
c. Media : Leaflet
d. Waktu : 40 menit
e. Tempat : Rumah Ny. S
D. Strategi Pelaksanaan
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan laporan pre planing
b. Kontrak waktu dan tempat pada keluarga binaan
c. Menyiapkan instrumen leaflet
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut dengan ramah
b. Situasi mendukung tidak ada gangguan
c. Pelaksanaan sesuai degan waktu yang sudah disepakati
d. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan dengan berpartisipasi aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan.
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga mampu menyebutkan pola makan yang baik untuk penyakit gastritis.
b. Keluarga mau melakukan intervensi medis secara rutin untuk pengobatan penyakit
maag/gastritis.
LAPORAN PRE PLANING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pertemuan : IV
A. Latar Belakang
Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan penkes mengenai penyakit gastritis, serta
menyepakati dengan keluarga untuk melakukan intervensi medis rutin dalam mengatasi
penyakit maag/gastritis, untuk pertemuan ke empat ini mahasiswa mengevaluasi apakah
keluarga sudah melaksanakan pola makan yang sesuai yang diajarkan serta apakah
keluarga sudah melakukan intervensi medis secara rutin yaitu minum obat maag/gastritis
dan terapi Relaksasi Guided Imagery.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit diharapkan keluarga mampu
melaksanakan terapi relaksasi Guided Imagery serta meminum obat gastritis secara
rutin.
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu menyebutkan bahwa sudah menjalankan relaksasi Guided
Imagery
b. Keluarga mampu menyebutkan bahwa sudah memahami makanan yang baik
secara rutin di konsumsi untuk mencegah terjadinya penyakit maag/Gastritis.
C. Rencana Kegiatan
a. Topik : Relaksasi Guided Imagery serta terapi medis maag/Gastritis
b. Metode : Diskusi & Observasi
c. Media : alat tulis dan speaker aktif
d. Waktu : 30 menit
e. Tempat : Rumah Ny. S
D. Strategi Pelaksanaan
Pertemuan :V
A. Latar Belakang
Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan mengenai
informasi penyakit gastritis serta pemantauan kepatuhan menjaga pola makan yang baik .
Untuk pertemuan ke lima ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan terapi Relaksasi
Guided Imagery.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit diharapkan keluarga mampu melakukan
tindakan mandiri terapi relaksasi Guided Imagery.
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu mengikuti terapi Relaksasi Guided Imagery.
b. Keluarga mampu menyampaikan bahwa akan melakukan terapi Relaksasi
Guided Imagery secara rutin.
C. Rencana Kegiatan
a. Topik : Penkes terapi Relaksasi Guided Imagery
b. Metode : diskusi dan Demonstrasi
c. Media : leaflet,
d. Waktu : 30 menit
e. Tempat : Rumah Ny. S
D. Strategi Pelaksanaan
b. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan laporan pre planing
b. Kontrak waktu dan tempat pada keluarga binaan
c. Menyiapkan media leaflet
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut dengan ramah
b. Situasi mendukung tidak ada gangguan
c. Pelaksanaan sesuai degan waktu yang sudah disepakati
d. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan dengan berpartisipasi aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan.
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga mampu mengikuti terapi Relaksasi Guided Imagery
b. Keluarga mampu menyampaikan bahwa akan melakukan terapi Guided Imagery
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama ± 40 menit diharapkan keluarga dapat
memahami tentang penyakit Gastritis dan cara pencegahannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
f. Menyebutkan jenis- jenis makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita Gastritis ?
3. Materi Penyuluhan
f. Jenis jenis makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita Gastritis
5. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
6. Media : Leaflet
7. Kegiatan
2 Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam
Menjawab salam
Menyetujui tujuan 5 menit
b) Menyampaikan tujuan
penyuluhan
penyuluhan
Mengikuti apresiasi
c) Melakukan apersepsi
3 Tahap Kerja
1. Mendengarkan dan
1. Menjelaskan tentang :
memperhatikan
a. Pengertian penjelasan Penyuluh
20 menit
Gastritis 2. Aktif bertanya
b. Penyebab 3. Mendengarkan
Gastritis
c. Tanda dan
Gejala penyakit
Gastritis
d. Dampak &
Komplikasi yang
terjadi pada Gastritis
e. Pencegahan dan
Penanganan Gastritis
2. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan
peserta
4.
Mendengarkan dan
Tahap Terminasi memperhatikan :
10 Menit
a. Menyimpulkan materi yang a. Menjawab
disampaikan oleh penyuluh pertanyaan yang di
b. Mengevaluasi peserta atas berikan
penjelasan yang disampaikan b. Menjawab salam
dan penyuluh menanyakan
kembali mengenai materi
penyuluhan
c. Salam Penutup
8. Materi
( Terlampir )
9. Setting Tempat
= Penyuluh
= Peserta
10. Evaluasi
1. Pengertian Hipertensi
Gastritis yang biasanya orang awam mengatakannya maag adalah peradangan yang
terjadi dilambung akibat meningkatnya sekresi asam lambung mengakibatkan
iritasi/perlukaan pada lambung. Secara alami lambung akan terus memproduksi asam
lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat
makan sampai 2-3 jam, maka asam yang menumpuk dalam lambung akan semakin
banyak dan berlebih. Hal ini dapat menyebabkan luka atau iritasi pada dinding lambung
sehingga timbul rasa perih (Kenny, T. 2015; Muttaqin, A. 2013; Isnaini, U. 2016)
2. Macam-Macam Gastritis
a) Gastritis Akut
Gastritis akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh
penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba.
b) Gastitis erosifa kronis, bisa merupakan akibat dari mengkonsumsi obat-obatan atau
karena terinfeksi oleh bakteri.
c) Gastritis eosinofilik, terjadi akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang.
d) Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan dan terjadi secara menahun.
Menurut (Isnaini, U. 2016; Nall, R. 2016)
3. Penyebab Gastritis
a. Stress
b. Usia
c. Pola makan yang tidak baik Misalnya terlambat makan, makan makanan yang pedas,
asam yang dapat merangsang asam lambung contoh cabe, cuka, sambal, ketan dan
lain-lain. Makan terlalu banyak atau cepat, dan makanan yang terinfeksi oleh bakteri
helicobakter phylory.
d. Merokok
e. Mengkonsumsi alkohol atau minuman berkafein
f. Mengkonsumsi obat-obatan dalam dosis yang tinggi. Contohnya aspirin dan
antalgin. (aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung)
g. Keracunan makanan
Marcial, G. Rodriguez, C. Medici, M., etc. (2011). Gastritis and Gastric Cancer. New
diakses di http://intechopen.com
3 Pemeliharaan kesehatan tidak Kunjungan III 1. Menyediakan materi dan media penkes S : Ny. A mengatakan memahami
efektif berhubungan dengan 08 Mei 2023 2. Melakukan penkes pada keluarga Ny. A terkait dengan materi yang
ketidakmampuan membuat (09.00) 3. Memberikan kesempatan keluarga untuk disampaikan tentang hipertensi
penilaian yang tepat (D.01117) bertanya O : Ny. A tampak mengerti
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1.6
4 Pemeliharaan kesehatan tidak Kunjungan IV 1. Menjelaskan faktor resiko yang dapat S : Ny. A mengatakan memahami
efektif berhubungan dengan 11 Mei 2023 mempengaruhi kesehatan terkait materi yang diberikan
ketidakmampuan membuat (11.00) 2. Memamparkan ulang terkait materi yang O : Ny. A tampak senang atas
penilaian yang tepat (D.01117) diberikan oleh keluarga Ny. A kunjungan mahasiswa
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
5 Pemeliharaan kesehatan tidak Kunjungan V 1. Memonitor kesehatan keluarga Ny. A S : Ny. A mengatakan memahami
efektif berhubungan dengan 15 Mei 2023 terkait materi yang diberikan
ketidakmampuan membuat (10.00) O : Ny. A tampak senang
penilaian yang tepat (D.01117) A : Masalah teratasi sebagian
P : Hentikan intervensi dan monitor
kesehatan keluarga Ny. A
6 Defisit pengetahuan berhubungan Kunjungan I 1. Melakukan pengkajian pada Ny. A S : Ny. A mengatakan senang saat
dengan kurang terpapar informasi 02 Mei 2023 2. Melakukan pemeriksaan kesehatan didatangi oleh mahasiswa
(D.0111) (12.30) pengukuran TTV O : Ny. A terlihat bahagia didapatkan
3. Mengatur jadwal kunjungan selanjutnya hasil pemeriksaan TTV Ny.A
TD : 180/90 mmHg
N : 84 x/Menit
RR : 22 x/Menit
S : 36,2 C
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2.1, 2.2
7 Defisit pengetahuan berhubungan Kunjungan II 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan S : Ny. A mengatakan senang saat
dengan kurang terpapar informasi 04 Mei 2023 keluarga tentang kesehatan didatangi mahasiswa sehingga tau
(D.0111) (10.00) 2. Mengidentifikasi tindakan yang dapat hasil dari tekanan darahnya.
dilakukan keluarga O : Ny. A tampak senang saat di
lakukan pemeriksaan tekanan darah
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2.3
8 Defisit pengetahuan berhubungan Kunjungan III 1. Menggunakan sarana dan fasilitas yang ada S : Ny. A mengatakan jika kambuh
dengan kurang terpapar informasi 08 Mei 2023 dalam keluarga dalam hal ini biasa minum biasanya minum obat tapi tidak
(D.0111) (09.00) rebusan tanaman daun talang teratur dan juga kadang di
2. Melakukan cara perawatan keluarga minumkan obat herbal tanaman
menggunakan metode Relaksasi Otot dari daun talang.
Progresif O : Ny. A tampak memahami dan
antusias ingin mencoba cara baru
untuk menurunkan tekanan darah
selain minum rebusan daun talang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 2.4
9 Defisit pengetahuan berhubungan Kunjungan IV 1. Mengajarkan cara perawatan yang bisa S : Ny. A mengatakan memahami semua
dengan kurang terpapar informasi 19 Mei 2023 dilakukan keluarga yaitu dengan Relaksasi langkah tindakan Relaksasi Otot
(D.0111) (11.30) Otot Progresif untuk menurunkan Progresif yang telah di ajarkan
Hipertensi. O : - Melakukan pemeriksaan TTV
TD : 150/90 mmHg
N : 84 x/menit
- Ny. A tampak memperhatikan
tindakan pelaksanaan Relaksasi Otot
Progresif yang di lakukan oleh
mahasiswa dan dapat mengulangi
semua gerakan.
A : Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 2.4
10 Defisit pengetahuan berhubungan Kunjungan V 1. Memonitor Ny. A dalam melakukan S : Ny. A mengatakan sudah mulai dapat
dengan kurang terpapar informasi 22 Mei 2023 Relaksasi Otot Progresif untuk menurunkan melakukan pergerakan Relaksasi Otot
(D.0111) (13.00) Hipertensi. Pogresif sesuai dengan yang di
ajarkan oleh mahasiswa
O : Ny. A tampak memahami
A : Masalah teratasi sebagian
P : Hentikan intervensi