Uts Fikih (Resi)
Uts Fikih (Resi)
NIM :10120012
JURUSAN :TEKNIK INDUSTRI
MATKUL :FIQIH
1. Seperti yang telah anda ketahui , bahwa salah satu hal yang mewajibkan mandi besar adalah
wiladah!
a) apa yang anda ketahui tentang wiladah?
b) apa bedanya wiladah dengan nifas?
c) bagaimana jika proses melahirkan dengan cara caesar,mengingat bahwa luka bekas operasi
caesar tidak boleh terkena air selama beberapa hari.apakah harus tetap mandi besar atau
boleh meninggalkannya? Sertakan dalil atau dasar hukum yang mendasarinya!
2. majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa,yakni fatwa nomor tahun 2020
tentang penyelenggaraan ibadah di tengah wabah covid 19 pada 16 maret 2020.silahkan anda
cari dan baca fatwa tersebut secara lengkap!
a) bagaimana anda menyikapi fatwa tersebut,seperti halnya larangan penyelenggaraan shalat
jumat,tarawih dan lain-lain.bagi kawasan yang potensi penularannya tinggi?sertakan dalil
atau dasar hukum yang mendasarinya!
b) apa yang akan anda lakukan jika anda berada di kawasan yang potensi penularannya
tinggi? Sertakan dalil atau dasar hukum yang mendasarinya
JAWAB:
1. a) wiladah adalah keluarnya darah dari rahim perempuan sebelum melahirkan anak,dan
merupakan darah yang keluar yang mengiringi bayi dari kandungan ibunya.
b) wiladah adalah darah yang keluar dari rahim perempuan sebelum melahirkan anak(darah
yang keluar yang mengiringi dari kandungan ibunya)
sedangkan nifas adalah darah yang keluar melalui rahim wanita setelah melahirkan atau
belum melebihi 15 hari setelahnya,bila darah tidak langsung keluar.
c) ada dua pendapat ahli fikih:
Pendapat pertama, ia tetap wajib mandi wiladah. Adapun bagian tubuh yang
direkomendasi dokter untuk sementara tidak boleh terkena air, maka diganti dengan
tayamum, dengan mengusapkan debu ke wajah dan kedua tangan, adapun bagian tubuh
yang normal, dimandikan dengan diguyur air secukupnya, sekira tidak mengenai bagian
bekas operasi tersebut.
Pendapat kedua, tidak wajib mandi wiladah. Jika dengan mengikuti pendapat pertama mengalami
kesulitan, maka boleh mengikuti pendapat yang kedua, walaupun mendapatkan
penentangan dari ulama pendukung pendapat pertama.