Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PARU

PAMEKASAN

ANDY EKA BACHTIAR


RUMAH SAKIT UMUM ASY SYAAFI PAMEKASAN MADURA
andyeka.bachtiar@gmail.com

ABSTRAK
Kepuasan kerja mempengaruhi kinerja perawat. Angka ketidakpuasan kerja perawat di Ruang
Rawat Inap Kelas 3 Rumah Sakit Paru Pamekasan Tahun 2014 mencapai 60.3%. Penelitian
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab ketidakpuasan kerja perawat dan menyusun
rekomendasi untuk meningkatkan kepuasan kerja di Ruang Rawat Inap Kelas 3 Rumah Sakit
Paru Pamekasan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Lokasi Penelitian berada di Ruang Rawat Inap
Kelas 3 Rumah Sakit Paru Pamekasan. Populasi penelitian adalah perawat di Ruang Rawat
Inap Kelas 3 Rumah Sakit Paru Pamekasan sebanyak 11 orang sedangkan besar sampel
penelitian diambil dengan teknik total populasi. Pengambilan data melalui kuesioner. Variabel
penelitian meliputi faktor higiene dan motivator yang mengacu pada teori Herzberg.
Responden menilai variabel higiene dan motivator secara beragam. Responden menyatakan
puas terhadap hubungan antar personal, cukup puas terhadap kebijakan dan administrasi
perusahaan, supervisi, gaji, kondisi pekerjaan, status kerja serta tidak puas terhadap jaminan
pekerjaan. Responden menyatakan puas terhadap pekerjaan, cukup puas terhadap kemajuan,
pencapaian prestasi, tanggung jawab dan kemampuan untuk berkembang serta tidak puas
terhadap pengakuan. Gaji dan pengakuan merupakan faktor penyebab ketidakpuasan kerja
perawat di Ruang Rawat Inap Kelas 3 Rumah Sakit Paru Pamekasan. Oleh karena itu perlu
dilakukan perbaikan sistem remunerasi dan meningkatkan kepercayaan terhadap perawat di
Ruang Rawat Inap Kelas 3 Rumah Sakit Paru Pamekasan.
Kata Kunci: kepuasan kerja, perawat, Teori Herzberg

ABSTRACT
Job satisfaction affects the performance of nurses. Number of nurse job dissatisfaction in
patient wards Class 3 Pamekasan Lung Hospital in 2014 reached 60.3%. The study aims to
identify the factors causing job dissatisfaction of nurse and made recommendations for
improving job satisfaction in patient wards Class 3 Pamekasan Lung Hospital. This was an
observational descriptive study using cross sectional design. Research location patient was in
Class 3 Pamekasan Lung Hospital. The study population was a nurse in the room Inpatient
Hospital Lung Class 3 Pamekasan many as 11 people, while the samples were taken by using
the technique of the total population. Collecting data through questionnaires. The research
variables include hygiene factors and motivators which refers to the theory of Herzberg.
Respondents variable rate hygiene and motivator in various ways. Respondents expressed
satisfaction on interpersonal relationships, is quite satisfied with the company's policy and
administration, supervision, salary, working conditions, employment status not satisfied with
job security. Respondents expressed satisfaction on the job, quite satisfied with the progress,
achievement, responsibility and the ability to develop and are not satisfied with the
recognition. Salaries and recognition have contributed to the dissatisfaction of nurses in
patient wards Class 3 Pamekasan Lung Hospital. Therefore, it is necessary to repair the
remuneration system and increase the confidence of nurses in patient wards Class 3
Pamekasan Lung Hospital.
Keywords: job satisfaction, nurse, Herzberg Theory

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 1


PENDAHULUAN 2014 dengan jumlah personel sebanyak
Kepuasan kerja tidak hanya sebelas orang dan BOR sebesar 90.3%,
merupakan hasil dari suatu pekerjaan saja tentunya beban kerja perawat sangat tinggi.
tetapi kombinasi antara pekerjaan, individu Sementara itu sistem remunerasi yang
dan lingkungan. Pegawai yang puas diterapkan belum berbasis kinerja. Sistem
memperlihatkan tingkat kehadiran yang remunerasi berbasis kinerja belum bisa
tinggi, kerja sama yang erat, kualitas diterapkan karena belum adanya billing
pelayanan yang baik, kreativitas dalam sistem dengan SIM-RS ter-integrasi.
mencari metode baru dan lebih produktif Sehingga insentif yang diterima oleh
bila dibandingkan dengan pegawai yang perawat masih berdasarkan rumpun profesi
tidak puas dengan situasi kerja mereka. dan jumlah yang mereka dapatkan sama
Oleh sebab itu manajemen rumah sakit antara perawat rawat inap yang satu dengan
perlu memiliki pengetahuan tentang yang lain. Sering terjadi keluhan bahwa
kepuasan kerja agar lebih efektif dan proses admisi pasien dari IGD ke Ruang
menghindari pegawai mencari bentuk lain Rawat Inap lama dan beberapa pasien
yang semata-mata berorientasi kepada mengeluh bahwa proses administrasi pasien
pemuasan dan kepentingan pribadi dengan pulang juga lama. Data keluhan tersebut
mengorbankan kepentingan organisasi kami dapatkan dari kotak saran yang ada di
secara keseluruhan. IGD maupun Rawat Inap Kelas 3. Hal-hal
Tuntutan terhadap pelayanan tersebut diatas tidak pernah terjadi di Ruang
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan Paviliun Rumah Sakit Paru Pamekasan
di rumah sakit terus meningkat baik dalam yang memiliki jumlah personel yang sama
aspek mutu maupun keterjangkauan serta dengan kapasitas 13 TT dan BOR 100%.
1
cakupan pelayanan . Pelayanan Untuk itu pihak manajemen rumah sakit
keperawatan yang bermutu dapat dicapai melakukan survey kepuasan kerja perawat
salah satunya tergantung pada di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Paru
keseimbangan antara jumlah tenaga dan Pamekasan pada bulan Oktober 2014. Dari
beban kerja di suatu rumah sakit. Beban hasil survey tersebut diketahui bahwa angka
kerja perawat yang berlebihan merupakan kepuasan perawat adalah sebagai berikut
salah satu faktor penyebab kepuasan kerja sebanyak 3.15% sangat tidak puas, 16.2%
yang rendah. Rendahnya kepuasan kerja tidak puas, 40.95% cukup puas (angka
bagi tenaga perawat akan menimbulkan ketidakpuasan kerja perawat 60.3%) dan
stres kerja sehingga akan menurunkan sisanya sebanyak 22.5% puas, 16.2%
kinerja perawat 2. Karyawan yang tidak sangat puas (angka kepuasan kerja perawat
puas pada pekerjaannya akan menunjukkan 38.7%). Tingginya angka ketidakpuasan
perilaku yang negatif, seperti menurunnya perawat ruang rawat inap kelas 3 yang
gairah kerja, malas, tidak atau kurang loyal mencapai 60.3% (angka kepuasan perawat
pada rumah sakit, meningkatnya angka yang hanya 38.7%) ini menjadi masalah di
absensi karyawan tanpa sebab yang jelas, Rumah Sakit Paru Pamekasan yang harus
meningkatnya keinginan untuk pindah kerja segera dicari upaya-upaya untuk
dan tanggung jawab yang rendah pada penyelesaiannya.
pekerjaannya 3. Sikap yang demikian akan Teori dua faktor kepuasan Herzberg
mengakibatkan kinerja menurun kulitas menghasilkan dua kesimpulan, yaitu
pelayanan rumah sakit menurun, sehingga kondisi intrinsik dan ekstrinsik. Kepuasan
kepuasan pasien sebagai konsumen ekstrinsik atau disebut faktor higiene
menurun yang dapat berdampak pada merupakan faktor-faktor untuk memenuhi
jumlah kunjungan rumah sakit yang kebutuhan tingkat dasar atau dorongan
berkurang serta berdampak pada image dan biologis pegawai misalnya kebijakan
value rumah sakit. organisasi dan administrasi, mutu hubungan
Ruang Rawat Inap Kelas 3 Rumah interpersonal antar sesama rekan kerja,
Sakit Paru Pamekasan memiliki kapasitas atasan dan bawahan, kondisi kerja,
tempat tidur sebanyak 25 TT pada tahun upah/gaji, status, keamanan kerja, mutu

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 2


supervisi kehidupan pribadi. Menurut teori hubungan antar personal, supervisi, gaji,
Herzberg, keberadaan faktor higiene kondisi pekerjaan, status kerja dan jaminan
terhadap kepuasan pegawai tidak selalu pekerjaan. Faktor motivator terdiri dari
memotivasi mereka akan tetapi pekerjaan, kemajuan, pencapaian prestasi,
ketidakberadaan kondisi-kondisi ini tanggung jawab, kemampuan untuk
menyebabkan ketidakpuasan bagi pegawai. berkembang dan pengakuan.
Kepuasan intrinsik disebut faktor motivator,
meliputi pencapaian prestasi, pengakuan, HASIL DAN PEMBAHASAN
pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, Faktor Higiene
kemajuan dan kemungkinan berkembang. Kebijakan dan Administrasi Perusahaan
Keberadaan faktor motivator ini akan Prosentasi tertinggi untuk kuesioner
membentuk motivasi yang kuat yang “perhatian institusi rumah sakit terhadap
menghasilkan prestasi kerja yang baik. perawat” adalah cukup puas sebesar 54.6%.
Permasalahan diantara perawat yang Hal ini disebabkan karena beban kerja yang
berstatus tenaga BLUD berupa standar gaji tinggi di unit rawat inap kelas 3 belum
yang rendah dan jumlah insentif yang sama mendapatkan perhatian dari manajemen
diantara perawat dan belum berbasis kinerja RSPP. Seperti telah disebutkan diatas
diduga sebagai salah satu penyebab bahwa unit rawat inap kelas 3 yang
rendahnya kepuasan kerja perawat di ruang memiliki kapasitas tempat tidur 25 TT
rawat inap kelas 3 Rumah Sakit Paru dengan BOR 93.5%, jumlah tenaga perawat
Pamekasan. Dalam Teori Herzberg, hanya 11 orang. Sementara itu di ruang
masalah insentif merupakan salah satu paviliun dengan jumlah tenaga perawat
variable dalam faktor intrinsik (motivator yang sama, kapasitas tempat tidur hanya 13
factor) yaitu factor recognition orang dengan BOR kurang lebih sama. Dan
(pengakuan). Sedangkan masalah gaji berdasarkan perhitungan, memang terdapat
merupakan salah satu variabel dalam faktor kekurangan jumlah tenaga perawat
ekstrinsik (hygiene factor) dalam teori sebanyak 5 orang di Ruang Rawat Inap
Herzberg. Penelitian bertujuan untuk Kelas 3 Rumah Sakit Paru Pamekasan.
mengidentifikasi faktor penyebab Untuk itu pihak manajemen rumah sakit
ketidakpuasan kerja perawat dan menyusun perlu melakukan kebijakan rekrutmen untuk
rekomendasi untuk meningkatkan kepuasan menambah tenaga perawat di Ruang Rawat
kerja di Ruang Rawat Inap Kelas 3 Rumah Inap Kelas 3 Rumah Sakit Paru Pamekasan
Sakit Paru Pamekasan. sehingga beban kerja antara ruang paviliun
dan ruang rawat inap kelas 3 tidak timpang.
METODE
Penelitian ini merupakan studi Supervisi
observasional. Unit analisis adalah Prosentasi tertinggi diantara perawat
individu. Penelitian ini merupakan sehubungan dengan supervisi adalah
penelitian deskriptif observasional dengan “cukup puas” yaitu sebesar 54.6 %. Hal ini
menggunakan rancang bangun cross terjadi karena kebijakan supervisi hanya
sectional. Lokasi Penelitian berada di dilakukan sekali waktu dan belum terjadwal
Ruang Rawat Inap Kelas 3 Rumah Sakit secara teratur. Diharapkan manajemen
Paru Pamekasan. Populasi penelitian adalah rumah sakit membuat kebijakan supervisi
perawat di Ruang Rawat Inap Kelas 3 yang baik dan terjadwal terhadap kinerja
Rumah Sakit Paru Pamekasan sebanyak 11 perawat. Supervisor harus menciptakan
orang sedangkan besar sampel penelitian komunikasi personal dan proses sosialisasi
diambil dengan menggunakan teknik total kebijakan organisasi sehingga dimengerti
populasi. Pengambilan data melalui dengan baik oleh seluruh pegawai.
kuesioner. Variabel penelitian meliputi
faktor higiene dan motivator yang mengacu Gaji
pada teori Herzberg. Faktor higiene terdiri Prosentasi tertinggi diantara perawat
kebijakan dan administrasi perusahaan, sehubungan dengan jumlah gaji yang

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 3


diterima dibanding pekerjaan adalah “cukup keselamatan kerja (prosentase “tidak puas”
puas” sebesar 63.6%. Prosentase tertinggi sebesar 36.4%). Sehingga manajemen
sehubungan dengan sistem penggajian yang Rumah Sakit Paru Pamekasan harus segera
dilakukan institusi rumah sakit adalah mendaftar tenaga perawat tersebut ke BPJS
“tidak puas” sebesar 45.5%. Hal ini terjadi agar mendapatkan jaminan kesehatan.
karena standar gaji tenaga perawat BLUD
Rumah Sakit Paru Pamekasan yang masih Status Kerja
dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Di Rumah Sakit Paru Pamekasan
Untuk itu manajamen Rumah Sakit Paru seorang perawat akan ditetapkan menjadi
Pamekasan harus meningkatkan standar tenaga BLUD tetap setelah bekerja selama
gaji tenaga perawat BLUD agar sesuai 5 tahun, perhatian institusi rumah sakit
dengan UMR. terhadap hal ini dinilai masih kurang
(prosentase “cukup puas” sebesar 54.6%).
Hubungan antar personal Untuk itu Manajemen RSPP diharapkan
Kemampuan kerjasama antar bisa merubah kebijakan tersebut agar
perawat dalam satu ruangan sudah baik penetapan menjadi tenaga BLUD tetap
(prosentase tertinggi adalah “puas” sebesar menjadi lebih cepat (maksimal 3 tahun).
45.5%) demikian juga dengan hubungan
antar perawat juga baik (prosentase Faktor Motivator
tertinggi adalah “puas” sebesar 36.4%). Pencapaian prestasi
Sedangkan hubungan antara perawat Rumah Sakit Paru Pamekasan
dengan kelompok perawat di unit atau memberikan kesempatan untuk membuat
ruang lain masih kurang baik (prosentase suatu prestasi dan mendapatkan pangkat
tertinggi “cukup puas” sebesar 45.5%). Hal dan penghargaan atas prestasi tersebut
ini terjadi karena ego masing-masing masih kurang (prosentase “cukup puas”
kelompok perawat diantara ruangan masih sebesar 45.5%). Manajemen Rumah Sakit
tinggi. Sehingga diperlukan adanya suatu Paru Pamekasan harus lebih memberi
pembinaan tentang team work oleh kesempatan kepada perawat untuk
koordinator atau manajer keperawatan berprestasi sesuai dengan bidang
secara teratur dan terjadwal. pekerjaannya.

Kondisi pekerjaan Pengakuan


Sarana dan prasarana pendukung Bahwa setiap pegawai ingin diakui
pekerjaan sudah cukup baik (prosentase prestasinya dalam pekerjaannya. Pengakuan
“cukup puas” sebesar 36.4%). Fasilitas bisa dilakukan dengan pemberian reward.
penunjang seperti kamar mandi, Tempat Pemberian reward bisa berupa materi
parkir dan kantin sudah tersedia hanya (misalnya pujian) atau non materi (misalnya
kualitasnya masih kurang baik dibanding insentif). Berdasarkan kuesioner tentang
milik ruang paviliun (prosentase “tidak pemberian insentif tambahan atas prestasi
puas” sebesar 36.4%). Kondisi ruang kerja kerja atau kerja ekstra, prosentase tertinggi
terutama berkaitan dengan ventilasi udara, adalah “tidak puas” sebesar 36.4%. Hal ini
kebersihan & kebisingan masih kurang baik terjadi karena di Rumah Sakit Paru
(prosentase “cukup puas” sebesar 45%). Pamekasan, walaupun pemberian insentif
Manajemen Rumah Sakit Paru Pamekasan sudah menerapkan sistem remunerasi, tetapi
perlu memperbaiki hal-hal yang masih sistem yang diterapkan belum berbasis
kurang diatas agar tercipta kondisi kerja kinerja. Hal ini terjadi karena belum
yang sama di semua ruangan. memiliki billing sistem dengan SIM-RS
terintegrasi yang bisa mencatat hasil kinerja
Jaminan pekerjaan perawat. Sehingga pemberian insentif
Sampai saat ini tenaga perawat yang masih berdasarkan rumpun profesi perawat.
berstatus tenaga BLUD belum Sehingga antara perawat yang satu dengan
mendapatkan jaminan kesehatan dan perawat yang lain hampir sama, sedangkan

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 4


prestasi dan hasil kinerjanya belum tentu Pimpinan harus melakukan pengembangan
sama. jenjang karir dan prosedur evaluasi kinerja
pegawai yang jelas. Hal ini digunakan
Pekerjaan itu sendiri untuk menunjang sistem promosi yang
Penempatan tenaga perawat di transparan dan adil. Adanya transparansi
Rumah Sakit Paru Pamekasan sudah sesuai ini, maka pegawai menjadi jelas apa yang
dengan latar belakang pendidikannya dia tuju dan apa yang akan didapatkannya
(prosentase tertinggi “puas” sebesar pada sasaran itu. Hal ini akan
54.6%). Untuk itu manajemen atau menumbuhkan keadilan, sehingga akan
pimpinan Rumah Sakit Paru Pamekasan meningkatkan kepuasan kerja.
harus bisa mempertahankan dengan
membuat pegawai percaya bahwa pekerjaan KESIMPULAN
yang mereka lakukan adalah penting dan Berdasarkan faktor higiene, penyebab
tugas yang mereka lakukan amat berarti ketidakpuasan perawat yang terbesar
bagi Rumah Sakit Paru Pamekasan. terletak pada gaji khususnya dalam hal
sistem penggajian dengan prosentase
Tanggung jawab sebesar 45%. Sedangkan untuk faktor
Kemampuan dalam menggunakan motivator, penyebab ketidakpuasan perawat
waktu bekerja dengan penugasan yang yang terbesar terletak pada pengakuan
diberikan masih kurang (prosentase khususnya dalam hal sistem pemberian
tertinggi “cukup puas” sebesar 54.6% ). insentif dengan prosentase sebesar 36.4%.
Untuk bisa menyelesaikan pekerjaannya Teori Herzberg menekankan bahwa
dengan baik perawat harus punya rasa kedua dimensi tersebut (dissatisfiers/
memiliki terhadap pekerjaannya. Perawat hygiene-satisfiers/motivator) merupakan
akan meningkat kepuasannya apabila cara atau alat yang saling berhubungan
mereka mempunyai rasa memiliki terhadap sehingga keduanya harus diusahakan agar
pekerjaannya. Untuk itu pimpinan atau seimbang dan terpenuhi agar karyawan
manajemen Rumah Sakit Paru Pamekasan yang dalam hal ini perawat dapat mencapai
harus memberikan kebebasan yang cukup kepuasan kerja, dengan kata lain bila kedua
dan kekuatan untuk menanggung dimensi tersebut tidak diperhatikan maka
pekerjaanya sehingga mereka juga merasa perawat tidak akan sepenuhnya puas
“memiliki” hasilnya. pada kedudukan atau pekerjaan yang
dijabatnya.
Kemajuan
Di Rumah Sakit Paru Pamekasan SARAN
kesempatan untuk meningkatkan Saran untuk meningkatkan kepuasan
kemampuan kerja perawat masih kurang kerja perawat di Ruang Rawat Inap Kelas 3
(prosentase tertinggi “cukup puas” sebesar Rumah Sakit Paru Pamekasan dilakukan
45.5%). Pimpinan atau manajemen Rumah berdasarkan pendekatan teori Herzberg.
Sakit Paru Pamekasan harus memberikan Pada faktor higiene perlu dilakukan
peluang kepada perawat untuk maju, karena perbaikan terhadap sistem penggajian dan
hal itu akan meningkatkan kepuasan kerja insentif (remunerasi), melakukan supervisi
perawat. Perawat harus diberikan dengan baik, melakukan rekrutmen untuk
kesempatan berperan dalam organisasi, bisa mengurangi beban kerja perawat.
lewat pengembangan ide kreatif di bidang Sedangkan faktor motivator perlu dilakukan
keperawatan pada khususnya maupun dengan memberikan kesempatan kepada
bidang lain pada umumnya. perawat untuk mendapatkan pengalaman
dan pengetahuan yang lebih banyak dan
Kemungkinan berkembang memberikan tanggung jawab tanpa
Kesempatan untuk mendapatkan posisi mengurangi kebebasa berimprovisasi.
yang lebih tinggi masih kurang (prosentase
tertinggi “cukup puas” sebesar 54.6%).

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 5


Daftar Pustaka
1. Purwaningsih, et al. 2007. Analisis
Beban Kerja Perawat berdasarkan Time
And Motion Study. Jurnal Ners. PSIK-
FK Unair. Surabaya.
2. Abraham & Shanley. 1997. Psikologi
Sosial Untuk Perawat, alih bahasa oleh
Leoni Sally M, Jakarta: EGC.
3. Hurlock. 1991. Psikologi
Perkembangan, alih bahasa
Istiwidayanti & Soejarwa. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
4. Robbins, Stephen P. and Judge
Timothy A. 2015. Perilaku Organisasi
(Organizational Behavior) Edisi 16.
Jakarta: Salemba 4.
5. McShane, Steven L. and Mary Ann
Von Glinow. 2010. Organizational
Behavior. New York. McGraw-Hill.
6. Kreitner, Robert and Angelo Kinicki.
2010. Organizational Behavior. New
York: McGraw-Hill.
7. Wolfe, Michael. 2014. What Is the
Difference Between Motivation & Job
Satisfaction?. http://www.ehow.com/
info_8124897_difference-between-
motivation-job-satisfaction.html.
8. Newstrom, John W.
2011.Organizational Behavior, Human
Behavior at Work. New York:
McGraw-Hill Companies.
9. Herzberg, F. 1987. One More Time:
How Do You Motivate Employees?
Harvard Business Review.
10. nn. 2013. Teori Herzberg dan
Kepuasan Kerja Karyawan. Diambil
dari http://www.psikologizone.com/
teori-herzberg-dan-kepuasan-kerja-
karyawan.
11. Lee, Cheng Pooh. 2008. Nurse Job
Satisfaction in The Malaysian Private
Hospital. Malaysian Research Report,
Malaysia.
12. Hasibuan, Malayu S.P. 2003.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara

ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL. 2, NO.1, JUNI 2016 6

Anda mungkin juga menyukai