Scania Opellia Nastiti - 145040207111088
Scania Opellia Nastiti - 145040207111088
Oleh :
SCANIA OPELLIA NASTITI
(145040207111088)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2021
ANALISIS PENGARUH PEMUPUKAN PETANI KOPI DI UB FOREST
TERHADAP KEMASAMAN TANAH
Oleh :
SCANIA OPELLIA NASTITI
(145040207111088)
SKRIPSI
Diajukan sebagai alah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PRTANIAN
JURUSAN TANAH
MALANG
2021
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan
hasil penelitian saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing. Skripsi ini tidak
pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapaun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali dengan jelas ditujukkan rujukannya
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
PROPOSAL PENELITIAN
Disetujui :
Pembimbing Utama
Disetujui :
Pembimbing Utama
Diketahui :
Ketua Jurusan
Tanggal Persetujuan :
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna
mencapai gelar Sarjana Pertanian di Universitas Brawijaya.
1. Kedua orang tua, bapak tercinta (alm) Arya Teguh Budiyanto dan bunda
tercinta Hermawati Koentariani yang telah memberikan dukungan materiil,
nasihat, semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.
2. Dosen Pembimbing terbaik dan tersabar sedunia, bapak Syahrul Kurniawan,
SP., MP., Ph. D. yang senantiasa sabar dalam membimbing dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan sepenuh hati.
3. Kakak terbaik, Nareswari Seruni Dini Astari yang selalu membantu penulis
dalam menyelesaikan kuliah dan memberi bantuan serta menyemangati
selama proses penyusunan skripsi. Juga adik laki-laki, Arga Narayana yang
walaupun tidak ada kontribusinya sama sekali akan tetap disebutkan .
4. Nenek tersabar, mbah-uti yang selalu mendoakan penulis agar dilancarkan
dalam seluruh proses perkuliahan hingga penulis menyusun skripsi ini.
5. Teman-teman tersayang, Aam Dema Sari dan Syahida Ari Nova yang selalu
mendorong agar penulis segera menyelesaikan penulisan skripsi dan ikut
menyumbangkan pemikiran selama penulis menyusun skripsi. Sukses untuk
kita bertiga ya sayang-sayangku .
6. Teman-teman penelitian, Ainun Nur Khalifah dan Puji Hariyanto yang
menemani berjuang menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi,
terimakasih atas segala dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang pertanian.
Penulis,
PERNYATAAN ...................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3
1.4 Hipotesis ........................................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.6 Alur Pikir ....................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5
2.1 Pentingnya Komoditi Kopi di Indonesia ....................................................... 5
2.2 Agroforestri Berbasis Kopi............................................................................ 7
2.3 Karakteristik dan Syarat Tumbuh Kopi ......................................................... 8
2.4 Pupuk Organik dan Anorganik ...................................................................... 9
2.4.1 Pupuk Organik ........................................................................................ 9
2.4.2 Pupuk Anorganik .................................................................................. 10
2.5 Pengaruh Pemupukan Terhadap Kemasaman Tanah .................................. 10
2.6 Jenis tanah dan kesuburan tanah di UB Forest ............................................ 11
III. METODOLOGI ...................................................................................................23
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................................. 23
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 23
3.2.1 Alat........................................................................................................ 23
3.2.2 Bahan .................................................................................................... 24
3.3 Rancangan Penelitian .................................................................................. 24
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 25
3.4.1 Persiapan ............................................................................................... 25
3.4.2 Penentuan Plot dan Pengambilan Sampel Tanah.................................. 26
3.4.3 Analisis Laboratorium .......................................................................... 27
3.5 Analisis Data ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................28
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditi utama negara Indonesia,
baik untuk kebutuhan dalam negeri atau kepentingan ekspor. Pada tahun 2012
produksi kopi Indonesia mencapai 8,8% dari total produksi dunia atau
menempatkan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga secara global setelah
Brazil dan Kolombia, Proporsi produk kopi Indonesia yang diekspor mencapai 67%
dari total produksi dan sisanya untuk konsumsi dalam negeri. (Sahat, dkk., 2016).
Pada tahun 2020, posisi Indonesia sebagai Negara penghasil kopi di dunia turun
satu tingkat menjadi negara ke-4 penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil,
Vietnam, dan Kolombia, dengan produksi kopi mencapai 642.000 ton (Index
Mundi, 2021). Namun demikian, produksi kopi di Indonesia dalam kurun waktu
2016-2018 mengalami fluktuasi (BPS, 2018).
Adapun tantangan untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan
produksi nasional menghadapi kendala salah satunya penurunan luas areal budidaya
kopi. Dalam kurun waktu 2001 sampai dengan 2017, luas areal kopi di Indonesia
mengalami penurunan dari 1.313.383 ha menjadi 1.238.466 ha (turun 5,7%; BPS,
2018). Dari total luasan budidaya kopi di tahun 2017, mayoritas kebun kopi yang
ada di Indonesia adalah perkebunan rakyat (smallholders) yaitu seluas 1.191.646
ha atau 96% dari total luas areal budidaya kopi di Indonesia, sedangkan sisanya
merupakan perkebunan besar swasta (1,87%) dan perkebunan besar negara
(1.91%). Hal ini menyebabkan perkebunan rakyat memainkan peranan vital dalam
produksi kopi nasional.
Jawa Timur termasuk 4 besar propinsi di Indonesia dalam hal luas areal
budidaya kopi, dengan luas mencapai 106.545 ha (8,6% dari total luas budidaya
kopi di Indonesia tahun 2017; BPS, 2018). Produksi kopi yang dihasilkan oleh
propinsi Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai 64.804 ton atau 9% dari total
produksi kopi di Indonesia. Salah satu wilayah penghasil kopi di Jawa Timur adalah
UB Forest yang terletak di Kabupaten Malang.
UB Forest merupakan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus untuk
Pendidikan (KHDTK) yang dikelola oleh Universitas Brawijaya mulai tahun 2016
berdasarkan mandat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan
luas mencapai 544 ha dan terletak di lereng gunung Arjuna. Sebelum menjadi
KHDTK, UB Forest berdasarkan fungsinya tergolong ke dalam Hutan Produksi
karena terdapat tanaman yang dapat memproduksi hasil yaitu berupa kayu.
Berbagai macam sistem agroforestri terdapat di UB Forest, salah satunya adalah
agroforestri berbasis kopi dengan naungan pinus. Pengelolaan lahan dilakukan
dengan kerjasama bersama masyarakat sekitar dengan sistem Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Berbagai pengelolaan lahan dilakukan oleh petani untuk mengoptimalkan
produksi kopi di UB Forest dan salah satunya adalah pengaplikasian pupuk pada
tanaman kopi, baik pupuk organik maupun anorganik. Penambahan bahan organik
adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah keharaan dalam
tanah (Tan, 2010). Pemupukan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanah,
juga mempengaruhi kemasaman tanah (pH), bahan organik tanah dan sifat kimia
tanah seperti kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah,
serta cadangan unsur hara tanah. Kekurangan bahan organik dapat menyebabkan
pH tanah rendah (masam). Menurut Hairiah (2000) tanah masam umumnya
berkembang dari bahan induk tua, dengan pH kurang dari 5,5 dan aluminium yang
dapat ditukar (Al-dd) dalam tanah yang tinggi. Rendahnya pH tanah dapat
menyebabkan tanah mengalami keracunan Fe dikarenakan penigkatan kandungan
unsur Fe.
Menurut Barek (2013), tanah pada lahan hutan cenderung memiliki sifat
kimia yang lebih baik yang dicirikan dengan pH yang cenderung netral (6,59), C-
organik (5,16%), N-total (0,53%), P-tersedia (27,05%), dan KTK yang lebih tinggi
(24,80) dibandingkan dengan lahan agroforestri dan perkebunan. Agroforestri
merupakan sistem yang paling ramah terhadap ekosistem dan juga didesain agar
memiliki sifat kimia yang tidak jauh berbeda dari lahan hutan (karena merupakan
kombinasi dari penggunaan lahan hutan dan perkebunan/tanaman semusim). Pada
sistem pengelolaan lahan agroforestri berbasis kopi yang dikelola petani di UB
Forest, penambahan pupuk organik dan anorganik diharapkan dapat menambah
kandungan hara sehingga mengoptimalkan kualitas dan kuantitas kopi. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemupukan organik dan anorganik
dengan berbagai dosis terhadap kemasaman tanah serta kandungan Al-dd dan Fe-
dd dan pengaruhnya terhadap ketersediaan hara dalam tanah.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah menganalisis dampak praktek
pemupukan baik organik dan anorganik yang dilakukan oleh petani kopi di UB
Forest terhadap tingkat kemasaman tanah (pH) dan ketersediaan Al-dd dan Fe-dd
di tanah.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah perbedaan praktek
pemupukan yang dilakukan oleh petani (jenis dan dosis pupuk) diduga berpengaruh
terhadap tingkat kemasaman tanah (pH) dan ketersediaan Al-dd dan Fe-dd di tanah.
Tanaman Kopi yang memiliki nama latin Coffea sp. merupakan spesies
tanaman pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Kopi
memiliki batang yang tegak dan bercabang dengan tinggi pohon dapat mencapai 12
m. Kopi memiliki bentuk daun yang bulat telur dengan ujung agak meruncing, daun
tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya (Sitanggang, dkk.,
2013). Pada umumnya tanaman kopi akan berbunga pada usia kurang lebih dua
tahun. Bunga akan muncul di ketiak daun yang terletak pada batang utama dan
cabang reproduksi dengan jumlah yang terbatas dan tumbuh pada tanaman kopi
yang masih berusia muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak
daun yang terletak pada cabang primer. Bunga kopi berasal dari kuncup-kuncup
sekunder reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga yang akan
berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol. Kesesuaian lahan
kopi dapat ditentukan dari berbagai aspek, baik secara lingkungan fisik dan sifat/
karakteristik media tumbuhnya.
Karena pupuk organik tersusun dari bahan organik sehingga tujuannya lebih
ditunjukkan kepada kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar
haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik
(Dwicaksono, 2013). Selain itu, pupuk organik juga memiliki peran lain seperti
meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air, aerasi, mengurangi resiko
erosi air, mempermudah penetrasi akar, penyetabil suhu tanah dan memperbaiki
sifat kimia tanah seperti stabilitas kemasaman tanah (pH), penyedia nutrisi hara
bagi tanah, meningkatkan ketersediaan mineral dan dapat membantu merangsang
aktifitas mikrobiologi yang menguntungkan tanaman.
2.4.2 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan
atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk (Dewanto,
dkk., 2013). Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan kandungan unsur dan dosis yang
beragam disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Terdapat dua jenis pupuk
anorganik yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk, pupuk tunggal merupakan
pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara seperti contohnya pupuk Urea
yang mengandung unsur hara N, pupuk SP-36 yang mengandung unsur hara P dan
pupuk KCl yang mengandung unsur hara K. sedangkan pupuk majemuk merupakan
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara seperti contohnya pupuk NPK
yang mengandung tiga unsur hara yaitu unsur N, P, dan K sekaligus.
Berikut beberapa keunggulan dari pupuk anorganik; (1) kandungan hara yang
diformulasikan dengan tepat; (2) pengaplikasian pada tanaman dapat disesuaikan;
(3) pupuk anorganik dapat diakses dengan mudah dan relatif lebih murah; (4) tidak
membutuhkan pupuk dalam jumlah banyak dan mudah ditransportasikan; dan (5)
dapat langsung diaplikasikan pada tanah/tanaman (Prihmantoro, 2007).
2.5 Pengaruh Pemupukan Terhadap Kemasaman Tanah
Selain fungsinya sebagai penyedia hara bagi tanaman, pupuk organik dan
anorganik berperan dalam pengatur kemasaman tanah. Menurut Pane (2014) bahan
organik juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, pH tanah,
dan hasil tanaman. Tanah yang memiliki kadar pH yang rendah akan berpengaruh
pada ketersediaan hara tanah. Hal ini disebabkan oleh pH masam menyebabkan
kelarutan unsur hara mikro meningkat, sebaliknya kelarutan hara makro menurun.
Menurut Mensvoort (1998) tanah dengan pH rendah mengandung senyawa pirit
(ferit) yang merupakan sumber masalah. Jika tanah masam dikeringkan atau
teroksidasi, maka senyawa pirit akan membentuk senyawa feri hidroksida (Fe(OH) 3
sulfat SO42- dan ion hidrogen H+ sehingga tanah menjadi sangat masam. Akibatnya
kelarutan ion-ion Fe2+, Al3+ dan Mn2+ bertambah di dalam tanah dan dapat bersifat
racun bagi tanaman. Al dan Fe mengikat Fosfat dalam bentuk aluminium fosfat atau
besi fosfat sehingga ketersediaan fosfat didalam tanah berkurang. Menurut Putu dan
Widjaya-Adhi (1990), bila tanah masam kejenuhan basa menjadi rendah, akibatnya
terjadi kekahatan unsur hara di dalam tanah. Pada tanah masam, kandungan hara P
berkorelasi negatif dengan Al dan Fe, di mana semakin tinggi kandungan Al atau
Fe dalam tanah maka semakin rendah kandungan P tersedia (Nasution dan Al-Jabri
1999).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
menurut Herviyanti, dkk (2012) adalah dengan penambahan bahan organik yang
dalam proses dekomposisinya akan melepaskan asam-asam organik yang dapat
mengikat Al dan Fe membentuk senyawa kompleks atau khelat, sehingga Al dan
Fe menjadi tidak larut. Pemberian bahan organik dalam bentuk bahan humat ke
dalam tanah dapat mempercepat proses ameliorasi tanah, karena bahan humat
merupakan komponen bahan organik yang paling reaktif di dalam tanah.
Atmaji, E., Priyadi, U., Achiria, S. 2019. Perdagangan Kopi Vietnam dan Indonesia
di Empat Negara Tujuan Ekspor Kopi Utama: Penerapan Model Constant
Market Share. JIEP Volume 19 No.1. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). 2018. Statistik Kopi Indonesia 2018. ISBN:
978-602-438-297-1.
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri). 2017. Persiapan dan
Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi. Kementrian Pertanian
(http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/474-
persiapan-dan-kesesuai-lahan-tanaman-kopi?start=1).
Barek. 2013. Sifat Kimia Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Desa
Leboni Kecamatan Pamona Puselembo Kabupaten Poso, Skripsi. Universitas
Tadulako. Palu.
Chandra, D., Ismono, RH., Kasyimir, E. 2013. Prospek perdagangan Kopi Robusta
Indonesia di Pasar Internasional. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. JIIA Volume 1 No. 1. Lampung.
Dewanto, F.G., Londok, J.J.M.R., Tuturoong, R.A.V., dan Kaunang, W.B. 2013.
Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi Tanaman
Jagung Sebagai Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi.
Jurnal Zootek Volume 32 No: 5. Manado.
Firmansyah, M. A. 2010. Teknik Pembuatan Kompos. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP). Kalimantan Tengah.
Hadiyanti, Y. 2014. Evaluasi PHBM Dengan Sistem Agroforestri Berbasis Kopi
Melalui Pendekatan Ecosystem Management. Tesis. Bandung: Program Studi
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran.
Hairiah, K., Widianto, SR. Utami, D. Suprayogo, Sunaryo, SM. Sitompul, B.
Lusiana, R. Mulia, MV. Noordwijk dan G. Cadisch. 2000. Pengelolaan Tanah
Masam Secara Biologi; Refleksi Pengalaman dari Lampung Utara. SMT
Grafika Desa Putera, Jakarta. 187 hlm.
Herviyanti, T.B. Prasetyo, T. Agita, A. Alif. 2005. Upaya Pengendalian keracunan
Besi (Fe) dengan asam humat dan pengelolaan air untuk meningkatkan
produktifitas tanah sawah bukaan baru. Laporan Penelitian hibah bersaing.
Oktober 2005.
International Coffee Organization. 2012. Development of Coffee Trade Flows.
International Cofee Council, 121st Sesion, Mexico City. Mexico
(http://.ico.org).
KLHK. 2020. Hutan dan Deforestasi Indonesia Tahun 2019. Siaran Pers Nomor:
SP.162/HUMAS/PP/HMS.3/4/2020.
(pppid.menlhk.go.id/siaranpers/browse/2435).
Kurniawan, S., Utami, S. R., Mukharomah, M., Navarette, I. A., & Prasetya, B.
2019. Land use systems, soil texture, control carbon and nitrogen storages in
the forest soil of UB Forest, Indonesia. AGRIVITA Journal of
AgriculturalScience, 41(3), 416-427.
M. Yusuf, A. A. R. Fernandes, S. Kurniawan, and E. Arisoesilaningsih. 2019. Initial
soil properties of the restored degraded area under different vegetation cover
in UB Forest, East Java, Indonesia. ICOLSSTEM 2019, Journal of Physics:
Conference Series.
Mendez, V.E. & Bacon, C.M. 2006. Ecological Processes and Farmer Livelihoods
In Shaded Coffee Production. Leisa Magazine.
Millennium Ecosystem Assessment (MEA). 2005. Ecosystems and Human Well-
Being: Synthesis. Washington: Island Press.
Moguel, P. & Toledo, V.M. 1999. Biodiversity Conservation in Traditional Coffee
Systems of Mexico. Conservation Biology, Volume 13, No. 1, February 1999.
Pages 11-21.
Nyanjang, R., A. A. Salim., Y. Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK
25-7-7 Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman Teh
Menghasilkan di Tanah Andisols. PT. Perkebunan Nusantara XII. Prosiding
Teh Nasional. Gambung. Hal 181- 185.
Pane, M.A., Damanik, M.M.B. dan Sitorus, B. 2014. Pemberian Bahan Organik
Kompos Jerami dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimia Tanah
Ultisol serta Pertumbuhan Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroekoteknologi
Vol. 2(4): 1426- 1432.
Prihmantoro, H. 2007. Memupuk Tanaman Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Resman, A.S. Syamsul, dan H.S. Bambang. 2006. Kajian beberapa sifat kimia dan
fisika inceptisol pada toposekuen lereng selatan gunung merapi kabupaten
sleman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 6 (2):101-108.
Sahat, SF., Nuryartono, N., Hutagaol, MP. 2016. Analisis Pengembangan Ekspor
Kopi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Vol 5 No 1,
hlm. 63-89.
Schnug, E., J. Heym, and F. Achwan. 1996. Establishing critical values for soil and
plant analysis by means of the boundary line development system.
Communications in Soil Science and Plant Analysis 27:2739–2748.
Setiana, H. 2012. Strategi Pengembangan Kelembagaan Bidang Agroforestry Di
Wilayah Bkph Tanggung Kph Semarang. Masters thesis, Program
Pascasarjana Undip.
Sitanggang, Jujur TN., Sembiring, SA. Pengembangan Potensi Kopi Sebagai
Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan Kabupaten Dairi. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Vol. 1 No.6, Juni 2013.
Sudirja R. 2007. Respons beberapa sifat Kimia Inceptisol asal rajamandala dan hasil
bibit Kakao melalui pemberian pupuk organik dan pupuk hayati. Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Suprapto, E., ARuPA. 2014. Kemitraan Kehutanan Jawa Barat-Banten.
Yogyakarta: Policy Paper ARuPA No. 01/2014. Atas Kerjasama antara
Arupa, USAID dan Asian Foundation.
Tan, K.H. 2010. Principles of Soil Chemistry Fourth Edition. CRC Press Tailor and
Francis Croup. Boca Raton. London. New York. 362 p.
Van Noordwijk, M., Rahayu, S., Hairiah, K., Wulan, Y.C., Farida, A. & Verbist, B.
2002. Carbon Stock Assessment for A Forest To Coffee Conversion
Landscape In Sumberjaya (Lampung, Indonesia): From Allometric Equation
To Land Use Change Analysis. Science in China 45:75- 86.