Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“STANDARDIZE TESTING ”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Assesment Perkembangan Anak Usia Dini
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Harun M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 5 :


Ainin Shofiyah 20717251013
Novia Sari Hermawati 20717251014
Sri Marwati 20717251015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Standartdize Testing” guna memenuhi
tugas mata kuliah Assesment Perkembangan Anak Usia Dini. Penulis menyadari
bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagi pihak.
Penulis telah berusaha maksimal untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Apabila dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, hal itu karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
dalam menghasilkan makalah pada masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri maupun bagi pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 28 Februari 2021

Penulis

Kelompok 5

ii
BAB I

RINGKASAN TELAAH MATERI

A. Pengertian Tes Standart


Tes standar adalah suatu tes dimana siswa menjawab pertanyaan
yang sama dari sebagian besar pertanyaan yang dikerjakan dengan
mengikuti petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula.
Tes standar adalah suatu tes yang memenuhi suatu persyaratan validitas,
reliabilitas, kepraktisan dan lainnya. Tes standar umumnya dibuat oleh
suatu tim (guru, ahli, psikologi, ahli bidang studi) yang sebelum diteskan,
uji dahulu validitas, realibitas, kepraktisan dan daya bedanya.
Tes standar dirancang untuk mengukur karakteristik inidividual.
Pelaksanaan tes dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Ada
berbagai macam tujuan tes, di antaranya adalah untuk mengukur
kemampuan, prestasi, minat, dan karakteristik kepribadian. Hasil tes dapat
digunakan untuk merancang tugas selanjutnya, untuk mempelajari
perbedaan antar individu dan kelompok serta untuk kegiatan bimbingan
dan konseling.
Kriteria standart test oleh Alfonso dan Flanagan (1999), yang
mengemukakan bahwa suatu prosedur sudah “cukup baik" jika itu
a. Memiliki sampel minimal 1.000 hingga 2.000 dalam total kelompok
norma.
b. Memiliki minimal 100 di setiap kelompok usia minimal 1 tahun.
c. Memiliki data yang telah dikumpulkan setidaknya dalam 20 tahun
terakhir yang cocok dengan grafik demo penduduk A.S. pada
setidaknya tiga hingga lima variabel, termasuk jenis kelamin, ras, dan
status sosial ekonomi (Lehr, Ysseldyke, & Thurlow, 1987,
menetapkan maksimal 15 tahun)
d. Menawarkan tabel norma dengan pembagian usia dengan maksimal
tiga sampai empat bulan.
1
e. Menyajikan bukti reliabilitas dan memiliki konsistensi internal dan
stabilitas tes ulang tidak lebih rendah dari 80 (Lehr et al., 1987,
menetapkan 90 sebagai minimum untuk perencanaan instruksional
dan keputusan penempatan untuk individu dan 0,80 untuk
penyaringan).
f. Menawarkan nilai dasar sehingga skor mentah 1 adalah setidaknya -2
SD di bawah rata-rata dan skor total setidaknya -2 SD di bawah rata-
rata.
g. Menyajikan bukti isi, kriteria, dan validitas konstruk.

Praktik yang baik dalam hal evaluasi tes adalah dengan mengajukan
pertanyaan, Jika berbagai skala tidak dimaksudkan untuk menawarkan
pedoman pengembangan program, maka skala tersebut tidak boleh
dievaluasi seperti itu. Oleh karena itu, hal pertama dalam agenda saat
mengevaluasi prosedur adalah menentukan tujuannya: Apa yang dirancang
untuk dilakukan. Kemampuan tingkat pengetahuan ataupun keterampilan
anak dalam bidang tertentu.

Pemaparan diatas mengenai Tes standar dapat kita simpulkan bawah


test standart dirancang untuk mengukur karakteristik individual.
Pelaksanaan tes dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
Ada berbagai macam tujuan tes, di antaranya adalah untuk mengukur
kemampuan, prestasi, minat, dan karakteristik kepribadian. Hasil tes dapat
digunakan untuk merencanakan tugas selanjutnya, untuk mempelajari
perbedaan antar individu dan kelompok, serta untuk kegiatan bimbingan
dan konseling.

B. Jenis-Jenis Test Stadart Anak Usia Dini


Ada tiga macam test kemampuan psikologis yaitu tes intelgensi
(intelgence test), test prestasi (achievenebt test) dan tes bakat (aptitude
test). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan motorik, bahasa,

2
sosial, dan kognitif anak. Prestasi anak yang diukur, berkaitan dengan
sejauh mana seorang anak mamahami informasi ataupun keterampilan
tertentu. Adapun berbagai macam tes standar untuk anak usia dini yang
merupakan tes psikologis, yaitu sebagai berikut:

a. Tes untuk usia bayi dan balita : Ada banyak tes psikologi yang
dirancang untuk anak usai balita. Penyusunan tes tersebut tentu saja
cukup sulit berkaitan denganusia anak yang masih sangat dini. Dengan
demikian reliabilitas dan validitas pun masih dipertanyakan.
Prosedurnyapun relatif sulit dilakukan dan juga memerlukan
kompetensi yang tinggi dalam menginterpretasikan hasil tesnya.
b. Tes untuk anak usia prasekolah : Hannah/Gardner Presechool language
Test (usia 3-5, 5 tahun, fokusnya pada tugas perkembangan visual,
adudiotory, motorik dan konsep), contohnya seperti, Memasang kartu
yang sama (dari 5 kartu), Menunjukkan bagian bawah yang hilang,
Meminta anak berdiri dengan satu kaki, Memberikan instruksi: ambil
bola dalam boks, pantulkan kelantai, dan berikan kepada ibu guru,
Menunjukkan boks yang kosong, Memilih mana yang di atas dan mana
yang di bawah.
c. Carolina Developmen Profile (usia 2-5 tahun, mengukur
perkembangan motorik perceptual, penalaran, dan bahasa), contohnya
penilaian untuk melihat apakah anak sudah/belum dapat melakukan hal
seperti, Membalik halaman buku satu demi satu dengan kontrol cukup
baik, Menunjukkan model membuat menara 6-8 kotak dan meinta anak
melakukannya dan Membuka bungkus permen/wafer dan lain-lain
tanpa bantuan.
d. IOWA Test Of Preeschool Development (usia 2-5 tahun, tes prestasi
prasekolah, mengukur kesiapan bahasa, visual motor, memori, dan
konsep), contoh seperti, Menunjukkan objek yang diinstruksikan guru,
Menceritakan secar singkat tentang gambar, Membuang plastik
ketempat sampah, Mencontoh garis lurus, Meletakkan pegs dalam

3
pegsboard, ,Mengulang kembali benda yang baru ditunjukkan guru,
Mengulang benda yang berwarna tertentu, Mencari bentuk benda yang
sempurna dan Meletakkan bentu benda yang serupa.
e. Minesota Child Development Inventory, usia 1 sampai 6 tahun
mengukur perkembangan anak pra sekolah, sebagai contoh seperti,
Motorik kasar, termasuk kekuatan, keseimbangan dan koordinasi,
Motorik halus, keterampilan visual motor, koordinasi mata tangan,
Bahasa ekspresif, komunikasi, bahasa tubuh, vokal, Pemahaman-
konseptual, pemahaman bahasa sampai formulasi bahasa, Pemahaman
situasi, pemahaman tentang lingkungan melalui observasi,
membedakan, meniru, perilaku, Self help, termasuk makanan,
berpakaian dan ke kamar kecil, Personal-sosial, inisiatif, kemandirian,
interaksi sosial, perhatian/empati pada teman.
f. Pre Kindergarden Scale (3-5 tahun, skala rating observer, mengukur
keterampilan kognitif, kontrol diri, kemandirian, dan hubungan sosial),
contoh berikut ini:
- Keterampilan personal (ketika berinteraksi dengan guru) seperti
Anak selalu mengekspresikan diri utuh, Anak biasanya
mengekspresikan, Mengespresikan diri tidak utuh secara utuh,
Hanya menggunakan bahasa tubuh, Belum terobservasi
- Hubungan dengan teman sebaya seperti, Memimpin kelompok,
Secara aktif mengikuti kelompok Mengikuti kelompok setelah
berargumen, Mengalami kelompok tanpa ikut terlibat, Berlum
terobservasi.
- Perilaku personal (ketika anak menumpahkan sesuatu) seperti,
Hampir selalu membereskan tanpa diinstruksi, Kadang-kadang
perlu intruksi, Membereskan setelah diinstruksi, Tidak
membereskan walaupun sudah diinstruksi sebelum terobservasi.
- Keterampilan kognitif (ketika diberi instruksi) seperti, Sangat
sedikit kesulitan mengukuti instruksi, Agak kesulitan tetapi tidak
membutuhkan bantuan, Kesulitan tetapi tidak membutuhkan
4
bantuan, Kesulitan dan tidak menyelesaikan tugas sekalipun
dibantu sebelum terobservasi.

C. Fenomena Test Standart Anak Usia Dini


Penilai harus hati-hati memilih orang yang paling cocok untuk
tujuan mereka, dan untuk melakukan ini dengan sukses, penilai harus jelas
tentang tujuan mereka. Sebuah tes mungkin terlihat bagus di atas kertas
tetapi tidak bekerja dengan baik dalam aplikasi untuk situasi tertentu, jadi
tim harus mengevaluasi kegunaan dan akurasi pilihan mereka setelah
mereka memperoleh pengalaman dengan penggunaannya. Tes standar
merupakan tes yang dilakukan oleh tenaga ahli professional seperti dokter
atau psikolog yang terdiri dari atas tes intelegensi, minat, bakat atau yang
lainnya.
Hasil tes yang dilakukan oleh dokter atau psikolog tersebut
digunakan guru sebagai alat tes untuk lebih mengenal anak. Selanjutnya
terdapat tes buatan guru yang dihasilkan oleh guru. Mengembangkan
model tes ini, guru harus memperhatikan secara tepat butirbutir pertanyaan
yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh anak dan juga
guru dalam proses pembelajaran. Tes yang dimaksud bisa menggunakan
lembar kerja yang langsung dikerjakan oleh anak dan juga berupa lisan
dengan bertanya dan anak memberi jawaban. Selanjutnya pada teknik
penilaian non tes, dimana alat yang digunakan dalam penilaian non tes
aspek pengetahuan yaitu pemberian tugas, percakapan, observasi, catatan
aneuk dot, skala penilaian.

D. Permasalahan test standart Anak Usia Dini


Ascher (1990) membahas masalah-masalah yang berkaitan secara
khusus dengan penilaian anak-anak bilingual, seperti anak-anak dalam
konteks budaya yang beragam lainnya, cenderung terlalu diidentifikasikan
sebagai keterbelakangan mental, dan kemampuan mereka untuk belajar

5
sering diremehkan. Masih banyak yang belum kita ketahui, salah satunya
adalah "bagaimana mengukur sejauh mana salah satu bahasa siswa
bilingual mempengaruhi yang lain, atau bahkan bagaimana
mendeskripsikan kompetensi dwibahasa" (Ascher, 1990, hlm. 2). Menurut
Ascher, bilingualisme dapat mempengaruhi hasil pengujian dalam
beberapa cara:
a. Peralihan kode, di mana bilingual cenderung berpindah-pindah antar
bahasa, berhubungan dengan faktor-faktor seperti konten, keadaan,
dan orang-orang yang terlibat.
b. Proses lambat dalam bahasa yang kurang familiar.
c. Anomali yang sulit dijelaskan, seperti kecenderungan bilingual
berbahasa Spanyol untuk melakukannya lebih baik dengan angka
mundur daripada maju. Peningkatan gangguan dengan penguasaan
bahasa Inggris yang terbatas
d. Kebutuhan hingga 7 tahun untuk penguasaan penuh bahasa Inggris
(masalah untuk anak-anak prasekolah yang menurut definisi lebih
muda dari tujuh tahun)
Ascher (1990) menjelaskan lima pilihan yang biasa digunakan untuk
menguji kemampuan berbicara bahasa Inggris yang terbatas yang
semuanya memiliki batasan:
a. Penggunaan tes nonverbal: Tes ini memiliki validitas prediksi yang
buruk untuk dwibahasa dan tidak kebal terhadap pengaruh bahasa.
Studi oleh Lidz dan Macrine (2001), misalnya, mendokumentasikan
kurangnya keuntungan yang diberikan oleh tes nonverbal untuk
mengidentifikasi anak-anak dari latar belakang budaya yang beragam
untuk program berbakat.
b. Tes yang diterjemahkan: Ini membuat tes baru; terjemahan bahasa
mengubah tingkat kesulitan item, dan tes yang diterjemahkan jarang
diganti untuk versi terjemahan. Selain itu, beberapa konsep tidak
dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lain, dan dalam sikap lain
informasi yang berkaitan dengan jawaban mungkin terdapat dalam
6
pertanyaan dari item yang diterjemahkan (mirip dengan menanyakan
siapa yang dimakamkan di makam Grant).
c. Penggunaan penerjemah: Ada pelatihan penerjemah yang tidak merata
dan sangat sedikit penelitian tentang efek penggunakan penerjemah
pada hasil tes (lihat juga Cheng, 1991).
d. Penggunaan penilai dibahasa: Ini memiliki keuntungan
memungkinkan penilai untuk menentukan kompetensi anak dalam
kedua bahasa melalui sampel bahasa di lingkungan lain; Namun,
penilai dwibahasa cenderung mengandalkan tes standar yang
semuanya memiliki keterbatasan untuk siswa dwibahasa
e. Pendekatan alternatif: Ascher sangat terkesan dengan janji dari
penilaian dinamis untuk digunakan dengan siswa bilingual, dan ini
telah dikembangkan lebih lanjut dari pendekatan sejak publikasi
artikelnya. Penilaian dinamis dibahas secara rinci di Bab 6. Penelitian
Peña dan rekan-rekannya terutama berkaitan dengan penerapan
penilaian dinamis dengan anak-anak prasekolah dwibahasa (mis.,
Kester, Peña, & Gillam, 2001; Lidz & Peña, 1996; Peña, Iglesias, &
Lidz, 2001).
Lopez (1995) dan Gonzalez, Brusca-Vega, dan Yawkey (1997)
menyoroti perlunya berbagai sumber data untuk anak-anak dari latar
belakang bahasa Inggris yang terbatas dan merekomendasikan
ketergantungan pada observasi, wawancara, daftar periksa, skala penilaian,
dan prosedur informal daripada pada tes standar. Lopez juga menekankan
pentingnya menentukan tingkat penguasaan bahasa anak dalam kedua
bahasa tersebut.

7
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes standar adalah suatu tes yang memenuhi suatu persyaratan
validitas, reliabilitas, kepraktisan dan lainnya. Tes standar umumnya dibuat oleh
suatu tim yang sebelum diteskan di uji dahulu validitas, realibitas, kepraktisan dan
daya bedanya. Tes standar dirancang untuk mengukur karakteristik individu. Ada
berbagai macam tujuan tes, di antaranya adalah untuk mengukur
kemampuan, prestasi, minat, dan karakteristik kepribadian. Hasil tes dapat
digunakan untuk merancang tugas selanjutnya, untuk mempelajari perbedaan
antar individu dan kelompok serta untuk kegiatan bimbingan dan konseling.
Hasil tes dapat digunakan untuk merencanakan tugas selanjutnya, untuk
mempelajari perbedaan antar individu dan kelompok, serta untuk kegiatan
bimbingan dan konseling. Ada tiga macam test kemampuan psikologis yaitu tes
intelgensi (intelgence test), test prestasi (achievenebt test) dan tes bakat (aptitude
test). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan motorik, bahasa, sosial, dan
kognitif anak. Prestasi anak yang diukur, berkaitan dengan sejauh mana seorang
anak mamahami informasi ataupun keterampilan tertentu. Penyusunan tes
tersebut juga cukup sulit karena berkaitan dengan usia anak yang masih sangat
dini. Sehingga diperlukan suatu ketelitian dan prosedur nyapun relatif sulit
dilakukan dan juga memerlukan kompetensi yang tinggi dalam
menginterpretasikan hasil tesnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lidz, Carol S. (2003). Early Childhood Assesment. Canada : John Wiley


& Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. All Rights Reserved.

9
10

Anda mungkin juga menyukai