Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar


Siswa SMA pada Materi Program Linear

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Seminar Pendidikan Matematika

Dosen Pengampu ;
Dedi Nurjamil, M.Pd.

Oleh ;
Sam Sam Mubarok
NPM. 182151008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DITINJAU
DARI GAYA BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI PROGRAM
LINEAR
Sam Sam Mubarok
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi
Email: sem07mubarok@gmail.com
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang
kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari gaya belajar siswa pada
materi program linear
Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah matematis, gaya belajar
A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pemecahan masalah matematis adalah suatu proses atau upaya individu
untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban
atau metode jawaban belum jelas (Siswono, 2008). Pada umumnya masalah
matematika dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu masalah rutin dan
masalah tidak rutin. Masalah rutin adalah masalah yang merupakan latihan
biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang sudah lazim digunakan,
sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang untuk penyelesaiannya
diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas masalah
rutin atau dengan kata lain, masalah tidak rutin menyajikan situasi baru yang
belum pernah dijumpai sebelumnya. Pada dasarnya pemecahan masalah
adalah usaha mencari jalan keluar dari kesulitan untuk mencapai tujuan yang
tidak segera dapat dicapai (Polya, 1973).selaras dengan hal yang
dikemukakan oleh Polya pemecahan masalah adalah proses yang ditempuh
seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah
itu tidak lagi menjadi masalah bagi orang. Hal ini berarti sesuatu merupaka
masalah bagi seseorang, disaat lain bukan lagi merupakan masalah bagi orang
yang bersangkutan.
Menurut Kesumawati (Mawaddah, 2015) Kemampuan pemecahan
masalah matematis adalah kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui, ditanya, dan kecukupan unsur yang diperlukan, mampu membuat
atau menyusun model matematika, dapat memilih dan mengembangkan
strategi pemecahan, mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban
yang diperoleh. Berdasarkan definisi tersebut kemampuan pemecahan
masalah matematis dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
matematika dengan memperhatikan unsur-unsur dan strategi dalam
pemecahan masalah, jadi siswa dalam menyelesaikan sebuah permasalahan
harus memperhatikan apa yang diketahui, ditanyakan dan kecukupan unsur
yang ada pada permasalahan yang akan diselesaikan. Kemudian siswa juga
harus mampu untuk menyederhanakan permasalahan ke dalam model
matematika agar siswa dapat lebih mudah untuk menyelesaikannya kemudian
nantinya siswa akan menghasilkan sebuah jawaban atau solusi yang benar.
Menurut Soedjadi (1994:36) kemampuan pemecahan masalah matematis
adalah suatu keterampilan pada diri peserta didik agar mampu menggunakan
kegiatan matematik untuk memecahkan masalah dalam matematika,masalah
dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
definisi tersebut, kemampuan pemecahan masalah matematis tidak terpaku
pada pemecahan masalah dalam matematika saja melainkan kemampuan ini
juga dapat digunakan dalam ilmu-ilmu lain yang masih berkaitan, bahkan
dikehidupan sehari-hari kita juga banyak sekali permasalahan yang dapat
diselesaikan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis ini.
Menurut Montague (2007) mengatakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis adalah suatu aktivitas kognitif yang kompleks yang
disertai sejumlah proses dan strategi. Proses kognitif adalah proses mental
individu yang dapat dipahami sebagai pemrosesan, semua proses dan produk
pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktifitas mental (otak)
seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah,
menciptakan dan berfantasi. Pengguna strategi yang baik adalah seseorang
yang mempunyai suatu aktivitas strategi dan menggunakan prosedur-prosedur
tersebut untuk mengatasi tantangan kognitifnya. Jadi, pemecahan masalah
matematis merupakan suatu aktivitas kognitif yang kompleks dalam arti
pemecahan masalah ditujukan agar siswa dapat merumuskan masalah dari
situasi sehari-hari dan matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan
berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika,
menjelaskan hasil yang diperoleh sesuai dengan permasalahan asal, mampu
menyusun model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah nyata,
dan dapat menggunakan matematika secara bermakna.
Berdasarkan definisi menurut beberapa ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu kemampuan
indivudu dalam mengidentifikasi unsur – unsur untuk membuat model
matematikanya serta memecahkan masalah yang berhubungan dengan baik
itu dalam ilmu matematika atau ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari dengan
memperhatikan unsur-unsur, strategi, serta proses pemecahan masalah
sehingga dapat menghasilkan suatu solusi yang akurat.
Menurut Polya (Andriatna, 2012:20) jenis jenis masalah matematis, yaitu:
1. Masalah untuk menemukan, yaitu dapat teoretis atau praktis, abstrak atau
konkret, termasuk teka-teki. Siswa berusaha untuk bisa menemukan
variabel masalah serta mengkontruksi semua jenis objek yang bisa
menyelesaikan masalah tersebut.
2. Masalah untuk membuktikan, yaitu untuk menunjukan suatu pernyataan
itu benar atau salah.

Menurut Resnick (2010:14) ciri-ciri menggunakan kemampuan


pemecahan masalah matematis, sebagai berikut:

1. Menantang pikiran
2. Tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (non-rutin)
3. Bergantung pada individu yang dihadapinya

Menurut Mudrikah (2013) mengemukakan kemampuan pemecahan


masalah matematis adalah kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi.
Karakteristik atau ciri ciri soal pemecahan masalah adalah soal yang
menuntut siswa untuk:

1. Menggunakan beragam prosedur, dimana para siswa dituntut untuk


menemukan hubungan antara pengalaman sebelumnya dengan masalah
yang diberikan untuk mendapatkan solusi.
2. Melibatkan manipulasi atau operasi dari pengetahuan yang telah diketahui
sebelumnya
3. Memahami konsep-konsep dan istilah-istilah matematika
4. Mencatat kesamaan, perbedaan, dan perumpamaan
5. Mengidentifikasi hal-hal kritis dan memilih prosedur serta data yang
benar
6. Mencatat perincian yang tidak relevan
7. Menvisualisasikan dan menginterpretasikan fakta-fakta yang kuantitatif
atau fakta-fakta mengenai tempat dan hubungan antar fakta
8. Membuat generalisasi dari contoh-contoh yang diberikan
9. Mengestimasi dan menganalisa
Ada dua tujuan yang diharapkan dari pembelajaran matematika melalui
pemecahan masalah, yaitu:
1. Pemecahan masalah sebagai keterampilan maksudnya adalah siswa lebih
dekat kepada sifat kreatif yang ditimbulkan akibat dari pembelajaran
matematika melalui pendekatan pemecahan masalah.
2. Pemecahan masalah sebagai seni maksudnya adalah melihat bahwa
kenyataan pemecahan masalah yang nyata jantungnya dari matematika.

Kemampuan pemecahan masalah siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor.


Menurut Resnick dan Ford terdapat tiga aspek yang mempengaruhi
kemampuan siswa dalam merancang strategi pemecahan masalah yaitu:

1. Keterampilan siswa dalam mempresentasikan masalah


2. Keterampilan siswa dalam memahami ruang lingkup masalah
3. Struktur pengetahuan siswa

Menurut Polya sebagaimana dikutip oleh zakaria dkk bahwa terdaapt


langkah langkah dalam pemecahan masalah matematis yaitu:

1. Memahami masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak
akan mampu menyelesaiakan masalah tersebut dengan benar.
2. Membuat rancangan pemecahan masalah
Kemampuan pada merencanakan penyelesaian ini sangat tergantung pada
pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Pada umumnya,
semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih
kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah.
3. Melaksanakan rancangan pemecahan masalah
Siswa menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah langkah yang telah
direncanakan
4. Memeriksa hasil kembali
Pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan dari
fase penyelesaian ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan
yang tidak perlu dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai
pada jawaban akhir yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah


matematis siswa adalah tes yang berbentuk essay (uraian). Menurut dengan
Nana Sujana dengan tes uraian siswa dibiasakan dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis, mencoba merumuskan hipotesis, menyusun
dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari suatu
permasalahan,

Komponen-komponen kemampuan pemecahan masalah menurut Riyani


(2014) adalah :

1. Menyelidiki dan mengerti isi matematik


2. Menerapkan penggabungan strategi pemecahan masalah matematika
3. Mengenal dan merumuskan permasalahan dari situasi yang diberikan
4. Menerapkan proses dari model matematika untuk situasi dunia nyata

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Soemarno


(Riyani, 2014:10) antara lain:

1. Mengidentifikasi unsur unsur yang diketahui, yang dinyatakan dan


kecukupan unsur yang diperlukan.
2. Merumuskan masalah matematika atau penyusun model matematika
3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah
4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil permasalahan asal
5. Menggunakan matematika secara bermakna

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Soemarno


(Riyani, 2014:10), antara lain:
1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan dan
kecukupan unsur yang diperlukan
Memahami dan menuliskan kembali unsur-unsur yang terdapat pada
permasalahan atau soal yaitu mencakup unsur yang diketahui, ditanyakan,
dan kecukupan unsur yang diperlukan untuk menyelesaikan soal atau
permasalahan tersebut. Pada aspek memahami masalah melibatkan
pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta,
menentukan hubungan diantara fakta-fakta dan membuat formulasi
pertanyaan masalah. Setiap masalah yang tertulis, bahkan yang paling
mudah sekalipun harus dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat
dalam masalah dipelajari dengan seksama.
2. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika
Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika
yaitu membuat rencana solusi yang dibangun dengan mempertimbangkan
struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab.
3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah \
Dalam proses pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan
untuk memiliki pengalaman menerapkan berbagai macam strategi
pemecahan masalah. Untuk mencari solusi yang tepat, rencana yang
sudah dibuat harus dilaksanakan dengan teliti. Diagram, tabel atau urutan
dibangun secara seksama sehingga siswa/pemecah masalah tidak akan
bingung. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana,
proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.
4. Menjelaskan atau menginterprestasikan hasil permasalahan asal
Mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang
diperoleh, meliputi kemampuan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan
perhitungan, kesalahan penggunaan rumus, memeriksa kecocokan antara
yang telah ditemukan dengan apa yang ditanyakan, dan dapat
menjelaskan kebenaran jawaban tersebut.
5. Menggunakan matematika secara bermakna
Menggunakan matematika yang bermakna yaitu mampu
menggunakan hal-hal yang ada atau unsur-unsur yang terdapat pada
permasalahan sehingga didapatkan solusi secara bermakna.
Tabel 1

SILABUS

Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar Materi Kegiatan Pembelajaran
Kompetensi
3.2 Menjelaskan 3.2.1 Mengidentifikasi Program Linear  Mengamati dan mengidentifikasi fakta pada
Program Linier dan pengertian program  Pengertian program linear dan metode penyelesaian
metode linear Program masalah kontekstual
penyelesaiannya 3.2.2 Menerapkan Sistem Linear  Mengumpulkan dan mengolah informasi nuntuk
dengan Pertidaksamaan Linear  Sistem membuat kesimpulan, serta menggunakan
menggunakan dua variabel dalam pertidaksamaa prosedur untuk menyelesaikan masalah
masalah kontekstual menyelesaikan soal n Linear Dua kontekstual yang berkaitan dengan program
4.2 Menyelesaikan program linear Variabel linear dua variabel
masalah kontekstual 3.2.3 Menentukan nilai  Nilai  Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
yang berkaitan optimum fungsi objektif Optimum program linear
dengan program 4.2.1 Menyelesaikan masalah Fungsi  Menyajikan penyelesaian masalah yang
linear kontekstual dalam Objektif berkaitan dengan program linear
kehidupan sehari hari  Penerapan
yang berkaitan dengan Program
program linear Linear
Tabel 2
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Materi
Program Linear
Indikator Kemampuan Contoh Soal Program Linear
Pemecahan Masalah
Matematis
Mengidentifikasi unsur-unsur Biaya produksi sebuah sandal jenis A
yang diketahui, yang ditanyakan adalah Rp 20.000,00 perbuah, sedangkan
dan kecukupan unsur yang biaya satu buah produksi sandal jenis B
diperlukan adalah adalah Rp 30.000,00. Seorang
pengusaha akan membuat sandal jenis A
dengan jumlah tidak kurang dari 40 buah.
Sedangkan sandal jenis B yang akan
diproduksi minimal adalah 50 buah. Jumlah
maksimal produksi kedua sandal tersebut
adalah 100 buah. Cukupkah informasi
diatas untuk menentukan biaya minimum
yang dikeluarkan untuk melakukan
produksi kedua jenis sandal? Jika cukup
selesaikanlah masalah tersebut, jika tidak
cukup lengkapi kemudia selesaikan.
Merumuskan masalah Untuk membuat donat A dibutuhkan 200
matematika atau menyusun gram tepung dan 25 gram mentega.
model matematika Sedangkan untuk donat B diperlukan 100
gram tepung dan 50 gram mentega. Tepung
yang tersedia hanya 4 Kg dan mentega
hanya 1,2 Kg. jika harga donat A adalah Rp
400.000 dan donat B Rp 500.000. buatlah
model matematikanya.
Menerapkan strategi untuk Tentukan nilai maksimum dari
menyelesaikan berbagai masalah dengan syarat :
Indikator Kemampuan Contoh Soal Program Linear
Pemecahan Masalah
Matematis
Menjelaskan atau Luas daerah parker 1.760 . Luas rata rata
menginterprestasikan hasil untuk mobil kecil 4 dan mobil besar 20
permasalahan asal . Daya tamping maksimum hanya 200
kendaraan. Biaya parkir mobil kecil Rp
1000/jam dan mobil besar Rp 2000/jam.
Jika dalam satu jam terisi penuh dan tidak
ada kendaraan yang pergi dan dating, maka
pendapatan maksimum tempat parkir itu
adalah Rp 260.000. apakah pendapatan
maksimum tempat parkir tersebut sudah
benar? Buktikan jawabanmu
Menggunakan matematika secara Seorang penjahit membuat dua jenis celana
bermakna yang akan dijual. Jenis 1 memerlukan 2m
kain katun dan 4m kain sutra. Jenis 2
memerlukan 5m kain katun dan 3m kain
sutra. Bahan kain katun yang tersedia 70m
dan kain sutra 84m. laba celana jenis 1 Rp
25000/ unit dan laba celana jenis 2 Rp
50000/ unit. Selesaikan permasalahan
tersebut dengan metode grafik

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis pada soal ke- 1


adalah mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan dan
kecukupan unsur yang diperlukan. Dalam indikator ini siswa dituntut untuk
bisa menyimpulkan atau mengumpulkan informasi yang ada pada soal. Siswa
harus bisa merinci unsur apa yang harus ada untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Dan siswa harus merinci informasi apa saja yang ada
pada soal untuk bisa menentukan biaya minimum produksinya. Jika siswa
merasa informasi yang ada pada soal kurang, maka siswa harus melengkapi
informasi yang dibutuhkan dan menyelesaikan soal tersebut. Apabila siswa
merasa informasi yang ada pada soal sudah cukup maka siswa bisa langsung
menyelesaikan soal tersebut.

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis pada soal No. 2


adalah merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik.
Dalam indikator ini siswa diharapkan mampu merepresentasikan
permasalahan dalam bentuk cerita kedalam model matematikanya saja.
Indikator ini sangat penting, mengingat secara garis besar, tipe soal
pemecahan masalah adalah soal soal dalam bentuk cerita yang menuntut para
siswa bisa merumuskan masalah dan membuat model matematika dari
permasalahan tersebut untuk menyelesaikan soalnya.

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis pada soal ke-3


adalah menerapkan strategi untuk menyelesaikan dalam atau diluar
matematika. Dalam indikator ini siswa diharapkan memiliki langkah-langkah
atau strategi yang sudah direncanakan untuk menyelesaikan soal.

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis pada soal ke-4


adalah menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal.
Dalam indikator ini mengharuskan siswa bisa membuktikan jawaban yang
diketahui benar atau salah dengan cara menyelesaikan soal terlebih dahulu.

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis pada soal ke-5


adalah menggunakan matematika secara bermakna. Bermakna bisa
mengandung artian bahwa siswa mampu menyambungkan materi baru
dengan materi yang sudah pernah diajarkan.

B. Gaya Belajar
Nasution (2003:94) mengatakan gaya belajar adalah cara yang konsisten
yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau
informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal pada proses
pembelajaran. dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa gaya belajar
merupakan kebiasaan siswa dalam memproses bagaimana menyerap
informasi, pengalaman, serta kebiasaan siswa dalam memperlakukan
pengalaman yang dimilikinya. Jika siswa akrab dengan gaya belajarnya
sendiri, maka siswa dapat mengambil langkah-langkah penting untuk
membantu diri siswa belajar lebih cepat dan lebih mudah, sehingga hal ini
akan mendukung pula terhadap apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran.
Menurut Karim (2014) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan cara
seseorang untuk menyerap, mengatur dan mengolah bahan informasi atau
bahan pelajaran. Berdasarkan asumsi tersebut seperti yang kita ketahui bahwa
setiap peserta didik memiliki cara tertentu atau karakteristik yang berbeda-
beda khususnya dalam cara mereka memperoleh informasi dalam
pembelajaran yang sedang berlangsung yang disebut dengan gaya belajar.
Gaya belajar itu menjadi ciri khas yang dimiliki setiap peserta didik dalam
memberikan respon terhadap pembelajaran yang diterimanya. Setiap orang
memiliki kecenderungan pada satu modalitas. Guru juga memiliki
kecenderungan modalitas mengajar yang sama dengan gaya belajarnya.
Seorang peserta didik secara harfiah akan mudah menyerap informasi sesuai
dengan gaya belajarnya. Ada peserta didik yang lebih mudah mempelajari
sesuatu dengan cara melihat. Ada juga yang lebih mudah mempelajari sesuatu
dengan mendengar dan ada juga peserta didik yang lebih mudah mempelajari
sesuatu dengan melakukan. Sehingga guru dapat mempelajari gaya belajar
yang dimiliki peserta didiknya untuk memperoleh suatu kegiatan belajar
mengajar yang optimal.
Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan
kecenderungan peserta didik untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam
belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu
pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas atau sekolah
maupun tuntutan dari mata pelajaran. Berdasarkan asumsi tersebut gaya
belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor ilmiah (pembawaan) dan faktor
lingkungan. Jadi ada hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri
seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang
dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru
tidak dapat diubah. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat
peserta didik menjadi lebih pandai. Suatu hal yang harus diketahui bahwa
setiap manusia memiliki cara menyerap dan mengolah informasi yang
diterimanya denga cara yang berbeda-beda. Akan tetapi dengan mengenali
gaya belajar, peserta didik akan dapat menentukan cara belajar yang lebih
efektif. Peserta didik dapat tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan
belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar yang diperolehnya dapat
optimal.
Menurut Gunawan (2006) mengemukakan bahwa gaya belajar adalah cara
yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan
mengerti suatu informasi. Berdasarkan asumsi tersebut tidak hanya cara yang
lebih disukai oleh peserta didik. Jikalau guru dalam mendesain proses
pembelajaran menggunakan contoh dalam kehidupan sehari-hari atau dengan
alat peraga langsung untuk penyampaian informasi ke peserta didik sesuai
dengan materi ajar yang sedang berlangsung. Peserta didik hanya diberikan
contoh, tanpa diberi penjelasan yang terperinci atau bekerja sama dalam
menemukan suatu informasi dalam materi pembelajaran. Sehingga desain
belajar ini hanya cocok untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar visual
saja atau mendapatkan informasi hanya dengan melihat. Padahal dalam satu
kelas tersebut pastinya banyak peserta didik yang memiliki gaya belajar
lainnya, seperti peserta didik bergaya belajar dalam mendengar maupun
dalam suatu gaya belajar yang kinestetik. Sehingga dalam hal gaya belajarpun
selain yang disukai oleh peserta didik tentunya berdasarkan desai proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Menurut Yusirno gaya belajar adalah sesuatu yang penting agar proses
belajar bisa menyenangkan dan hasilnya pun memuaskan. Gaya belajar
merupakan kunci sukses untuk mengembangkan kinerja dalam belajar, ini
bisa diterapkan dalam teknik memperoleh pengetahuan atau informasi secara
individu atau dalam dunia kerja sekalipun.
Menurut Chatib mengatakan gaya belajar adalah cara informasi masuk
kedalam otak melalui indra yang dimiliki. Pada saat informasi akan ditangkap
oleh indra, maka bagaimana informasi tersebut disampaikan berpengaruh
pada kecepatan otak menangkap informasi dan kekuatan otak menyimpan
informasi tersebut dalam ingatan atau memori.
Dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu cara siswa itu sendiri
yang biasa dilakukan seorang siswa dalam menyerap informasi yang
diperoleh dari proses pembelajaran melalui indra yang dimilikinya. Siswa
menggunakan gaya belajarnya dengan maksimal dan rasa nyaman yang
dimilikinya maka ia akan memperoleh tujuan dari pembelajaran dengan
maksimal juga.
DePorter dan Hernacki (2009) menjelaskan bahwa angka kecerdasan dan
penyelesaian masalah siswa berbeda beda. Sangat penting seorang guru
mengenali gaya belajar yang dimiliki oleh setiap siswa. Oleh karena itu guru
perlu tahu bagaimana sebenarnya jalan atau proses matematika itu bisa
dipahami atau dikuasai oleh siswa. Dengan mengetahui gaya belajar siswa
akan sangat membantu guru dalam proses pembelajaran. Guru dapat
membantu siswa dalam memaksimalkan penyelesaian permasalahan
matematikadan mendorong siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dibenak
mereka berdasarkan gaya belajarnya sendiri agar berpengaruh terhadap
berpikir logis, analisis, dan kreatifitas siswa. Sedangkan menurut Bachtiar
dalam Ardiansyah (2017:5) taraf kecerdasan dan pemecahan masalah salah
satunya disebabkan oleh adanya perbedaan gaya belajar yang dimiliki oleh
setiap siswa.
Gaya belajar mengacu kepada cara belajar yang lebih disukai pembelajar.
Umumnya, dianggap bahwa gaya belajarb seseorang berasal dari kepribadian,
termasuk kemampuan kognitif dan psikologis latar belakang kehidupan, serta
pengalaman pendidikan. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui
pada awal diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan dia jalani.
Macam Macam Gaya belajar
1. Gaya belajar visual
Menurut Shoimatul Ula gaya belajar visual adalah belajar melalui
melihat, memandangi, mengamati, dan sejenisnya. Lebih tepatnya, gaya
belajar visual adalah belajar dengan melihat sesuatu, baik berupa gambar
atau diagram, pertunjukan, peragaan atau video. Siswa lebih menyukai
belajar ataupun menerima informasi dengan melihat atau membaca.
Setelah melihat atau membaca, orang-orang ini akan lebih mudah dan
cepat dalam mencerna serta mengolah informasi baru yang diterima.
Mereka bahkan lebih suka membaca disbanding mencerna informasi
dengan mendengarnya langsung.
Menurut Rusman gaya belajar visual adalah gaya belajar dimana
gagasan, konsep, data dan informasi lainnya dikemas dalam bentuk
gambar. siswa dengan gaya belajar visual memiliki keterkaitan yang
tinggi terhadap pembelajaran yang menyajikan gambar-gambar dimana
dia dapat melihat secara langsung. Gaya belajar seperti ini lebih
mengedepankan alat indra mata untuk menangkap informasi yang
disajikan.
Menurut Yusirno gaya belajar visual ini lebih menekankan pada
kontak mata. Untuk mendapatkan informasi siswa harus melihat dengan
apa yang dipelajarinya. Siswa yang memiliki gaya belajar visual ini perlu
memperhatikan pelajaran saat guru menjelaskan atau membaca buku.
Dapat disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan cara siswa
menyerap informasi dengan mudah dari proses pembelajaran melalui
indera penglihatan dengan cara melihat secara langsungseperti gambar,
diagram, warna-warna, dan lain-lain.
Indikator gaya belajar visual
Menurut Mohammad Thobroni dan Arif Mustafa ciri-ciri gaya belajar
visual yaitu :
a) Bicara agak cepat
b) Mementingkan penampilan dalam berpakaian atau presentasi
c) Tidak mudah terganggu oleh keributan
d) Mengingat yang dilihat dari pada yang didengar
e) Lebih suka membaca dari pada dibicarakan
f) Pembaca cepat dan tekun
g) Sering mengetahui apa yang dikatakan, tetapi tidak pandai memilih
kata-kata
h) Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i) Lebih suka music dari pada seni
j) Mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali jika
ditulis, dan sering minta bantuan orang lain untuk mengulanginya.

Menurut DePorter & Hernarcki (2002: 116-120) indikator-indikator


dari gaya belajar visual adalah sebagai berikut:
a) Belajar dengan cara visual
b) Mengerti baik mengenai posisi, bentuk, angka dan warna
c) Rapi dan teratur
d) Tidak terganggu dengan keributan
e) Sulit menerima intruksi verbal
Menurut Hamzah B. Uno karakteristik yang khas bagi orang yang
mempunyai gaya belajar visual yaitu:

a) Kebutuhan melihat sesuatu secara visual untuk mengetahui atau


memahaminya.
b) Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna
c) Memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistic
d) Memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung
e) Terlalu reaktif terhadap suara
f) Seringkali salah dalam menginterpretasikan kata atau ucapan.
2. Gaya belajar auditorial
Menurut Shoimatul Ula gaya belajar auditorial adalah tipe belajar
yang mengedepankan indera pendengaran. Belajar melalui mendengar
sesuatu, bisa dengan mendengarkan kaset audio, kuliah-ceramah, diskusi,
debat, dan instruksi verbal. Orang-orang dengan gaya belajar ini lebih
mudah mencerna, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan jalan
mendengarkan langsung. Mereka cenderung belajar atau menerima
informasi dengan mendengarkan atau secara lisan.
Rusman mengatakan gaya belajar auditorial adalah suatu gaya belajar
dimana siswa belajar melaui mendengarkan. Siswa yang memiliki gaya
belajar auditorial akan mengandalkan kesuksesan dalam belajarnya
melalui telinga, oleh karena itu guru sebaiknya memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar
auditorial dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal,
dan mendengarkan penjelasan apa yang dikatakan guru. Anak dengan
gaya belajar tipe ini dapat mencerna makna yang disampaikan oleh guru
melalui verbal simbol atau suara, tinggi rendahnya, kecepatan bicara, dan
hal hal auditori lainnya. Anak-anak seperti ini dapat menghafal lebih
cepat melalui membaca teks dengan keras atau mendengarkan media
audio.
Dapat disimpulkan bahwa gaya belajar auditorial adalah cera belajar
yang mengandalkan indera pendengara. Belajar melalui bunyi-bunyian,
baik itu suara penjelasan dari guru maupun bunyi dari media yang
menunjang pembelajaran.
Indikator gaya belajar auditorial
MenurutMohammad Thobroni dan Arif Mustafa cir-ciri gaya belajar
auditorial yaitu :
a) Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
b) Penampilan rapi
c) Mudah terganggu oleh keributan
d) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
dari pada yang dilihat
e) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
f) Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika
membaca
g) Biasanya ia pembicara yang pasih
h) Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya
i) Lebih suka gurauan lisan dari pada membaca komik
j) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visual
k) Berbicara dengan irama yang berpola
l) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama, dan warna-
warna suara.

Menurut DePorter & Hernarcki (2002: 116-120) indikator-indikator


dari gaya belajar visual adalah sebagai berikut:

a) Belajar dengan cara mendengar


b) Baik dalam aktivitas lisan
c) Memiliki kepekaan terhadap musik
d) Mudah terganggu dengan keributan
e) Lemah dalam aktifitas social

Menurut Hamzah B. Uno karakteristik gaya belajar auditorial yaitu :

a) Semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran


b) Memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan
secara langsung
c) Memiliki kesulitan menulis ataupun membaca
3. Gaya Belajar Kinestetik
Menurut Shoimatul Ula gaya belajar kinestetik adalah belajar melalui
aktivitas fisik dan keterlibatan langsung, yang bisa berupa menangani,
bergerak, menyentuh, dan merasakan/mengalami sendiri. Seseorang atau
peserta didik yang memiliki kecenderungan belajar dengan tipe kinestetik
lebih menyukai belajar atau menerima informasi melalui gerakan atau
sentuhan. Merka akan lebih mudah menangkap pelajaran apabila mereka
bergerak, meraba, atau mengambil tindakan.
Rusman mengatakan gaya belajar kinestetik adalah belajar dengan
cara melakukan, menyentuh, merasa, bergerak, dan mengalami. Anak
yang mempunyai gaya belajar kinetetik mengandalkan belajar melalui
bergerak, menyentuh dan melakukan tindakan. Anak seperti ini sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktivitas dan eksplorasi secara kuat. Siswa yang bergaya belajar seperti
ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Oleh karena itu, pembelajaran
yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang lebih bersifat kontekstual dan
praktik.
Dapat disimpulkan bahwa gaya belajar kinestetik adalah cara belajar
yang mengandalkan indera perasa, yaitu siswa yang mudah menerima
pelajaran melalui mendatangi langsung objek materi atau mempraktikan
langsung terkait materi yang sedang dipelajari.
Indikator gaya belajar kinestetik
Menurut Mohammad Thobroni dan Arif Mustafa ciri-ciri gaya belajar
kinestetik yaitu :
a) Berbicara perlahan
b) Penampilan rapi
c) Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
d) Belajar melalui memanipulasi dan praktik
e) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
f) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
g) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
h) Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan
tubuh saat membaca
i) Menyukai permainan yang menyibukan
j) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah
berada ditempat itu
k) Menyentuk orang untuk mendapatkan perhatian mereka dengan
menggunakan yang mengandung akdi

Menurut DePorter & Hernarcki (2002: 116-120) indikator-indikator


dari gaya belajar visual adalah sebagai berikut:

a) Belajar dengan aktivitas fisik


b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
d) Suka coba-coba dan kurang rapi
e) Lemah dalam aktivitas verbal
Dari uraian gaya belajar di atas, maka indikator yang digunakan untuk
mengetahui gaya belajar siswa adalah menurut DePorter & Hernarcki
(2002: 116-120) indikator-indikator dari masing-masing gaya belajar
sebagai berikut:
1. Indikator gaya belajar visual
a) Belajar dengan cara visual
b) Mengerti baik mengenai posisi, bentuk, angka dan warna
c) Rapi dan teratur
d) Tidak terganggu dengan keributan
e) Sulit menerima intruksi verbal
2. Indikator gaya belajar auditorial
a) Belajar dengan cara mendengar
b) Baik dalam aktivitas lisan
c) Memiliki kepekaan terhadap musik
d) Mudah terganggu dengan keributan
e) Lemah dalam aktifitas sosial
3. Indikator gaya belajar kinestetik
a) Belajar dengan aktivitas fisik
b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
d) Suka coba-coba dan kurang rapi
e) Lemah dalam aktivitas verbal
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar

Bobbi De Porter mengutip pendapat dari Rita Dunn, seorang pelopor


gaya belajar, telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi gaya
belajar yang mencakup : faktor fisik, faktor emosional, faktor sosiologis,
faktor lingkungan. Sebagian orang, misalnya dapat belajar paling baik
dengan cahaya yang terang, sedangkan sebagian yang lain dengan
pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara
berkelompok, sedangkan yang lain memilih adanya figur otoriter seperti
orang tua atau guru, ada juga yang merasa bekerja sendiri adalah yang
paling efektif bagi mereka.

Menurut Lou Russel faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar


siswa diantaranya adalah waktu, pencahayaan, suhu, peran figur otoritas,
peran diri sendiri, bekerja dengan orang lain atau sendiri, makan atau
tidak ketika proses pembelajaran berlangsung, dan memiliki banyak
pilihan ketika belajar.

Rafy Sapuri mengutip pendapat dari Welton dan Mellanmenerangkan


bahwa gaya belajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya cara
pengajaran, struktur dan bahan, keakraban, keadaan fisik, ganjaran atau
pujian, dan mengutamakan tujuan.

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi gaya


belajar siswa didalam kelas adalah suasana dikelas, strategi yang
digunakan maupun media yang dipakai oleh guru dalam mendukung
proses pembelajaran.

Manfaat gaya belajar

Gufron dan Rini Risnawita mengutip pendapat dari Honey dan


Mumford tentang pentingnya setiap individu mengetahui gaya belajar
masing masing yaitu :

a) Meningkatkan kesadaran tentang aktivitas belajar mana yang cocok


atau tidak cocok dengan gaya belajar yang dimiliki
b) Membantu menentukan pilihan paling tepat dari sekian banyak
aktivitas. Menghindari dari pengalaman belajar yang tidak tepat
c) Individu denga kemampuan belajar efektif yang kurang dapat, dapat
melakukan improvisasi
d) Membantu siswa untuk merencanakan tujuan dari belajarnya, serta
menganalisis tingkat keberhasilan siswa

Sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat gaya belajar siswa akan


efektif jika mampu menginterpretasikan gaya belajar yang dimilikinya
dalam kegiatan belajar. Pemanfaatan gaya belajar mampu memberikan
perbaikan yang luar biasa kepada siswa yang belajarnya tidak efektif,
dengan memanfaatkan gaya belajar dengan baik maka proses
pembelajaran siswa akan lebih efektif.
Berilah tanda check list ( ) pada lembar kolom yang telah disediakan.

Tabel 3. Indikator Tes Gaya Belajar Peserta Didik

Jawaban
No. Indikator Pertanyaan Kadang-
Sering Jarang
kadang
1 Gaya belajar visual
Apakah Anda dapat memahami
a Belajar dengan cara visual
penjelasan dari guru secara langsung?
Apakah Anda dapat mengingat materi
Mengerti baik mengenai posisi,
b dengan melihat penjelasan guru di
bentuk, angka dan warna
depan kelas?
Apakah Anda merapikan seragam
c Rapi dan teratur
setiap saat?
Tidak terganggu dengan Apakah Anda tetap dapat belajar
d
keributan meskipun suasana kelas ramai?
Apakah Anda mudah lupa jika guru
e Sulit menerima intruksi verbal hanya menjelaskan materi sekali saja
dan tidak diulangi lagi?
Sub Total
x2 x1 x0
Total
2 Gaya belajar auditorial
Apakah Anda dapat memahami materi
a Belajar dengan cara mendengar hanya dengan mendengar penjelasan
guru saja?
Jawaban
No. Indikator Pertanyaan Kadang-
Sering Jarang
kadang
Apakah Anda senang jika belajar
b Baik dalam aktivitas lisan
sambil diskusi?
Memiliki kepekaan terhadap Apakah Anda belajar sambil
c
musik mendengarkan musik?
Apakah Anda tidak dapat
Mudah terganggu dengan
d berkonsentrasi belajar jika suasana
keributan
ramai?
Apakah Anda merasa malas jika
e Lemah dalam aktivitas visual
disuruh mencatat materi?
Sub Total
x2 x1 x0
Total
3 Gaya belajar kinestetik
Apakah Anda senang jika melakukan
a Belajar dengan aktivitas fisik
praktik?
Peka terhadap ekspresi dan Apakah Anda senang menghafalkan
b
bahasa tubuh materi sambil berjalan?
Berorientasi pada fisik dan Apakah Anda menggunakan jari
c
banyak bergerak sebagai penunjuk saat membaca?
Suka coba-coba dan kurang Apakah Anda suka mengerjakan soal-
d
rapi soal tanpa disuruh terlebih dahulu?
e Lemah dalam aktivitas verbal Apakah Anda berbicara dengan lambat?
Sub Total
x2 x1 x0
Total
C. Keterkaitan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Gaya
Belajar
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan
seseorang untuk menyelesaikan masalah matematis berdasarkan data dan
informasi yang diketahui dengan menggunakan konsep matematika yang telah
dimilikinya. Siswa terlatih dengan pemecahan masalah akan terampil dalam
menyeleksi informasi yang relevan, menganalisis, dan mengevaluasi hasilnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah adalah dengan menciptakan suasana belajar yang cocok
dengan jenis gaya belajar siswa (Visual, Auditorial, ataupun Kinestetik),
sehingga diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Pada
dasarnya setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Dari hal
tersebut, akan berdampak pada keragaman siswa dalam kemampuan
pemecahana masalah matematisnya. Dalam hal inilah guru harus memahami
siswanya dalam penyampaian materi pembelajaran. dengan memperhatikan
perbedaan gaya belajar, siswa kemungkinan akan mampu meningkatkan
konsentrasi, sehingga kecenderungannya kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa akan meningkat. Taraf kecerdasan dan pemecahan masalah
salah satunya disebabkan oleh adanya perbedaan gaya belajar yang dimiliki
oleh setiap siswa.

Anda mungkin juga menyukai